Referat Psi Napza
Referat Psi Napza
PENDAHULUAN
Disekitar kita sat ini banyak sekali zat-zat adiktif yang sangat berbahaya
bagi tubuh dan menjadi masalah bagi umat manusia dibagai belah bumi. Salah
satunya dikenal dengan Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA)
atau istilah yang popular dikenal dimasyarakat sebagai Narkoba. Seiring dengan
perkembangan zaman narkoba hanya dipakai secara terbatas oleh beberapa
komunitas diberbagai Negara. Obat-obat ini digunakan untuk tujuan pengobatan,
diresepkan para dokter, meskipun sudah diketahui efek sampingnya.
Pada tahun 1990-an ectasy, shabu masuk dan heroin masuk pasaran
Indonesia. Penyebaran ini terus berkembang, masalah penyalahgunaan narkoba di
Indonesia telah meluas dan sangat mengkhawatirkan, tidak saja diperkotaan
melainkan juga menjangkau ke pedesaan. Masalah penyalahgunaan narkoba
merupakan
masalah
yang
sangat
kompleks
yang
memerlukan
upaya
BAB II
PEMBAHASAN
A. ZAT PSIKOAKTIF
Penyalahgunaan
zat
adalah
suatu
perilaku
mengkonsumsi
atau
menggunakan zat-zat tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri sendiri
maupun orang lain. Menurut DSM penyalahgunaan zat melibatkan pola
penggunaan
berulang
yang
menghasilkan
konsekuensi
yang
merusak.
cannabis
sativa
L,.
such
and
8. Volatile solvents (inhalan) type-e.g. toluene, aceton, and charbone
tetracholorida
Zat psikoaktif kini sering disebut NAPZA yaitu singkatan dari narkotik,
psikotropik dan zat adiktif.
UU NO 35 TAHUN 2009 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semisintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
a) Golongan Narkotika
1. Narkotika Golongan I :
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai
potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh :
heroin/putauw, kokain, ganja).
2. Narkotika Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir
dan
dapat
digunakan
dalam
terapi
atau
tujuan
1. Psikotropika Golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
(Contoh : ekstasi, shabu, LSD).
2. Psikotropika Golongan II :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. ( Contoh
amfetamin, metilfenidat atau ritalin).
3. Psikotropika Golongan III :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai
potensi
sedang
mengakibatkan
sindroma
mempunyai
potensi
ringan
mengakibatkan
sindrom
macam penyakit serta kelainan fisik kelainan fisik maupun psikis si pemakai,
tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.
c) Zat Adiktif Lainnya
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
1. Minuman berakohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan
syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia
sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai
campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh
obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
beralkohol :
Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir)
Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman
angangguanur)
Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW,
Manson House, Johny Walker, Kamput.)
2. Inhalansia
Yaitu gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang
keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang
sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku,
Bensin.
3. Tembakau
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan
alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan,
karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA
lain yang berbahaya.
Bahan/obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai
berikut :
Opioida
(morfin,
heroin/putauw,
kodein),
Sedatif
lagi. Dengan demikian orang tersebut akan kembali ke kondisi semula, kecuali
jika ada jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi.
Pedoman Diagnostik Intoksikasi Akut Menurut PPDGJ-III :
Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan: tingkat dosis zat yang
digunakan (dose-dependent), individu dengan kondisi organik tertentu
yang mendasarinya (misalnya insufisiensi ginjal atau hati) yang dalam
dosis kecil dapat menyebabkan efek intoksikasi berat yang tidak
proporsional.
Disinhibisi yang ada hubungannya dengan konteks sosial perlu
dipertimbangkan (misalnya disinhibisi perilaku pada pesta atau upacara
keagamaan)
Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat
penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi :
gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau
fungsi dan respons psikofisiologis lainnya. intensitas intoksikasi
berkurang dengan berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya
menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi. Dengan demikian
orang tersebut akan kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada
jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi lainnya.
Tanda dan Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA :
Karena
potensi
ketergantungan
yang
sangat
besar, opioid
selalu
negatif.
Keadaan Putus Alkohol: halusinasi, ilusi (bad dream), kejang,
Delirium Tremens, gemetar, keluhan gastrointestinal, muka
2. Opioid
Merupakan salah satu golongan NAPZA yang sangat kuat
potensi ketergantungannya, sehingga disebut dengan julukan horror
drug. Termasuk golongan opioid adalah: morfin, petidin, heroin,
metadon, kodein. Golongan opioid yang paling sering disalahgunakan
adalah: heroin. Heroin di Indonesia disebut: putaw (atau pete, hero
atau petewe). Heroin merupakan opioid semisintetik yang yang
berasal dari morfin. Bentuk heroin: kristal putih yang larut dalam air.
Bila heroin berwarna berarti berasal dari kontaminannya.
masyarakat
Traffic accidents
Perilaku kriminal sampai tindak kekerasan
Gangguan perilaku sampai antisosial (mencuri, mengancam,
menodong, membohong, menipu sampai membunuh)
4. Sebab-sebab kematian:
Reaksi heroin akut menyebabkan kolaps-nya kardiovaskular dan
akhirnya meningangguanal
Overdose, karena heroin menekan susunan saraf pusat, sukar
Bronkhopneumonia
Endokarditis.
3. Ganja
Daun ganja (juga kembangnya) berasal dari tanaman perdu
Cannabis sativa. Bahan aktifnya berasal dari tanaman ganja yang
bersifat adiktif, disebut delta tetra hidrokannabinol (THK) yang hanya
larut dalam lemak. Karena tidak dapat larut dalam air, THK tinggal
lama didalam lemak jaringan (termasuk jaringan lemak otak, sehingga
menyebabkan brain damage). Gambaran klinis disebakan ganja
tergolongan kombinasi antara CNS-depresant, stimulansia dan
halusinogenik. Di Indonesia, ganja disebut dengan cimek, gelek,
maribuana, hashish. Bentuk umumnya: serpihan daun atau kembang
ganja yang diperjual belikan-belikan bentuk lintingan, gram-graman,
kilo-kiloan hingga berton-ton. Dikenal juga bentuk lain yaitu : budha
stick dan minyak ganja.
4. Kokain
Kokain adalah sejenis stimulansia yang di Indonesia saat ini
belum begitu populer. Namun bertambahnya sitaan kokain secara
ilegal dan meningkatnya kasus-kasus penggunaan kokain akhir-akhir
ini, bukan tidak mungkin epidemi akan merajai pasaran peredaran
NAPZA dalam masa-masa mendatang.
Kokain dihasilkan dari daun
tumbuhan
yang
disebut
10
menerus,
sinusitis,
epistaksis,
luka-luka
pada
2. Problem psikiatri
Toleransi dan ketergantungan: sifat toleransi tubuh terhadap
kokain sangat cepat, kendati pengguna tidak menyadari dosis
yang digunakan kian meningkat. Akibatnya, ia tidak mampu
mengendalikan diri, dan untuk mencukupi kebutuhannya ia
mengonsumsi kokain dengan mencampurinya dengan zat adiktif
3. Problem sosial:
Problem interpersonal: separasi perkawinan sampai perceraian,
penggunaan
kokain
4. Sebab-sebab kematian
Umumnya karena overdosis (lebih dari 1,2 sampai 1,5 gram
2. Problem psikiatri
Perilaku agresif
Confusional state, psikosis paranoid sampai skizofrenia
Kondisi putus zat menyebabkan: lethargy, fatigue, exausted,
serangan panik, gangguan tidur.
Depresi berat sampai suicide
Halusinasi (terutama ecstacy dan shabu)
3. Problem sosial
Tindak kekerasan (berkelahi)
Kecelakaan lalu lintas
Aktivitas kriminal
4. Sebab kematian
Suicide
Serangan jantung
12
6. Benzodiazepin
Derivat benzodiazepin dikenal dalam bentuk tablet dan suntikan.
Dalam bentuk suntikan umumnya menggunakan injeksi diazepam.
Sedang
dalam
bentuk
tablet
cukup
bervariasi:
nitrazepam,
masyarakat
Prombem marital
Tinggal kelas, dikeluarkan dari sekolah karena tingkah laku
4. Kematian disebabkan:
Kecelakaan lalu lintas
Infeksi sistemik membawa kematian
Depresi berat sampai suicide
Dehidrasi, malnutrisi
C. SINDROMA KETERGANTUNGAN
Kondisi fenomena psikologis dalam bentuk keinginan kuat untuk
mengkonsumsi
dan
kesulitan
mengendalikan
perilaku
(Sugesti).
13
kombinasi
dari
stimulasi
kognitif
dan
afektif.
dengan
berlanjutnya
rekuren
yang
dialami
mungkin
disebabkan
atau
adanya
depresi
terinduksi
kokain
atau
minum
15
mengalami
penyalahgunaan
NAPZA,
belum
tentu
menderita
ketergantungan.
D. DELIRIUM
YANG
DIINDUKSI
OLEH
ALKOHOL
ATAU ZAT
PSOKOAKTIF LAINNYA
Delirium adalah suatu sindroma yang terdiri dari gangguan kesadaran
dan kognitif dengan awitan akut dan fluktuatif (gejala membaik-memburuk
silih berganti). Dimana terdapat gangguan kemampuan memusatkan,
mempertahankan dan mengalihkan konsentrasi; serta perubahan kognisi
(gangguan daya ingat, disorientasi, gangguan berbahasa, judgment) dan
persepsi (halusinasi), yang terjadi dalam durasi singkat, beberapa jam - hari
- minggu. Kategori:
a. Delirium akibat kondisi medik umum (misalnya infeksi)
b. Delirium terinduksi zat (kokain, opioid, dll)
c. Delirium akibat etiologi ganda (trauma kapitis dan gangguann ginjal)
d. Delirium tak tergolongkan (deprivasi tidur)
e. Delirium tak terinci .
16
c. Demensia merupakan salah satu faktor risiko yang paling besar. Faktor
risiko demensia pada pasien delirium sebesar 25-50%. Adanya demensia
meningkatkan risiko delirium sebanyak 2-3 kali
d. Delirium yang berhubungan dengan operasi:
Preoperatif (demensia, polifarmasi, putus obat, gangguan elektrolit,
dan cairan).
Intraoperatif (meperidin, benzodiazepine long-acting, dan
antikolinergik seperti atropin).
Pascaoperatif (hipoksia dan hipotensi).
17
Gejala Delirium
a)
Gangguan
kesadaran
(memusatkan,
mempertahankan,
mengalihkan
c)
d)
e)
f)
g)
memori/amnesia temporer
Gangguan berbahasa
gangguan persepsi (ilusi atau halusinasi tersering visual)
Gangguan konsentrasi : perhatian mudah teralih
Gangguan pola tidur bangun : siang tenang, malam gelisah
Gangguan psikomotor : gelisah/agitasi, atau sub/stupor
Gangguan perasaan: marah, cemas,atau eforia/gembira berlebihan
Bisa sembuh sempurna, coma atau meninggal
Kriteria diagnostik delirium (DSM-IV):
a) Gangguan kesadaran (berkurangnya
lingkungan),
berkurangnya
kemampuan
kewaspadaan
dalam
terhadap
memfokuskan,
18
ditemukan
efek
samping.
Pengaruh
terhadap
jantung
efek
antikolinergik
potensial
yang
merupakan
sebagai
monoterapi
,pada
gejala
putus,
alkohol,
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA, 2012. Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2nd ed. Jakarta:
ECG.
2. Husain AB. 2010. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
3. George, dkk. 2009. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Maslim R. 2001. ed. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Zat. in PPDGJ-III. Jakara : Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika
Atmajawa.
20