Anda di halaman 1dari 36

SKENARIO 3

RETARDASI MENTAL
Seorang anak perempuan usia 8 tahun, dibawa konsultasi ke seorang psikolog dengan
keluhan kesulitan belajar, terutama belajar membaca dan menulis, dalam berbicara sehari-hari
tak mengalami banyak kesulitan. Klien mampu merawat diri seperti mandi, berpakaian, dan
bab/bak, tetapi dalam ketrampilan akademis ia banyak mendapatkan masalah sehingga ia
terpaksa tinggal kelas, karena nilai rapotnya jauh dibawah rerata kelas. Dari hasil tes
psikologik diperoleh nilai Intellegence Quotien (IQ) 65, yang menunjukkan klien
menyandang Redartasi Mental Ringan. Oleh psikolog klien disarankan untuk mengikuti
pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB), dengan pertimbangan bila di sekolah umum klien
akan banyak megalami kesulitan dalam proses belajarnya.
Dari riwayat kehidupan sosial, klien berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi
rendah, menempati rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh tujuh anggota keluarga.
Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, klien lebih banyak diasuh kakak perempuannya
yang paling tua; kedua orang tua bekerja, ayah buruh kasar dan ibu buruh cuci, sehingga
pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi, padahal di usia
tersebut adalah periode penting bagi pertumbuhan terutama sel-sel otak.
Orang tua klien sebetulnya tidak mampu untuk memasukkan anaknya ke SLB berhubung
biayanya yang tidak terjangkau untuk ukuran keluarga klien yang tergolong kaum duafa,
tetapi dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak mengelola Zakat-Infak-Shodaqah (ZIS), akhirnya
orang tua klien memasukkan anaknya ini ke SLB sebagai tanggung jawab dan wujud dari
kewajiban orang tua kepada anak untuk mendapatkan pendidikan khusus yang dilanjutkan
dengan pendidikan ketrampilan, agar klien dapat hidup mandiri, tidak tergantung dengan
orang lain.

SASARAN BELAJAR
1

LI.1 Memahami dan Menjelaskan tentang Retardasi Mental


LO.1.1 Menjelaskan definisi retardasi mental
LO.1.2 Menjelaskan etiologi retardasi mental
LO.1.3 Menjelaskan epidemiologi retardasi mental
LO.1.4 Menjelaskan klasifikasi retardasi mental
LO.1.5 Menjelaskan patofisiologi retardasi mental
LO 1.6 Menjelaskan manifestasi klinis retardasi mental
LO.1.7 Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding retardasi mental
LO.1.8 Menjelaskan penatalaksanaan retardasi mental
LO.1.9 Menjelaskan prognosis retardasi mental
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Gizi Anak dan Remaja
LO.2.1 Menjelaskan kebutuhan gizi anak dan remaja
LO.2.2 Menjelaskan peran gizi anak dan remaja
LO.2.3 Menjelaskan periode pertumbuhan anak dan remaja
LI.3 Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orang Tua Kepada Anak Menurut Ajaran
Agama Islam

LI.1 Memahami dan Menjelaskan tentang Retardasi Mental


2

LO.1.1 Menjelaskan definisi retardasi mental

Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan
mental yang tidak mencukupi.
Carter CH (dikutip dari Toback C.) megatakan retardasi mental adalah suatu kondisi
yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan
individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan
yang dianggap normal.
Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fumgsi intelegensi
yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyusuaian perilaku, dan gejalanya
timbul pada masa perkembangan.
Melly Budhiman, seseoran dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
o Fungsi intelektual umum dibawah normal
o Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
o Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya
dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atai IQ (Intelegence Quotient).
IQ adalah MA/CA x 100%
M.A = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test.
C.A = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir.
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70. Anak
ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berfikirnya yang
terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingat lemah, demikian pula dengan
pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan
seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial
yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental
gangguan perilaku adaptif yang paling meninjol adalah kesulitan menyesuaikan diri
dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak
sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun.
Karena gejala tersebut timbul setelah 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental
tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

LO.1.2 Menjelaskan etiologi retardasi mental


Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Penyebab dari retardasi mental
sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial
berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan
Shonkoff JP (1992) dibawah ini.
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental
3

1. Non- organik
Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
Faktor sosiokultural
Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
Penelantaran anak
2. Organik
2.1.
Faktor prakonsepsi
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurocutaneos,dll)
Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) sindrom polygenic
familial
2.2.
Faktor pranatal
Ganguan pertumbuhan otak trimester I
Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll)
Infeksi
intrauterin,
misalnya
TORCH,
HIV
(Human
Immunodeficiency Virus)
Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll)
Disfungsi plasenta
Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III
Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll)
Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
Toksemia gravidarum
Ibu malnutrisi
2.3.
Faktor perinatal
Sangat prematur
Asfiksia neonatorum
Trauma lahir : perdarahan intra kranial
Meningitis
Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia
2.4.
Faktor post natal
Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
Neuro toksin, misalnya logam berat
CVA (Cerebrovascular accident)
Anoksia, misalnya tenggelam
Metabolik
Gizi buruk
Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll.
Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher)
Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.
Infeksi
Meningitis, ensefalitis, dll
Subakut sklerosing, panesefalitis
4

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)


LO.1.3 Menjelaskan epidemiologi retardasi mental
Prevalensi retardasi mental sekitar 1% dalam satu populasi. Di indonesia 1-3%
penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi mental
kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih
dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14
tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan. Pada lanjut usia, prevalensi lebih sedikit, karena pada retardasi mental yang berat
atau sangat berat memiliki angka mortalitas yang tinggi disebabkan dari penyulit gangguan
fisik yang menyertai
LO.1.4 Menjelaskan klasifikasi retardasi mental
Penggolongan Retardasi mental untuk Keperluan Pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Taraf perbatasan dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner) dengan
IQ 70 - 85.
2. Retardasi mental mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50 - 75.
3. Tunagrahit mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30 - 50 atau IQ 35 - 55.
4. Retardasi mental butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan IQ
dibawah 25 atau 30. (Soetjiningsih, 1995)
Ada 4 taraf Retardasi mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala inteligensi
Wechsler (Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu:
1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 69.
2. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 54.
3. Retardasi mental berat (severe mental retardation) dengan IQ 20 39.
4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.
Klasifikasi Retardasi Mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang
yang terkena retardasi mental.
2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena
retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali
sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
( Depkes, 2009)
LO.1.5 Menjelaskan patofisiologi retardasi mental
Retardasi Mental termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul
pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di
bawah normal (IQ 70-75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-keterbatasan sedikitnya dua
area fungsi adaptif yaitu berbicara dan berbahasa, ketrampilan merawat diri, ketrampilan
sosial, penggunaan sarana prasarana komunitas, bekerja.
5

Pada Retardasi Mental terjadi kerusakan muskuloskeletal. Kerusakan neurologis meliputi


kerusakan otak, kelainan kongenital dan mikrosefal. Sedangkan kerusakan muskuloskeletal
meliputi anomali ekstremitas konganital, masukan kalori/nutrisi tidak mencukupi, distorsi
muskular. Kerusakan neurologis dan kerusakan muskuloskeletal akan menyebabkan
terjadinya kurang kesadaran tentang bahaya dan kerusakan fungsi motorik dari otot sehingga
akan muncul berbagai masalah dalam keperawatan. ( Depkes, 2005)

LO 1.6 Menjelaskan manifestasi klinis retardasi mental


Penggolongan anak Retardasi mental menurut kriteria perilaku adaptif
a. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini
termasuk dari tipe sosial budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik
kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa
sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak
dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka kurang
mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)
Karakteristik :
*Usia presekolah tidak tampak sebagai anak retardasi mental, tetapi terlambat dalam
kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll.
*Usia sekolah, dapat melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dengan pendidikan
khusus, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
*Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tidak
dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi
b. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka mampu latih
tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD
6

saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan,
pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stress dan
kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 55; umur mental 3 7 tahun)
Karakteristik :
*Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon
saat belajar dan perawatan diri.
*Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman,
serta ketrampilan mulai sederhana. Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
*Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dalam rekreasi, dapat
melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.
c. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua, dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene
dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja,
dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Karakteristik :
*Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi
sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan.
*Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan, memahami sejumlah
komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
*Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan,
protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.
d. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah diteakkan
karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal.
Seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Karakteristik :
*Usia prasekolah retardasi mencolok.
*Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.
*Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon
emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang.
*Butuh pengawas pribadi.
*Usia mental bayi muda.
*Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan
kelainan fisik.
(Depkes, 2009)
7

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering
disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a. Katarak
- Sindrom Cockayne
- Sindrom Lowe
- Galactosemia
- Sindrom Down
- Kretin
- Rubella Pranatal, dll.
b. Bintik cherry-merah pada daerah macula
- Mukolipidosis
- Penyakit Niemann-Pick
- Penyakit Tay-Sachs
c. Korioretinitis
- Lues congenital
- Penyakit Sitomegalovirus
- Rubella Pranatal
d. Kornea keruh
- Lues Congenital
- Sindrom Hunter
- Sindrom Hurler
- Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthesa
- Hipersilinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI
- Phenyl ketonuria
- Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik asidosis, dll.
3. Kelainan kulit
a. Bintik caf-au-lait
- Atakasia-telengiektasia
- Sindrom bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
- Familial laktik asidosis dengan Necrotizing ensefalopati
b. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiektasia
- Sindrom malabsorbsi methionin
8

c. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
- Hidrosefalus
- Neuropolisakaridase
- Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-Spaz
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka
ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak
naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis
bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai
bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada
umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan
bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu
latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai
kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya
pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka
juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang
mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan
pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan
perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat
dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih
keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat
karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat
minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Tingkatan Retardasi Mental
Tingkat

Kisaran IQ

Ringan

52-68

Kemampuan
Usia
Prasekolah
(sejak lahir - 5 thn)
*Bisa
membangun
kemampuan sosial &

Kemampuan Usia
Sekolah
(6-20 thn)
*Bisa mempelajari
pelajaran kelas 6

Kemampuan
Dewasa
(21 thn keatas)
*Bisa kerja &
bersosialisasi,
9

komunikasi.
pada akhir usia
*Koordinasi
otot belasan tahun
sedikit terganggu.
*Bisa dibimbing
*Sering
tidak ke arah pergaulan
terdiagnosis.
sosial.
*Bisa dididik.
*Bisa
berbicara, *Bisa mempelajari
belajar,berkomunikasi. kemampuan sosial
*Kesadaran
sosial & pekerjaan.
kurang.
*Bisa
bepergian
*Koordinasi
otot sendiri di tempat
cukup.
yg
dikenalnya
dengan baik.

Moderat

36 51

Berat

20 35

*Bisa
mengucapkan
beberapa kata.
*Mampu menolong diri
sendiri.
*Tidak
memiliki
kemampuan
ekspresif/hanya sedikit.
*Koordinasi otot jelek

Sangat
berat

19 / kurang

*Sangat terbelakang
*Koordinasi
ototnya
sedikit sekali.
*Memerlukan
perawatan khusus.

tetapi
ketika
mengalami stres
memerlukan
bantuan.

*Bisa
memenuhi
kebutuhan
sendiri.
*Memerlukan
pengawasan &
bimbingan
ketika stres.
*Bisa
*Bisa merawat
berbicara/belajar
diri
sendiri
berkomunikasi
dibawah
*Bisa mempelajari pengawasan.
kebiasaan
hidup
sehat
yg
sederhana.
*Memiliki
koordinasi otot
*Tidak
dapat
berjalan/berbicara

*Memiliki
beberapa
koordinasi otot
& berbicara.
*Bisa merawat
diri
tapi
terbatas.
*Perlu
perawatan
khusus

(Kaplan, 2008)
LO.1.7 Menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding retardasi mental
Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan, yaitu untuk
mengetahui penyebab kelainan ini organik atau non organik, apakah kelainannya dapat
diobati/tidak dan apakah ada faktor genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin
misalnya dengan menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka
diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya,
pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak
berumur enam tahun dapat dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan
tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada
system susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat,
mencari masalah lingkungan/faktor non organik lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi
kelainan pada otak anak.

10

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu. (Depkes, 2005)
Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau
dibawahnya pada individu yang dilakukan test IQ.
2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan
menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.
Anamnesis
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah
membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi
besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan
berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan
interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku.
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak.
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :
*Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
*Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara
padanya.
*Kapan bayi mulai mengeluarkan suara aaaggh
*Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari ke
arah suara
*Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
*Mengikuti perintah satu langkah, seperti beri ayah sepatu atau ambil koran
*Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung,
telinga.
(Depkes, 2009)
American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
(DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:
1. Gangguan bahasa ekspresif
2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti perbendaharaan
kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam
mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam
pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif
utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat
11

mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya
untuk menyatakan keinginannya.
Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan gejala-gejala
gangguan bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat.
Gangguan ini biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2
tahun, bentuk ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan
bahasa reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu
memproses simbol visual seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli.
Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu
berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau
perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian
khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental;
hubungan darah pada orang tua; dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit,
klinisi menilai latar belakang sosialkultural pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi
intelektual pasien. Serta dilakukan anamnesis pada ibu pasien, sebagai berikut:
*Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
*Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
*Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
*Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran
dokter?
*Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
*Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
*Riwayat perkembangan anak?
*Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
*Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
*Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa
dan bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media
yang berulang, sindrom William (facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah
yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan
menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata
pa, ta, pata, pataka. (Depkes, 2007)
Cara Pengukuran Pertumbuhan
Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka
dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang
sudah terstandardisasikan, yaitu meliputi:
*Tinggi badan
*Berat badan
*Lingkar lengan
*Lingkar kepala
*Lingkar dada
12

*Lingkar abdomen
a. Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh
berdiri. Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5
tahun. Panjang badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh
yang memiliki tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan
vertikal yang dipasang pada tanda nol. Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan
tongkat pengukur ataupun menggunakan meteran untuk menjahit.
Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus,
dengan tumit, bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu
bidang vertikal (misal dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus
dirapatkan. Kemudian ukurlah tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.
Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang
tua dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang
digunakan:

TB anak perempuan = ( TB ayah 13 cm ) + TB ibu 8,5 cm

TB anak laki-laki = ( TB ibu +13 cm ) + TB ayah 8,5 cm


2
(Moersintowati, 2008)
b. Pengukuran Berat Badan
Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat
digunakan untuk menimbang berat badan. Yang penting harus menggunakan alat timbang
yang standar.
c. Pengukuran Lingkar Kepala
Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran yang tidak
mudah berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita
dilingkarkan pada kepala anak, menutupi alis mata dan melewati oksipital.
Tabel 1. Lingkaran Kepala Anak

Umur Anak Ketika Angka normal anak


Diperiksa
Laki-laki (cm)
0 bulan
32 - 37.5
1 Bulan
34.5 - 40.5
2 Bulan
36.5 42
3 Bulan
38 - 43.5

Hasil pengukuran
Perempuan (cm)
32 - 36.5
34 39
36 41
37 42
13

4 Bulan
5 Bulan
6 Bulan
7 Bulan
8 Bulan
9 Bulan
10 Bulan
11 Bulan
12 bulan
13 Bulan
14 Bulan
15 Bulan
16 Bulan
17 Bulan
18 Bulan
19 bulan
20 Bulan
21 Bulan
22 Bulan
23 Bulan
24 Bulan
2.5 Tahun
3 Tahun
3.5 Tahun
4 Tahun
4.5 Tahun
5 Tahun
5.5 Tahun
6 Tahun

39 - 44.5
40.5 45
41 46
42 47
43 48
43.5 - 48.5
44 49
44.5 - 49.5
45 - 49.75
45 - 49.75
45.5 - 50.5
45.5 - 50.5
46.25 51
46.25 51
46.25 51
46.25 - 51.5
46.5 - 51.5
46.5 - 51.5
46.5 - 51.5
46.5 - 51.5
47 52
47 52
48 53
48 53
48.5 - 53.5
48.5 - 53.5
48.75 - 53.75
48.75 - 53.75
49 54

38.5 - 43.5
39 45
40 46
41 47
41.5 - 47.5
42 48
42.75 - 48.5
43.5 - 48.75
43.75 49
43.75 49
44.5 - 49.5
44.5 - 49.5
45 50
45 50
45 50
45 50
45.5 - 50.75
45.5 - 50.75
45.5 - 50.75
45.5 - 50.75
45.75 51
45.75 51
46.5 52
46.5 52
47 53
47 53
48 53
48 53
48 53

Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada
pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.
*Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris).
*Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tidak ada, halus, mudah putus dan cepat berubah.
*Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus.
*Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas.
*Mulut : bentuk V yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi.
*Geligi : odontogenesis yang tidak normal.
*Telinga : keduanya letak rendah atau bentuknya aneh.
*Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia.
*Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna.
*Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk dan lebar,
klinodaktil.
14

*Dada dan Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit.


*Genitalia : mikropenis, testis tidak turun.
*Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang dan tegap/panjang kecil meruncing
diujungnya, lebar, besar, gemuk.
(Kaplan, 2008)
Pemeriksaan Penunjang
1. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry) merupakan cara pengukuran evoked
potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam
batang otak) sebagai respon terhadap stimulus auditorik.
Gangguan neurologis sering terjadi pada retardasi mental seperti gangguan kejang terjadi
pada 10 % dari semua orang retardasi mental. Gangguan pada motorik dimanifestasikan oleh
kelainan pada tonus (spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperrefleksia), dan gerakan
involunter (koreoatetosis). Derajat kecacatan yang lbih kecil ditemukan dalam kelambanan
dan koordinasi yang buruk.
Gangguan sensorik dapat berupa gangguan pendengaran yang ringan. Gangguan visual
dapat terentang dari kebutaan sampai gangguan konsep ruang, pengenalan rancangan, dan
konsep citra tubuh. Dilakukan pemeriksaan sinar-x tengkorak, pemeriksaan tomografi
computer (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menghubungkan patologi
sistem saraf pusat dengan retardasi mental, pembesaran kepala, dicurigai adanya kelainan
otak yang luas, dicurigai adanya tumor intra kranial, kejang local.
Elektroensefalogram (EEG) digunakan untuk menentukan adanya gejala kejang yang
dicurigai, kesulitan mengerti bahasa yang berat. (Kaplan, 2008)
2. Pemeriksaan audiometric
Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan untuk anakanak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori pengukuran dengan
audiometri :
*Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan dengan melihat
respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke
arah sumber bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang
tenang atau kedap suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi. Penilaian
dilakukan terhadap respon yang diperlihatkan anak.
*Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil bermain,
misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat tertentu bila dia
mendengar bunyi.
*Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus dalam
daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List). Anak diminta untuk
mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah
anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai
kemampuan anak dalam pembicaraan seharihari dan untuk menilai pemberian alat bantu
dengar (hearing aid).
d. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus. (Toback, 2003)
3. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan gambaran
area otak yang abnormal.
15

4. Timpanometri, digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan system


osikular. Selain tes audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu skala
Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, dan IQ
gabungan.
*Skala intelegensi Wechsler untuk anak II: penyelesaian susunan gambar. Tes ini terdiri dari
satu set gambar-gambar objek yang umum, seperti gambar pemandangan. Salah satu bagian
yang penting dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi. Respon dinilai sebagai
benar atau salah.
*Skala intelegensi Wechsler untuk anakIII: mendesain balok. Anak diberikan pola bangunan
dua dimensi dan kemudian diminta untuk membuat replikanya menggunakan kubus dua
warna. Respon dinilai sebagai benar atau salah. (Depkes, 2005)
5. Tes Laboratorium
Pada tes laboratorium retardasi mental yang digunakan adalah pemeriksaan urin dan
darah untuk mencari gangguan 16actor16ti. Kelainan enzim pada gangguan kromosom,
terutama sindrom down.
Amniosentesis yaitu pengambilan cairan 16actor16t dari ruang amnion secara transabdominal antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu, digunakan untuk kelainan kromosom
bayi terutama sindrom Down. Sel cairan amnion, yang terbanyak berasal dari janin,
dibiakkan untuk pemeriksaan sitogenetik dan biokimiawi. Amniosentesis dianjurkan untuk
semua wanita hamil di atas usia 35 tahun.
Pengambilan sampel vili korionik (CVS;chorionic villi sampling) adalah tehnik skrining
yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukakn pada usia kehamilan 8 dan
10 minggu, yang 6 minggu lebih awal dibandingkan amniosentesis. Hasilnya tersedia dalam
waktu yang singkat (beberapa jam/hari), jika kehamilan abnormal, keputusan untuk
mengakhiri kehamilan dapat dilakukakan dalam trimester pertama. (Soetjiningsih, 1995)
6.Pemeriksaan Psikologis
Dilakukan oleh ahli psikologi yang berpengalaman. Tes Gesell, Bayley, dan Cattell adalah tes
yang sering digunakan untuk bayi. Tes Bender Gestalt dan Benton Visual Retention test juga
digunakan untuk anak retardasi mental. Disamping itu, pemeriksaan psikologi harus menilai
kemampuan 16actor16tic, motorik, 16actor16tic, dan kognitif. Informasi tentang 16actor
motivasional, emosional, dan interpersonal juga penting.
Diagnosis banding retardasi mental
*Attention Deficit Hyoperactivity Disorder (ADHD)
Kelainan perkembangan yang diturunkan secara genetik akibat adanya gangguan pada gen
transporter dopamin dan gen reseptor dopamin D4. Gangguan tersebut terjadi pada sistem
dopaminergik dan nor-adrenergik yang menyebabkan adanya disfungsi pre-frontal dan sirkuit
fronto-striatal.
Manifestasi Klinis:
Anak dengan ADHD dapat memperlihatkan gejala inatensi, hiperaktifitas dan
implusivitas. Inatensi dapat berupa keluhan susah konsentrasi, mudah sekali teralih
perhatiannya, sering lupa akan barang-barang pribadinya dan bahkan lupa pada tugas-tugas
yang harus dikerjakannya. Bila sedang berjalan anak sering menabrak benda-benda di
sekitarnya sehingga seringkali, dengan perilakunya yang seperti itu, akan menyebabkan
barang-barang yang berada di dekat anak berjatuhan.
Hal tersebut penting karena sebagian besar penderita ADHD memiliki IQ normal, bahkan
diantaranya ada yang diatas rerata. Dampak bagi individu ADHD itu sendiri yaitu adanya
16

gangguan emosi, rasa rendah diri, dan pada saat dewasa akan tampak memiliki kepribadian
yang sulit.
(Depkes, 2009)
*Anak-anak dari keluarga yang sangat melarat dengan deprivasi rangsangan yang berat
(retardasi mental ini reversibel bila diberi rangsangan yang baik secara dini). Kadang-kadang
anak dengan gangguan pendengaran atau penglihatan dikira menderita retardasi mental.
Mungkin juga gangguan bicara dan cerebral palsy membuat anak kelihatan terbelakang,
biarpun intelegensianya normal. Gangguan emosi dapat menghambat kemampuan belajar
sehingga dikira anak itu bodoh. early infantile dan skizofrenia anak juga sering
menunjukkan gejala yang mirip retardasi mental. (Soetjiningsih, 1995)
LO.1.8 Menjelaskan penatalaksanaan retardasi mental
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mentaladalah multidimensi dan sangat
individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penaganan multidisiplin merupakan
jalan terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara
individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu
melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan
kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab
dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja social
kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah
strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak
juga menderita epilepsy, palsi serebral dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan
tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi
medis bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi
wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan
bicaranya. Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental
ini.
Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya dan apa
yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang
lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi pula
dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru
dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak
disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak
tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang
retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.
Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan taraf
IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan dan
yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk anak
retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan
dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula tentang baikburuknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan tindakan
yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan
kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini
17

juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus. Misalnya pada anak
yang mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan mengalami gangguan
pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak dengan sindrom Down
dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
LO.1.9 Menjelaskan prognosis retardasi mental
Karena penyembuhan dari retardasi mental ini boleh dikatakan tidak ada sebab
kerusakan dari sel-sel otak tidak mungkin fungsinya dapat kembali normal maka yang
penting adalah pencegahan primer yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit. Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat
menyebabkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan,
pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan dan bersalin pada
tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian
retardasi mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka
lapangan kerja, memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki sanitasi lingkungan,
meningkatkan gizi keluarga akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya
program BKB ( Bina Keluarga dan Balita ) yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa
dikembangkan juga deteksi dini maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Diagnosis dini sangat penting dengan melakukan skrining sedini mungkin terutama pada
tahun pertama maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan
terpi dini hipotiroid dapat memperkecil kemungkinan retardasi mental. Deteksi dan intervensi
dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi. Konsep
intervensi pada retardasi mental yang berdasarkan pemikiran bahwa intervensi dapat merubah
status perkembangan anak. Makin sering dan makin dini intervensi dilakukan, maka makin
baik hasilnya. Tetapi makin berat tingkat kecacatan maka hasil yang dicapai juga makin
kurang. Hasil akhir suatu intervensi adalah makin dini dan teratur suatu intervensi yang
diberikan makin baik hasilnya sehingga agak mengurangi kecacatannya. Namun pada anak
yang penyebabnya sangat kompleks, latar belakang social dan kebiasaan yang kurang baik
dan intervensi yang tidak teratur maka hasilnya juga tidak memuaskan.
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau
menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan
retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk (1) pendidikan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang retardasi mental, (2) usaha terus
menerus dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga dan memperbaharui kebijaksanaan
kesehatan masyarakat (3) aturan yang memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak
yang optimal 4) eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf
pusat. Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi mental
dalam keluarga dengan riwayat gangguan genetik retardasi mental. (Kaplan, 2008)
Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, kraniostenosis
(sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali
yang kogenital, operasi tidak menolong). Penyakit metabolik dan endokrin yang menurun
18

seperti Phenil Keton Uria (PKU), hipertiroidisme bisa diobati secara efektif pada stadium
dini.
Pencegahan tersier
Meliputi pendidikan pasien atau latihan khusus, disalurkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB)
yang sesuai. Bagi yang gelisah, hiperaktif atau destruktif dapat diberi: Methylphenidate diberi
pagi hari dengan dosis tergantung berat badan dan dimulai dengan dosis yang rendah sampai
mencapai dosis maksimum 20mg/hari (1x per hari). Bila ada gejala kejang, diberi obat anti
kejang. Konseling untuk orang tua. (Soetjiningsih, 1995)
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara
lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan
retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi
penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi
pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.
Konsultasi 19ias19ic akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada orang tua dari
anak retardasi mental mengenai penyebab terjadinya retardasi mental. Vaksinasi MMR secara
dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella sebagai salah satu penyebab retardasi
mental.
Setiap wanita hamil yang berumur >35 tahun dianjurkan untuk menjalankan amniosentesis
dan pemeriksaan vili korion, karena mereka memiliki risiko melahirkan bayi yang menderita
Sindrom Down. USG juga dapat membantu menemukan adanya kelainan otak. Untuk
mendeteksi Sindrom Down dan spina bifida juga 19ias dilakukan pengukuran kadar alfaprotein serum.
Adapun tindakan lain yang bisa dilakukan adalah :
*Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan
yang merangsang pertumbuhan.
*Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang
hidup dalam kemiskinan dalam hal ini: perawatan prenatal, pengawasan kesehatan reguler,
pelayanan dukungan keluarga.
(Depkes, 1995)
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Gizi Anak dan Remaja
LO.2.1 Menjelaskan kebutuhan gizi anak dan remaja
Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses
pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan seksual
dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Pada saat proses
pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh.
Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik
tinggi badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat
gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh.
Growth Spurt :
- Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
19

- Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.


Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan
tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan
aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20
tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan
tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan
gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian,
kebutuhan akan unsure-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan, kecuali jika
terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga
mengharuskandia mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Remaja Dan Dewasa
Faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja dan dewasa :
- Kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang zat gizi.
- Pekerjaan
Data terbaru dari kesehatan nasional dan survey pengujian ilmu gizi (NHNES)
menyatakan bahwa konsumsi energi wanita dari umur 11 sampai 51 tahun bervariasai,
dari kalori yang rendah (sekitar 1329) sampai kalori yang tinggi (1958 kalori).
Konsumsi makanan wanita perlu mempertimbangkan kadar lemak kurang dari 30 %
dan tinggi kalsium sekitar 800-1200 mg/ hari. Rata-rata RDA kebutuhan kalsium 1000
mg. selain itu, wanita juga harus memperhatikan unsur sodium, cara pengolahan
makanan dan para wanita perlu membatasi makanan kaleng atau makanan dalam kotak.
C. Kebutuhan Gizi Seimbang
Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total asupan kalori remaja
setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium dan
dapat meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Oleh karena itu, remaja harus
didorong untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi remaja, makanan merupakan
suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Kekurangan
konsumsi makanan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan
metabolisme tubuh terganggu.
Kecukupan gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal kualitas maupun kuantitas zat-zat
gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh.
Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk proses
metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat
dari berat badan seseorang. Pada remaja perempuan 10-12 tahun kebutuham energinya
50-60 kal/kg BB/ hari dan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kal/ kg BB/ hari.

20

Kebutuhan protein meningkat karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat.


Apabila asupan energi terbatas/ kurang, protein akan dipergunakan sebagai energi.
Kebutuhan protein usia 10-12 tahun adalah 50 g/ hari, 13-15 tahun sebesar 57 g/ hari
dan usia 16-18 tahun adalah 55 g/ hari. Sumber protein terdapat dalam daging, jeroan,
ikan, keju, kerang dan udang (hewani). Sedangkan protein nabati pada kacangkacangan, tempe dan tahu.
Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan sebagainya. Kelebihan lemak
akan disimpan oleh tubuh sebagai lemak tubuh yang sewaktu- waktu diperlukan.
Departemen Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 %
dari total energi per hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk
memasak makanan sehari. Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan
energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori.
Pembatasan lemak hewani dapat mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah.
Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan vitamin B yaitu
vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin diperlukan dalam
metabolisme energi. Zat gizi yang berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu
asam folat dan vitamin B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/
tulang. Selain itu, agar sel dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka kebutuhan
vitamin A, C dan E juga diperlukan.
Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan kekurangan
darah yang dikenal dengan anemia gizi besi (AGB). Makanan sumber zat besi adalah
sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging. Fe lebih baik
dikonsumsi bersama dengan vitamin C, karena akan lebih mudah terabsorsi.
(sumber: http://www.lusa.web.id/gizi-seimbang-pada-remaja-dan-dewasa/)
Kebutuhan Gizi bagi bayi

Kalori:
100-120
per
kilogram
berat
badan.
Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya: 8 x 100 /120 = 800/960 kkal

Protein:
1,5-2
gram
per
kilogram
berat
badan
Bila berat badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya 8 x 1,5/2 = 12/16 : 4 = 3/4
gram

Karbohidrat:
50-60
persen
dari
total
kebutuhan
kalori
Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 50%-nya = 400 : 4 = 100 gram

sehari

Lemak:
20
persen
dari
total
Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 20%-nya = 160 : 40 = 40 gram

kalori

Kebutuhan gizi pada balita :

Beda orang dewasa dengan balita :


Gula & Garam - lupakan penggunaan gula dan garam pada menu bayi. Kalau
pun ia sudah berusia di atas 1 tahun, batasi penggunaannya. Konsumsi garam
21

untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari atau
kurang dari 1 gram. Cermati makanan balita Ibu karena makanan orang
dewasa belum tentu cocok untuknya. Kadang makanan Ibu terlalu banyak
garam atau gula, atau bahkan mengandung bahan pengawet atau pewarna
buatan.
Porsi Makan - Porsi makan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Mereka
membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih
kecil namun sering.
Kebutuhan Energi & Nutrisi - Bahan makanan sumber energi seperti
karbohidrat,protein, lemak serta vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi
anak setiap hari. Atur agar semua sumber gizi tersebut ada dalam menu
sehari.
Susu Pertumbuhan Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting
dikonsumsi balita. Sedikitnya balita butuh 350 ml/12 oz per hari. Susu
Pertumbuhan dari Nutricia merupakan susu lengkap gizi yang mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 12 bulan ke atas dan menjadi
pelengkap menu buah hati ibu.
Asupan makanan sehari untuk anak harus mengandung 10-15% kalori, 2035% lemak, dan sisanya karbohidrat. Setiap kg berat badan anak memerlukan
asupan energi sebanyak 100 kkal.
Asupan lemak juga perlu ditingkatkan karena struktur utama pembentuk otak
adalah lemak. Lemak tersebut dapat diperoleh antara lain dari minyak dan
margarine.
Kebutuhan gizi remaja :

Wait, dkk kebutuhan energi dapat dihitung menurut TB U 11-18 tahun = 13-23
kkal/cm (laki-laki); 10-19 kkal/cm (perempuan)

Makanan harus seimbang memenuhi menu gizi seimbang

Kebutuhan energi remaja putra 3470 kkal/hr (U 16 th); putri 2550 kkal/hr (U 12 th)

Kebutuhan protein 0,29-0,32 g/cm (putra); 0,27-0,29 g/cm (putri)(U 11-18 th)

Mineral Fe & Ca 800-1200 mg/hr

Jenis Nutrisi
Air
Protein

Fungsi
Pelarut untuk pertukaran seluler
Transportasi nutrien dan produk buangan tubuh
Mengatur suhu tubuh
Menyediakan asam amino untuk pertumbuhan
dan perbaikan jaringan
Menjaga keseimbangan osmotik
Membentuk
hemoglobin,
nukleoprotein,
glikoprotein, lipoprotein, enzim, dan antibodi

Sumber
Air, makanan
Susu, telur, daging,
kacang-kacangan,
padi-padian

22

Karbohidrat
Lemak

Sebagai sumber energi


Membentuk glikogen dan lemak
Membantu pembentukan asam amino
Sebagai sumber cadangan energi
Melindungi pembuluh darah, saraf, dan organorgan tubuh
Melindungi tubuh dari perubahan suhu luar
Membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K
Memperlambat proses pengosongan lambung

Susu,
padi-padian,
buah, sirup, tepung,
sayuran
Susu, mentega, telur,
daging, ikan, minyak
sayur

Fungsi
Penglihatan
Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epitel
Diferensiasi sel-sel epitel

Sumber
Susu,
telur,
buah,
sayur, cod & halibut
liver oil

Sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat


Konduksi membran dan saraf
Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan
FMN
Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD
dehidrogenase
Merupakan komponen dari hampir semua zat-zat
pembawa elektron dalam sel hidup
Berperan dalam berbagai proses metabolisme
Sebagai bagian dari koenzim A dan protein
pembawa asil
Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan
piridiksamine fosfat
Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam
metabolisme asam amino, purin, dan nukleat
Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA
Sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks
potensial tubuh
Integritas epitel melalui kesehatan kolagen
Mekanisme imunitas
Mempercepat absorbsi besi
Sintesis hormon norepinefrin dan reseptor
neurotransmitter asetilkolin
Homeostasis kalsium dalam plasma
Mengatur sintesis protein yang mengatur transpor
Ca
Pembentukan garam Ca di jaringan yang
membutuhkan
Sebagai antioksidan alam paling kuat
Berperan dalam metabolisme selenium
Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X
Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat reaksi
karboksilase pada hati

Padi-padian,
ragi,
jeroan
Susu, telur, daging,
kacang-kacangan

(Nelson, 1999)
Jenis Vitamin
Vitamin A
Vitamin B
Thiamine
Riboflavin

Niasin
Asam
Pantothenat
Piridoksin
Asam Folat
Kobalamin

Vitamin C

Vitamin D

Vitamin E
Vitamin K

Ikan tuna dan halibut,


daging, sereal gandum
Kuning telur, susu,
kacang-kacangan
Daging, ikan, tepung
kedelai, ragi
Sayuran hijau, kacangkacangan, telur, ikan
Telur, susu
Kacang-kacangan,
sayuran hijau, buahbuahan

Minyak ikan
kuning telur

laut,

Minyak
biji-bijian,
buah, sayur, lemak
Sayuran hijau, sereal,
susu, telur
23

(Nelson, 1999)
Jenis Mineral
Kalsium

Klorida
Khromium
Kobalt
Tembaga
Fluorin
Iodium
Besi
Magnesium
Mangan
Molibdenum
Fosfor
Kalium
Selenium
Sulfur
Natrium
Seng

Fungsi
Membentuk struktur tulang dan gigi
Membantu proses kontraksi otot dan kerja
jantung
Membantu koagulasi darah
Membantu keseimbangan asam basa
Membentuk HCl lambung
Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin
Merupakan komponen pembentuk molekul
vitamin B12 dan eritropoietin
Penting untuk produksi sel darah merah,
transferin, dan hemoglobin
Membantu penyerapan besi
Membentuk struktur gigi dan tulang
Merupakan komponen pembentuk hormon T3
dan T4
Membentuk
struktur
hemoglobin,
enzim
oksidatif, sitokrom C, dan katalase
Membentuk struktur tulang dan gigi
Iritabilitas otot dan saraf
Kation intraseluler
Berperan dalam aktivasi enzim
Metabolisme karbohidrat
Komponen enzim santin oksidase
Mobilisasi feritin dalam hati
Membantu pembentukan tulang dan gigi
Struktur nukleus dan sitoplasma sel
Berperan dalam kontraksi otot
Hantaran impuls saraf
Keseimbangan cairan dalam tubuh
Kofaktor glutation peroksidase
Unsur pokok protein seluler
Berperan dalam pembentukan melanin
Berperan dalam menjaga tekanan osmotik
Menjaga keseimbangan asam basa
Unsur pokok enzim

Sumber
Susu, sayur
salmon, kerang

Fungsi
Penglihatan
Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epitel
Diferensiasi sel-sel epitel

Sumber
Susu,
telur,
buah,
sayur, cod & halibut
liver oil

Sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat

Padi-padian,

hijau,

Garam, daging, susu,


telur
Ragi
Tersebar luas
Hati, tiram, daging,
ikan, butir padi, kacang
Air, makanan laut
Garam, makanan laut
Hati, daging, kuning
telur, sayuran hijau
Biji-bijian,
kacang,
daging, susu
Sayuran
bijian
Sayuran

hijau,

biji-

Susu, kuning telur,


kacang-kacangan
Tersebar luas
Sayuran, daging
Makanan berprotein
Garam, susu, telur
Daging, susu, kacang

(Nelson, 1999)
Jenis Vitamin
Vitamin A
Vitamin B
Thiamine

ragi,
24

Riboflavin

Niasin
Asam
Pantothenat
Piridoksin
Asam Folat
Kobalamin

Vitamin C

Vitamin D

Vitamin E
Vitamin K

Konduksi membran dan saraf


Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan
FMN
Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD
dehidrogenase
Merupakan komponen dari hampir semua zat-zat
pembawa elektron dalam sel hidup
Berperan dalam berbagai proses metabolisme
Sebagai bagian dari koenzim A dan protein
pembawa asil
Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan
piridiksamine fosfat
Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam
metabolisme asam amino, purin, dan nukleat
Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA
Sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks
potensial tubuh
Integritas epitel melalui kesehatan kolagen
Mekanisme imunitas
Mempercepat absorbsi besi
Sintesis hormon norepinefrin dan reseptor
neurotransmitter asetilkolin
Homeostasis kalsium dalam plasma
Mengatur sintesis protein yang mengatur transpor
Ca
Pembentukan garam Ca di jaringan yang
membutuhkan
Sebagai antioksidan alam paling kuat
Berperan dalam metabolisme selenium
Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X
Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat reaksi
karboksilase pada hati

jeroan
Susu, telur, daging,
kacang-kacangan

Fungsi
Membentuk struktur tulang dan gigi
Membantu proses kontraksi otot dan kerja
jantung
Membantu koagulasi darah
Membantu keseimbangan asam basa
Membentuk HCl lambung
Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin
Merupakan komponen pembentuk molekul
vitamin B12 dan eritropoietin
Penting untuk produksi sel darah merah,
transferin, dan hemoglobin
Membantu penyerapan besi
Membentuk struktur gigi dan tulang

Sumber
Susu, sayur
salmon, kerang

Ikan tuna dan halibut,


daging, sereal gandum
Kuning telur, susu,
kacang-kacangan
Daging, ikan, tepung
kedelai, ragi
Sayuran hijau, kacangkacangan, telur, ikan
Telur, susu
Kacang-kacangan,
sayuran hijau, buahbuahan

Minyak ikan
kuning telur

laut,

Minyak
biji-bijian,
buah, sayur, lemak
Sayuran hijau, sereal,
susu, telur

(Nelson, 1999)
Jenis Mineral
Kalsium

Klorida
Khromium
Kobalt
Tembaga
Fluorin

hijau,

Garam, daging, susu,


telur
Ragi
Tersebar luas
Hati, tiram, daging,
ikan, butir padi, kacang
Air, makanan laut
25

Iodium
Besi
Magnesium
Mangan
Molibdenum
Fosfor
Kalium
Selenium
Sulfur
Natrium
Seng

Merupakan komponen pembentuk hormon T3


dan T4
Membentuk
struktur
hemoglobin,
enzim
oksidatif, sitokrom C, dan katalase
Membentuk struktur tulang dan gigi
Iritabilitas otot dan saraf
Kation intraseluler
Berperan dalam aktivasi enzim
Metabolisme karbohidrat
Komponen enzim santin oksidase
Mobilisasi feritin dalam hati
Membantu pembentukan tulang dan gigi
Struktur nukleus dan sitoplasma sel
Berperan dalam kontraksi otot
Hantaran impuls saraf
Keseimbangan cairan dalam tubuh
Kofaktor glutation peroksidase
Unsur pokok protein seluler
Berperan dalam pembentukan melanin
Berperan dalam menjaga tekanan osmotik
Menjaga keseimbangan asam basa
Unsur pokok enzim

Garam, makanan laut


Hati, daging, kuning
telur, sayuran hijau
Biji-bijian,
kacang,
daging, susu
Sayuran
bijian
Sayuran

hijau,

biji-

Susu, kuning telur,


kacang-kacangan
Tersebar luas
Sayuran, daging
Makanan berprotein
Garam, susu, telur
Daging, susu, kacang

(Nelson, 1999)
LO.2.2 Menjelaskan peran gizi anak dan remaja
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh
konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan. Status ini merupakan tanda-tanda
atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi
yang berasal dari pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2004).
Menurut Supariasa, dkk (2001) menyatakan bahwa status gizi yaitu ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu. Contoh : Gizi kurang merupakan keadaan tidak seimbangnya konsumsi
makanan dalam tubuh seseorang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi
kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak
yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat
menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan,
maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
o Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
26

o Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat


diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak
agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
o Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana
pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan.
Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar
1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Maka
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat dan tingkat gizi.
Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara,
pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan keterangan untuk
pelaksanaanya. Jika dilihat dari tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah
kulit, lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat
berubah, mudah turun naik dan menggambarkan keadaan sekarang.
b. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada.
Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik,
dapat menggambarkan riwayat masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak
adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur
(TB/U), Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 1995).
1.1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran
tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu
makan atau menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan
ukuran antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan zat gizi terjamin,
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya keadaan
abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu berkembang
lebih cepat atau berkembang lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan sifatsifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah
satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional
status).
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan
kekurangan yang perlu mendapat perhatian.
Kelebihan indeks BB/U yaitu :
- Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
- Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
- Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).
Sedangkan kelemahan dari indek BB/U adalah :
- Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat oedema.
27

- Memerlukan data umur yang akurat.


- Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak
pada saat penimbangan.
- Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya
karena seperti barang dagangan (Supariasa, 2002).
1.2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan
skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dangan pertambahan
umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap
masalah defisiensi zat gizi jangka pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi
badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama.
Indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lampau, dan dapat juga digunakan
sebagai indikator perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Keadaan tinggi badan anak
pada usia sekolah (tujuh tahun), menggambarkan status gizi masa balitanya. Masalah
penggunaan indek TB/U pada masa balita, baik yang berkaitan dengan kesahlian
pengukuran tinggi badan maupun ketelitian data umur. Masalah-masalah seperti ini akan
lebih berkurang bila pengukuran dilakukan pada anak yang lebih tua karena pengukuran
lebih mudah dilakukan dan penggunaan selang umur yang lebih panjang (setelah tahunan
atau tahunan) memperkecil kemungkinan kesalahan data umur.
Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu :
- Tidak dapat member gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.
- Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak
mengalami keadaan takut dan tegang (Jahari, 1998).
1.3. Indeks Massa Tubuh Menurut (IMT/U)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi
adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya
dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi
penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih
mudah dilakukan dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah
pedesaan (Supariasa, dkk., 2001).
Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara antropometri. Saat
ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam
penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intake energi
dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran
pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh
(fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan
menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.
Rumus IMT :

IMT = Berat Badan (kg) : (Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m))
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri
28

Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku
(reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO
sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.
Klasifikasi status gizi anak dan remaja menurut WHO 2007 adalah sebagai berikut :
Indeks BB/U :
a. Normal : -2 SD s/d 2 SD
b. Kurang : -3 SD s/d < -2 SD
c. Sangat Kurang : < -3 SD
Indeks TB/U :
a. Normal : -2 SD s/d 2 SD
b. Pendek : -3 SD s/d < -2 SD
c. Sangat pendek : < -3 SD
Indeks IMT/U :
a. Sangat gemuk : > 3 SD
b. Gemuk : > 2 SD s/d 3 SD
c. Normal : -2 SD s/d 2 SD
d. Kurus : -3 SD s/d < -2 SD
e. Sangat kurus : < -3 SD

(sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22464/4/Chapter%20II.pdf )
LO.2.3 Menjelaskan periode pertumbuhan anak dan remaja
Kecepatan pertumbuhan anak melambat setelah tahun pertama kehidupan. Pada umur
setahun berat badan anak menjadi 3 kali BB lahir, tetapi pada umur 2 tahun BB anak hanya 4
kali BB lahir. Panjang badan anak bertambah 50% pada umur setahun, namun panjang badan
lahir baru tercapai pada umur 4 tahun. Pada anak yang baru sembuh dari suatu penyakit atau
anak mengalami kekurangan gizi akan mengalami pertumbuhan yang lambat.
Anak membutuhkan nutrien yang lebih banyak untuk pertumbuhan tulang, gigi, otot dan
darah. Anak mempunyai risiko mengalami malnutrisi apabila anak terlalu lama nafsu
makannya buruk, asupan makanan yang terbatas atau makanan yang terlalu encer. Energi
dibutuhkan oleh anak untuk keperluan metabolisme basal, pertumbuhan dan aktifitas.
Komposisi makanan pada masa ini dianjurkan terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-15%
protein dan 25-30% lemak. Dalam menghitung kebutuhan energi pada anak normal lebih baik
berdasarkan kebutuhan energi per kg BB dan jenis kelamin anak.Anak umur 1 3 tahun
mempunyai risiko mengalami anemia defisiensi besi. Keadaan ini disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan, dan akibat dari diet anak yang
tidak cukup mengandung energi. Kalsium dibutuhkan untuk mineralisasi tulang dan
mempertahankan pertumbuhan tulang. Kebutuhan kalsium tergantung pada kemampuan
29

absorpsi dan faktor diet seperti jumlah protein, vitamin D dan fosfor. Vitamin D diperlukan
untuk absorpsi kalsium dan deposisi kalsium di tulang.
Seng sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Defisiensi seng dapat mengakibatkan
gagal tumbuh, penurunan nafsu makan atau pengecapan, dan penyembuhan luka yang lambat.
Kebutuhan seng adalah 10 mg/hari. (Moersintowati, 2008)

Faktor faktor yang mempengaruhi asupan makanan adalah :


a. Keluarga
b. Media
c. Teman sebaya
d. Penyakit

Masalah makanan yang sering terjadi pada masa anak adalah :


a. Obesitas
b. Kurang gizi
c. Defisiensi besi
d. Defisiensi vitamin A
e. Karies gigi
f. Alergi makanan
g. Gizi pada masa prasekolah
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a.

Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun
tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderungan untuk memilih
angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak
perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah
30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari
tidak diperhitungkan (Depkes, 2008).
b.

Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik
karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan
penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang
dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan
umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu
ke waktu (Depkes, 2007).
c.

Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus
kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
30

terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur),
atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena
perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan
indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,
kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes, 2009).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan
Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya
gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (Soekirman, 2000).

LI.3 Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orang Tua Kepada Anak Menurut Ajaran
Agama Islam
Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap sebagai
harta benda yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah anak
harus dijaga sebaik mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang tua. Anak adalah manusia
yang memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apa pun.
1. Anak
mempunyai
Allah berfirman:

hak

untuk

hidup.

Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan
rizqi kepadamu dan kepada mereka. ( QS. Al-Anam: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa
hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan
kepada kita bahwa Allah saw pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun
sang anak, asalkan berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana
firman Allah (QS AI Baqarah: 233)







{233}
Artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Bayi yang memperoleh ASI akan mempunyai daya kekebalan tubuh yang lebih baik.
Seorang ibu diwajibkan untuk menyusui anaknya sampai 2 tahun penuh, kecuali ada alasan
yang dapat diterima oleh hukum Islam. Menyusui anak sampai dua tahun ini akan
menumbuhkan pengaruh positif terhadap sang anak baik secara fisik maupun secara jiwani.
3. Memberi Nama yang Baik
31

Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam
memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir.
Kedua, mendidiknya dengan al-Quran dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak
dewasa.
Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,
Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu
sekalian, maka perbaguslah nama kalian. (HR.Abu Dawud)
Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah doa. Dengan memberi
nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.
4. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan aqiqah adalah; menyembelih kambing untuk (bayi) yang
baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda; Tiap-tiap seorang anak tergadai dengan aqiqahnya.
Disembelih (aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi
nama dia. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At
Tirmidzy, hadits dari Samurah ).
5. Mendidik anak
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia
senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan
para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu
kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah
kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti
mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu
mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan
menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini
dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang
sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera
menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada
anak-anaknya.
6. Memberi makan dan keperluan lainnya
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisan pun
berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w. bersabda;
Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan (tanggung jawab) memberi makan
keluarganya. ( HR Abu Daud)
7. Memberi rizqi yang thayyib
Rasulullah s.a.w. bersabda; Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya
tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik. HR Al Hakim.

32

8. Mendidik
anak
tentang
agama
Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan
menyebabkannya masuk surga. ( HR Al Bukhary ).
Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda; Wanita itu
bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan tetap bengkok. Namun
apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah.
9. Mendidik anak untuk sholat
Rasulullah s.a.w. bersabda; Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan
gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur
mereka (putra putri).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah anak
berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan
sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan pukulan yang membekas
atau menyakitkan.
10. Mendidik anak tentang adab yang baik
Islam mengutamakan pendidikan mental. Taqwa itu ada disini, kata Rasulullah seraya
menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang menentukan baik
buruknya perilaku seseorang.
11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik
Berkata shahabat Aly r.a.; Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk
zaman yang berbeda dengan zamanmu.
12. Memberi pengajaran Al Quraan
Rasulullah s.a.w. bersabda;Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al Qur aan
dan mengajarkannya.
Nabi s.a.w. bersabda; Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan.
Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Quraan) yang muhkamat,
ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu Majah ).
13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis
Rasulullah s.a.w. bersabda; Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya
tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik. HR Al Hakim.
14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan
Rasulullah s.a.w. bersabda; Jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu
lakukan. Sesungguhnya Allah SAW menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak
akan masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan. ( HR At Thabarany ).
15. Memberikan pengajaran ketrampilan
Rasulullah s.a.w. bersabda; Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya sendiri.
Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan; Mengapa tidak kau ajarkan padanya (anak
itu) menenun sebagaimana dia telah diajarkan tulis baca? (HR An- Nasai).
16. Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu, agar
menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, sabarlah menghadapi
33

perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah
membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati, belailah
dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.
Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini?
Nabi s.a.w. menjawab; Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan
memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At Tuusy )
17. Memberi kasih sayang
Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik
berupa pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah
adanya perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.
Rasulullah s.a.w. bersabda; Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih
muda dan (bukan dari golongan kami) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.(HR At
Tirmidzi).

18. Menikahkannya
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka
terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Doakan dan dorong mereka untuk hidup
berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga,
Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya,
sebagaimana firman-Nya, Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orangorang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang
perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan
kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya. (QS. An-Nur:32)
19. Mengarahkan anak
Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk memilih
kawan, teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua menjelaskan
kepada anak tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan bergaul dengan
orang-orang sholeh, dan bahaya duduk dengan orang-orang yang suka melakukan kejelekan
ataupun teman yang jelek.
Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mencari tahu setiap keadaan anak, menanyakan
tentang teman-temannya. Betapa banyak terjadi seorang anak yang jelek mengajak temantemannya untuk berbuat kemungkaran dan kerusakan, serta menghiasi perbuatan jelek dan
dosa di hadapan teman-temannya.
Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan, tidak
mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya. Walaupun dengan hal itu
mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan tajassus (mata-mata). Ini tentu saja
dengan tujuan mencegah kejelekan dan kerusakan yang terjadi, karena sesungguhnya Allah k
tidak menyukai kerusakan.
Inilah kiranya sebuah kewajiban yang tak boleh dilupakan oleh setiap orang tua.
Hendaknya orang tua mengingat sebuah ucapan yang dituturkan oleh Amr bin Qais AlMala`I:
Sesungguhnya pemuda itu sedang tumbuh. Maka apabila dia lebih mengutamakan untuk
duduk bersama orang-orang yang berilmu, hampir-hampir bisa dikata dia akan selamat.
Namun bila dia cenderung pada selain mereka, hampir-hampir dia rusak binasa. (Dinukil
34

dari Lammud Durril Mantsur minal Qaulil Ma`tsur, bab Hukmus Salaf alal Mar`i bi Qarinihi
wa Mamsyahu).
(Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, 2000)

DAFTAR PUSTAKA
Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta. Karisma.
Pedoman penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke 5 (PPDGJ-V). 2005. Departemen
Kesehatan RI.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
35

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan Manajemen


Sekolah Khusus Tunanigra (SLB-C). (2008). Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pemeriksaan Kemampuan Fungsional
Penyandang Cacat untuk Sekolah dan Melamar Kerja. (2009). Jakarta.
Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15. Jakarta.
EGC.
Moersintowati. B, Narendra. (2008). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja edisi 1.
Jakarta. Sagung Seto.
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta. Gramedia.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.
(sumber: http://www.lusa.web.id/gizi-seimbang-pada-remaja-dan-dewasa/)
(sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22464/4/Chapter%20II.pdf )

36

Anda mungkin juga menyukai