Anda di halaman 1dari 5

Nama :Ewith Riska Rachma

Nim

:1307113269

Teknik Kimia S1C


1.

Azeotrop
Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana

komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop
dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran
azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap
jika campuran tersebut dididihkan.
1.2

Contoh Azeotrop
1. 2-propanol dan etil asetat
2. Etanol dan air
3. Asam format dan air
4. Kloroform dan metanol
5. Asam nitrat dan air

1.

Metode Pemisahan Komponen Azeotrop


Banyak metode yang bisa digunakan untuk menghilangkan titik azeotrop pada campuran
heterogen. Contoh campuran heterogen yang mengandung titik azeotrop yang paling populer adalah
campuran ethanol-air, campuran ini dengan metode distilasi biasa tidak bisa menghasilkan ethanol
teknis (99% lebih) melainkan maksimal hanya sekitar 96,25 %. Hal ini terjadi karena konsentrasi
yang lebih tinggi harus melewati terlebih dahulu titik azeotrop, dimana komposisi kesetimbangan
cair-gas ethanol-air saling bersilangan. Beberapa metode yang populer digunakan adalah :
1. Pressure Swing Distillation
2. Extractive Distillation
2.1

Pressure Swing Distillation


Dalam pemisahan campuran propanol-ethyl acetate, digunakan metode pressure swing

distillation. Prinsip yang digunakan pada metode ini yaitu pada tekanan yang berbeda,

komposisi azeotrop suatu campuran akan berbeda pula. Berdasarkan prinsip tersebut, distilasi
dilakukan bertahap menggunakan 2 kolom distilasi yang beroperasi pada tekanan yang berbeda.
Kolom distilasi pertama memiliki tekanan operasi yang lebih tinggi dari kolom distilasi kedua. Produk
bawah kolom pertama menghasilkan ethyl acetate murni sedangkan produk atasnya ialah campuran
propanol-ethyl acetate yang komposisinya mendekati komposisi azeotropnya. Produk atas kolom
pertama tersebut kemudian didistilasi kembali pada kolom yang bertekanan lebih rendah (kolom
kedua). Produk bawah kolom kedua menghasilkan propanol murni sedangkan produk atasnya
merupakan campuran propanol-ethyl acetate yang komposisinya mendekati komposisi azeotropnya.
Berikut ini gambar kurva kesetimbangan uap cair campuran propanol-ethyl acetate pada tekanan
tinggi dan rendah.

Dari gambar pertama dapat dilihat bahwa feed masuk kolom pada temperatur 108,2 C dengan
komposisi propanol 0,33. Pada kolom pertama (P=2,8 atm), komposisi azeotrop yaitu sebesar 0,5
sehingga distilat yang diperoleh berkisar pada nilai tersebut sedangkan bottom yang diperoleh berupa
ethyl acetate murni.

Untuk memperoleh propanol murni, distilat kemudian didistilasi lagi pada kolom kedua
(P=1,25 atm). Distilat ini memasuki kolom kedua pada temperatur 82,6 C. Komposisi azeotrop pada
kolom kedua yaitu 0,38 sehingga kandungan propanol pada distilat berkisar pada nilai tersebut.
Bottom yang diperoleh pada kolom kedua ini berupa propanol murni. Bila Anda perhatikan, titik
azeotrop campuran bergeser dari 0,5%-mol propanol menjadi 0,38%-mol propanol. Jadi,
dengan metode pressure swing distillation ini, dapat diperoleh propanol dan ethyl acetate dengan
kemurnian yang tinggi. Dan untuk lebih mengoptimasi proses, distilat keluaran kolom 2 dapat
direcycle dan dicampur dengan aliran umpan untuk didistilasi kembali.
2.2

Extractive Distillation
Distilasi ekstraktif didefinisikan sebagai distilasi dalam kehadiran miscible, mendidih tinggi,

komponen yang relatif non-volatile, pelarut, bahwa tidak ada bentuk azeotrop dengan komponen lain
dalam campuran. Metode yang digunakan untuk campuran memiliki nilai volatilitas relatif rendah,
mendekati kesatuan. Campuran tersebut tidak dapat dipisahkan dengan penyulingan sederhana, karena
volatilitas dari dua komponen dalam campuran adalah hampir sama, membuat mereka menguap pada
suhu yang sama hampir pada tingkat yang sama, membuat penyulingan normal tidak praktis.
Metode penyulingan ekstraktif menggunakan pemisahan pelarut, yang umumnya nonvolatile,
memiliki titik didih tinggi dan miscible dengan campuran, namun tidak merupakan campuran
azeotrop. Berinteraksi pelarut berbeda dengan komponen campuran sehingga menyebabkan volatilitas
relatif mereka untuk berubah. Hal ini memungkinkan campuran tiga bagian baru yang dipisahkan oleh
distilasi normal. Komponen asli dengan volatilitas terbesar memisahkan keluar sebagai produk

atas. Produk bawah terdiri dari campuran pelarut dan komponen lainnya, yang sekali lagi dapat
dipisahkan dengan mudah karena pelarut tidak membentuk sebuah azeotrop dengan itu. Produk bawah
dapat dipisahkan oleh salah satu metode yang tersedia.
Sangat penting untuk memilih pemisahan pelarut yang cocok untuk jenis distilasi. Pelarut
harus mengubah volatilitas relatif dengan selisih yang cukup lebar untuk hasil yang sukses. Kuantitas,
biaya dan ketersediaan pelarut harus dipertimbangkan. Pelarut harus mudah dapat dipisahkan dari
produk dasar, dan tidak harus bereaksi secara kimia dengan komponen atau campuran, atau
menyebabkan korosi di dalam peralatan. Sebuah contoh klasik yang akan dikutip di sini adalah
pemisahan campuran azeotrop benzena dan cyclohexane, di mana anilina adalah salah satu pelarut
yang cocok.

3.

Tipe Azeotrop
Azeotrop positif : Jika titik didih campuran azeotrop kurang dari titik didih salah satu larutan
konstituennya, contoh campuran 95,63 etanol dan 4,37 % air, etanol mendidih pada suhu 78,4 OC
sedangkan air mendidih pada suhu 100 OC, tetapi campurannya/azeotropnya mendidih pada suhu
78,2 OC.

Azeotrop Negatif : Jika titik didih campuran azeotrop lebih dari titik didih konstituennya atau salah
satu konstituennya. Contoh campuran asam klorida pada konsentrasi 20,2 % dan 79,8 % air. Asam
klorida (murni) mendidih pada suhu -84OC, tetapi campuran azeotropnya memiliki titik didih 110OC.

Anda mungkin juga menyukai