SOLIDIFIKASI
SOLIDIFIKASI
Keuntungan
material
dan
Kerugian
teknologinya
mudah
dijangkau
biaya sedikit
produk
sememntasi
bersifat
stabil
sementasi
terbakar
dan
tidak
memiliki
mudah
kestabilan
Komposisi bitumen merupakan campuran hidrokarbon dengan berat molekul tinggi. Dua
komponen utama terdiri dari senyawa Asphaltene dan senyawa Malthene. Beberapa jenis
bitumen antara lain straight run distillation asphalts, oxidized asphalts, craked asphalts
dan emulsified asphalts.
Keuntungan
material
dan
Kerugian
teknologinya
mudah
dijangkau
dapat terbakar
proses
peningkatan
temperature
adanya
memerlukan
endapan
partikulat
selama
pendinginan
biaya sedikit
kemampuan pencampuran yang baik
Stabilisasi/Solidifikasi
Secara umum stabilisasi didefinisikan sebagai proses pencampuran bahan berbahaya
dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan untuk menurunkan laju migrasi dan
Menurut Roger Spence and Caijun Shi (2006), tata cara kerja stabilisasi/ solidifikasi :
1. Limbah B-3 sebelum distabilisasi/solidifikasi harus dianalisis karakteristik-nya
guna menentukan jenis stabillisasi/solidifikasi yang diperlukan terhadap limbah
B-3 tersebut;
2. Setelah
dilakukan
stabilisasi/solidifikasi,
terhadap
hasil
olahan
tersebut
Solidifikasi Limbah
Pembuangan limbah padat menjadi isu utama dikarenakan potensinya untuk
mengkontaminasi air permukaan dan air tanah dengan kontaminan berupa arsenik, boron,
logam berat, anion sulfat, dsb. Pengolahan yang aman terhadap limbah padat dengan
mengutamakan perlindungan terhadap pencemaran air permukaan dan air tanah
merupakan hal penting (Marinkovic et al., 2003).
Solidifikasi/stabilisasi merupakan teknik yang secara luas diterapkan untu
remediasi limbah yang mengandung konstituen berbahaya. Pengolahan ini mencegah
migrasi/penyebaran konstituen berbahaya ke lingkungan. Solidifikasi (transformasi
lumpur semi-liquid menjadi bentuk solid/padat) mengarah pada perubahan karakteristik
fisik limbah. Pengolahan ini mencakup peningkatan kekuatan kompresi, penurunan
permeabilitas,
dan
enkapsulasi
konstituen
berbahaya
(Marinkovic et
al., 2003). Pengolahan limbah secara solidifikasi dapat diterapkan pada berbagai bentuk
limbah, yaitu lumpur, solid, liquid, drainase tambang, dan pupuk. Solidifikasi digunakan
untuk mengubah limbah menjadi bentuk fisik yang sesuai dan tahan yang lebih
kompatibel untuk penyimpanan, landfill, atau reuse yaitu bentuk padat yang memiliki
interitas tinggi. Bentuk ini dapat diperoleh dengan atau tanpa fiksasi kimiawi (Goni et
al., 2009; Meegoda et al.,2003; Mater et al., 2006; Mijno et al., 2007, Jun et al., 2005).
Solidifikasi menciptakan barrier antara komponen limbah dan lingkungan dengan
mereduksi permeabilitas limbah danatau mengurangi luas area permukaan yang efektif
untuk difusi (Meegoda et al., 2003). Penelitian dari Andres et al. (2009) menyebutkan
bahwa anhydrite dapat mengimobilisasi logam berat pada sludge yang mengandung
logam berat sebanyak 90% sehingga aman untuk landfill.
Salah satu bahan yang digunakan dalam solidifikasi limbah adalah fly ash.
Penambahan fly ash dapat meningkatkan kekuatan ikatan pada limbah, workability,
buffering capacity, dan heavy metal leachability. Penambahan fly ash secara efektif
mengimobilisasi tiga jenis logam berat Pb, Cr3+, dan Cr6+. Imobilisasi tetap terjadi secara
efektif walaupun pH pada saat penambahan bersifat asam atau basa (Dermatas dan Meng,
2003). Pada penelitian yang dilakukan oleh Marinkovic et al. (2003), solidifikasi dapat
dilakukan dengan menggunakan fly ash-FGD gypsum-lime-water dan fly ash-calcined
FGD gypsum dapat digunakan sebagai proses solidifikasi. Sistem ini meningkatkan
kekuatan kompresi (0.34 MPa). Pada limbah yang mengandung kromium dibawah batas
yang ditentukan EPA, rasio komposisi limbah dengan fly ash tidak berpengaruh secara
signifikan (Parsal et al., 1996). Teknik ini menghasilkan limbah yang tersolidifikasi
sehingga menghindarkan penyebaran konstituen pada air permukaan atau air tanah.
Karbonasi dengan menggunakan fly ash dan kapur juga efektif dalam solidifikasi limbah
organik dan inorganik (Swarnalatha et al., 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Arce et
al. (2010) membuktikan bahwa karbonasi menggunakan fly ash menghasilkan stabilisasi
Ba yang efektif, sedangkan untuk Cl-, SO42-, dan F-karbonasi dengan fly ash dapat
mensolidifikasi setengah dari kandungannya pada limbah, dan untuk DOC (dissolved
organic carbon) memerlukan waktu retensi yang lama untuk mengoptimalkan solidifikasi.
Selain itu fly ash juga dapat digunakan pada solidifikasi dengan teknik geopolimer.
Penelitian solidifikasi dengan menggunakan fly ash dengan teknik geoplimerisasi telah
dilakukan
oleh
Galiano et
al. (2011)
dengan
menggunakan
reagen
yaitu
(Meegoda et al., 2003). Salah satu contoh penerapan teknik ini yaitu dalam pengolahan
limbah yang mengandung logam berat seperti penelitian yang telah dilakukan oleh
Anastasiadou et al. (2012) yang menggunakan fly ash kemudian dilakukan sementasi.
Limbah yang diolah mengandung logam berat Cr, Fe, Ni, Cu, Cd dan Ba. Dengan
menggunakan teknik sementasi ini hasilnya aman untuk landfill atau digunakan sebagai
material konstruksi karena pengikatan logam berat yang cukup kuat sehingga tidak
mudah terlepas ke lingkungan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Coz et al. (2009)
menunjukkan bahwa pencampuran sodium silicate pada materi semen dapat
meningkatkan leachabilitas logam berat terutama Zn, dengan konsentrasi silikat 5-25%
menghasilkan leachabilitas yang optimum pada materi semen. Voglar dan Lestan (2010)
menyatakan bahwa sementasi dapat diterapkan untuk solidifikasi berbagai jenis logam
berat yaitu Cd, Pb, Zn, Cu, Ni dan As . pada penelitian mereka selanjutnya, Voglar dan
Lestan (2011) menyatakan dalam jurnalnya bahwa formula solidifikasi paling efisien
yaitu semen kalsium aluminat ditambah dengan acrylic polymer akrimal menghasilkan
materi yang dapat mengikat sangat kuat terhadap logam berat antara lain Cd, Pb, Zn, Cu,
Ni dan As sehingga materi tersebut dapat digunakan untuk landfill atau landcover.
Kalsium sangat berperan dalam teknik sementasi, jenis kalsium yang sering
digunakan antara lain Calcium Silicate Hydrate, Calcium Hydroxide, Calcium
Sulfoaluminate (Meegoda et al., 2003). Kalsium berperan penting dalam teknik
sementasi. Sementasi baik yang menggunakan Portlan cement (PC) atau cement kiln dust
(CDK) memanfaatkan ikatan yang terbentuk antara Ca dengan As(III) dan As(V) untuk
mengimobilisasi logam arsenit tersebut (Yoon et al., 2010). Penelitian dari Qian et
al., (2008) membuktikan bahwa teknik sementasi dapat mengimobilisasi logam berat,
terutama logam berat Zn dan Pb. Pada penelitian ini proses solidifikasi dilakukan dengan
menggunakan fly ash dan calcium sulfoaluminate cement matrix sehingga imobilisasi
logam berat yang efektif matrix semen. Ketidakadaan kalsium dalam materi dapat
menurunkan pengikatan logam berat pada semen, atau yang disebut dengan dekalsifikasi
materi semen, dapat menurunkan luasan area pengikatan logam berat (Laforest dan
Duchesne, 2007).
Komponen organik pada limbah berpengaruh pada containment dan karakteristik
kekuatan pada limbah hasil solidifikasi. Kandungan minyak dan fenol dalam limbah