Anda di halaman 1dari 11

HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL

CARA-CARA PERSETUJUAN NEGARA UNTUK TERIKAT PADA


PERJANJIAN INTERNASIONAL

Suatu Negara Dinyatakan Sudah Terikat pada Perjanjian Internasional

Setelah naskah perjanjian secara resmi telah diterima sebagai


naskah otentik, perjanjian itu belum mengikat para pihak dan
dengan demikian belum memiliki kekuatan mengikat sebagai
hukum internasional positif, kecuali jika saat pengotentikasian
sekaligus juga sebagai pernyataan persetujuan untuk terikat
pada perjanjian (digabungkan). Supaya perjanjian itu mengikat
sebagai hukum internasional positif, maka negara-negara itu
perlu menyatakan persetujuannya untuk terikat secara tegas
pada perjanjian. Jika dia tidak menyatakan persetujuannya
untukm terikat , maka perjanjian itu tidak akan
mengikatnya.

pernah

Cara-Cara Persetujuan Negara Untuk Terikat pada Perjanjian


Internasional

Persetujuan untuk terikat pada perjanjian yang dinyatakan


dengan cara penandatanganan
Persetujuan untuk terikat pada perjanjian yang dinyatakan
dengan pertukaran instrument-instrumen yang
,membentuk perjanjian
Persetujuan untuk terikat pada suatu perjanjian yang
dinyatakan dengan ratifikasi , akseptasi, atau persetujuan
Persetujuan untuk terikat pada perjanjian yang dinyatakan
dengan aksesi

Persetujuan untuk terikat pada perjanjian yang dinyatakan


dengan cara penandatanganan

Suatu perjanjian internasional dimana negara-negara menyatakan


persetujuannya

untuk

terikat

dilakukan

dengan

penandatanganan

(signature) oleh wakilnya yang mengadakan perundingan, dari segi


substansinya tergolong sebagai perjanjian yang kurang penting atau
bersifat teknis. Jadi tidak perlu penandatanganan lagi oleh organ
pemerintahannya

yang

berwenang.

Dengan

demikian

dengan

penandatanganan oleh wakilnya sebagai pernyataan persetujuan untuk


terikat, maka perjanjian itu menjadi mengikat negara-negara yang
bersangkutan.

Pasal

12

Konvensi

Wina

selengkapnya

menyatakan

sebagai

berikut:
1. Persetujuan

suatu

negara

untuk

terikat

pada

suatu

perjanjian

internasional dinyatakan dengan penandatanganan wakil-wakilnya,


apabila:
(a) Perjanjian itu sendiri menentukan bahwa penandatanganan tersebut
menjadikan negara-negara itu terikat pada perjanjian tersebut;
(b)Sebaliknya negara-negara yang melakukan perundingan meneyepakati
bahwa penandatanganan akan menjadikan negara-negara itu terikat
pada perjanjian tersebut;
(c) Maksud dari suatu negara untuk menjadikan terikat dengan cara
penandatanganan tersebut tampak dari kuasa penuh dari wakilnya
atau dinyatakan selama perundingan.

2. Untuk maksud ayat 1:


(a) Pemarafan atas naskah perjanjian adalah merupakan penandatanganan atas perjanjian
apabila ditetapkan bahwa negara-negara yang melakukan perundingan menyetujui
demikian;
(b) Penandatanganan ad referendum (the signature ad referendum , IWP) atas suatu
perjanjian oleh salah satu wakilnya, jika diberitahukan oleh negara yang
bersangkutan, bahwa hal itu merupakan penandatanganan penuh atas perjanjian
tersebut.
Dari kutipan atas pasal ini tampak bahwa yang melakukan penandatanganan
(signature) adalah wakil-wakil dari negara-negara yang melakukan perundingan.
Perundingan yang nhantinya akan menghasilkan naskah perjanjian , selanjutnya
naskah perjanjian itu ditandatangani oleh wakil-wakil tersebut yang juga
mengandung makna sebagai persetujuan dari negaranya itu masing-masing untuk
terikat pada perjanjian.

Persetujuan untuk terikat pada perjanjian yang dinyatakan


dengan pertukaran instrument-instrumen yang
,membentuk perjanjian
Di dalam pasal 13 ditegaskan bahwa persetujuan suatu negara untuk
terikat pada suatu perjanjian dengan melalui cara-cara pertukaran
instrument-instrumen

tentang

pembentukan

perjanjian

anatara

mereka, berarti persetujuan untuk terikat pada perjanjian dinyatakan


dengan pertukaran tersebut apabila:
(a) Instrument tersebut menetapkan bahwa pertukaran itu memiliki
efek sebagai pernyataan persetujuan untuk terikat pada perjanjian
itu; atau
(b)Sebaliknya ditentukan jika negara-negara itu menyepakati bahwa
pertukaran instrument akan menimbulkan akibat bahwa mereka
terikat pada perjanjian itu.

Persetujuan untuk terikat pada suatu perjanjian yang


dinyatakan dengan ratifikasi , akseptasi, atau persetujuan
Dalam praktek hukum perjanjian internasional , perjanjian-perjanjian internasional
yang pihak-pihaknya menyatakan persetujuan terikat pada perjanjian itu dengan jalan
ratifikasi (ratification), akseptasi (acceptance), atau persetujuan (approval), dari segi
substansinya tergolong sebagai perjanjian yang penting, baik bagi para pihak yang
bersangkutan maupun bagi masyarakat internasional pada umumnya.
Tentang kapankah suatu persetujuan untuk terikat pada perjanjian dinyatakan dengan
cara ratisikasi, akseptasi, atau persetujuan. Pasal 14 Konvensi menyatakan sebagai
berikut:

1. Persetujuan suatu negara untuk terikat pad suatu perjanjian dinyatakan dengan cara
ratifikasi, apabila:
(a) Perjanjian itu sendiri menentukan bahwa persetujuan untuk terikat pada perjanjian itu
dinyatakan dengan cara ratifikasi;
(b) Ditentuikan

sebaliknya

bahwa

negara-negara

yang

melakukan

perundingan

menyepakati bahwa dibutukhan adanya ratifikasi;


(c) Wakil dari negara telah menandatangani perjanjian tunduk pada tindakan ratifikasi;
atau
(d) Maksud dari negara yang menandatangani perjanjian tunduk pada tindakan ratifikasi
yang tampak dari kuasa penuh dari wakilnya itu atau dinyatakan selama dalam
perundingan.
2. Persetujuan dari suatu negara untuk terikat pada suatu perjanjian dinyatakan dengan
cara akseptasi atau persetujuan berdasarkan syarat-syarat yang serupa dengan syaratsyarat yang berlaku bagi ratifikasi.

Persetujuan untuk terikat pada perjanjian yang dinyatakan


dengan aksesi
Pasal 15 mengatur tentang persetujuan terikat pada perjanjian dengan cara aksesi
(accession), yang berbunyi sebagai berikut:
Persetujuan dari suatu negara untuk terikat pada suatu perjanjian internasional
dinyatakan dengan cara aksesi, apabila:
(a) Perjanjian itu sendiri menentukan bahwa persetujuan tersebut dapat dinyatakan
dengan cara aksesi;
(b) Ditentukan sebaliknya, bahwa negara-negara yang melakukan perundingan
menyepakati bahwqa persetujuan demikian itu dapat dinyatakan dengan cara
aksesi;
(c) Semua pihak kemudian telah menyetujui bahwa persetujuan yang demikian itu
dapat dinyatakan dengan cara aksesi.

Selanjutnya, pasal 16 mengatur tentang pertukaran dan penyimpanan instrument


ratifikasi, akseptasi, perstujuan atau aksesi yang menyatakan, kecuali jika
perjanjian menentukan sebaliknya, instrument-instrumen ratifikasi, akseptasi,
persetujuan, atau aksesi yang merupakan bukti perstujuan dari suatu negara untuk
terikat pada perjanjian pada saat:
(a) Pertukarannya antara negara-negara yang terikat;
(b) Penyimpanannya dengan pihak penyimpan; atau
(c) Pemberitahuannya kepada negara-negara yang terikat atau pihak peyimpan ,
jika disepakati demikian.

Anda mungkin juga menyukai