Seorang dokter gigi yang sehat adalah salah satu komponen yang paling
penting dalam kesuksesan praktek dokter gigi. Meskipun kenyataannya 88% dari
dokter gigi melaporkan baik atau sangat baik kesehatan (Kupcinskas &
Petrauskas,2003), beberapa studi menunjukkan bahwa satu dari sepuluh dokter
gigi dilaporkan memiliki kesehatan umum yang buruk dan tiga dari sepuluh
dokter gigi melaporkan memiliki keadaan fisik yang buruk (Gorter et al,2000).
Menurut Occupational Health Clinics for Ontario Workers (dalam Journal
Ergonomic and Dental Works, 2010) para peneliti telah menemukan gejala
ketidaknyamanan bagi pekerja gigi terjadi pada pergelangan tangan / tangan
(69,5%), leher (68,5%), punggung atas (67,4%), pinggang (56,8%) dan bahu
(60,0%). Masalah kesehatan yang kerap terjadi pada dokter gigi adalah gangguan
muskuloskeletal. Hal ini terjadi akibat posisi tubuh sewaktu bekerja kurang
ergonomis dan terjadi dalam waktu yang lama serta berulang-ulang. Di antara
praktisi kesehatan yang rentan dalam menghadapi adanya ancaman gangguan
muskuloskeletal adalah dokter gigi. Secara umum jenis pekerjaan dokter gigi
ditandai dengan adanya posisi tubuh yang statis dan kaku dalam melakukan
perawatan terhadap pasien. Pasien yang dirawat di atas kursi gigi menyebabkan
seorang dokter gigi harus duduk atau berdiri membungkuk dalam waktu lama.
Posisi tubuh seperti ini menyebabkan dokter gigi yang berpraktik sering
mengalami rasa sakit atau rasa tidak nyaman di daerah leher, bahu dan tulang
punggung sehingga dapat mengakibatkan antara lain gangguan muskuloskeletal
yang berupa nyeri punggung bagian bawah (lower back pain)
(Rucker,2002;Hamann,2001).
Kebanyakan dokter gigi tidak menyadari pentingnya manfaat sistem
ergonomik dengan posisi yang baik saat merawat pasien (Ligh, 2002) . sehingga
dokter gigi saat melakukan aktifitasnya mereka sering merasakan nyeri
pada otot,
seperti nyeri punggung, leher, kaki, tangan dan
pergelangan tangan. Selama melakukan aktifitasnya, mereka tidak
melakukan istirahat untuk melakukan relaksasi mengendorkan otot
ototnya yang tegang. Hal tersebut, dapat menimbulkan rasa nyeri
pada ototnya.
Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan maka makalah ini
akan membahas tentang praktik dokter gigi dengan sistem ergonomik
untuk menencegah gangguan muskuloskeletal.
ergonomik bukan hanya tentang perasaan lebih baik secara fisik, namun juga
bagaimana menempatkan peralatan pada posisi yang mudah dijangkau sehingga
akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas. (Harry,2005)
Tujuan dan manfaat
Ergonomi merupakan suatu ilmu dan banyak diaplikasikan dalam berbagai
proses perancangan produk ataupun operasi kerja sehari-sehari, seperti aplikasi
ergonomi dalam proses perancangan peralatan kerja untuk penggunaan yang lebih
efektif. Ergonomi sebagai disiplin ilmu yang bersifat multi disipliner dengan
menggabungkan elemen-elemen fisiologi, psikologi, anatomi, enjinering, higine,
sosial dan ilmu lainnya, maka ergonomi akan berkaitan dengan aktivitas kerja.
Tujuan dan manfaat dari hal tersebut adalah sebagai berikut (Wibowo, 1998).
a. Meningkatkan kemampuan fisik dan mental, khususnya untuk keamanan
dan keselamatan, serta mengurangi atau menghilangkan beban fisik dan
mental yang berlebihan untuk kenyamanan atau keserasian operasional.
b. Pengintegrasian secara rasional aspek-aspek fungsional, teknis, ekonomi,
sosial budaya dan lingkungan pada suatu sistem untuk peningkatan
efisiensi hubungan timbal balik manusia dan mesin.
c. Mengorganisasikan suatu aktivitas kerja ke arah produktivitas untuk
peningkatan atau kepuasan kerja operator, konsumen pekerja dalam
memenuhi kesejahteraan sosial.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ilmu ergonomi dapat memberikan
kontribusi pada banyak hal dalam rangka mencapai tujuan yang positif dan
sebagai suatu pendekatan pemecahan masalah-masalah yang praktis terdapat
dalam aspek kehidupan manusia.
Aplikasi ergonomi dalam kedokteran gigi
1. Aplikasi dalam desain ruangan praktik
Desain ruang praktik dokter gigi dianjurkan sesuai dengan
ergonomi, hal ini untuk mengurangi kemungkinan dokter gigi
mengalami musculoskeletal disorders. Desain yang dianjurkan
adalah desain yang dapat memberikan ruang gerak yang bebas
dan nyaman bagi operator dan asisten operator. Desain yang
dianjurka sesuai dengan Clock concepts pada konsep Four
Handed Dentistry , dimana tempat kerja disekitar pasien dibagi
menjadi 4 area berbeda dengan kepala pasien sebagai
pusatnya. jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien, maka
arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2
sampai jam 4 disebut Assistens Zone, arah jam 4 sampai jam 8
disebut Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11
disebut Operators Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.
Posisi ini baik berupa posisi dari pasien maupun posisi dari
dokter gigi. Posisi pasien yang ideal adalah posisi supine. Kursi
diatur sehingga pasien hampir sejajar dengan lantai dan
punggung kursi sedikit dinaikkan. Kepala pasien harus berada
dekat puncak sandaran kursi. Posisi pasien pada perawatan
kwandran kiri dan kanan rahang atas harus sehorizontal
mungkin. Manakala perawatan pada kwandran kiri rahang
bawah, pasien harus berbaring di krusi dengan posisi sandaran
krusi 30 dari bidang horizontal. Untuk kwandran rahang bawah,
pasien harus berbaring dengan sudut 40 dari bidang horizontal.
Posisi operator bervariasi tergantung pada sisi mana
instrumentasi dilakukan. Posisi operator dikaitakan dengan arah
jarum jam. Posisi pukul 8 12 adalah posisi bagi operator
normal, sedangkan posisi pukul 12 4 adalah posisi bagi
operator kidal. Untuk operator dengan tangan kanan (right
handed dentist), posisi sesuai dengan clock concept normal
yang diajarkan. Untuk operator dengan tangan kidal (left handed
dentist), posisi yang dianjurkan merupakan kebalikan dari posisi
normal.
Tempat pasien dalam praktek dokter gigi sudah didesain khusus sehingga bisa
diatur sedemikian rupa, sehingga bisa disesuaikan dengan sikap kerja seorang
dokter gigi. Kursi kerja dokter gigi pun demikian ada yang sudah didesain khusus
sehingga bisa diatur tinggi rendahnya ada juga yang hanya sekedar kursi sebagai
tempat duduk. Perlu diperhatikan sikap kerja yang ergonomis dalam melakukan
praktek penanganan pasien gigi ini. Secara prinsip, untuk mengatasi sikap tubuh
dalam bekerja secara ergonomis adalah sebagai berikut (Pheasant, 1991) :
a. Cegah inklinasi kedepan pada leher dan kepala
b. Cegah inklinasi kedepan pada tubuh
c. Cegah penggunaan anggota gerak bagian atas, dalam keadaan terangkat
d. Cegah pemutaran badan dalam sikap asimetris (terpilin/twisting)
e. Sendi hendaknya dalam range 1/3 dari gerakan maximum
f. Sediakan sandaran punggung & pinggang (waist) pada semua tempat duduk
g. Jika menggunakan otot hendaknya dalam posisi yang mengakibatkan kekuatan
maximum
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam sikap kerja duduk dan berdiri secara
dinamis adalah sebagai berikut (Grandjean, 1988) :
a. Sikap kerja berdiri diupayakan posisi badan tegak, pusat beban tubuh
(central of gravity) dalam membawa beban/benda tidak membuat badan
bungkuk, posisi tangan membawa benda tidak lebih dari 90o pada beban
yang berat.
b. Sikap kerja duduk pada kursi, diupayakan posisi tulang belakang tegak,
kursi kerja sesuai dengan antropometri. Tinggi dan kedalaman kursi yang
dipergunakan adalah sesuai dengan antropometri pemakai. Tinggi kursi
seuai dengan tinggi poplitea pada persentil 50. Kedalaman kursi
disesuaikan dengan persentil 50 dari jarak pantat poplitea. Lebar kursi
disesuaikan dengan persentil 50 dari lebar pantat. Tinggi meja kerja sesuai
dengan tinggi siku posisi duduk. Posisi tangan tidak lebih dari 90o terhadap
lengan berada di atas objek kerja.
c. Kursi objek (pasien) bisa atur atau dinaik turunkan sesuai dengan
kebutuhan dokter gigi, sehingga dokter gigi melakukan kerja dengan posisi
yang nyaman sesuai dengan kaidah ergonomi.
European
Journal
Oral
Sciences,