Anda di halaman 1dari 24

HIPOGKLIKEMIA

Lis Arifah R1115057


Mellysa Wulandari T
R1115059
Mustika Ari N
R1115061
Neni Nuraini
R1115063
Nike Cahyaningsih R1115065
Nunik Astria
R1115069

DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Konsentrasi glukosa dalam darah berkurangnya secara abnormal yang
dapat menimbulkan gemetaran, keringat dan sakit kepala apabila kronik
dan berat, dapat menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat (Kamus
Kedokteran Dorland, 2000).
Pada bayi aterm, hipoglikemia adalah konsentrasi glukosa plasma kurang
dari 35 mg/dl dalam 72 jam pertama, kemudian menjadi 45 mg/dl. Pada
bayi BBLR angka tersebut kurang dari 25 mg/dl (Muslihatun, 2010).
Masalah pada bayi dengan kadar glukosa darah kurang dari 40 - 45mg/dl
(Sudarti dkk, 2010).
Kondisi dimana glukosa plasma kurang dari 30 mg/dL pada 24 jam
pertama kehidupan dan kurang dari 45 mg/dL setelahnya (Cranmer, 2013).
Menurut WHO, hipoglikemia adalah bila kadar glukosa/gula darah < 47
mg/dL.

ETIOLOGI
Menurut Cranmer (2013), penyebab hipoglikemia neonatal antara
lain:
1.PHHI (Persistent Hiperinsulinemic hypoglycemia of infancy)
2.Penyimpanan glikogen yang terbatas
3.Peningkatan penggunaan glukosa
4.Penurunan glikogenolisis, glukogenolisis, atau penggunaan
bahan bakar alternative
5.Penurunan penyimpanan glikogen

KLASIFIKASI
Berdasarkan tingkat beratnya Hipoglikemia neonatus dapat
digolongkan menjadi:
1.Hipoglikemia transisional: Prognosisnya baik dan tergantung
kepada kelainan yang mendasarinya .
2.Hipoglikemia sekunder : Mortalitas neonatus pada kelompok
ini disebabkan oleh kelainan yang menyertainya.
3.Hipoglikemia transien : Bayi yang termasuk dalam kelompok
ini bila tidak diobati akan mati.
4.Hipoglikemia berat (berulang), Kelompok ini bisa dibagi atas
beberapa katagori yang masing-masing mempunyai masalah
tersendiri yang mempengaruhi prognosisnya.

FAKTOR RESIKO
Menurut Haksari (2013) dan Lissauer (2013), faktor resiko hipoglikemia :
1.Ibu dengan diabetes mellitus (DM)
Gangguan spesifik yang sering ditemui pada Ibu DM
a. Gangguan metabolic (Hipokalsemia & Hipomagnesemia )
b. Gangguan kardiorespiratori (Asfiksia perinatal &Penyakit membran hyaline)
c. Gangguan hematologis
Polistemia dan hiperviskositas
Hiperbilirubinemia
Trombosis vena ginjal
d. Gangguan morfologis dan fungsional
Cidera lahir (fraktur klavikula, Erbs palsy dan cidera sistem syaraf karena
makrosomia dan prematuritas)
Malformasi kongenital (Cacat jantung Cacat renal, Cacat saluran gastrointestinal,
Cacat neurologis, Wajah abnormal, dan Micropthalmos

Lanjutan...

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Ibu dengan obesitas


IUGR (Intrauterine growth restriction)
Bayi lebih besar dari masa kehamilan (BMK)
Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Bayi premature
Bayi lebih bulan
Pasca asfiksia
Polisitemia
Bayi yang dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama
yang terlambat.
11. Bayi yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan
12. Bayi sakit.
13. Bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah.

TANDA DAN GEJALA


Hipoglikemia bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan
tinggi harus selalu diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus
dengan faktor risiko:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tremor
Sianosis
Apatis
Kejang
Apnea intermitten
Tangisan lemah/melengking
Letargi

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Kesulitan minum
Gerakan mata berputar/nistagmus
Keringat dingin
Pucat
Hipotermi
Refleks hisap kurang
Muntah

PATOFISIOLOGIS

DIAGNOSIS
Anamnesis
1.Riwayat bayi asfiksia, hipotermi, hipertemi,
gangguan pernafasan, prematur
2.Riwayat bayi dengan ibu DM
Manifestasi klinis
Kasus bisa menunjukan gejala ataupun
tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu
diterapkan dan selalu antisipasi
hipoglikemia pada neonatus dengan faktor
risiko

Lanjutan ..

Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk


diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok
umur neonatus :
Kelompok Umur

Glokosa <mg/dl

Darah Plasma/serum

Bayi/anak

<40 mg/100 ml

<45 mg/100 ml

<20 mg/100 ml

<25 mg/100 ml

0 - 3 hr

<30 mg/100 ml

<35 mg/100 ml

3 hr

<40 mg/100 ml

<45 mg/100 ml

Neonatus
* BBLR
* BCB

PROGNOSIS
Hipoglikemia
sistem saraf pusat rusak
keterbelakangan
mental,
gangguan
perkembangan, dan gangguan kepribadian.
Hipoglikemia yang tidak ditangani secara adekuat
beresiko
menimbulkan
komplikasi
seperti
hipotermia, kejang dan berakhir dengan kematian
neonatus (Cranmer, 2013 dan Kosim, 2012)

PENCEGAHAN
Kejadian hipoglikemia dapat dicegah dengan:
1.Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermia
2.Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling
penting
3.Jika bayi tidak mungkin menyusu, mulailah pemberian minum dengan
menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir
4.Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai
asupannya penuh dan 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum
berada diatas 45 mg/dL
5.Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar
glukosa dipantau

PENATALAKSANAAN
Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis:
1.Pada saat lahir
2.30 menit setelah lahir
3.Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai
pemberian minum berjalan baik dan kadar glukosa
normal tercapai

Untuk penanganan bayi yang mengalami hiplogikemia dapat


dilakukan dengan:
a.Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM)
perlu dimonitor dalam 3 hari pertama :
1)Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
2)Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan
glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan
3)Kadar glukosa 45 mg/dl atau gejala positif tangani
hipoglikemia
4)Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari
penanganan hipoglikemia selesai

b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala:


1) Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1
ml/menit
2) Pasang dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan melalui
intravena selama 5 menit dan diulang sesuai kebutuhan
(kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).
3) Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus
dinyatakan dengan GIR. Kecepatan Infus (GIR) = glucosa
Infusion Rate
4) Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3
jam
5) Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa
gejala, ulangi seperti diatas

c. Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :


1)Infus D10 diteruskan
2)Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
3)ASI diberikan bila bayi dapat minum

d. Bila kadar glukosa 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan


1)Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal
2)ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelanpelan
3)Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba

e. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala:


1)ASI teruskan
2)Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
3)Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi
Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekuensi minum
Kadar 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal

f. Kadar glukosa normal


1)IV teruskan
2)Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
3)Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
4)Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2
kali pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.

g. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)


1)Konsultasi endokrin
2)Terapi: kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison
2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
3)Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain: somatostatin,
glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan).

h. Hipoglikemia refraktori
Kebutuhan glukosa >12 mg/kg/menit menunjukan adanya hiperinsulinisme.
Keadaan ini dapat diperbaiki dengan:
1)Hidrokortison 5 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam
2)Glukagon 200 ug IV (segera atau infus berkesinambungan 10 ug/kg/jam)
3)Diazoxide 10 mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat sekresi insulin pancreas

Menurut IDAI, Bayi dengan risiko hipoglikemia, harus


dipantau kadar glukosa darahnya.
Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI perah dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Anjurkan ibu untuk menyusui jika kondisi bayi bayi baru lahir
sudah memungkinkan.

Tata laksana pemberian ASI pada bayi hipoglikemia:


1.
a.
b.
c.

d.
e.
f.

Asimtomatik (tanpa manifestasi klinis)


Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan menstabilkan kadar
glukosa darah.
Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya
sampai kadarnya normal dan stabil.
Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya,
hindari pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa
intra vena.
Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah
terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah
ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena.
Catat manifestasi klinis, pemeriksaan fisik, kadar skrining glukosa darah,
konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik bayi
(misalnya respon dari terapi yang diberikan).

2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

g.

Simtomatik dengan manifestasi klinis atau kadar glukosa plasma < 2025 mg/dL atau < 1,1 - 1,4 mmol/L.
Berikan glukosa 200 mg tiap kilogram berat badan atau 2 mL tiap kilogram
berat badan cairan dekstrosa 10%.
Koreksi hipoglikemia yang ekstrim atau simtomatik, tidak boleh diberikan
melalui oral atau pipa orogastrik.
Pertahankan kadar glukosa bayi yang simtomatik pada >45 mg/dL atau >2.5
mmol/L
Sesuaikan pemberian glukosa iv dengan kadar glukosa darah yang didapat
Dukung pemberian ASI sesering mungkin setelah manifestasi hipoglikemia
menghilang
Pantau kadar glukosa darah sebelum pemberian minum dan saat penurunan
pemberian glukosa intra vena secara bertahap (weaning), sampai kadar
glukosa darah stabil
Lakukan pencatatan manifasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining
glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik
(misal respon dari terapi yang diberikan).

Penatalaksanaan Hipoglikemi Pada Bayi Dengan Ibu DM


1. Tata laksana metabolik
a. Hipoglikemia
2 ml/kg dextrose 10% selama 5 menit, ulangi sesuai kebutuhan
Infusion terus menerus glukosa 10% dengan kecepatan 6-8
mg/kg/min
Mulai pemberian minum enteral secepatnya
Kortikosteroid : pada hipoglikemia persisten (hidrokortison : 5
mg/kg/12 jam) pertimbangkan pemberian glukagon & epinefrin
b. Hipokalsemia
Dosis awal 1-2 ml/kg/dosis IV kalsium glukonat 10% yang
diberikan perlahan selama 10 menit
Pantau tanda ekstravasasi
Dosis pemeliharaan diberikan melalui infus intravena terus
menerus, 2-8 ml/kg/hari berespon dalam waktu 3-4 hari
c. Hipomagnesemia
Magnesium sulfat 2mEq/kg/dosis setiap 6 jam IV atau IM

2.

Masalah kardiorespiratori : Asfiksia perinatal, Penyakit


membran hyaline, Kardiomyopati
Rawat dengan propanolol. Digoxin merupakan kontraindikasi
karena kemungkinan obstruksi aliran darah dari ventricular

3.

Masalah hematologis
Hiperbilirubinemia
Pantau kadar serum bilirubin
Fototerapi dan transfusi tukar jika diperlukan

SEKIAN DAN TERIMA


KASIH

Anda mungkin juga menyukai