Anda di halaman 1dari 36

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/TGL.

: Senin, 21 Maret 2016

NAMA: Andika Onassis A

ACARA

:Filum Porifera dan Coelenterata

NIM

: D611 15 503
Keterangan :
1.Test
2. Oskulum
3. Ektoderm
4. Holdfast
5. Endoderm

No. Sampel

: 07

No. Peraga

: 1643

Filum

: Porifera

Kelas

: Calcarea

Ordo

: Spirosclerophorida

Family

: Hyalotragosidae

Genus

: Hyalotragos

Spesies

: Hyalotragos rugosum (MSTR.)

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (mineralisasi)

Bentuk

: Conical

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Jura Atas ( 180- 135 juta tahun lalu )

Keterangan

Fosil ini berasal dari Filum porifera, family Hyalotrgosidae kelas demos
pongiae, Ordo Spirosclerophorida, genus Hyalotrgos, dan dengan nama spesies
Hyalotrgos rugosum (MSTR).
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama transportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami


pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses
pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi. Mineralisasi adalah
proses pergantian unsur kimia dari fosil hingga seluruh bagiannya.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Conical, yaitu fosil yang terbentuk
kerucut . Dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, ostium yaitu lubang
kecil tempat masuknya air ke dalam tubuh, oskulum yaitu saluran penyebaran air
dari tubuh, test yaitu kenampakan keseluruhan dari fosil, ektoderm yaitu lapisan
bagian luar fosil, endoderm yaitu lapisan dalam fosil.
Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3), menandakan bahwa lingkungan pengendapannya adalah pada
laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur fosil ini adalah Jura Atas yaitu
antara 180-135 juta tahun yang lalu.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat
terjadinya sedimentasi.

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
HARI/TGL.

: Senin, 21 Maret 2016

NAMA: Andika Onassis A

ACARA

:Filum Porifera dan coelenterata

NIM

: D611 15 503
Keterangan :
1. Test
2. Ostium
3. Oskulum
4. Ektoderm
5. Endoderm
6. Holdfast

No. Sampel

: 06

No. Peraga

: 1645

Filum

:Porifera

Kelas

: Calcarea

Ordo

:lychniscosa

Family

: Pachyteichismanidae

Genus

: Pachyteichisma

Spesies

: Pachyteichisma lopas Q.

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (permineralisasi)

Bentuk

: Conical

Komposisi Kimia

:Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

:Jura Atas (180-135 juta tahun yang lalu.)

Keterangan

Fosil ini berasal dari filum porifera, klas hexactinellida, ordo lychniscosa,
family Pachyteichismanidae, genus Pachyteichisma, dan dengan nama spesies
Pachyteichisma lopas Q.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama transportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami


pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses
pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi. Permineralisasi
adalah proses pengawetan dimana rongga dalam cangkang terisi oleh mineral yang
diendapkan oleh air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan bagian
dalam dari cangkang.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah
Conical, yaitu fosil yang berbentuk kerucut . Dan bagian fosil yang masih dapat
dijumpai seperti, ostium yaitu lubang kecil tempat masuknya air ke dalam tubuh,
oskulum yaitu saluran penyebaran air dari tubuh, test yaitu kenampakan
keseluruhan dari fosil, ektoderm yaitu lapisan bagian luar fosil, endoderm yaitu
lapisan dalam fosil, holdfast yaitu tempat tertambatnya tubuh porifera.
Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3). Adapun umur fosil ini adalah Jura Atas yaitu antara 180-135
juta tahun yang lalu.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat
terjadinya sedimentasi.

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
HARI/TGL.

: Senin, 21 Maret 2016

NAMA: Andika Onassis A

ACARA

:Filum Porifera dan Coelenterata

NIM

: D611 15 503
Keterangan :
1.Test
2. ostium
3.eksoderm
4. endoderm

No. Sampel

: 10

No. Peraga

: 244

Filum

:Porifera

Kelas

:Anthozoa

Ordo

:Tabulata

Family

:Favositesidae

Genus

: Favosites

Spesies

: Favosites saginatus. LECOMPTE

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (mineralisasi)

Bentuk

: Globular

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Devon Tengah (antara 370-360 juta tahun lalu)

Keterangan

Fosil ini berasal dari filum porifera, kelas Anthozoa, ordo Tabulata, family
Favositesidae, genus Favosites, dan dengan nama spesies Favosites saginatus.
LECOMPTE.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama transportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami


pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil.

Proses

pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah mineralisasi. Mineralisasi adalah
proses pergantian unsur kimia dari fosil hingga seluruh bagiannya.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Globular, yaitu fosil yang berbentuk
seperti membundar, dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, ostium
yaitu lubang kecil tempat masuknya air ke dalam tubuh, test yaitu kenampakan
keseluruhan dari fosil, ektoderm yaitu lapisan bagian luar fosil, endoderm yaitu
lapisan dalam fosil.
Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) hal ini menandakan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini
adalah di laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur fosil ini adalah
Devon Tengah yaitu antara 370-360 juta tahun yang lalu.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat
terjadinya sedimentasi.

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
HARI/TGL.

: Senin, 21 Maret 2016

NAMA: Andika Onassis A

ACARA

:Filum Porifera dan Coelenterata

NIM

: D611 15 503
Keterangan :
1.Test
2. Holdast
3. Oskulum
4. Endoderm
5. Ektoderm
6. Ostium

No. Sampel

: 05

No. Peraga

: 816

Filum

: Porifera

Kelas

: Calcarea

Ordo

: Pleospolares

Family

: Verruculinanidae

Genus

: Verruculina

Spesies

: Verruculina tenuis

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (mineralisasi)

Bentuk

: Conikal

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Kapur Atas ( 100-70 juta tahun yang lalu )

Keterangan

Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas calcrea, ordo pleospolares, family
Verruculinanidae, genus Verruculina, dan dengan nama spesies Verruculina tenuis.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses
pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah mineralisasi. Mineralisasi adalah
proses pergantian unsur kimia dari fosil hingga seluruh bagiannya.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Conikal, yaitu fosil yang membentuk
seperti kerucut. Dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, oskulum yaitu
saluran penyebaran air dari tubuh, test yaitu kenampakan keseluruhan dari fosil,
ektoderm yaitu lapisan bagian luar fosil, endoderm yaitu lapisan dalam fosil,
holdfast yaitu tempat tertambatnya tubuh porifera, ostium yaitu lubang kecil tempat
masuknya air ke dalam tubuh.
Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) hal ini menandakan bahwa lingkungan pengendapannya di laut
dangkal.Berdasarkan skala waktu geologi, umur fosil ini adalah KapurAtas yaitu
antara 100-70 juta tahun yang lalu.

Adapun kegunaan fosil ini diantaranya adalah penentu umur relatif lapisan
sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan
penentu iklim pada saat terjadinya sedimentasi.

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
HARI/TGL.

: Senin, 21 Maret 2016

NAMA: Andika Onassis A

ACARA

: Filum Porifera dan Coelenterata

NIM

: D611 15 503
Keterangan :
1.Test
2. Oral opening
3. Oral disk
4. Calix
5. Enteron
6. Hyphostoma

No. Sampel

: 09

No. Peraga

: 805

Filum

: Coelenterata

Kelas

: Anthozoa

Ordo

: Rugosa

Family

: Zonophyllumidae

Genus

: Zonophyllum

Spesies

: Zonophyllum pyriforme

Proses Pemfosilan

: Petrifikasi (permineralisasi)

Bentuk

: Conikal

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Devon Tengah (370-360 juta tahun yang lalu)

Keterangan

Fosil ini termasuk filum Coelenterata, kelas Anthozoa dan merupakan ordo
Rugosa, family Zonophyllumidae, Genus Zonophyllum dengan nama spesies
Zonophyllum pyriforme.
Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama transportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami


pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses
pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi. Permineralisasi
adalah proses pengawetan dimana rongga dalam cangkang terisi oleh mineral yang
diendapkan oleh air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan bagian
dalam dari cangkang.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah conikal, yaitu fosil yang membentuk
seperti kerucut, dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, Test adalah
bagian keseluruhan dari tubuh fosil, hyphostoma adalah bagian pada tubuh fosil
yang tertambat, oral opening adalah tempat kelur masuknya makanan pada fosil,
chalix adalah garis-garis halus yang ada pada tubuh fosil, oral disk adalah katub
yang terletak pada tubuh fosil, enteron adalah garis pembatas antara ruang chaliks.
Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) hal ini menandakan bahwa lingkungan pengendapannya ada di

laut dangkal.Berdasarkan skala waktu geologi, umur fosil ini adalah Devon Tengah
(370-360 juta tahun yang lalu).
Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat
terjadinya sedimentasi.

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
HARI/TGL.

: Senin. 21 Maret 2016

NAMA: Andika Onassis A

ACARA

: Filum Porifera dan Coelenterata

NIM

: D611 15 503
Keterangan :
1.Test
2. Oral opening
3. Oral disk
4. Calix
5. Enteron
6. Hyphostoma

No. Sampel

: 03

No. Peraga

: 155

Filum

: Coelenterata

Kelas

: Anthozoa

Ordo

: Rugosa

Family

: Omphymanidae

Genus

: Omphyma

Spesies

: Omphyma subturbinata (ORB.)

Proses Pemfosilan

: Mineralisasi

Bentuk

: Conical

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Silur Tengah (435-423 juta tahun yang lalu)

Keterangan

Fosil ini termasuk dalam filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Rugosa,
family Omphymanidae, Genus Omphyma, dan spesies Omphyma subturbinata
(ORB.).

Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses
pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah mineralisasi. Mineralisasi adalah
proses pergantian unsur kimia dari fosil hingga seluruh bagiannya.
Proses munculnya

fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa

tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Conical yaitu fosil yang membentuk
seperti kerucut, dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, Test adalah
bagian keseluruhan dari tubuh fosil, hyphostoma adalah bagian pada tubuh fosil
yang tertambat, oral opening adalah tempat kelur masuknya makanan pada fosil,
chalix adalah garis-garis halus yang ada pada tubuh fosil, oral disk adalah katub
yang terletak pada tubuh fosil, enteron adalah garis pembatas antara ruang calix.
Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan bereaksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) hal ini menandakan bahwa fosil ini terndapkan di laut dangkal.

Berdasarkan skala waktu geologi umur fosil ini adalah Silur Tengah (435-423 juta
tahun yang lalu).
Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat
terjadinya sedimentasi.

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
HARI/TGL.

: Senin, 21 Maret 2016

NAMA: Andika Onassis A

ACARA

: Filum Porifera dan Coelenterata

NIM

: D611 15 503
Keterangan :
1.Test
2. Oral opening
3. Oral disk
4. Calix
5. Enteron
6. Hyphostoma

No. Sampel

: 01

No. Peraga

: 986

Filum

: Coelenterata

Kelas

: Anthozoa

Ordo

: Stanrida

Family

: Dibunophyllumidae

Genus

: Dibunophyllum

Spesies

: Dibunophyllum compressum (EDUL P.H)

Proses Pemfosilan

: Mineralisasi

Bentuk

: Conical

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Karbon Bawah (345-318 juta tahun yang lalu)

Keterangan

Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Stanrida,
family Dibunophyllumidae, genus Dibunophyllum, dan dengan nama spesies
Dibunophyllum compressum (EDUL P.H).

Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses
pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah mineralisasi. Mineralisasi adalah
proses pergantian unsur kimia dari fosil hingga seluruh bagiannya.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Conical yaitu fosil yang membentuk
seperti kerucut,dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, Test adalah
bagian keseluruhan dari tubuh fosil, hyphostoma adalah bagian pada tubuh fosil
yang tertambat, oral opening adalah tempat kelur masuknya makanan pada fosil,
chalix adalah garis-garis halus yang ada pada tubuh fosil, oral disk adalah katub
yang terletak pada tubuh fosil, enteron adalah garis pembatas antara ruang calix.
Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium
karbonat (CaCO3) hal ini menandakan bahwa lingkungan pengendapannya di

daerah laut dangkal. Berdasrkan skala waktu geologi umur fosil ini adalah Karbon
Bawah (345-318 juta tahun yang lalu).
Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim
pada saat terjadinya sedimentasi.

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
HARI/TGL.

: Senin, 21 Maret 2016

NAMA: Andika Onassis A

ACARA

: Filum Porifera dan Coelenterata

NIM

: D611 15 503
Keterangan :
1.Test
2. Oral opening
3. Calix
4. Enteron
5. Hyphostoma

No. Sampel

: 02

No. Peraga

: 1744

Filum

:Coelenterata

Kelas

: Anthozoa

Ordo

: Scleractinia

Family

: Acanthocerasidae

Genus

: Acanthoceras

Spesies

: Acanthoceras Rhotomagenso (DEFR)

Proses Pemfosilan

: Cast

Bentuk

: Tabular

Komposisi Kimia

: Silika (SiO2)

Umur

: Kapur atas ( 100-70 juta tahun yang lalu)

Keterangan

Fosil ini berasal dari filum Coelenterata, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia,
family Acanthocerasidae, genus Acanthoceras, dan dengan nama spesies
Acanthoceras Rhotomagenso (DEFR).

Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses
pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah cast. Cast adalah Mold yang terisi
mineral sekunder membentuk jiplakan fosil aslinya secara kasar.
Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah tabular, yaitu fosil yang membentuk
seperti tabung, dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai adalah Test adalah
bagian keseluruhan dari tubuh fosil, hyphostoma adalah bagian pada tubuh fosil
yang tertambat, oral opening adalah tempat kelur masuknya makanan pada fosil,
chalix adalah garis-garis halus yang ada pada tubuh fosil, oral disk adalah katub
yang terletak pada tubuh fosil, enteron adalah garis pembatas antara ruang chaliks.
Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini tidak akan beraksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini tidak mengandung
kalsium karbonat (CaCO3) melainkan silica (SiO2) hal ini menandakan bahwa

lingkungan pengendapan fosil ini berada di laut dalam. Berdasarkan skala waktu
geologi, umur fosil ini adalah Kapur Atas, yaitu antara 100-70 juta tahun yang lalu.
Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat
terjadinya sedimentasi,

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
HARI/TGL.

: Senin, 21 Maret 2016

NAMA: Andika Onassis A

ACARA

: Filum Porifera dan Coelenterata

NIM

: D611 15 503
Keterangan :
1.Test
2. Oral opening
3. Oral disk
4. Calix
5. Enteron
6. Hyphostoma

No. Sampel

: 04

No. Peraga

: 265

Filum

:Coelenterata

Kelas

: Anthozoa

Ordo

: Stanrida

Family

: Ceratophyllumidae

Genus

: Ceratophyllum

Spesies

: Ceratophyllum Ceratites (GOLDF)

Proses Pemfosilan

: Mineralisasi

Bentuk

: Conical

Komposisi Kimia

: Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur

: Devon Tengah ( 370-360 juta tahun yang lalu)

Keterangan

Fosil ini berasal dari filum Coelenterara, kelas Anthozoa, ordo Stanrida,
family Ceratophyllumidae, genus Ceratophyllum, dan dengan nama spesies
Ceratophyllum Ceratites (GOLDF).

Setelah organisme ini mati kemudian terbebas dari bakteri pembusuk dan
tidak mengalami penguraian. Organisme ini akan mengalami transportasi oleh
media geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama transportasi,
material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu material
tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman dengan
itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan
inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan
menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan mengakibatkan
material terkompaksi (pemadatan), setelah itu material mengalami sementasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material sedimen
terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Proses
pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah rmineralisasi. Mineralisasi adalah
proses pergantian unsur kimia dari fosil hingga seluruh bagiannya.
Proses munculnya

fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa

tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di
permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es sehingga
tampak di permukaan.
Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Conical yaitu fosil yang membentuk
seperti kerucut,dan bagian fosil yang masih dapat dijumpai seperti, dan bagian fosil
yang masih dapat dijumpai adalah Test adalah bagian keseluruhan dari tubuh fosil,
hyphostoma adalah bagian pada tubuh fosil yang tertambat, oral opening adalah
tempat kelur masuknya makanan pada fosil, chalix adalah garis-garis halus yang
ada pada tubuh fosil, oral disk adalah katub yang terletak pada tubuh fosil, enteron
adalah garis pembatas antara ruang calix.
Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi
membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium

karbonat (CaCO3) hal ini menandakan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini
berada di laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi, umur fosil ini adalah
Devon Tengah ( 370-360 juta tahun yang lalu).
Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu
lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat
terjadinya sedimentasi,

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

I.

HARI/TGL.

: RABU/ 13 MARET 2013

NAMA: MUH. ALI

ACARA

:FILUM PORIFERA

NIM

: D611 12 252

MAKSUD DAN TUJUAN


I.1. Maksud
Maksud dilakukan praktikum acara Porifera adalah untuk mengenal
berbagai fosil dari filum Porifera, memahami proses pemfosilannya, dan
memudahkan dalam mengidentifikasi fosil ini di lapangan.
I.2. Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah:
a. Untuk mengetahui berbagai jenis fosil dari filum Porifera yang umum

dijumpai.
b. Mengetahui bentuk-bentuk fosil filum Porifera
c. Mengetahui proses penfosilan filum Porifera secara umum.
II. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
a. Buku penuntun praktikum paleontologi 2011/2012
b. Alat tulis menulis
c. Lap kasar dan halus
d. Larutan HCl 0,1M
e. Sampel fosil
f. Format praktikum sebanyak 8 lembar
III.

TEORI RINGKAS

III. 2 Pengertian Porifera


Porifera berasal dari bahasa latin yaitu porus = pori, fer = membawa.
Porifera juga bisa disebut spons yaitu hewan multiseluler yang paling sederhana.

Porifera dapat diartikan sebagai binatang bersel banyak ( multiseluler) yang


sederhana dibandingkan filum lainnya.
Ahli botani masa lalu, mengelompokkan filum porifera kedalam Kerajaan
Plantae karena bentuknya yang bercabang-cabang dan tidak mampu bergerak
secara nyata. Spons baru dikelompokkan ke dalam Kingdom Animalia pada
tahun 1765, setelah dilakukan penelitian dan pengamatan arus air melalui
oskulumnya yang bergerak. Anggota filum porifera disebut dengan sebutan
spons. Spons merupakan hewan air yang umumnya hidup di perairan laut
dangkal yang bebas polusi. Di dunia, terdapat sekitar 10.000 spesies spons, dan
hanya 100 saja yang hidup di perairan tawar. Spons dewasa bersifat sesil, hidup
menempel pada batu, cangkang kerang, dan permukaan keras lainnya.
III. 2 Ciri-ciri Tubuh Porifera
Ciri tubuh Porifera meliputi ukuran, bentuk, struktur dan fungsi tubuh.

a. Ukuran dan Bentuk Tubuh

Ukuran porifera sangat beragam.Beberapa jenis porifera ada yang


berukuran sebesar butiran beras, sedangkan jenis yang lainnya bisa memiliki
tinggi dan diameter hingga 2 meter. Tubuh porifera pada umumnya asimetris
atau tidak beraturan meskipun ada yang simetris radial. Bentuknya ada yang
seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau bercabang seperti tumbuhan.
Tubuhnya memiliki lubang-lubang kecil atau pori(ostium). Warna tubuh
bervariasi,

ada

yang

berwarna

pucat,

dan ada yang berwarna cerah, seperti merah, jingga, kuning bahkan ungu.

b. Struktur dan fungsi tubuh


Struktur

tubuh-porifera.

Tubuh

porifera belum membentuk jaringan dan


organ sehingga porifera dikelompokkan
dalam

protozoa.

Permukaan

luar

tubuhnya tersusun dari sel-sel berbentuk


pipih dan berdiding tebal yang disebut
pinakosit. Pinakosit berfungsi sebagai
pelindung.Diantara

pinakosit

terdapat

pori-pori yang membentuk saluran air yang bermuara di spongosol atau


rongga tubuh. Spongosol dilapisi oleh sel berleher yang memiliki flagelum,
yang disebut koanosit. Flagelum yang bergerak pada koanosit berfungsi untuk
membentuk aliran air saru arah sehingga air yang mengandung makanan dan
oksigen masuk melalui pori ke spongosol.Di spongosol makanan ditelan
secara fagositosis dan oksigen diserap secara difusi oleh koanosit.Sisa
pembuangan dikeluarkan melalui lubang yang disebut oskulum. Zat makanan
dan oksigen selalin digunakan oleh koanosit, sebagian juga ditransfer secara
difusi ke sel-sel yang selalu bergerak seperti amoeba, yaitu amoebosit (sel
amoeboid).Fungsinya pun sama yaitu mengedarkan makan dan oksigen
keseluruh sel-sel tubuh lainnya.

III. 3 Cara Hidup dan Habitat

Porifera hidup secara heterotof. Makananya adalah bakteri dan


plankton.Makanan yang masuk kedalam tubuhnya berbentuk cairan.Pencernaan
dilakukan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit.Habitat porifera
umumnya di laut, mulai dari tepi pantai hingga laut dengan kedalaman 5
km.Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas
Demospongia.Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil),
hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut.Karena porifera
yang bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap
sebagai tumbuhan.
III. 4 Reproduksi

Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual.Reproduksi


secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule.Gemmule
disebut juga tunas internal.Gemmule dihasilkan hanya menjelang musim dingin
di dalam tubuh porifera yang hidup di air tawar.Porifera dapat membentuk
individu baru dengan regenerasi.Reproduksi seksual dilakukan dengan
pembentukan gamet (antara sperma dan ovum).Ovum dan sperma dihasilkan
oleh koanosit.Sebagian besar Porifera menghasilkan ovum dan juga sperma
pada individu yang sama sehingga porifera bersifat Hemafrodit.

III. 5 Klasifikasi porifera

Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi


tiga kelas, yaitu Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan
Calcarea (Calcisspongiae).

1. Hexactinellida (Hyalospongiae)
Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa = enam) atau
Hyalospongiae (dalam bahasa yunani,
hyalo = kaca/transparan, spongia =
spons) memiliki spikula yang tersusun
dari silika.Ujung spikula berjumlah
enam

seperti

bintang.Tubuhnya

kebanyakan berwarna pucat dengan


bentuk vas bunga atau mangkuk.Tinggi
tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan
saluran tipe sikonoid.Hewan ini hidup soliter di laut pada kedalaman 200
1.000 m.Contoh Hexactinellida adalah Euplectella.
2. Demospongiae
Demospongiae ( dalam bahasa yunani, demo = tebal, spongia =
spons) memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin. Tubuhnya
berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada
amoebosit.Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar
matahari.Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang.Tinggi dan
diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter.Seluruh Demospongiae
memiliki saluran air tipe Leukonoid.Habitat Demospongiae umumnya di
laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar.Demospongiae
adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di
air tawar.Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari
seluruh jenis porifera. Contoh Demospongiae adalah spongia, hippospongia
dan Niphatesdigitalis .

3. Calcarea (Calcisspongiae)
Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam
latin, calci = kapur, spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari
kalsium karbonat.Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk
seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder.Tinggi tubuh kurang dari 10
cm.Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air askonoid, sikonoid, atau
leukonoid.
Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya sycon, Clathrina, dan Leucettusa
lancifer. Berikut bentuk tipe saluran air dari porifera : askonoid, sikonoid,
dan leukonoid
4. Pleospongia
Rangka sangat kompak, memunyai dinding satu atau dua lapis yang
membentuk sperti cone.
III. 6. Peran Porifera dalam Kehidupan Manusia.
Beberapa jenis porifera seperti spongia dan hippospongia dapat
digunakan sebagai spons mandi dan alat gosok.Namun, spons mandi yang
banyak digunakan umumnya adalah spons buatan, bukan berasal dari kerangka
porifera.Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi obat penyakit kanker
dan penyakit lainnya.

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat


disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses pemfosilan pada umumnya dari filum Porifera adalah mineralisasi
dan permineralisasi. Mineralisasi adalah proses pergantian unsur kimia dari
fosil hingga seluruh bagiannya, sedangkan permineralisasi hanya sebagian
saja.

2. Bentuk fosil filum Porifera yang umum dijumpai, diantaranya seperti


konikal yaitu berbentuk seperti kerucut, globular yaitu berbentuk
membulat seperti bola.
IV.2 Saran.

Saran saya untuk laboratorium adalah jumlah sampel praktikum di


tambahkan agar pada saat praktikum, praktikan tidak saling menunggu sampel
yang akan diamati. Sedangkan saran untuk asisten adalah asisten menjelaskan
cara mengklasifikasikan suatu fosil berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki fosil
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Asisten Paleontologi 2011/2012.2012. Penuntun Praktikum Paleontologi.
Laboratorium Paleontologi. Jurusan Teknik Geologi Universitas
Hasanuddin.Makassar
Anonim.2013. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/10/mengenal-selukbeluk-phylum-porifera/. diakses pada tanggal 19 Maret 2013, hari Rabu
pukul 22:08.

Anonim.2013http://id.wikipedia.org/wiki/Protozoa diakses pada tanggal 19 Maret


2013, hari Rabu pukul 20:02.

Anda mungkin juga menyukai