RETARDASI MENTAL
Seorang anak perempuan usia 8 tahun, dibawa konsultasi ke seorang psikolog dengan
keluhan kesulitan belajar, terutama belajar membaca dan menulis, dalam berbicara sehari-hari
tak mengalami banyak kesulitan. Klien mampu merawat diri seperti mandi, berpakaian, dan
bab/bak, tetapi dalam ketrampilan akademis ia banyak mendapatkan masalah sehingga ia
terpaksa tinggal kelas, karena nilai rapotnya jauh dibawah rerata kelas. Dari hasil tes
psikologik diperoleh nilai Intellegence Quotien (IQ) 65, yang menunjukkan klien
menyandang Redartasi Mental Ringan. Oleh psikolog klien disarankan untuk mengikuti
pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB), dengan pertimbangan bila di sekolah umum klien
akan banyak megalami kesulitan dalam proses belajarnya.
Dari riwayat kehidupan sosial, klien berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi
rendah, menempati rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh tujuh anggota keluarga.
Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, klien lebih banyak diasuh kakak perempuannya
yang paling tua; kedua orang tua bekerja, ayah buruh kasar dan ibu buruh cuci, sehingga
pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi, padahal di usia
tersebut adalah periode penting bagi pertumbuhan terutama sel-sel otak.
Orang tua klien sebetulnya tidak mampu untuk memasukkan anaknya ke SLB berhubung
biayanya yang tidak terjangkau untuk ukuran keluarga klien yang tergolong kaum duafa,
tetapi dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak mengelola Zakat-Infak-Shodaqah (ZIS), akhirnya
orang tua klien memasukkan anaknya ini ke SLB sebagai tanggung jawab dan wujud dari
kewajiban orang tua kepada anak untuk mendapatkan pendidikan khusus yang dilanjutkan
dengan pendidikan ketrampilan, agar klien dapat hidup mandiri, tidak tergantung dengan
orang lain.
SASARAN BELAJAR
1
Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan
mental yang tidak mencukupi.
Carter CH (dikutip dari Toback C.) megatakan retardasi mental adalah suatu kondisi
yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan
individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan
yang dianggap normal.
Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fumgsi intelegensi
yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyusuaian perilaku, dan gejalanya
timbul pada masa perkembangan.
Melly Budhiman, seseoran dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
o Fungsi intelektual umum dibawah normal
o Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
o Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya
dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atai IQ (Intelegence Quotient).
IQ adalah MA/CA x 100%
M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test.
C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70. Anak
ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berfikirnya yang
terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingat lemah, demikian pula dengan
pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan
seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial
yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental
gangguan perilaku adaptif yang paling meninjol adalah kesulitan menyesuaikan diri
dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak
sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun.
Karena gejala tersebut timbul setelah 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental
tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
1. Non- organik
Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
Faktor sosiokultural
Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
Penelantaran anak
2. Organik
2.1.
Faktor prakonsepsi
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurocutaneos,dll)
Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) sindrom polygenic
familial
2.2.
Faktor pranatal
Ganguan pertumbuhan otak trimester I
Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll)
Infeksi
intrauterin,
misalnya
TORCH,
HIV
(Human
Immunodeficiency Virus)
Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll)
Disfungsi plasenta
Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III
Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll)
Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
Toksemia gravidarum
Ibu malnutrisi
2.3.
Faktor perinatal
Sangat prematur
Asfiksia neonatorum
Trauma lahir : perdarahan intra kranial
Meningitis
Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia
2.4.
Faktor post natal
Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
Neuro toksin, misalnya logam berat
CVA (Cerebrovascular accident)
Anoksia, misalnya tenggelam
Metabolik
Gizi buruk
Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll.
Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher)
Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.
Infeksi
Meningitis, ensefalitis, dll
Subakut sklerosing, panesefalitis
4
saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan,
pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stress dan
kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 55; umur mental 3 7 tahun)
Karakteristik :
*Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon
saat belajar dan perawatan diri.
*Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman,
serta ketrampilan mulai sederhana. Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
*Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dalam rekreasi, dapat
melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.
c. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua, dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene
dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja,
dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Karakteristik :
*Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi
sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan.
*Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan, memahami sejumlah
komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
*Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan,
protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.
d. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah diteakkan
karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal.
Seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Karakteristik :
*Usia prasekolah retardasi mencolok.
*Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.
*Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon
emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang.
*Butuh pengawas pribadi.
*Usia mental bayi muda.
*Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan
kelainan fisik.
(Depkes, 2009)
7
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering
disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a. Katarak
- Sindrom Cockayne
- Sindrom Lowe
- Galactosemia
- Sindrom Down
- Kretin
- Rubella Pranatal, dll.
b. Bintik cherry-merah pada daerah macula
- Mukolipidosis
- Penyakit Niemann-Pick
- Penyakit Tay-Sachs
c. Korioretinitis
- Lues congenital
- Penyakit Sitomegalovirus
- Rubella Pranatal
d. Kornea keruh
- Lues Congenital
- Sindrom Hunter
- Sindrom Hurler
- Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthesa
- Hipersilinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI
- Phenyl ketonuria
- Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik asidosis, dll.
3. Kelainan kulit
a. Bintik caf-au-lait
- Atakasia-telengiektasia
- Sindrom bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
- Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiektasia
- Sindrom malabsorbsi methionin
8
c. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
- Hidrosefalus
- Neuropolisakaridase
- Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-Spaz
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka
ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak
naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis
bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai
bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada
umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan
bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu
latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai
kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya
pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka
juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang
mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan
pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan
perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat
dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih
keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat
karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat
minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Tingkatan Retardasi Mental
Tingkat
Kisaran IQ
Ringan
52-68
Kemampuan
Usia
Prasekolah
(sejak lahir - 5 thn)
*Bisa
membangun
kemampuan sosial &
Kemampuan Usia
Sekolah
(6-20 thn)
*Bisa mempelajari
pelajaran kelas 6
Kemampuan
Dewasa
(21 thn keatas)
*Bisa kerja &
bersosialisasi,
9
komunikasi.
pada akhir usia
*Koordinasi
otot belasan tahun
sedikit terganggu.
*Bisa dibimbing
*Sering
tidak ke arah pergaulan
terdiagnosis.
sosial.
*Bisa dididik.
*Bisa
berbicara, *Bisa mempelajari
belajar,berkomunikasi. kemampuan sosial
*Kesadaran
sosial & pekerjaan.
kurang.
*Bisa
bepergian
*Koordinasi
otot sendiri di tempat
cukup.
yg
dikenalnya
dengan baik.
Moderat
36 51
Berat
20 35
*Bisa
mengucapkan
beberapa kata.
*Mampu menolong diri
sendiri.
*Tidak
memiliki
kemampuan
ekspresif/hanya sedikit.
*Koordinasi otot jelek
Sangat
berat
19 / kurang
*Sangat terbelakang
*Koordinasi
ototnya
sedikit sekali.
*Memerlukan
perawatan khusus.
tetapi
ketika
mengalami stres
memerlukan
bantuan.
*Bisa
memenuhi
kebutuhan
sendiri.
*Memerlukan
pengawasan &
bimbingan
ketika stres.
*Bisa
*Bisa merawat
berbicara/belajar
diri
sendiri
berkomunikasi
dibawah
*Bisa mempelajari pengawasan.
kebiasaan
hidup
sehat
yg
sederhana.
*Memiliki
koordinasi otot
*Tidak
dapat
berjalan/berbicara
*Memiliki
beberapa
koordinasi otot
& berbicara.
*Bisa merawat
diri
tapi
terbatas.
*Perlu
perawatan
khusus
(Kaplan, 2008)
LO.1.7 Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding retardasi mental
Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan, yaitu untuk
mengetahui penyebab kelainan ini organik atau non organik, apakah kelainannya dapat
diobati/tidak dan apakah ada faktor genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin
misalnya dengan menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka
diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya,
pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak
berumur enam tahun dapat dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan
tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada
system susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat,
mencari masalah lingkungan/faktor non organik lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi
kelainan pada otak anak.
10
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu. (Depkes, 2005)
Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau
dibawahnya pada individu yang dilakukan test IQ.
2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan
menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.
Anamnesis
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah
membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi
besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan
berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan
interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku.
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak.
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :
*Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
*Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara
padanya.
*Kapan bayi mulai mengeluarkan suara aaaggh
*Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari ke
arah suara
*Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
*Mengikuti perintah satu langkah, seperti beri ayah sepatu atau ambil koran
*Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung,
telinga.
(Depkes, 2009)
American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
(DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti perbendaharaan
kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam
mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam
pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif
utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat
11
mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya
untuk menyatakan keinginannya.
Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan gejala-gejala
gangguan bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat.
Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2
tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan
bahasa reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu
memproses simbol visual seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli.
Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu
berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau
perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian
khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental;
hubungan darah pada orang tua; dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit,
klinisi menilai latar belakang sosialkultural pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi
intelektual pasien. Serta dilakukan anamnesis pada ibu pasien, sebagai berikut:
*Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
*Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
*Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
*Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran
dokter?
*Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
*Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
*Riwayat perkembangan anak?
*Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
*Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
*Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa
dan bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media
yang berulang, sindrom William (facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah
yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan
menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata
pa, ta, pata, pataka. (Depkes, 2007)
Cara Pengukuran Pertumbuhan
Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka
dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang
sudah terstandardisasikan, yaitu meliputi:
*Tinggi badan
*Berat badan
*Lingkar lengan
*Lingkar kepala
*Lingkar dada
12
*Lingkar abdomen
a. Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh
berdiri. Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5
tahun. Panjang badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh
yang memiliki tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan
vertikal yang dipasang pada tanda nol. Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan
tongkat pengukur ataupun menggunakan meteran untuk menjahit.
Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus,
dengan tumit, bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu
bidang vertikal (misal dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus
dirapatkan. Kemudian ukurlah tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.
Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang
tua dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang
digunakan:
Hasil pengukuran
Perempuan (cm)
32 - 36.5
34 39
36 41
37 42
13
4 Bulan
5 Bulan
6 Bulan
7 Bulan
8 Bulan
9 Bulan
10 Bulan
11 Bulan
12 bulan
13 Bulan
14 Bulan
15 Bulan
16 Bulan
17 Bulan
18 Bulan
19 bulan
20 Bulan
21 Bulan
22 Bulan
23 Bulan
24 Bulan
2.5 Tahun
3 Tahun
3.5 Tahun
4 Tahun
4.5 Tahun
5 Tahun
5.5 Tahun
6 Tahun
39 - 44.5
40.5 45
41 46
42 47
43 48
43.5 - 48.5
44 49
44.5 - 49.5
45 - 49.75
45 - 49.75
45.5 - 50.5
45.5 - 50.5
46.25 51
46.25 51
46.25 51
46.25 - 51.5
46.5 - 51.5
46.5 - 51.5
46.5 - 51.5
46.5 - 51.5
47 52
47 52
48 53
48 53
48.5 - 53.5
48.5 - 53.5
48.75 - 53.75
48.75 - 53.75
49 54
38.5 - 43.5
39 45
40 46
41 47
41.5 - 47.5
42 48
42.75 - 48.5
43.5 - 48.75
43.75 49
43.75 49
44.5 - 49.5
44.5 - 49.5
45 50
45 50
45 50
45 50
45.5 - 50.75
45.5 - 50.75
45.5 - 50.75
45.5 - 50.75
45.75 51
45.75 51
46.5 52
46.5 52
47 53
47 53
48 53
48 53
48 53
Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada
pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.
*Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris).
*Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tidak ada, halus, mudah putus dan cepat berubah.
*Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus.
*Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas.
*Mulut : bentuk V yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi.
*Geligi : odontogenesis yang tidak normal.
*Telinga : keduanya letak rendah atau bentuknya aneh.
*Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia.
*Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna.
*Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk dan lebar,
klinodaktil.
14
gangguan emosi, rasa rendah diri, dan pada saat dewasa akan tampak memiliki kepribadian
yang sulit.
(Depkes, 2009)
*Anak-anak dari keluarga yang sangat melarat dengan deprivasi rangsangan yang berat
(retardasi mental ini reversibel bila diberi rangsangan yang baik secara dini). Kadang-kadang
anak dengan gangguan pendengaran atau penglihatan dikira menderita retardasi mental.
Mungkin juga gangguan bicara dan cerebral palsy membuat anak kelihatan terbelakang,
biarpun intelegensianya normal. Gangguan emosi dapat menghambat kemampuan belajar
sehingga dikira anak itu bodoh. early infantile dan skizofrenia anak juga sering
menunjukkan gejala yang mirip retardasi mental. (Soetjiningsih, 1995)
LO.1.8 Menjelaskan penatalaksanaan retardasi mental
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mentaladalah multidimensi dan sangat
individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penaganan multidisiplin merupakan
jalan terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara
individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu
melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan
kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab
dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja social
kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah
strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak
juga menderita epilepsy, palsi serebral dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan
tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi
medis bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi
wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan
bicaranya. Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental
ini.
Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa
yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang
lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi pula
dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru
dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak
disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak
tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang
retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.
Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan taraf
IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan
yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak
retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan
dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula tentang baikburuknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan tindakan
yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan
kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini
17
juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus. Misalnya pada anak
yang mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan
pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down
dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
LO.1.9 Menjelaskan prognosis retardasi mental
Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada sebab
kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya dapat kembali normal maka yang
penting adalah pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit. Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat
menyebabkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan,
pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan dan bersalin pada
tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian
retardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka
lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan,
meningkatkan gizi keluarga akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya
program BKB ( Bina Keluarga dan Balita ) yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa
dikembangkan juga deteksi dini maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Diagnosis dini sangat penting dengan melakukan skrining sedini mungkin terutama pada
tahun pertama maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan
terpi dini hipotiroid dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental. Deteksi dan intervensi
dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi. Konsep
intervensi pada retardasi mental yang berdasarkan pemikiran bahwa intervensi dapat merubah
status perkembangan anak. Makin sering dan makin dini intervensi dilakukan, maka makin
baik hasilnya. Tetapi makin berat tingkat kecacatan maka hasil yang dicapai juga makin
kurang. Hasil akhir suatu intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang
diberikan makin baik hasilnya sehingga agak mengurangi kecacatannya. Namun pada anak
yang penyebabnya sangat kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang kurang baik
dan intervensi yang tidak teratur maka hasilnya juga tidak memuaskan.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau
menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan
retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk (1) pendidikan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang retardasi mental, (2) usaha terus
menerus dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui kebijaksanaan
kesehatan masyarakat (3) aturan yang memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak
yang optimal 4) eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf
pusat. Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi mental
dalam keluarga dengan riwayat gangguan genetik retardasi mental. (Kaplan, 2008)
Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, kraniostenosis
(sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali
yang kogenital, operasi tidak menolong). Penyakit metabolik dan endokrin yang menurun
18
seperti Phenil Keton Uria (PKU), hipertiroidisme bisa diobati secara efektif pada stadium
dini.
Pencegahan tersier
Meliputi pendidikan pasien atau latihan khusus, disalurkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB)
yang sesuai. Bagi yang gelisah, hiperaktif atau destruktif dapat diberi: Methylphenidate diberi
pagi hari dengan dosis tergantung berat badan dan dimulai dengan dosis yang rendah sampai
mencapai dosis maksimum 20mg/hari (1x per hari). Bila ada gejala kejang, diberi obat anti
kejang. Konseling untuk orang tua. (Soetjiningsih, 1995)
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara
lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan
retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi
penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi
pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.
Konsultasi 19ias19ic akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada orang tua dari
anak retardasi mental mengenai penyebab terjadinya retardasi mental. Vaksinasi MMR secara
dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella sebagai salah satu penyebab retardasi
mental.
Setiap wanita hamil yang berumur >35 tahun dianjurkan untuk menjalankan amniosentesis
dan pemeriksaan vili korion, karena mereka memiliki risiko melahirkan bayi yang menderita
Sindrom Down. USG juga dapat membantu menemukan adanya kelainan otak. Untuk
mendeteksi Sindrom Down dan spina bifida juga 19ias dilakukan pengukuran kadar alfaprotein serum.
Adapun tindakan lain yang bisa dilakukan adalah :
*Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan
yang merangsang pertumbuhan.
*Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang
hidup dalam kemiskinan dalam hal ini: perawatan prenatal, pengawasan kesehatan reguler,
pelayanan dukungan keluarga.
(Depkes, 1995)
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Gizi Anak dan Remaja
LO.2.1 Menjelaskan kebutuhan gizi anak dan remaja
Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses
pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan seksual
dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Pada saat proses
pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh.
Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik
tinggi badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat
gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh.
Growth Spurt :
- Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
19
20
Kalori:
100-120
per
kilogram
berat
badan.
Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya: 8 x 100 /120 = 800/960 kkal
Protein:
1,5-2
gram
per
kilogram
berat
badan
Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya 8 x 1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4
gram
Karbohidrat:
50-60
persen
dari
total
kebutuhan
kalori
Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 50%-nya = 400 : 4 = 100 gram
sehari
Lemak:
20
persen
dari
total
Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya = 160 : 40 = 40 gram
kalori
untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau
kurang dari 1 gram. Cermati makanan balita Ibu karena makanan orang
dewasa belum tentu cocok untuknya. Kadang makanan Ibu terlalu banyak
garam atau gula, atau bahkan mengandung bahan pengawet atau pewarna
buatan.
Porsi Makan - Porsi makan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Mereka
membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih
kecil namun sering.
Kebutuhan Energi & Nutrisi - Bahan makanan sumber energi seperti
karbohidrat,protein, lemak serta vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi
anak setiap hari. Atur agar semua sumber gizi tersebut ada dalam menu
sehari.
Susu Pertumbuhan Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting
dikonsumsi balita. Sedikitnya balita butuh 350 ml/12 oz per hari. Susu
Pertumbuhan dari Nutricia merupakan susu lengkap gizi yang mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 12 bulan ke atas dan menjadi
pelengkap menu buah hati ibu.
Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung 10-15% kalori, 2035% lemak, dan sisanya karbohidrat. Setiap kg berat badan anak memerlukan
asupan energi sebanyak 100 kkal.
Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena struktur utama pembentuk otak
adalah lemak. Lemak tersebut dapat diperoleh antara lain dari minyak dan
margarine.
Kebutuhan gizi remaja :
Wait, dkk kebutuhan energi dapat dihitung menurut TB U 11-18 tahun = 13-23
kkal/cm (laki-laki); 10-19 kkal/cm (perempuan)
Kebutuhan energi remaja putra 3470 kkal/hr (U 16 th); putri 2550 kkal/hr (U 12 th)
Kebutuhan protein 0,29-0,32 g/cm (putra); 0,27-0,29 g/cm (putri)(U 11-18 th)
Jenis Nutrisi
Air
Protein
Fungsi
Pelarut untuk pertukaran seluler
Transportasi nutrien dan produk buangan tubuh
Mengatur suhu tubuh
Menyediakan asam amino untuk pertumbuhan
dan perbaikan jaringan
Menjaga keseimbangan osmotik
Membentuk
hemoglobin,
nukleoprotein,
glikoprotein, lipoprotein, enzim, dan antibodi
Sumber
Air, makanan
Susu, telur, daging,
kacang-kacangan,
padi-padian
22
Karbohidrat
Lemak
Susu,
padi-padian,
buah, sirup, tepung,
sayuran
Susu, mentega, telur,
daging, ikan, minyak
sayur
Fungsi
Penglihatan
Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epitel
Diferensiasi sel-sel epitel
Sumber
Susu,
telur,
buah,
sayur, cod & halibut
liver oil
Padi-padian,
ragi,
jeroan
Susu, telur, daging,
kacang-kacangan
(Nelson, 1999)
Jenis Vitamin
Vitamin A
Vitamin B
Thiamine
Riboflavin
Niasin
Asam
Pantothenat
Piridoksin
Asam Folat
Kobalamin
Vitamin C
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin K
Minyak ikan
kuning telur
laut,
Minyak
biji-bijian,
buah, sayur, lemak
Sayuran hijau, sereal,
susu, telur
23
(Nelson, 1999)
Jenis Mineral
Kalsium
Klorida
Khromium
Kobalt
Tembaga
Fluorin
Iodium
Besi
Magnesium
Mangan
Molibdenum
Fosfor
Kalium
Selenium
Sulfur
Natrium
Seng
Fungsi
Membentuk struktur tulang dan gigi
Membantu proses kontraksi otot dan kerja
jantung
Membantu koagulasi darah
Membantu keseimbangan asam basa
Membentuk HCl lambung
Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin
Merupakan komponen pembentuk molekul
vitamin B12 dan eritropoietin
Penting untuk produksi sel darah merah,
transferin, dan hemoglobin
Membantu penyerapan besi
Membentuk struktur gigi dan tulang
Merupakan komponen pembentuk hormon T3
dan T4
Membentuk
struktur
hemoglobin,
enzim
oksidatif, sitokrom C, dan katalase
Membentuk struktur tulang dan gigi
Iritabilitas otot dan saraf
Kation intraseluler
Berperan dalam aktivasi enzim
Metabolisme karbohidrat
Komponen enzim santin oksidase
Mobilisasi feritin dalam hati
Membantu pembentukan tulang dan gigi
Struktur nukleus dan sitoplasma sel
Berperan dalam kontraksi otot
Hantaran impuls saraf
Keseimbangan cairan dalam tubuh
Kofaktor glutation peroksidase
Unsur pokok protein seluler
Berperan dalam pembentukan melanin
Berperan dalam menjaga tekanan osmotik
Menjaga keseimbangan asam basa
Unsur pokok enzim
Sumber
Susu, sayur
salmon, kerang
Fungsi
Penglihatan
Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epitel
Diferensiasi sel-sel epitel
Sumber
Susu,
telur,
buah,
sayur, cod & halibut
liver oil
Padi-padian,
hijau,
hijau,
biji-
(Nelson, 1999)
Jenis Vitamin
Vitamin A
Vitamin B
Thiamine
ragi,
24
Riboflavin
Niasin
Asam
Pantothenat
Piridoksin
Asam Folat
Kobalamin
Vitamin C
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin K
jeroan
Susu, telur, daging,
kacang-kacangan
Fungsi
Membentuk struktur tulang dan gigi
Membantu proses kontraksi otot dan kerja
jantung
Membantu koagulasi darah
Membantu keseimbangan asam basa
Membentuk HCl lambung
Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin
Merupakan komponen pembentuk molekul
vitamin B12 dan eritropoietin
Penting untuk produksi sel darah merah,
transferin, dan hemoglobin
Membantu penyerapan besi
Membentuk struktur gigi dan tulang
Sumber
Susu, sayur
salmon, kerang
Minyak ikan
kuning telur
laut,
Minyak
biji-bijian,
buah, sayur, lemak
Sayuran hijau, sereal,
susu, telur
(Nelson, 1999)
Jenis Mineral
Kalsium
Klorida
Khromium
Kobalt
Tembaga
Fluorin
hijau,
Iodium
Besi
Magnesium
Mangan
Molibdenum
Fosfor
Kalium
Selenium
Sulfur
Natrium
Seng
hijau,
biji-
(Nelson, 1999)
LO.2.2 Menjelaskan peran gizi anak dan remaja
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh
konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tanda-tanda
atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi
yang berasal dari pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2004).
Menurut Supariasa, dkk (2001) menyatakan bahwa status gizi yaitu ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu. Contoh : Gizi kurang merupakan keadaan tidak seimbangnya konsumsi
makanan dalam tubuh seseorang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi
kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak
yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat
menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan,
maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
o Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
26
IMT = Berat Badan (kg) : (Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m))
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri
28
Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku
(reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO
sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.
Klasifikasi status gizi anak dan remaja menurut WHO 2007 adalah sebagai berikut :
Indeks BB/U :
a. Normal : -2 SD s/d 2 SD
b. Kurang : -3 SD s/d < -2 SD
c. Sangat Kurang : < -3 SD
Indeks TB/U :
a. Normal : -2 SD s/d 2 SD
b. Pendek : -3 SD s/d < -2 SD
c. Sangat pendek : < -3 SD
Indeks IMT/U :
a. Sangat gemuk : > 3 SD
b. Gemuk : > 2 SD s/d 3 SD
c. Normal : -2 SD s/d 2 SD
d. Kurus : -3 SD s/d < -2 SD
e. Sangat kurus : < -3 SD
(sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22464/4/Chapter%20II.pdf )
LO.2.3 Menjelaskan periode pertumbuhan anak dan remaja
Kecepatan pertumbuhan anak melambat setelah tahun pertama kehidupan. Pada umur
setahun berat badan anak menjadi 3 kali BB lahir, tetapi pada umur 2 tahun BB anak hanya 4
kali BB lahir. Panjang badan anak bertambah 50% pada umur setahun, namun panjang badan
lahir baru tercapai pada umur 4 tahun. Pada anak yang baru sembuh dari suatu penyakit atau
anak mengalami kekurangan gizi akan mengalami pertumbuhan yang lambat.
Anak membutuhkan nutrien yang lebih banyak untuk pertumbuhan tulang, gigi, otot dan
darah. Anak mempunyai risiko mengalami malnutrisi apabila anak terlalu lama nafsu
makannya buruk, asupan makanan yang terbatas atau makanan yang terlalu encer. Energi
dibutuhkan oleh anak untuk keperluan metabolisme basal, pertumbuhan dan aktifitas.
Komposisi makanan pada masa ini dianjurkan terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-15%
protein dan 25-30% lemak. Dalam menghitung kebutuhan energi pada anak normal lebih baik
berdasarkan kebutuhan energi per kg BB dan jenis kelamin anak.Anak umur 1 3 tahun
mempunyai risiko mengalami anemia defisiensi besi. Keadaan ini disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan, dan akibat dari diet anak yang
tidak cukup mengandung energi. Kalsium dibutuhkan untuk mineralisasi tulang dan
mempertahankan pertumbuhan tulang. Kebutuhan kalsium tergantung pada kemampuan
29
absorpsi dan faktor diet seperti jumlah protein, vitamin D dan fosfor. Vitamin D diperlukan
untuk absorpsi kalsium dan deposisi kalsium di tulang.
Seng sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Defisiensi seng dapat mengakibatkan
gagal tumbuh, penurunan nafsu makan atau pengecapan, dan penyembuhan luka yang lambat.
Kebutuhan seng adalah 10 mg/hari. (Moersintowati, 2008)
Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih
angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak
perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah
30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari
tidak diperhitungkan (Depkes, 2008).
b.
Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang
dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan
umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu
ke waktu (Depkes, 2007).
c.
Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus
kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
30
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur),
atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena
perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan
indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,
kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes, 2009).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan
Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya
gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (Soekirman, 2000).
LI.3 Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orang Tua Kepada Anak Menurut Ajaran
Agama Islam
Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap sebagai
harta benda yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah anak
harus dijaga sebaik mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang tua. Anak adalah manusia
yang memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apa pun.
1. Anak
mempunyai
Allah berfirman:
hak
untuk
hidup.
Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan
rizqi kepadamu dan kepada mereka. ( QS. Al-Anam: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa
hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan
kepada kita bahwa Allah saw pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun
sang anak, asalkan berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana
firman Allah (QS AI Baqarah: 233)
{233}
Artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Bayi yang memperoleh ASI akan mempunyai daya kekebalan tubuh yang lebih baik.
Seorang ibu diwajibkan untuk menyusui anaknya sampai 2 tahun penuh, kecuali ada alasan
yang dapat diterima oleh hukum Islam. Menyusui anak sampai dua tahun ini akan
menumbuhkan pengaruh positif terhadap sang anak baik secara fisik maupun secara jiwani.
3. Memberi Nama yang Baik
31
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam
memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir.
Kedua, mendidiknya dengan al-Quran dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak
dewasa.
Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,
Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu
sekalian, maka perbaguslah nama kalian. (HR.Abu Dawud)
Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah doa. Dengan memberi
nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.
4. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan aqiqah adalah; menyembelih kambing untuk (bayi) yang
baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda; Tiap-tiap seorang anak tergadai dengan aqiqahnya.
Disembelih (aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi
nama dia. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At
Tirmidzy, hadits dari Samurah ).
5. Mendidik anak
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia
senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan
para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu
kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah
kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti
mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu
mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan
menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini
dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang
sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera
menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada
anak-anaknya.
6. Memberi makan dan keperluan lainnya
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisan pun
berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w. bersabda;
Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan (tanggung jawab) memberi makan
keluarganya. ( HR Abu Daud)
7. Memberi rizqi yang thayyib
Rasulullah s.a.w. bersabda; Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya
tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik. HR Al Hakim.
32
8. Mendidik
anak
tentang
agama
Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan
menyebabkannya masuk surga. ( HR Al Bukhary ).
Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda; Wanita itu
bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan tetap bengkok. Namun
apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah.
9. Mendidik anak untuk sholat
Rasulullah s.a.w. bersabda; Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan
gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur
mereka (putra putri).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah anak
berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan
sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan pukulan yang membekas
atau menyakitkan.
10. Mendidik anak tentang adab yang baik
Islam mengutamakan pendidikan mental. Taqwa itu ada disini, kata Rasulullah seraya
menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang menentukan baik
buruknya perilaku seseorang.
11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik
Berkata shahabat Aly r.a.; Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk
zaman yang berbeda dengan zamanmu.
12. Memberi pengajaran Al Quraan
Rasulullah s.a.w. bersabda;Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al Qur aan
dan mengajarkannya.
Nabi s.a.w. bersabda; Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan.
Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Quraan) yang muhkamat,
ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu Majah ).
13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis
Rasulullah s.a.w. bersabda; Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya
tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik. HR Al Hakim.
14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan
Rasulullah s.a.w. bersabda; Jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu
lakukan. Sesungguhnya Allah SAW menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak
akan masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan. ( HR At Thabarany ).
15. Memberikan pengajaran ketrampilan
Rasulullah s.a.w. bersabda; Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya sendiri.
Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan; Mengapa tidak kau ajarkan padanya (anak
itu) menenun sebagaimana dia telah diajarkan tulis baca? (HR An- Nasai).
16. Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu, agar
menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, sabarlah menghadapi
33
perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah
membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati, belailah
dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.
Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini?
Nabi s.a.w. menjawab; Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan
memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At Tuusy )
17. Memberi kasih sayang
Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik
berupa pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah
adanya perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.
Rasulullah s.a.w. bersabda; Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih
muda dan (bukan dari golongan kami) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.(HR At
Tirmidzi).
18. Menikahkannya
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka
terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Doakan dan dorong mereka untuk hidup
berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga,
Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya,
sebagaimana firman-Nya, Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orangorang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang
perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan
kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya. (QS. An-Nur:32)
19. Mengarahkan anak
Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk memilih
kawan, teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua menjelaskan
kepada anak tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan bergaul dengan
orang-orang sholeh, dan bahaya duduk dengan orang-orang yang suka melakukan kejelekan
ataupun teman yang jelek.
Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mencari tahu setiap keadaan anak, menanyakan
tentang teman-temannya. Betapa banyak terjadi seorang anak yang jelek mengajak temantemannya untuk berbuat kemungkaran dan kerusakan, serta menghiasi perbuatan jelek dan
dosa di hadapan teman-temannya.
Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan, tidak
mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya. Walaupun dengan hal itu
mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan tajassus (mata-mata). Ini tentu saja
dengan tujuan mencegah kejelekan dan kerusakan yang terjadi, karena sesungguhnya Allah k
tidak menyukai kerusakan.
Inilah kiranya sebuah kewajiban yang tak boleh dilupakan oleh setiap orang tua.
Hendaknya orang tua mengingat sebuah ucapan yang dituturkan oleh Amr bin Qais AlMala`I:
Sesungguhnya pemuda itu sedang tumbuh. Maka apabila dia lebih mengutamakan untuk
duduk bersama orang-orang yang berilmu, hampir-hampir bisa dikata dia akan selamat.
Namun bila dia cenderung pada selain mereka, hampir-hampir dia rusak binasa. (Dinukil
34
dari Lammud Durril Mantsur minal Qaulil Ma`tsur, bab Hukmus Salaf alal Mar`i bi Qarinihi
wa Mamsyahu).
(Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, 2000)
DAFTAR PUSTAKA
Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta. Karisma.
Pedoman penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke 5 (PPDGJ-V). 2005. Departemen
Kesehatan RI.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
35
36