Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi
dengan manusia lainnya. Dalam hal ini, Ahklak sangat diperlukan.
Proses pembentukannya, akhlak sangat berperan dalam masalah
keimanan dan ketaqwaan seseorang. Oleh karena itu keimanan dan
ketaqwaan adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang.
Keimanan dan ketaqwaan sebenarnya potensi yang telah ada pada diri
manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja sejalan
dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Saat ini keimanan dan ketaqwaan telah dianggap sebagai hal
yang biasa oleh masyarakat umum bahkan ada yang tidak mengetahui sama
sekali arti dari keimanan dan ketaqwaan itu sendiri, hal itu dikarenakan
manusia selalu menganggap remeh tentang hal itu. Oleh karena itu, persoalan
diatas yang melatar belakangi kami untuk membahas tentang keimanan dan
ketaqwaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka
penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan iman itu ?
2. Apa saja wujud dari Iman itu ?
3. Bagaimana proses terbentuknya iman ?
4. Apa saja tanda-tanda orang beriman ?
5. Bagaimana korelasi antara keimanan dan ketaqwaan?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui dan memahami pengertian dari iman
2. Mengetahui dan memahami wujud dari iman
3. Mengetahui dan memahami proses terbentuknya iman
4. Mengetahui tanda tanda dari orang beriman
5. Mengetahui korelasi dan keimanan dan ketaqwaan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN IMAN

Pengertian iman secara umum


Iman ialah pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah
(al-Quran) ms Rasul dan atau dengan ajaran-ajaran selainnya yakni
ms syayathin. Dan orang yang demikian dinamakan mukmin
seumumnya.

Pengertian iman secara khusus


Iman ialah pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah
(al-Quran) ms Rasul, dinamakan Iman yang haq(obyektif).

Keterangan :
A = Allah, perancang dan pemastian kehidupan (qadiirun).
B = Kenyataan hidup nabi Muhammad Rasulullah, pola atau bentuk
contoh kehidupan dari
ajaran Allah (uswatun hasanah).
B1 = Al-Quran sebagai Imam
B2 = Kenyataan hidup mukmin yang obyektif dengan al-Quran ms
Rasul yang oleh
Nabi Muhammad dinyatakan Sahabatku di Jannah.
C = Kenyataan alam organis, biologis dan gaya yang tergantung
kepada Allah.
ABC = (yang terperinci menjadi AB1C dan AB2C) = Nur ms Rasul
yaitu pantulan terang dari
Al-Quran ms Rasul (Nurun Ala).
BE = Dzulumat dalam arti bayangan yaitu pantulan gelap yang
bertolak belakang dengan

pantulan terang dinamakan Nurin.


BDE = Sudut memandang dzulumat yang obyektif dari Allah ms
Rasul-Nya.
BED = Sunnah Syaitahn, laknatullah wal malaikat wan naasi ajmain
(Surat Baqarah ayat 161).
BDC = Salah satu alternative, secara defect, menjadi aduk-adukan
pandangan Nur-dzulumat (ABC-BDE), dalam bentuk kadzdzaba
menjadi model ketiga, ialah idealisme.
CF = Dzulumat ialah bayangan yaitu pantulan gelap dari kenyataan
alam.
CDF = Sudut memandang dzulumat secara obyektif Ilmiah dengan AlQuran ms Rasul.
FDC = Salah satu lternative lain, secara reflex, dalam bentuk tawalla
CDF menjadi semodel bathil.
ED dan FD = Segala daya upaya aduk-adukan Nur-dzulumat dan atau
penyalah gunaan dzulumat menjadi semodel bathil (DC), dinamakan
khutuwatis syaithan = strategi dan taktik pilihan dzulumat ms
syayathin.
DC = Hasil aduk-adukan Nur-dzulumat (ABC-BDE) menjadi BDC
dan atau penyalahgunaan dzulumat (CDF) menjadi FDC, keduanya
menjadi semodel bathil.

Pengertian Iman menurut Bahasa


Iman secara bahasa berasal dari kata anamah yang berarti
menganugrahkan rasa aman dan ketentraman, dan yang kedua masuk
ke dalam suasana aman dan tentram, pengertian pertama ditunjukkan
kepada Tuhan, karena itu salah satu sifat Tuhan yakni, al-Makmun,
yaitu Maha Memberi keamanan dan ketentraman kepada manusia
melalui agama yang diturunkan lewat Nabi. pengertian kedua
dikaitkan dengan manusia. Seorang mukmin (orang yang beriman)

adalah mereka memasuki dalam suasana aman dan tentram menerima


prinsip yang telah ditetapkan Tuhan.

Iman menurut Ali Mustafa al-Ghuraby


Sesungguhnya Iman itu adalah marifah dan pengakuan
kepada Allah swt Dan Rasul-Rasul-Nya (atas mereka keselematan)".

Pengertian Iman menurut Jumhur Ulama yang dikemukakan


oleh al-Kalabadzy:
Iman itu adalah perkataan, perbuatan dan niat, dan arti niat
adalah pembenaran".

Tengertian Taqwa
Menurut imam ghozali : Taqwa di dalam Al quran disebut dalam
tiga pengertian
Pertama : Takut dan malu
Kedua : Taat dan beribadah
Ketiga :Membersihkan hati dari dosa, dan yang terakhir adalah taqwa yang
sejati.
Demikianlah pengertian taqwa menurut imam ghozali.
Secara umum, taqwa adalah perkataan yang mengungkapakn
penghindaran diri dari kemurkaan Allah SWT dan Siksa-Nya. Yakni dengan
melaksanakan apa yang diperintah-Nya dan menahan diri dari melakukan
segala larangan-Nya. Hakikat taqwa ialah tuhan melihat kehadiranmu
dimana DIA telah melarangmu. Tuhan tidak kehilangan kamu dimana DIA
telah memerintahkanmu

2.2 WUJUD DARI IMAN


Wujud iman termuat dalam 3 unsur yaitu isi hati, ucapan, dan
perbuatan. Dalam artian diyakini dalam hati yaitu dengan percaya akan adanya
Allah SWT, diucapkan dengan lisan yaitu dengan mengucapkan 2 kalimat
syahadat, dan dilakukan dengan perbuatan maksudnya menjalankan seluruh
perintah Nya dan menjauhi seluruh larangan Nya.
Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang
mendorong seorang muslim berbuat amal soleh. Seseorang dinyatakan beriman
bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam.
Seseorang dipandang muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya.
Apabila ia berakidah muslim maka segala sesuatu yang dilakukannya akan
bernilai sebagai amal saleh. Apabila tidak berakidah, maka segala perbuatannya
dan amalnya tidak mengandung arti apa-apa.
Oleh karena itu, menjadi seorang muslim berarti meyakini dan
menjalankan segala sesuatu yang diajarkan dalam ajaran Islam

2.3 PROSES TERBENTUKNYA IMAN


Manusia terlahir di dunia ini membawa bekal fitrah. Hal ini
dijelaskan dalam surat Al-Araf : 172. Iman terbentuk dalam Al-Fitrah /
potensi manusia dan sangat tinggi derajatnya. Al-fitrah dibawa oleh setiap
manusia yang lahir di dunia. Adapun pengertian Al-fitrah antara lain:

1. Al-fitrah berarti mengakui keesaaan (tauhid) Allah SWT, manusia


sejak lahir kecenderungan untuk mengesakan Tuhan dan berusaha
secara terus menerus untuk mencari dan mencapai ketauhidan
tersebut.
2. Al-Fitrah berarti perasaamn yang tulus (Al-Ikhlas), manusi terlahir
dengan sifat baik. Diantara sifat itu adalah ketulusan dan
kemurnian dalam menjalankan semua aktifitas.
3. Al-Fitrah berarti sifat-sifat Allah SWT yang ditiupkan kepada
setiap manusia sebelum dilahirkan. Bentuknya Asmaul Husna
yang jumlahnya 99 nama. Tugas manusia adalah
mengaktualisasikan sifat-sifat tersebut dengan cara
menginternalisasikan ke dalam dirinya sehingga dia
berkepribadian Rabbani.
Untuk menciptakan manusia agar sesuai dengan fitrahnya, maka
manusia harus memperhatikan beberapa hal:
1. Prinsip pembinaan berkesinambungan
Proses pembentukan iman atau suatu proses yang penting, terus
terang, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang
memungkinkan orang semain lama semakin mampu bersikap selektif.
Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung
seumur hidup. Oleh karena itu penting mengarahkan proses motivasi
agar membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif menghadapi nilainilai hidup yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.
2. Prinsip Internalisasi dan individu.
Prinsip ini menekankan pentingnya mempelajari iman sebagai
prosas (internalisasi dan individuasi). Implikasi metodologinya ahila

bahwa pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang mewujudkan


nilai-nilai itu iman tidak dapat hanya mengutamakan nilai-nilai itu
dalam bentuk jadi, tetapi juga harus mementingkan proses dan cara
pengenalan nilai hidup tersebut.
3. Prinsip sosialisasi.
Pada umumnya nilai-nilai hidup baru benar-benar mempunyai
arti apabila telah memperoleh dimensi sosial. Implikasi metodologinya
ahila bahwa usa pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman
hendaknya tidak diukur keberhasilannya terbatas pada tingkat
individual ( yaitu hanya dengan memperhatikan kemampuan seseorang
dalam kedudukannya sebagai individu), tetapi perla mengutamakan
penelian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial (proses sosialisasi
orang tersebut.
4. Prinsip konsistensi dan koherensi.
Nilai iman lebih mudah tumbuh terkselerasi, apabila sejak
semula ditangani secara consisten, yaitu secara tetap dan konsekuen,
serta secara koheren, yaitu tanpa mengandung pertentengan antara nilai
yang satu dengan nilai lainnya. Implikasi metodologinya adalah bahwa
usa yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku
yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu consisten dan koheren.
5. Prinsip integrasi.
Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan
setiap oarng pada problemtica kehidupan yang menuntut pendekatan
yang luas dan menyeluruh. Makin integral pendekatan seseorang
terhadap kehidupan , makin fungsional pula hubungan setiap bentuk
tingkah laku yang berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari.
Implikasi metodeloginya ahila agar nilai iman hendaknya dapat
9

dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku


yang terpisah-pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam
kaitan problematik kehidupan yang nyata.

2.3 TANDA-TANDA ORANG BERIMAN


Al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang beriman sebagai
berikut:
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar
ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan
ayat Al-Quran, maka bergejolak artinya untuk segera
melaksanakannya (Al Anfal:2).
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu
Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan
ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Mirn:120,Al-Maidah:12, AlAnfal:2, At-Taubah:52, Ibrahim:11, Mujadalah:10. dan Attaghabun:13).
3. Tertib dalam melaksanakan sholat dan selalu menjaga pelaksanaannya
(Al-Anfal:2, 7).
4. Menafkahkan rezeki yang diterimanya (Al-Anfal:3 dan AlMukminun:4).
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga
kehormatan (Al-Mukminun:3, 5)
6. Memelihara amanah dan menempati janji (Al-Mukminun:6)
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolang (Al-Anfal:74).

10

8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izan (An-nur:62).


Akidah islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan
mempengaruhi kehidupan seorang muslim, Abu Ala Maududi
menyebutkan tanda orang beriman sebagai berikut :
a.

Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan Picik.

b.

Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tau harga diri.

c.

Mempunyai sifat rendah hati dan kiamat.

d.

Senantiasa jujur dan adil.

e.

Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap


persoalan dan situasi.

f.

Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketahbahan , dan


optimisme.

g.

Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar


menghadapi resiko, bahkan tidak takut pada maut.

h.

Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.

i.

Patuh,taat dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi.

2.4 KOLERASI ANTAR KEIMANAN DAN KETAQWAAN


Keimanan pada keesaan Allah yang di kenal dengan istilah Tauhid
di bagi menjadi dua, yaitu Tauhid Teoritis (Tauhid Rububiyah) dan Tauhid
Praktis (Tauhid Uluhiyyah)

11

Tauhid teoritis adalah Tauhid yang membahas tentang keesaan zat,


keesaan sifat, dan keesaan perbuatan Tuhan. Konsekuensi tauhid teoritis
adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya wujud
mutlak.
Adapun Tauhid Praktis yang merupakan terapan Tauhid Teoritis,
berhubungan dengan ibadah manusia.
Dalam menegakkan Tauhid seseorang harus menyatukan iman dan
amal, konsep dan pelaksanaan, pikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks
dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian
yakin dan percaya kepada Allah melalui pikiran, membenarkan dalam hati,
mengucapkan dengan lisan dan mengamalkannya dengan perbuatan.

12

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Iman adalah percaya sepenuh hati, diucapkan dengan lisan dan
ditunjukkan dengan perbuatan. Iman kepada Allah artinya meyakini dan
membenarkan adanya Allah yang menciptakan dan memelihara alam semesta
dengan segala isinya.
Taqwa yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi. Maka
taqwa dapat diarikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten.
iman dan taqwa saling berpengaruh dalam membentuk manusia
berkepribadian. Peran iman, diantaranya menghilangkan gangguan jiwa,
menumbuhkan keteguahan pendirian, menumbuhkan kekuatan pengendali
hawa nafsu, menumbuhkan tawakkal, menciptakan tekat berbuat baik dan
berperan menciptakan rasa cinta dan bahagia. Totalitas peranan tersebut dapat
menumbuhkan ketaqwaan dalam kehidupan manusia, baik sebagai makhluk
individual maupun koletif.
3.2 SARAN

13

Kita sebagai umat islam harus mempelajari iman dan taqwa guna
meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT agar
mendapat ketentraman lahir dan bathin.

14

Anda mungkin juga menyukai