Anda di halaman 1dari 9

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Pembelajaran Fisika


Menurut Brockhaus (dalam Druxes, 1986:3), fisika adalah pelajaran tentang kejadian
alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat,
penyajian secara matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum. Menurut Gerthsen
(dalam Druxes, 1986:7), fisika merupakan suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam
yang sederhana dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya.
Persyaratan dasar untuk pemecahan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala tersebut.
Sedangkan menurut Bektiarso (2000:12), fisika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari
tentang gejala alam dan menerangkan bagaimana gejala tersebut terjadi. Fisika merupakan
mata pelajaran yang tidak hanya sekedar hafalan, tetapi memerlukan pengertian dan
pemahaman konsep yang dititik beratkan pada proses terbentuknya pengetahuan melalui
suatu penemuan, penyajian data secara matematis, dan berdasarkan aturan-aturan tertentu.
Jadi mata pelajaran fisika membutuhkan suatu pemahaman dan analisis sehingga dalam
mempelajarinya diperlukan suatu metode tertentu. Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha menguraikan, serta
menjelaskan hukum-hukum dan kejadian-kejadian alam dengan gambaran menurut pemikiran
manusia.
Menurut Dimyati dan Moedjiono (2002:157), pembelajaran merupakan proses
belajar mengajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan
Sudjana (1993:6) mendefinisikan pembelajaran sebagai interaksi antara guru dan siswa dalam
rangka mencapai tujuan belajar mengajar. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
pembelajaran adalah adanya suatu hubungan timbal balik antara guru dan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Menurut Suparno (2007:2) unsur yang terpenting dalam pembelajaran yang baik
yaitu : (1) siswa yang belajar; (2) guru sebagai pengajar; (3) bahan pelajaran; (4) hubungan
antara guru dan siswa. Dalam pembelajaran fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif
dalam belajar fisika, maka semua usaha guru harus diarahkan untuk membantu dan
mendorong siswa agar semua siswa mau mempelajari fisika sendiri. Dari pihak guru
diharapkan menguasai bahan pelajaran yang mau diajarkan, mengerti keadaan siswa sehingga
dapat mengajar sesuai dengan keadaan dan perkembangan siswa, dapat menyusun bahan
pelajaran dengan baik sehingga mudah ditangkap siswa.
Komunikasi guru dan siswa sangat penting sehingga keduanya dapat saling
membantu dalam proses pembalajaran, sehingga diharapkan tidak ditemukan guru fisika

galak, tidak suka senyum, dan menakutkan yang mengakibatkan relasi dengan siswa jauh.
Dalam konteks pembelajaran konstruktivistik guru fisika diharapkan lebih dekat dengan siswa
sehingga proses pembelajaran berjalan menyenangkan bagi siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran fisika dapat diartikan sebagai suatu
proses belajar mengajar antara guru dan siswa yang mempelajari tentang berbagai gejala dan
kejadian alam yang didasarkan pada hasil pengamatan disertai aktivitas pemecahan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran fisika menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh karena itu, untuk memperoleh pembelajaran
fisika yang baik tidak akan cukup hanya diajarkan melalui pembelajaran secara teoritik, tetapi
perlu adanya lingkungan pembelajaran yang konstruktivis yaitu membangun pengetahuan dari
pengalaman siswa.

2.2 Model Pembelajaran


Pendekatan pembelajaran adalah cara pandang untuk membelajarkan peserta didik
melalui pusat perhatian tertentu. Pembelajaran adalah upaya fasilitas pengajaran, instruktur,
guru, dan dosen agar peserta didik dapat belajar dengan mudah (Akbar, 2013:45). Model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologis
pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisa terhadap implementasi
kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional dikelas. Model pembelajaran dapat
diartkan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi,
dan member petunjuk kepada guru dikelas (Suprijono, 2009: 45-46).
Menurut Sutarto dan Indrawati (2013: 25-27) Banyak model pembelajaran yang telah
ditemukan atau dikembangkan oleh para pakar pendidikan dan pembelajaran. Untuk menjadi
seorang guru sains yang profesional, pengetahuan tentang modelmodel pembelajaran harus
dimiliki oleh guru dengan baik. Sebab, model pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Fungsi
model pembelajaran tersebut adalah:
a. Membantu dan membimbing guru untuk memilih teknik, strategi, dan metode
pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Seperti telah dipelajari sebelumnya bahwa
model pembelajaran pada dasarnya memuat metode, strategi, teknik, dan taktik
pembelajaran. Untuk itu, ketika guru menggunakan model pembelajaran tertentu secara
otomatis dia/ia akan mengetahui taktik, teknik, strategi, dan metode pembelajaran yang
akan dilakukan. Tentang metode pembelajaran dapat diikuti pembahasan selanjutnya.
b. Membantu guru untuk menciptakan perubahan perilaku peserta didik yang diinginkan.
Guru telah mengetahui bahwa model pembelajaran digunakan untuk merealisasikan target

pembelajaran atau tujuan pembelajaran dalam RPP dan implementasinya dalam


pembelajaran. Bentuk perubahan perilaku yang ditargetkan pada siswa sebenarnya termuat
dalam rumusan tujuan pembelajaran (ingat rumus tujuan pembelajaran ABCD). Oleh
karena itu, model pembelajaran dapat membentuk atau menciptakan tercapainya tujuan
pembelajaran atau menciptakan perubahan perilaku pada siswa. Perubahan-perubahan perilku
tersebut misalnya, menulis rumus gaya, menghitung kuat arus listrik, mengukur kecepatan udara,
menentukan massa jenis zat, dan lain-lain.
c. Membantu guru dalam menentukan cara dan sarana untuk menciptakan lingkungan yang sesuai
untuk melaksanakan pembelajaran. Ketika guru menetapkan untuk menggunakan model
pembelajaran tertentu, secara otomatis guru harus menentukan cara dan sarana agar tercipta
lingkungan seperti yang dikehendaki dalam model pembelajaran yang guru pilih. Misalnya cara
mendemonstrasikan konsep tekanan dan media atau alat peraga yang diperlukan. Misalnya cara
memegang alat, cara menunjukkan konsep-konsep besaran yang ada pada konsep tekanan (gaya
dan luas) pada siswa. Sarana misalnya, menggunakan benda nyata, visualisasi, atau menggunakan
analogi untuk demonstrasi tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan model
pembelajaran dapat secara langsung membantu guru untuk menentukan cara dan sarana agar tujuan
pembelajaran tercapai.
d. Membantu menciptakan interaksi antara guru dan siswa yang diinginkan selama proses
pembelajaran berlangsung. Dengan model pembelajaran, guru dapat mempunyai pedoman untuk
berinteraksi

dengan

siswa

selama

proses

pembelajaran

berlangsung.

Misalnya

cara

mengkomunikasikan informasi, cara memunculkan masalah, cara menanggapi pertanyaan dan


jawaban siswa, cara membangkitkan semangat siswa, dan lain-lain.

e. Membantu guru dalam mengkonstruk kurikulum, silabus, atau konten dalam suatu pelajaran atau
matakuliah. Dengan memahami modelmodel pembelajaran, dapat membantu guru untuk
mengembangkan dan mengkonstruk kurikulum atau program pembelajaran pada suatu mata
pelajaran atau mata kuliah.

f. Membantu guru atau instruktur dalam memilih materi pembelajaran yang tepat untuk
pembelajaran, penyusunan RPP, dan silabus. Dengan memahami model pembelajaran yang baik,
guru akan terbantu dalam menganalisis dan menetapkan materi yang dipikirkan sesuai untuk siswa.
g. Membantu guru dalam merancang kegiatan pendidikan atau pembelajaran yang sesuai. Oleh karena
dalam model pembelajaran ada sintakmatik atau fase-fase kegiatan pembelajaran, maka dengan
model pembelajaran yang telah dipilih, guru akan terpandu dalam merancang kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
h. Memberikan bahan prosedur untuk mengembangkan materi dan sumber belajar yang menarik dan
efektif. Dalam setiap model pembelajaran ada sistem pendukung. Dengan sistem pendukung pada
model pembelajaran tertentu, guru akan terbimbing untuk mengembangkan materi dan sumber
belajar, misalnya membuat handout, modul, diktat, dan lain-lain.

i. Merangsang pengembangan inovasi pendidikan atau pembelajaran baru. Dengan memahami dan
menerapkan model-model pembelajaran, guru mungkin menemukan beberapa kendala. Jika
kendala-kendala yang ditemukan kemudian dicarikan solusinya, maka akan memunculkan ide
model atau strategi pembelajaran baru.

j. Membantu mengkomunikasikan informasi tentang teori mengajar. Setiap model pembelajaran tentu
memerlukan teori-teori mengajar berupa pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik. Oleh
karena itu, ketika guru menggunakan model pembelajaran tertentu secara otomatis guru akan
mengkomunikasikan teori-teori tentang mengajar seperti yang telah disebutkan. Membantu
membangun hubungan antara belajar dan mengajar secara empiris. Ketika guru menerapkan model
pembelajaran tertentu, guru akan mengamati aktivitas belajar dan mengajar dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran tertentu guru dapat
terpandu untuk membangun hubungan antara kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan
yang dilakukan oleh guru.
Menurut Rusman (2012: 136) komponen dalam suatu model pembelajaran adalah sebagai
berikut:

a. Sintakmatik
Sintakmati yaitu langkah-langkah, fase-fase, atau urutan kegiatan pembelajaran. Sintaks merupakan
diskripsi model dalam action.
b. Sistem Sosial
Sistem Sosial yaitu situasi/suasana dan norma yang berlaku dalam pelasanaan model.

c. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi yaitu pola kegiatan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran
sesuai dengan pelaksanaan model.
d. Sistem Pendukung
Sistem pendukung yaitu sarana,bahan, dan alat yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan model.
e. Dampak Instruksional dan pengiring
Dampak instruksional merupakan perubahan perilaku yang telah ditargetkan atau yang
seharusnya terjadi dalam pembelajaran materi dengan pelaksanaan model tersebut,
sedangkan dampak pengiring adalah perubahan perilaku yang ditargetkan kemungkinan
muncul.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan model pembelajaran merupakan suatu
perencanaan yang digunakan oleh gurur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
2.3 Model Inquiry Terbimbing
2.3.1.
Pengertian Model Inquiry Terbimbing
Herdian (2010:2) berpendapat bahwa peran guru yang membimbing siswa dalam
kegiatan inkuiri disebut sebagai inkuiri terbimbing. Metode inkuiri terbimbing ini digunakan
bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan

pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga
siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran.
Inkuiri dalam Bahasa Inggris Inquiry berarti pernyataan atau pemeriksaan,
penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari dan
memahami informasi. Jadi pembelajaran inkuiri adalah model yang membawa siswa secara
langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat (Trianto,2009: 166-167).
Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu model pembelajaran
inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas
kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem
atau masalah. Dalam pembelajaran Inkuiri terbimbingguru tidak melepas begitu saja kegiatankegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau
siswa yang mempunyai kemampuan berpikir rendah tetap mampu mengikuti kegiatankegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai intelegensi tinggi tidak
memonopoli kegiatan.
2.3.2.

Sintakmatik Model Inquiry Terbimbing


Sintaks suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh

guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Adapun langkah model inquiry terbimbing seperti pada
tabel 2.1
Tabel 2.1 sintak inkuiri terbimbing
Fase
1) Penyajian
masalah atau
menghadapkan
siswa pada situasi
teka teki
2) Pengumpulan
dan verifikasi data

3). Eksperimen

4). Mengorganisir
data dan
merumuskan
penjelasan

Kegiatan guru dan siswa


Guru membawa situasi masalah kepada siswa. Permasalahan yang di
ajukan adalah permasalahan sederhana yang menimbulkan keheranan.
Hal ini diperlukan untuk memberikan pengalaman kepada siswa, pada
tahap ini biasanya dengan menunjukkan contoh fenomena ataupun
demonstrasi.
Guru membimbing siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa
yang mereka lihat dan mereka alami pada tahap penyajian masalah .
Siswa mengumpulkan informasi
Guru membimbing siswa untuk mendapatkan informasi melalui
percobaan. Siwa melakukan eksperimen untuk menguji secara
langsung mengenai hipotesis atau teori yang sudah diketahui
sebelumnya
Guru mengajak siswa merumuskan penjelasan, kemungkinan besar
akan ditemukan siswa yang mendapatkan kesulitan dalam
mengemukakan informasi yang diperoleh berbentuk uraian
penjelasan. Siswa siswa yang demikian didorong untuk dapat
memberi penjelasan yang tidak begitu mendetail.

5). Analisis tentang


proses inkuiri

2.3.3.

Guru meminta siswa untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka


berupa kesimpulan. Tahap ini siswa dapat menuliskan kekurangn dan
kelebihan selama kegiatan berlangsung pada saat kegiatan
berlangsung dengan bantuan guru diperbaiki secara sistematis.

Kelebihan dan Kelemahan Model Inquiry Terbimbing

Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Suryobroto (2009: 185),


antara lain :
a. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan
keterampilan dan proses kognitif siswa.
b. Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah
penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
c. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan.
d. Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri
sendiri melalui proses-proses penemuan.
e. Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar.
f. Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada merekadan
guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman
belajar,terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belumdiketahui.
Kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Suryobroto (2009: 186)
adalah sebagai berikut:
a. Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini.
b. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang
karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari
bentuk kata-kata tertentu.
c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang
sudah biasa dengan perencanaandan pembelajaran secara tradisional jika guru
tidakmenguasai pembelajaran inkuiri.
2.4 Metode Pictorial Riddle
Metode pembelajaran pictorial riddle merupakan salah satu jenis metode penemuan
(Discovery-Inquiry). Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak
melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Menurut
Sund

(Sudirman,1992 ), Discovery adalah proses mental, dan dalam proses itu individu

mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Istilah asing yang sering digunakan untuk metode
ini ialah discovery yang berarti penemuan, atau inquiry yang berarti mencari.

Metode pembelajaran pictorial riddle disebut juga dengan metode teka-teki


bergambar,metode pictorial riddle adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi
dan perhatian siswa di dalam diskusi kelompok kecil/besar. Gambar, peragaan atau situasi
yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa
(Roestiyah, 2008: 78)
Setiap model, pendekatan, maupun metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan
dankekurangan. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran
Pictorial Riddle yang dikemukakan oleh Sudirman, dkk (1992).
a. Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru
kepadasiswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar
rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di
mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses
mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak.
b. Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik.
c. Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka transfer kepada
siutuasi-situas iproses belajar yang baru.
d. Mendorong siswa untuk berfikir dan

bekerja

atas

inisiatifnya

sendiri.e.

Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar


yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
e. Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga
retensinya tahan lama dalam ingatan menjadi lebih baik.
Kekurangan metode pembelajaran Pictorial Riddle :
a. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari
guru apaadanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan
mencari dan mengolahinformasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang
mudah, apalagi kebiasaan yangtelah bertahun-tahun dilakukan.
b. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi
informasi menjadifasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun
bukan pekerjaan yang mudahkarena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak
banyak menyajikan informasi (ceramah).
c. Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti
menjaminbahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah.
d. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik. Dalam
kondisisiswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit
terlaksana dengan baik.

2.5 Penerapan Model Inquiry Terbimbing dengan Metode Pictorial Riddle


Sintak pembelajaran inquiry berbasis metode Pictorial Riddle adalah sebagai berikut:
a. Penyajian masalah. Siswa diundang ke dalam suatu permasalahan berupa peristiwa
yang menimbulkan teka-teki, permasalahan tersebut disajikan dalam bentuk gambar
b. Mengidentifikasi masalah secara berkelompok dari permasalahan yang diberikan
c. Mengadakan percobaan dan pengumpulan data
d. Melakukan pengamatan berdasarkan riddle (gambar) yang mengandung permasalahan
e. Siswa melakukan diskusi kelompok mengenai hasil percobaan
f. Siswa menuliskan laporan hasil percobaan
g. Siswa menyampaikan hasil percobaan dan melakukan tanya jawab
h. Guru membimbing siswa untuk mengambil kesimpulan.
2.6 Ketuntasan Hasil Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku. Sehingga pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 1995:22).
Menurut Sudjana (1991:3) hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah
laku. Hasil belajar menunjukkan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:3) hasil belajar adalah
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Perubahan sebagai hasil proses belajar
mengajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan, pemahaman dan
sikap. Jadi hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan
pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku dan perubahan konsep
yang dimiliki siswa yang diketahui dengan melakukan suatu penilaian (tes).
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
yang secara garis besar membagi menjadi 3 rank, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek yakni penerimaan, jawaban
atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Ada 6 aspek ranah psikomotor yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar,
(c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan
kompleks, (f) serta gerakan ekspresif dan interaktif (Sudjana, 1990:22-23).
Ketuntasan hasil belajar adalah pencapaian taraf minimal yang ditetapkan bagi setiap
unit bahan ajar, baik secara perorangan maupun kelompok. Artinya secara perorangan,
ketuntasan hasil belajar dinyatakan telah terpenuhi jika seorang siswa telah mencapai taraf
penguasaan minimal yang telah ditetapkan bagi setiap unit bahan yang telah dipelajarinya.

2.7 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara suatu konsep dengan
konsep lainnya dari masalah yang diteliti. Kerangka konseptual diharapkan akan memberikan
gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai variable-variabel yang akan diteliti. Kerangka
konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang
akan diteliti kebenarannya. Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka
hipotesis penelitian ini adalah:
a. Model inquiry terbimbing disertai

pictorial riddle berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa SMA kelas XI pada pokok bahasan Fluida Dinamis.

Anda mungkin juga menyukai