Anda di halaman 1dari 33

BAB 2

LANDASAN TEORI
2.1. Regresi
Pada sub bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan regresi dan regresi
logistik multinomial yang merupakan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini.

2.1.1. Pengertian Regresi


Regresi adalah studi bagaimana satu variabel yaitu variabel dependen
dipengaruhi oleh satu atau lebih variabel lain yaitu variabel independen dengan tujuan
untuk mengestimasi atau memprediksi nilai rata-rata variabel dependen didasarkan pada
nilai variabel independen yang diketahui. Dengan demikian, tujuan utama regresi adalah
untuk memprediksi nilai variabel dependen berdasarkan satu atau lebih variabel
independen (Widarjono, 2010, p9).
Misalkan ingin menganalisis pengaruh iklan terhadap volume penjualan.
Berdasarkan teori, semakin besar (kecil) pengaruh iklan maka volume penjualan akan
naik (turun). Asumsikan terdapat hubungan yang linear antara pengeluaran iklan dan
volume penjualan. Hubungan linear keduanya dapat dituliskan dalan persamaan regresi
berikut ini :
Yi = 0 + 1Xi + ei
Dimana Yi adalah volume penjualan,

Xi

(2.1)

adalah pengeluaran iklan, dan i adalah

observasi ke 1 hingga ke n. Dalam persamaan (2.1) tersebut variabel Y merupakan

10
variabel dependen, sedangkan variabel X adalah variabel independen. Variabel ei adalah
variabel gangguan atau error terms. Variabel ini mencerminkan faktor-faktor selain
pengeluaran iklan yang mempengaruhi volume penjualan tetapi tidak dimasukkan ke
dalam persamaan regresi. 0 dan 1 merupakan koefisien regresi. 0 merupakan intersep
dan 1 adalah slope atau kemiringan (Widarjono, 2010).
Sementara itu Walpole (1982, p340) menyatakan bahwa persamaan matematik
yang memungkinkan kita meramalkan nilai-nilai suatu peubah dependen dari nilai-nilai
satu atau lebih peubah independen disebut persamaan regresi. Bila hubungan linear,
maka kita berusaha menyatakan secara sistematik dengan sebuah persamaan garis lurus
yang disebut dengan garis linear regresi.

2.1.2. Variabel Kualitatif dalam Regresi


Seperti yang diungkapkan Widarjono (2010, p49) model regresi yang digunakan
dalam persamaan (2.1) merupakan persamaan yang dikembangakan untuk model regresi
yang menggunakan variabel-variabel independen yang bersifat kuantitatif. Namun
banyak penelitian dimana variabel independen yang digunakan adalah variabel
kualitatif. Misalnya jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya. Variabel di
dalam analisis regresi bisa dibedakan menjadi dua yaitu variabel kuantitatif dan variabel
kualitatif.
Bagaimana agar variabel kualitatif dapat dioperasionalkan dalam regresi
sementara regresi hanya bisa dilakukan jika data bersifat kuantitatif? Metode untuk
mengkuantitatifkan variabel kualitatif tersebut adalah dengan cara membentuk variabel

11
yang sifatnya artificial (dummy) ke dalam model persamaan regresi. Variabel dummy ini
dibentuk dengan memberi nilai 1 atau 0. Angka 1 menunjukkan adanya atribut,
sementara angka 0 menunjukkan tidak adanya atribut.
Misalkan ingin menguji benarkah bahwa jenis media untuk iklan memang
mempengaruhi volume penjualan perusahaan. Model persamaan regresinya dapat ditulis
sebagai berikut :
Yi = 0 + 1Di + ei

(2.2)

Dimana : Y = Volume penjualan


Di = 1 ; jika media televisi
= 0 ; jika media bukan televise (surat kabar)
Banyak kasus dalam analisis regresi dimana variabel dependennya bersifat
kualitatif. Variabel dependen ini bisa mempunyai dua kelas atau kategori (binary) dan
lebih dari dua kelas (multinomial). Salah satu pendekatan yang digunakan untuk
mengestimasi model regresi dengan variabel dependen bersifat kualitatif adalah dengan
model probabilitas logistik atau disingkat logit (Widarjono, 2010, p133).

2.1.3. Regresi Logistik


Agresti (2007, p173) menyatakan bahwa variabel dalam regresi logistik dapat
berupa kategori dan atau kuantitatif. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
regresi logistik khususnya multinomial.

12
2.1.3.1. Regresi Logistik Multinomial
Ada keadaan dimana investigator telah mengumpulkan data dalam multiple
level untuk sebuah hasil variabel dependen (outcome). Bentuk dan karakteristik untuk
sebuah model dengan multiple level variabel dependen disebut dengan model regresi
logistik polytomous (Kleinbaum & Klein, 2010, p432).
Jika kita ingin mendikotomkan variabel dependen pada permasalahan yang ingin
kita selesaikan, maka ada kerugian yang dapat kita alami, seperti yang diungkapkan oleh
Kleinbaum dan Klein (2010) The disadvantage of dichotomizing a polytomous outcome
is loss of detail in describing the outcome of interest (p 433).
Variabel yang digunakan untuk regresi logistik multinomial dapat berupa skala
nominal atau ordinal. Nominal secara sederhana mengidikasikan kategori yang berbeda.
Sementara ordinal memiliki urutan dalam tingkatan-tingkatan. Jika variabel dependen
berskala nominal, maka dapat dimodelkan dengan regresi logistik multinomial.
Sementara jika berskala ordinal, maka dapat dimodelkan dengan regresi logistik
multinomial dan regresi logistik ordinal (Kleinbaum & Klein, 2010).
a.

Baseline-Category Logits
Misalkan J dinotasikan sebagai jumlah kategori untuk Y atau variabel dependen

{ 1, , J } dengan j j = 1. Dengan n independent observasi, peluang distribusi


untuk J disebut dengan multinomial (Agresti, 2007, p173).
Agresti (2007) menyatakan ketika kategori terakhir (J) adalah baseline, maka baselinecategory logits adalah :

13
,

j = 1, , J-1

(2.3)

Sementara model persamaan baseline-category dengan prediktor x adalah :


,

,,

(2.4)

Model akan membentuk J-1 persamaan dengan masing-masing parameter yang berbeda.

b.

Persamaan Regresi Logistik Multinomial


Model yang digunakan pada regresi logistik multinomial adalah :

Logit P(Y=1) =

(2.5)

Ini didapat dari melakukan rumus sebagai berikut :


LogitP(Y=1) = (

(2.6)

Dimana P adalah peluang terjadinya suatu kejadian, dengan rumus sebagai berikut :

dimana :
P = probabilitas terjadinya terjadinya suatu kejadian
e = bilangan natural
= nilai koefisien tiap variabel
X = nilai variabel bebas
Y= nilai variabel terikat

(2.7)

14
2.1.3.2. Likelihood Ratio Test
Widarjono (2010) menyatakan bahwa terdapat dua cara untuk mengestimasi
model regresi logistik, yaitu secara menyeluruh dan secara bertahap.
1.

Secara menyeluruh
Masukkan semua variabel independen kemudian

baru dievaluasi variabel

independen mana yang berpengaruh (signifikan) terhadap variabel dependen.


2.

Secara bertahap (stepwise)


Metode ini dilakukan dengan memilih secara otomatis kepada variabel-variabel
independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen.
Likelihood Ratio Test bertujuan untuk menentukan apakah salah satu variabel

bebas yang terdapat di dalam model dapat memberikan hubungan dibandingkan jika
tidak menggunakan variabel tersebut, rumus dari uji Likelihood Ratio Statistic sebagai
berikut (Agresti, 2007) :

-2 log

(2.8)

Sementara Hosmer & Lemeshow (2000, p37) menyatakan jika P-value lebih
kecil dari pada level signifikan, maka tolak H0 dan dapat disimpulkan paling tidak ada
satu atau semua variabel independen tidak sama dengan nol.

2.1.3.3. Uji Wald


Untuk menguji signifikansi masing-masing variabel independen yang terdapat
dalam model dapat dilakukan menggunakan Uji Wald. Uji Wald didapat dengan

15
membandingkan estimasi maximum likelihood dari parameter

,,

dengan

estimasi dari standard error (Hosmer dan Lemeshow,2000).


Perbandingan ini dapat dibandingkan dengan distribusi normal. Dalam kasus ini
uji statistiknya adalah

(2.9)
Dimana SE( ) adalah standard error dari estimasi maximum likelihood.
H0 : h = 0, dengan h = 1, 2, 3, ., k (variabel bebas ke-h tidak berpengaruh terhadap
variabel terikat)
H1 : h 0, dengan h = 1, 2, 3, ., k (variabel bebas ke-h berpengaruh terhadap variabel
terikat)
Nilai dari Uji Wald akan diubah kedalam P value dengan melihat dari tabel Z. Hosmer
& Lemeshow (2000, p37) menyatakan jika P-Value lebih kecil daripada level signifikan,
maka tolak H0

dan dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh

signifikan

2.2.

Statistik Deskriptif
Walpole (1982) mengungkapkan bahwa statistika adalah metode-metode yang

berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan
informasi yang berguna (p.2). Statistika deskriptif memberikan informasi hanya
mengenai data yang dipunyai dan bukan sama sekaili menarik kesimpulan apapun

16
tentang gugus data induknya yang lebih besar. Penyusunan table, diagram, grafik,
termasuk dalam kategori statistika deskriptif ini.

2.3.

Tanda-Tanda Anak Sehat


Dalam buku pemantauan kesehatan ibu dan anak yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), tanda-tanda anak sehat dinyatakan


sebagai berikut (p.28):
1.

Berat badan naik sesuai garis pertumbuhan mengikuti pita hijau pada Kartu
Menuju Sehat (KMS) atau naik ke pita warna merah di atasnya

2.

Anak bertambah tinggi

3.

Kemampuannya bertambah sesuai umur

4.

Jarang sakit

5.

Ceria, aktif, dan lincah

2.4.

Pertumbuhan
Berikut ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan pertumbuhan termasuk

indeks yang digunakan untuk pemantauan pertumbuhan anak.

17
2.4.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Narendra et.al (2002) menjelaskan pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran
fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Pertumbuhan bersifat
kuantitatif sehingga dapat kita ukur dengan suatu panjang atau satuan berat. Sementara
itu, perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks sehingga bersifat kualitatif dan pengukurannya jauh lebih sulit
dibandingkan dengan pertumbuhan.
Dr. Soetjiningsih, DSAK (1998) mengungkapkan hal yang hampir serupa tentang
perbedaan pertumbuhan dan perkembangan. Istilah tumbuh kembang mencakup 2
peristiwa yang berbeda tetapi saling berkaitan

dan sulit dipisahkan. Pengertian

mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisi
adalah sebagai berikut :
a)

Pertumbuhan (Growth), berkaitan dengan masalah perubahan besar, jumlah,


ukuran atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bisa diukur
dengan berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (sentimeter, meter), umur
tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

b)

Perkembangan

(Development)

adalah

bertambahnya

kemampuan

(skill).

Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya.

18
2.4.2

Tujuan Pengukuran dan Pemantauan Pertumbuhan Anak


Pertumbuhan pada anak, baik secara statistik maupun secara medis harus

dipantau dan diperhatikan secara seksama. Hal ini sangat penting dilakukan untuk
memastikan anak tersebut tumbuh secara normal atau tidak. Sementara arti pemantauan
sendiri merupakan penilaian secara teratur terhadap proses tumbuh kembang setiap anak
yang meliputi pertumbuhan fisik dan perkembangannya dengan menggunakan parameter
atau tolak ukur tertentu (Narendra, et. al, p95).
Narendra, et.al (2002) juga mengungkapkan bahwa pemantauan pertumbuhan
memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum tersebut adalah menjaga agar
seorang anak dapat tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan, baik secara fisik, mental, emosi, dan sosial sesuai dengan potensi yang
dimilikinya agar menjadi manusia dewasa yang berguna. Sementara tujuan khusus
pemantauan adalah untuk mengetahui dan memahami proses pertumbuhan dan
perkembangan sejak konsepsi sampai dewasa agar dapat mendeteksi kelainan yang
terjadi pada proses pertumbuhan dan perkembangan

dan segera dapat mengatasi

permasalahannya.
Dr. Soetjiningsih, DSAK (1998) mengungkapkan bahwa terdapat ilmu tumbuh
kembang anak yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik secara
fisik, mental, maupun sosial. Hal ini juga berguna untuk mendiagnosis dini setiap
kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif, mencari
penyebab, maupun mencegah keadaan tersebut.

19
Dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (1997, p28) disebutkan cara yang dapat
dilakukan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Cara-cara tersebut
adalah:
1.

Timbang berat badan anak setiap bulan di Posyandu, fasilitas pelayanan


kesehatan lain, atau Pos Pelayanan Anak Usia Dini (PAUD)

2.

Rangsang perkembangan anak sesuai umur

3.

Ajak anak bermain dan bercakap-cakap

4.

Bawa anak ke petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan Stimulasi


Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

5.

Minta kader untuk mencatat pada Kartu Menuju Sehat (KMS)


Pada penelitian ini yang difokuskan hanya pada pertumbuhan saja dan bukan

pada perkembangan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan memiliki satuan ukur yang jelas,
bersifat kuantitatif, dan mudah untuk pengukurannya.

2.4.3 Indeks Antropometri


Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Indonesia tentang status gizi anak,
maka untuk menilai standar gizi anak diperlukan standar antropometri yang mengacu
pada standar World Health Organization (Indonesia, 2010).
Narendra, et.al (2002, p95) menyatakan bahwa terdapat ukuran atau indeks
antropometri yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan fisik, yaitu berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkaran lengan atas, panjang lengan (arm span),

20
proporsi tubuh / perawakan, dan panjang tungkai. Berikut ini adalah beberapa indeks
antropometri yang lazim digunakan.

2.4.3.1. Berat Badan


Menurut Soetjiningsih (1998, p38) berat badan adalah ukuran antropometri yang
terpenting dan dipakai pada setiap pemeriksaan kesehatan anak pada semua kelompok
umur. Berat badan menunjukkan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang
ada pada tubuh. Saat ini berat badan digunakan sebagai indikator yang terbaik untuk
mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.
Berat badan sangat sensitif terhadap sedikit saja perubahan pada pertumbuhan
anak, pengukurannya bersifat objektif dan dapat diulangi. Alat untuk mengukur indeks
antropometri ini

relatif murah, mudah, dan tidak memerlukan waktu yang lama.

Indikator berat badan dimanfaatkan untuk :


a.

Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun yang kronis
pada pertumbuhan dan kesehatan anak

b.

Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit

c.

Dasar pertimbangan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan


Pengukuran dapat menggunakan timbangan maupun timbangan elektronik.

Pengukuran berat badan untuk bayi dilakukan dalam keadaan telanjang, sementara anakanak dengan menggunakan pakaian dalam saja. Jika menggunakan timbangan injak atau
timbangan dacin, maka usahakan agar jarum penunjuk selalu pada angka 0 setiap
melakukan penimbangan (Narendra, et.al, 2002).

21
2.4.3.2. Tinggi Badan
Soetjiningsih (1998, p38) menyatakan bahwa tinggi badan merupakan ukuran
antropometri kedua yang terpenting. Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi
badan pada masa pertumbuhan terus meningkat sampai tinggi maksimal tercapai.
Kenaikan tinggi badan ini berfluktuatif. Tinggi badan meningkat pesat pada masa bayi,
kemudian melambat, dan menjadi pesat kembali, selanjutnya melambat kembali sampai
akhirnya berhenti pada usia delapan belas hingga dua puluh tahun.
Keuntungan indikator tinggi badan ini adalah pengukurannya obyektif dan dapat
diulang, alat bantu dapat dibuat sendiri, mudah dibawa, dan murah. Kerugiannya adalah
perubahan tinggi badan relatif pelan, sukar mengukur tinggi badan yang tepat, dan
kadang-kadang diperlukan lebih dari seorang tenaga jika akan mengukur tinggi badan
anak.
Pengukuran tinggi badan terhadap kelompok umur anak pun dilakukan dengan
alat dan cara yang berbeda. Untuk anak sampai usia dua tahun menggunakan alat yang
disebut dengan infantometer. Badan anak harus diluruskan lalu diukur dari ubun-ubun
kepala hingga telapak kaki. Sementara untuk anak diatas dua tahun menggunakan
stadiometer atau microtoise. Tujuannya agar mendapat catatan tentang jarak tinggi dari
permukaan puncak kepala sampai telapak kaki. Posisi pada saat pengukuran dapat
mempengaruhi hasilnya. Subyek diharuskan untuk menarik nafas dalam-dalam dan
berdiri tegak, untuk meluruskan terhadap kyfosis atau lordosis (Narendra, et.al, 2002).

22
2.4.3.3. Lingkaran Kepala
Lingkaran kepala dipakai untuk memperkirakan pertumbuhan otak. Apabila
pertumbuhan otak tidak normal maka lingkar kepala akan kecil. Apabila ada
penyumbatan pada aliran cairan maka lingkar kepala akan meningkat. Pertumbuhan
lingkar kepala yang paling besar adalah pada usia 6 bulan pertama, yaitu dari 34 cm
pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan (Soetjiningsih, 1998). Narendra
(2002) mengungkapkan penting sekali melakukan pengukuran lingkar kepala untuk
mendeteksi kecurigaan adanya hydrocephalus.

2.4.3.4. Lipatan Kulit


Tebalnya lipatan kulit mencerminkan kecukupan energi. Lipatan kulit akan
menipis dalam keadaan defisiensi dan akan menebal jika masukan energy berlebihan.
Indeks antropometri ini digunakan untuk mengidentifikasi terdapatnya keadaan gizi
lebih khususnya pada kasus obesitas (Soetjiningsih, 2002).

2.4.3.5. Lingkaran Lengan Atas


Soetjiningsih (1998) mengungkapkan lipatan lengan atas (LLA) mencerminkan
pertumbuhan jaringan lemak dan otot. Indeks antropometri ini dapat dipakai untuk
mengukur pertumbuhan atau menilai kedaan gizi anak kelompok pra sekolah. Indeks
antropometri ini memiliki laju tumbuh yang lambat dan hanya digunakan untuk
mengidentifikasi anak dengan gangguan gizi atau pertumbuhan yang berat. Tetapi

23
keuntungan dari lipatan lengan atas ini adalah murahnya alat yang dapat digunakan, alat
dapat dibuat sendiri dan dapat digunakan meskipun oleh tenaga yang tidak terdidik.

2.5.

Umur
Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Indonesia tentang standar

anropometri penilaian status gizi anak, usia yang digunakan untuk melakukan
pemgukuran atau pemantauan adalah anak umur 0 sampai 60 bulan. Penghitungan umur
anak ini pun dilakukan dengan bulan penuh. Misalnya anak berumur 2 bulan 29 hari,
maka umur anak anak tersebut akan dihitung sebagai 3 bulan.
Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks pun dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu :
1. Berat badan menurut umur (BB/U) anak 0-60 bulan
2. Panjang badan menurut umur (PB/U) atau Tinggi badan menurut umur
(TB/U) anak 0-60 bulan
3. Berat badan menurut panjang badan (BB/PB) anak 0-60 bulan
4. Indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) anak 0-60 bulan
5. Indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) anak 5-18 tahun
Penelitian ini menggunakan status gizi anak 0-60 bulan berdasarkan berat badan
menurut umur (BB/U). Kategori dan ambang status gizi anak dapat dilihat pada lampiran
satu.

24
2.6.

Baku Klasifikasi
Menentukan status gizi anak tidak dapaat dilakukan secara sembarangan, namun

harus berdasarkan standar baku yang telah disepakati baik secara nasional maupun
global.

2.6.1. Pola Tumbuh Kembang


Soetjiningsih (1998) menyatakan pola tumbuh kembang menunjukkan variasi
normal yang luas sehingga perlu cara dan istilah statistik untuk menilainya. Ada tiga
mmacam cara yang menunjukkan suatu variasi normal yaitu :
1.

Menggunakan Mean atau SD


Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang dianggap normal, dengan cara ini

seorang anak dapat ditentukan posisinya, yaitu :


a)

Mean +/- 1 SD mencakup 66,6 %

b)

Mean +/- 2 SD mencakup 95%

c)

Mean +/- 3 SD mencakup 97,7%

2.

Menggunakan persentil
Besarnya persentil menunjukkan posisi suatu hasil pengukuran dalam urutan

yang khas, yaitu dari yang terkecil sampai yang terbesar.

3.

Menggunakan persentasi

25
Besarnya variasi normal berada diantara persentasi tertentu terhadap suatu nilai
yang diangggap 100 %. Misalkan variasi normal berada pada 80-110%.

2.6.2. Baku Antropometri Gizi


Terdapat beberapa baku antropometri yang pernah dibuat yaitu sebagai berikut
(Soetjiningsih, 1998) :
1.

Baku Boston atau Harvard


Data ditunjukkan dalam persentil untuk berat badan terhadap umur dan tinggi

badan terhadap umur. Dari data tersebut juga dihitung nilai median dari BB terhadap
TB. Baku Harvard ini digunakan secara luas di Amerika Latin dan Asia.
2.

Baku Tanner
Pertama kali dibuat dengan data yang diperoleh di Perancis, Belanda, Swiss,

Swedia, dan Inggris. Data di Inggris dikumpulkan oleh Tanner dari populasi yang
homogen. Baku ini banyak digunakan di Afrika.

3.

Baku NCHS (National Center for Health Statistic)


Baku ini pertama kali dibuat pada tahun 1974. World Health Organization

(WHO) menggunakan NCHS sebagai patokan baku karena interpretasi perbandingan


NCHS adalah lebih berguna dan lebih jelas bagi individu atau kelompok.
Sejak tahun 1975, Indonesia telah menggunakan baku NCHS untuk
menggantikan baku Harvard yang digunakan sebelumnya. Disepakati pula bahwa nilai
median -2SD sebagai batas antara gizi baik dan gizi kurang.

26
2.7.

Kartu Menuju Sehat


Kartu menuju sehat adalah suatu alat sederhana dan murah yang dapat digunakan

untuk memantau kesehatandan pertumbuha anak. Baku yang digunakan adalah


berdasarkan NCHS-WHO (Narendra, et.al, 2002). Contoh Kartu Menuju Sehat yang
digunakan di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 3.

2.8.

Kemiskinan
Berbagai indikator menunjukkan sejumlah masalah yang terjadi sebagai dimensi

kemiskinan, salah satunya adalah angka kekurangan gizi atau malnutrisi (World Bank).
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai definisi dan faktor penentu kemiskinan.

2.8.1. Definisi Kemiskinan


Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach) untuk mengukur kemiskinan, dimana pada
pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita perbulan dibawah garis kemskinan.
Garis kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). GKM merupakan nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2010 kilokalori

27
perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, susu, sayuran, kacangkacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain). GKNM adalah kebutuhan
minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

2.8.2.

Indikator Kemiskinan
Badan Pusat Statistik (BPS) menetapkan indikator kemiskinan di Indonesia.

Indikator tersebut adalah sebagai berikut.


1.

Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2

2.

Jenis lantai bangunan tempat tinggal adalah tanah, bambu, atau kayu murahan

3.

Jenis dinding bangunan tempat tinggal adalah bambu, rumbia, atau tembok tanpa
plester

4.

Tidak memiliki fasilitas buang air besar

5.

Sumber penerangan utama tidak menggunakan listrik

6.

Sumber air minum berasal dari sumur, mata air tidak terlindung, sungai atau air
hujan

7.

Bahan bakar untuk memasak adalah kayu bakar, arang, atau minyak tanah

8.

Mengkonsumsi daging, ikan, telur, susu satu kali dalam seminggu

9.

Makan kurang dari dua kali dalam sehari

10.

Tidak mampu berobat ke sarana kesehatan modern

11.

Tidak mampu membeli pakaian baru minimal satu stel setahun

28
12.

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala rumah tangga adalah sekolah dasar
ke bawah

13.

Kepemilikan tabungan atau asset kurang dari Rp 500.000

14.

Luas sawah kurang dari 5 ha atau pendapatan kurang dari Rp 600.000 per bulan
Sementara itu Bappeas menyatakan dari berbagai faktor penyebab masalah gizi,

kemiskinan dinilai memiliki peranan penting dan bersifat timbal balik. Hubungan timbal
balik tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.1 Keterkaitan Kemiskinan dan Status Gizi

29
2.9.

Unified Modelling Language (UML)


Menurut Whitten, Bentley, & Dittman (2004,p430) UML adalah satu set dari

ketentuan modeling yang digunakan untuk menspesifikasi atau mendeksripsikan sebuah


sistem software dalam suatu kondisi dari objek.
Whitten, Bentley, & Dittman (2004, p441) juga menyatakan bahwa UML
memberikan sembilan diagram yang dikelompokkan ke dalam lima perspektif yang
berbeda untuk memodelkan sebuah sistem. Ini seperti sebuah blueprint dalam
membangun rumah, setiap diagram UML menyediakan tim pembangunan yang terdiri
dari perspektif yang bebeda dari sebuah sistem informasi. Macam-macam diagram UML
dan tujuannya akan dijelaskan sebagai berikut :
1.

Use-Case Model Diagram

Use Case Model Diagram menjelaskan ineteraksi sistem, sistem eksternal, dan
pengguna. Dengan kata lain, akan menjelaskan siapa yang akan menggunakan sistem
dan bagaimana cara pengguna akan berinteraksi dengan sistem.
2.

Static Structure Diagrams

UML memberikan dua diagram untuk memodelkan static structure dari sebuah
sistem. Diagram-diagram tersebut adalah :
a.

Class Diagram, menunjukkan kelas objek yang dibangun oleh sistem dan

hubungan antara kelas-kelas tersebut.


b.

Object Diagram, hampir mirip dengan class diagram tetapi diagram ini tidak

sesering class diagram penggunaannya. Tapi jika digunakan akan membantu developer
mengerti dengan lebih baik struktur dari sebuah sistem.

30
3.

Interaction Diagram

Diagram ini akan memodelkan interaksi, isi dari set sebuah objek, hubungan, dan
pesan yang dikirimkan. UML terdiri dari dua diagram untuk tujuan-tujuan ini :
a.

Sequence Diagram, menggambarkan bagaimana objek berinteraksi satu dengan

yang lainnya melalui pesan dalam sebuah operasi. Diagram ini juga mengilustrasikan
bagaiaman pesan dikirim dan diterima antar objek dan peristiwa.
b.

Collaboration Diagram, hampir serupa dengan sequence diagram tapi tidak

difokuskan pada waktu, peristiwa, atau pesan. Diagram ini memberikan interaksi atau
kolaborasi antar objek dalam sebuah format jaringan.
4.

State Diagram

Diagram ini terdiri dari dua bagian yaitu :


a.

Statechart Diagram, digunakan untuk memodelkan kegiatan yang dinamis dari

sebuah objek. Diagram ini mengilustrasikan siklus hidup dari sebuah objek.
b.

Activity Diagram, menggambarkan alur yangberurutan dari aktivitas use case

atau proses bisnis. Diagram ini juga dibuat untuk memodelkan logika dalam suatu
sistem. Activity diagram memiliki komponen sebagai berikut :
1.

Titik solid, menggambarkan awal sebuah proses

2.

Segi empat dengan sudut tumpul, menggambarkan tugas yang perlu dilakukan

3.

Panah, menggambarkan sasaran yang mengawali kegiatan

4.

Garis hitam solid, adalah garis sinkronisasi. Garis ini menggambarkan aktivitas
yang dilakukan secara paralel

5.

Teks di dalam [ ], menggambarkan sasaran yang menjadi hasil dari sebuah


keputusan kegiatan

6.

Diamond, menggambarkan sebuah kegiatan keputusan

31
7.

Titik solid di dalam lingkaran, menggambarkan akhir dari sebuah proses


5.

Implementation Diagram

Diagram ini juga memodelkan struktur dari sistem inforamsi dan terdiri sebagai
berikut :
a.

Component Diagram,

digunakan untuk menggambarkan organisasi dan

ketergantungan dari komponen perangkat lunak yang dimiliki oleh sistem. Dapat pula
digunakan untuk menunjukkan bagaimana kode-kode pemrograman dibagi ke dalam
modul-modul.
b.

Deployment Diagram, menggambarkan arsitektur fisik untuk perangkat keras

dan perangkat lunak dalam sistem.

2.9.1. Sistem Konsep Use-Case Modelling


Ada dua hal yang dibahas dalam pemodeln use-case, yaitu use-case diagram dan
use-case narrative. Use-case Diagram adalah diagram yang menggambarkan interaksi
sistem dengan sistem eksternak dan pangguna. Dengan kata lain, secara grafik akan
menggambarkan siapa yang akan menggunakan sistem dan bagaimana caranya untuk
berinteraksi dengan sistem. Sementara use-case narrative adalah deskripsi tekstual dari
suatu kejadian bisnis dan bagaimana pengguna akan berinteraksi dengan sistem sehingga
dapat menjalankan tugas (Whitten, 2004, p271). Berikut adalah hal-hal yang diperlukan
dalam memodelkan use-case diagram.

32
1.

Use Case
Use-case akan menggambarkan fungsi sistem dari sudut pandang pengguna dan

terminologinya supaya dapat dimengerti. Ini juga berguna untuk memenuhi tujuan dari
sebuah proses bisnis. Use-case merupakan hasil dari penggabungan ruang lingkup
sistem ke dalam kalimat yang lebih kecil dari sistem tersebut.
Use-case
Gambar 2.2 Simbol Use-Case
2.

Aktor
Aktor adalah segala sesuatu yang perlu untuk berinteraksi dengan sistem untuk

pertukaran informasi. Aktor memulai jalannya aktivitas sebuah sistem, use-case, dengan
tujuan untuk memenuhi tugas bisnis yang akan menghasilkan sesuatu yang lebih
bernilai.

Gambar 2.3 Simbol Aktor

33
3.

Hubungan

Hubungan digambarkan dengan sebuah garis antara dua simbol dalam use-case
diagram. Arti dari hubungan ini bisa berbeda tergantung bagaimana garis tersebut
digambar dan jenis symbol apa yang dihubungkan. Contoh use-case diagram dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.4 Contoh Use-case Diagram

2.9.2. Sequence Diagram


Kita dapat menggambarkan model yang terperinci tentang bagaimana objek
dapat berinteraksi satu sama lain untuk menyediakan fungsi yang spesifik pada setiap
desain use-case. UML menyediakan dua diagram yang dapat menggambarkan interaksi
ini. Salah satunya adalah sequence diagram. Sequence diagram menunjukkan dengan
sangat detail bagaimana objek berinteraksi satu sama lain. Berikut adalah contoh
sequence diagram untuk Place New Order Use Case.

34

Gambar 2.5 Sequence Diagram untuk Use Case Place New Order

2.9.3. Memodelkan Use-Case Activity


Menurut Whitten (2007), UML menyediakan diagram tambahan yang disebut
dengan Activity Diagram untuk memodelkan langkah proses atau aktivitas dari sistem.
Hampir serupa dengan flowchart yang menggambarkan alur aktivitas dari proses bisnis
atau use-case. Activity Diagram berbeda dengan flowchart karena menyediakan
mekanisme untuk menggambarkan aktivitas yang dapat terjadi secara paralel. Contoh
Activity Diagram dapat dilihat pada gambar berikut ini.

35

Gambar 2.6 Activity Diagram

2.10. Pengertian Perangkat Lunak


Menurut Pressman (2001,p6), perangkat lunak adalah instruksi (program
komputer) yang ketika dieksekusi menyediakan fungsi dan kinerja, struktur data yang

36
memungkinkan

program

untuk

memberikan

informasi,

dan

dokumen

yang

menggambarkan operasi dari kegunaan sebuah sistem. Perangkat lunak memiliki


karakteristik yang membedakannya dengan perangkat keras, yaitu :
1.

Perangkat lunak dikembangkan dan tidak diproduksi

2.

Tidak terpengaruh dengan penyakit perangkat keras

3.

Terus menerus dibangun dan dikembangkan

2.10.1. Rekayasa Perangkat Lunak


Rekayasa perangkat lunak menurut Pressman (2001, p20) adalah penetapan
pemakaian prinsip-prinsip rekayasa dalam rangka mendapatkan perangkat lunak yang
ekonomis, terpercaya, dan bekerja efisien pada mesin komputer.
Rekayasa perangkat lunak mencakup tiga elemen yang mampu mengontrol
proses perkembangan perangkat lunak, yaitu :
1.

Proses
Proses seperti lem yang akan merekatkan lapisan teknologi secara bersamaan

dan pengembangan dari perangkat lunak komputer. Proses mendefinisikan suatu set dari
key process area (KPA).
2.

Metode
Metode merupakan cara-cara teknis membangun perangkat lunak yang terdiri

dari perancangan proyek dan estimasi, analisis kebutuhan sistem dan perangkat lunak,
perancangan struktur data, arsitektur program, prosedur algoritma, pengkodean,
pengujian, dan pemrograman.

37
3.

Alat-alat bantu
Menyediakan dukungan otomatis atau semi otomatis untuk metode-metode

seperti Computer Aided Software Engineering (CASE) yang mengkombinasikan


perangkat lunak dan perangkat keras dan software engineering database (tempat
penyimpanan yang mengandung informasi penting tentang analisis, perancangan,
pembuatan program, dan pengujian) untuk pengembangan piranti lunak yang sejalan
dengan Computer Aided Design Engineering (CAD/E).

2.10.2. Model Proses Perangkat Lunak


Menurut Pressman (2001), dalam perancangan perangkat lunak dikenal classical
life cycle atau waterfall model. Model ini menyarankan pendekatan yang sistematik dan
berurutan dalam pengembangan perangakat lunak yang melalui pemodelan, analisis,
desain, pengkodean, pengujian, dan support. Waterfall model ini meliputi serangkaian
aktivitas, yaitu :
1.

System Engineering (Rekayasa dan Pemodelan Sistem)


Perangkat lunak merupakan sebuah bagian dari sistem yang besar yang bekerja

sesuai ketersediaan kebutuhan dari sistem tersebut. maka yang perlu dilakukan adalah
menetapkan kebutuhan seluruh elemen sistem dan mengalokasikan kebutuhan tersebut.
2.

Software Requirement Analysis (Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak)


Untuk dapat mengerti inti dari program yang dibangun, pengembang perangkat

lunak harus mengerti akan informasi yang diperlukan oleh perangkat lunak.
3.

Design (Perancangan)

38
Perancangan perangkat lunak sebenarnya merupakan sebuah proses yang terdiri
dari banyak kegiatan yang menitikberatkan pada 4 atribut dari program, yaitu : struktur
data, arsitektur perangkat lunak, representasi tampilan, dan detail prosedur.
4.

Coding (Pengkodean)
Perancangan harus diterjemahkan ke dalam bentuk bahasa mesin yang dapat

dibaca. Tahap pengkodean merupakan langkah yang akan melakukan tugas ini.
5.

Testing (Pengujian)
Setelah pengkodean, maka pengujian program dimulai. Proses pengujian

berfokus pada logika internal perangkat lunak, memastikan bahwa semua pernyataan
sudah diuji, dan pada eksternal fungsional yaitu mengarahkan pengujian untuk
menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input yang dibatasi akan
memberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang dibutuhkan.
6.

Support
Dukungan atau pemeliharaan perangkat lunak diaplikasikan untuk setiap fase

yang ada pada program ada.

Gambar 2.7 Waterfall Model

39
2.11.

Basis Data
Pada penelitian ini diperlukan adanya basis data yang akan menunjang

penelitian yang sedang dilakukan. Basis data ini berguna untuk menyimpan hasil
pengukuran terhadap anak dan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

2.11.1. Definisi Basis Data


Connolly (2002, p14) menyatakan bahwa basis data adalah kumpulan data
yang saling berhubungan, sebuah deskripsi dari data, dan dirancang untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh suatu organisasi.
Sementara data adalah fakta atau informasi mentah yang biasanya mengenai
fenomena fisik atau transaksi bisnis. Data merupakan ukuran objektif atribut dari entitasentitas. Data juga merupakan representasi yang mewakili suatu objek (Indrajani, 2011).
Indrajani (2011, p.2) juga memberikan definisi tentang basis data. Basis data
merupakan kumpulan terpadu dari elemen data logis yang saling berhubungan dan suatu
kumpulan data yang berhubungan secara logis dan deskripsi data tersebut, yang
dirancang untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan dalam sebuah organisasi. Artinya
basis data merupakan tempat penyimpanan data yang besar, dimana data tersebut
digunakan oleh banyak pengguna.

2.11.2. Database Management System (DBMS)


Kompenen pada DBMS adalah sebagai berikut (Connolly, 2002) :

40
1.

Perangkat keras
Perangkat keras ini diperlukan oleh DBMS dan aplikasi. Contoh perangkat keras
tersebut adalah personal computer, notebook, mainframe, sampai sebuah
jaringan komputer.

2.

Perangkat lunak
Perangkat lunak mencakup perangkat lunak DBMS itu sendiri dan program
aplikasi, bersama dengan sistem operasi, termasuk jaringan perangkat lunak jika
DBMS digunakan dengan jaringan.

3.

Data
Data merupakan jembatan antara mesin dan manusia.

4.

Prosedur
Prosedur menunjukkan instruksi dan aturan dalam memerintah sebuah rancangan
dan penggunaan basis data.

5.

Manusia
Komponen terakhir adalah pengguna atau manusia yang terlibat dalam sistem.
Menurut Indrajani (2011, p13), manusia dapat dibedakan menjadi beberapa
fungsi menurut peranannya.
a. Data dan Database Administrator
Merupakan orang atau sekelompok orang yang bertanggung jawab pada
manajemen dan pengendalian basis data.
b. Database Designer
Dibedakan menjadi perancang basis data secara logika dan fisik. Perancang
secara logika berhubungan dengan identifikasi data, sementara perancang

41
secara fisik berhubungan dengan bagaimana desain basis data tersebut dapat
direalisasikan.
c. Application Developers atau Programmer
Merupakan tenaga ahli komputer yang berfungsi untuk mengembangkan
program-program aplikasi yang diperlukan dalan manajemen basis data.
d. End User
Merupakan orang-orang yang terlibat langsung dalam penggunaan basis data.
End user dibedakan menjadi Naive user dan Sophisticated user. Naive user
adalah pengguna yang tidak peduli akan DBMS, sementara Sophisticated
user adalah para pengguna canggih sehingga mereka dapat menulis program
untuk kebutuhan mereka sendiri.

Anda mungkin juga menyukai