Evolusi Asal Mula Keanekargaman Eukariotik
Evolusi Asal Mula Keanekargaman Eukariotik
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Evolusi
dengan judul Asal Mula Keanekaragaman Sel Eukariotik dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Tidak lupa
juga
penulis
mengucapkan
terimakasih
kepada
Ibu
Ir. Hernik Pujiastutik, M.Si selaku Dosen pengampuh mata kuliah Evolusi, yang
telah banyak membantu dalam banyak hal sehingga tugas makalah ini dapat
selesai dengan baik.
Walaupun pikiran dan pengetahuan yang penulis miliki telah sepenuhnya
penulis kerahkan dalam penyelesaian tugas makalah evolusi ini, namun penulis
menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
2
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
RINGKASAN............................................................................................... ii
KATA PENGANTAR..................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3
2.1 Asal Terbentuknya Mula Sel.......................................................... 3
2.2 Perkembangan Sel Prokariotik Menjadi Sel Eukariotik..................... 6
2.3 Teori Endosimbisis (teori yang mendukung asal mula sel eukariotik) 7
2.4 Keterbatasan-Keterbatasan Teori Endosimbiosis.............................. 9
BAB III PENUTUP.....................................................................................12
3.1. Kesimpulan..........................................................................................12
3.2.
Saran...................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Evolusi
memiliki pengertian umum, yakni suatu perubahan atau
pertumbuhan secara berangsur-angsur dalam waktu yang cukup lama. Perubahan
tersebut terjadi dapat karena pengaruh alam maupun rekayasa manusia. Teori
evolusi berkembang dari Charles Robert Darwin (1800-1882). Ia mengemukakan
bahwa hewan, tumbuhan dan manusia merupakan hasil dari perubahan evolusi
dari mahluk hidup yang sangat sederhana (satu sel organisme) pada awal
kehidupan dibumi yang secara perlahan-lahan melalui proses penurunan melalui
proses modifikasi yang akhirnya berkembang menjadi berbagai spesies organisme
(Yunus et al., 2006).
Mahluk hidup di bumi ini sangat beraneka ragam, yang terdiri dari hewan,
tumbuhan, jamur dan mikroorganisme. Mahluk hidup disusun oleh unit struktural
kehidupan yang disebut dengan sel. Sel merupakan satuan dasar kehidupan,
dimana tidak ada satuan yang lebih kecil daripada sel (Salisbury dan Ross, 1995).
Sel dibagi menjadi dua, yakni sel prokariotik dan eukariotik. Sel prokariotik
memiliki materi genetik yang tersebar di dalam sitoplasmanya. Sedangkan sel
eukariotik merupakan sel-sel yang telah memiliki inti sel sejati atau sel yang
memiliki materi inti yang terorganisasi dalam suatu selaput, sehingga inti selnya
tampak jelas. Yang termasuk dalam golongan sel prokariotik adalah bakteri dan
Cyanobacteria dan golongan sel eukariotik adalah protozoa, fungi, hewan dan
tumbuhan (Sumadi & Marianti, 2007).
Selama kemunculan sel eukariotik, struktur seluler dan proses yang unik
bagi sel ekuriotik muncul, seperti nukleus yang terbungkus membran,
mitokondria, kloroplas, sistem endomembran, sitoskeleton, kromosom dalam
jumlah banyak yang terdiri atas molekul DNA linear yang tersusun secara padat
dengan protein histon dan siklus hidup yang meliputi, pembelahan mitosis,
meiosis dan seks (Campbell et al., 2003).
Setiap organisme dan semua sel yang membentuknya dipastikan berasal dari
atau diturunkan oleh sejenis sel purba melalui evolusi. Karena makhluk hidup
dapat berupa sebuah sel tunggal, maka dalam pandangan evolusi, sel yang ada
sekarang mestinya juga berkembang dari sel yang lebih sederhana, dan sel yang
lebih sederhana tersebut juga merupakan hasil evolusi (Alberts, 1989 dalam
Lukman, 2008).
Berdasarkan sejarah evolusinya, sel eukariotik diyakini berkembang dari sel
prokariotik. Di dalam sel-sel eukariot terdapat organel-organel yang masingmasing memiliki fungsi khusus. Dua diantaranya adalah mitokondria yang
berfungsi untuk respirasi dan kloroplas untuk fotosintesis. Kedua organel tersebut
tidak dimiliki oleh sel prokariotik. Mitokondria terdapat pada semua sel-sel
eukariot, sedangkan kloroplas hanya dijumpai dalam sel-sel eukariot tumbuhan
yang berfungsi dalam fotosintesis (Lukman, 2008). Mitokondria dan kloroplas
dijadikan dasar bahwa sel eukariotik merupakan evolusi dari sel prokariotik,
karena memiliki beberapa persamaan dengan sel prokariotik, seperti ukuran
ribosom dan bentuk DNA yang sama-sama sirkuler. Berdasarkan hal tersebut,
dalam makalah ini akan dibahas mengenai evolusi sel eukariotik.
1.2.
Rumusan Masalah
Teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Robert Darwin, menyatakan
bahwa mahluk hidup yang ada pada saat ini merupakan hasil dari evolusi mahluk
hidup yang sangat sederhana, yakni sel. Mitokondria dan kloroplas pada sel
eukariotik memiliki beberapa persamaan dengan sel prokariotik, sehingga diyakini
bahwa sel eukariotik merupakan evolusi dari sel prokariotik. Oleh karena itu
permasalahan yang dikaji dalam makalah ini adalah bagaimana asal mula
terbentuknya sel eukariotik.
1.3.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui asal mula terbentuknya
sel eukariotik.
1.4.Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi
kepada mahasiswa mengenai asal mula terbentuknya sel eukariotik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Asal Mula Terbentuknya Sel
2
Bumi terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun silam dan kemungkinan kehidupan
baru dimulai beberapa ratus juta tahun silam (Campbell et al., 2003). Kondisi
bumi pada awal-awal terbentuknya hingga kini masih menjadi bahan perdebatan,
akan tetapi para ilmuwan agaknya setuju bahwa bumi pada masa itu merupakan
suatu tempat yang ganas dengan letusan-letusan vulkanik, kilat dan hujan badai,
oksigen bebas hanya sedikit, dan tidak ada lapisan ozon yang menyerap radiasi
ultra ungu dari matahari (Lukman, 2008).
Radiasi ultraviolet dari matahari, halilintar, radioaktif, dan energi termal dari
aktivitas gunung berapi merupakan energi yang mendorong terbentuknya
senyawa-senyawa organik dari lingkungan bumi yang tereduksi. Berbagai macam
molekul biokimia yang penting seperti gula, asam amino, purin, pirimidin,
berbagai nukleotida, dan asam lemak dapat terbentuk, demikian juga polimer dari
beberapa molekul-molekul tersebut (Corliss etal., 1981 dalam Suwanto, 1994).
Berdasarkan percobaan Miller terbukti bahwa apabila gas CO 2, CH4, NH3
dan H2 dicampur kemudian dipanaskan dan diberi energi melalui lecutan listrik
(electrical discharge) atau radiasi ultra ungu, gas-gas tersebut akan bereaksi
membentuk molekul-molekul organik kecil. Meskipun macam molekul yang
terbentuk tidak beragam tetapi masing-masing molekul terbentuk dalam jumlah
besar. Bila molekul-molekul tersebut berada di air akan mengalami reaksi-reasi
lebih lanjut membentuk lagi beberapa macam molekul, diantaranya adalah empat
kelompok besar molekul-molekul organik kecil yang dijumpai dalam sel
(Alberts, 1989 dalam Lukman, 2008).
Molekul organik sederhana, seperti asam amino dan nukleotida yang telah
terbentuk akan melakukan polimerisasi sehingga terbentuk molekul yang lebih
besar. Asam-asam amino saling bergabung melalui ikatan peptida membentuk
polipeptida,
sedangkan
nukleotida-nukleotida
bergabung
melalui
ikatan
sebagai
katalis
yang
memfasilitasi
reaksi
penyambungan
kondensasi
acak
dari
mononukleutida-mononukleutida
menjadi
Ketika sel purba baru terbentuk, reaksi metabolik yang rumit itu belum
dapat dilakukan sel, atau lebih tepatnya sel belum memerlukan, karena sel dapat
mengambil molekul-molekul yang diperlukan langsung dari lingkungan yang
pada masa itu memang kaya bahan organik. Akan tetapi lama-kelamaan bahan
organik di lingkungan semakin berkurang. Oleh sebab itu, agar tetap bertahan
hidup, sel harus dapat memanfaatkan atom-atom karbon dan nitrogen dari CO 2
dan N2 di atmosfer untuk diubah menjadi molekul organik. Sebagian sel juga
mulai membentuk enzim-enzim agar dapat membentuk sendiri molekul-molekul
organik. Sejalan dengan bertambahnya waktu enzim-enzim di dalam sel semakin
beragam jenisnya sehingga reaksi-reaksi metabolik di dalam sel juga semakin
kompleks (Lukman, 2008).
Pada beberapa jenis prokariot awal terdapat pigmen penyerap cahaya
matahari (UV). Sinar UV sangat berbahaya bagi sel yang hidup dipermukaan air.
Namun, prokariot fotosintetik memiliki alat metabolik untuk meggunakan H 2O
yang berlimpah sebagai pengganti H2S. Hidrogen digunakan untuk mereduksi
CO2 menjadi glukosa dan oksigen. Prokariot fotosintetik ini adalah Cyanobacteria
yang diperkirakan berevolusi antara 2,5 dan 3,4 miliar tahun bersama prokariotik
lainnya. Banyaknya oksigen yang dihasilkan oleh Cyanobacteria mengubah
lingkungan bumi yang awalnya sedikit mengandung oksigen menjadi banyak
oksigen (Sudargo, 2014).
Pada satu sisi kehadiran O2 di atmosfir membawa dampak positif bagi
evolusi sel, tetapi pada sisi lain menjadi racun bagi sel-sel anaerob karena sifat O 2
yang sangat reaktif sehingga dapat berinteraksi dengan hampir semua unsur
pembentuk sitoplasma. Akibatnya tidak sedikit sel-sel anaerob yang punah, tetapi
ada pula yang tetap bertahan hidup secara anaerob dengan menempati habitat
yang tidak mengandung O2. Sebagian yang lain mengembangkan kemampuan
respirasi aerob dan fakultatif anaerob sehingga tetap survive hingga sekarang
misalnya sel Saccharomyces. Cara lain yang dilakukan sel anaerob agar tetap
bertahan hidup adalah dengan membentuk hubungan (simbiosis) dengan sel-sel
aerob. Bentuk-bentuk simbiosis antara sel anaerob dan sel-sel aerob dalam
perkembangannya akan melahirkan sel eukariot (Lukman, 2008).
2.3. Teori Endosimbisis (teori yang mendukung asal mula sel eukariotik)
6
of
Massachusetts,
adalah
hipotesis
endosimbiosis
berseri
kloroplas.
Dengan
demikian,
hipotesis
endosimbion
berseri
Gambar 2.1 Suatu model mengenal asal mula sel eukariotik (Campbell et al.,
2003).
Mitokondria dan sel bakteri memiliki beberapa persamaan. Baik
mitokondria maupun sel bakteri aerob sama-sama memiliki DNA dan ribosom.
DNA mitokondria banyak yang berbentuk sirkuler, seperti bentuk DNA bakteri.
Ukuran ribosom keduanya juga hampir sama, lipatan-lipatan ke dalam dari
membran dalam mitokondria (cristae) memiliki fungsi yang sama dengan lipatanlipatan ke dalam dari membran plasma sel bakteri (mesosom), yaitu tempat
berlangsungnya respirasi. Selain itu translasi yang berlangsung pada mitokondria
maupun sel bakteri sama-sama dapat dihambat oleh khloramfenikol (sejenis
antibiotik). Mitokondria seperti halnya bakteri dapat memperbanyak diri dengan
membelah Thorpe (1984) dalam (Lukman, 2008).
Bukti-bukti lain yang mendukung suatu asal mula endosimbiotik kloroplas
dan mitokondria, meliputi adanya hubungan endosimbiotik di dunia modern
sekarang ini. Bukti-bukti lain adalah kemiripan ukuran kloroplas dan mitokondria
yang bisa jadi sangat tepat untuk dikatakan sebagai keturunan bakteri. Membran
10
"enzim-enzim
pencernaan
telah
lenyap."
Tetapi,
inilah
pertentangan yang nyata, sebab jika enzim pencernaan lenyap, sel akan mati
karena kekurangan gizi.
7. Semua organel di dalam sel terkodekan di dalam DNA. Jika sel inang
menggunakan sel-sel lain itu yang dimakannya sebagai organel, maka semua
informasi yang dibutuhkan tentang sel-sel itu telah ada dan terkodekan di
dalam DNA. DNA sel-sel yang dimakan akan memiliki informasi milik sel
inangnya. Tak hanya keadaan seperti ini mustahil, dua DNA yang berbeda
milik sel inang dan sel yang dimakan harus juga saling cocok setelah itu, suatu
hal yang juga jelas mustahil.
8. Kloroplas adalah pembangkit tenaga yang mutlak pentingnya bagi sel
tumbuhan. Jika organel-organel ini tak menghasilkan energi, banyak fungsi sel
tidak akan berjalan, yang berarti bahwa sel tak bisa hidup. Fungsi-fungsi ini,
yang begitu penting bagi sel, berlangsung dengan protein-protein hasil sintesis
10
11
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sel eukariotik
muncul dari hubungan endosimbiosis antara sel prokariotik anaerob dan aerob.
Adanya hubungan tersebut disebabkan oleh kandungan oksigen di bumi yang
meningkat pada saat itu karena munculnya mikroorganisme Cyanobacteriayang
dapat melakukan fotosintesis, sehingga sel prokariotik anaerob harus bersimbiosis
dengan sel prokariotik aerob untuk mempertahankan hidupnya.
3.2. Saran
Dalam penulisan makalah selanjutnya mengenai evolusi sel eukariotik
disarankan untuk lebih banyak referensi-referensi terbaru mengenai asal mula sel
eukariotik dan bukti-bukti ilmiah mengenai adanya evolusi sel eukariotik.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Reece, J. B., and Mitchell, L.G., 2003. Biologi edisi kelima jilid
2. Erlangga: Jakarta. xxi + 335 hlm.
Lukman, A., 2008. Evolusi Sel Sebagai Dasar Perkembangan Makhluk Hidup Saat ini.
Biospecies, 1 (2): 67-72.
Salisbury, F. B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Terjemahan
dari Plant Physiology oleh D.R. Lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB.
15a + 241 hlm.
Standfield, W. D., Colome, J.S., Cano, R. J., 2006. Biologi Molekuler dan Sel.
Jakarta: Erlangga. V + 117 hlm.
Sudargo, T. F., 2014. Evolusi Prokariot, Protista dan Tumbuhan. http://
file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKANIPA/195107261978032
- FRANSISCA SUDARGO/modul UT/Dunia_bakteri.pdf. Diakses
tanggal 3 September 2014.
Sumardi dan Marianti, A., 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu. xii + 206
hlm.
Suwanto, A., 1994. Evolusi Mikrobe dan Kaitannya dengan Sistematik Molekuler.
Hayati, 1(2): 26-31.
Yahya, H., 2001. Keruntuhan Teori Evolusi. Bandung: Dzikra. xvi + 187 hlm.
Yahya, H., 2006. Asal-Usul Tetumbuhan. http://admin.harunyahya.com/indo/
buku/menyanggah12.htm. Diakses tanggal 2 September 2014.
Yunus, R., Haryanto, B., Abadi , C., 2006. Teori Darwin Dalam Pandangan Sains
dan Islam. Jakarta: Prestasi. Xxi + 175 hlm.
12