Anda di halaman 1dari 4

Setitik Kenangan Terindah dari Ujung Timur Indonesia

Karya @eliprawisuda
Sedikit cerita dari salah satu daerah di ujung timur Indonesia,
Pegunungan Bintang Provinsi Papua itulah salah satu kabupaten yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Papua Nugini.
Perkenalkan nama saya adalah Nurlaili Erdiana Prawisuda biasa dipanggil
eli oleh teman-teman, saya telah menyelesaikan program studi S1 saya
disalah satu perguruan negeri di kota Malang yaitu Universitas Negeri
Malang dengan mengambil jurusan Pendidikan Teknik Elektro. Guru itulah
cita-cita saya sejak kecil hingga sampai saat ini, bersyukur saya bisa
menyelesaikan program studi S1 keguruan saya. Tepat setelah
pengumuman kelulusan saya mengikuti salah satu program dari DIKTI
yaitu SM-3T (Sarjana Mengajar di daerah Tertinggal, Terluar dan Terdepan),
tahap demi tahap seleksi saya ikuti mulai dari pendaftaran hingga tes
wawancara dan akhirnya saya lolos program SM-3T ini. Senang maupun
bingung yang saya rasakan hingga saya lolos program ini, senang karena
bisa ikut membantu perkembangan pendidikan di daerah yang 3T tetapi
sedih juga karena harus jauh dari keluarga selama satu tahun kedepannya
nanti apalagi saya belum mengikuti wisuda.
Untuk SM-3T LPTK penyelenggara SM-3T dan ada beberapa
kabupaten yang akan menjadi penempatan untuk tahun 2015/2015 yaitu
Kab.Maggarai, Kab. Kep.Sitaro, Kab. Kep.Talaud, Kab. Sorong Selatan dan
Kab. Peg.Bintang. Semua kabupaten tersebut berada di luar jawa bisa
dikatakan semuanya berada di Indonesia bagian timur. Sebelum kami
para SM-3T diberangkatkan ke daerah penugasan kami harus mengikuti
kegiatan prakondisi di Lanal Malang selama 12hari. Disanalah kami dilatih
fisik, pengenalan daerah yang 3T serta ilmu pendidikan. Tepat satu hari
sebelum keberangkatan barulah di umumkan tempat/daerah penempatan
kami, itu adalah hal yang paling kami tunggu selama ini. Pada malam hari
diumumkan tempat penempatan kami semua, dan nama saya diumumkan
di salah satu kabupaten yaitu Pegunungan Bintang. Malam itu rasanya
sedih sekali aku harus ke ujung timur dari Indonesia ini terpisah dengan
sanak keluarga yang di Jawa, tetapi aku harus ikhlas dan menerimanya
dengan lapang dada. Pasti Tuhan memberikan tempat tersebut akan ada
hikmah setelah itu.
Ada 40 sarjana yang akan diberangkatkan ke Kab. Pegunungan
Bintang dan didalamnya adalah saya. Senang dan sedih rasa yang
bercampur menjadi satu, tetapi rasa inggin tahu yang tinggi akan daerah
papua juga ada dalam perasaan saya. Malam itu kami berangkat ke tanah
papua dan tiba pada keesokkan harinya disana. Di atas pesawat saat

memasuki papua kami lihat di bawah hanyalah ada pohon-pohon atau


hutan saja, bangunan-bangunan yang seperti ada di Jawa sangat jarang
sekali kami lihat saat itu. Setelah kami turun dari pesawt kami dijemput
oleh beberapa kakak tingkat kami yang sebelumnya sudah bertugas di
sana setahun yang lalu. Pertama kali menginjakkan kaki di tanah papua
perasaan senang diikuti sedih masih tetap saja ada, saya bisa melihat
secara langsung orang papua dengan kulit hitan dan rambut yang
keriting.
Distik Aboy adalah tempat aku mendidik dalam satu tahun kedepan
dengan beberapa teman-teman yaitu Maria, Nizar, Ozy, Samsul dan Yusa.
Kami berenam mendapat tugas untuk mengajar di SD Inpres Aboy dan
SMPN Aboy. Pengalaman pertama kali kami adalah kami menaiki pesawat
kecil yang berisi 6-7 penumpang untuk mencapai distrik Aboy tersebut.
Membutuhkan waktu 45 menit dari Sentani untuk mencapai Aboy
menggunakan pesawat kecil tersebut. Sesampainya kami di Aboy kami
disambut oleh orang-orang asli Papua tapi tenang saja mereka
menggunakan pakaian semuanya meskipun ada beberapa anak-anak kecil
yang masih telanjang. Perlu tahu saja bandara yang digunakan oleh
pesawat adalah bandara dari tanah yang dihampur oleh batu, begitu
sederhana dan dan menakutkan memang. Tapi satu hal yang menyentuh
kami adalah masyarakat yang sangat menyambut kedatangan kami,
barang bawaan kamipun dari lapangan terbang samapi dengan di rumah
guru diangkat oleh anak-anak hingga orang tua. And welcome to real
papua...........
Mengajar ya mengajar atau mendidik adalah tugas kami berenam
disini, ditempat yang baru dengan suasana baru dan segalanya yang baru
pokonya semuanya adalah serba baru. Kami berenam mengajar SD dan
SMP secara bergantian setiap harinya. Saya yang harusnya mengajar SD
kelas 2 SD dan bahasa inggris untuk SMP. Keadaan di SD dan SMP tentang
bagaimana muridnya adalah sama saja, di SD murid hanya 30 saja
sedangkan di SMP di awal kita masuk hanyalah 8 siswa saja. Ad sedikit
cerita dari warga asli bahwa sebelumnya kegiatan sekolah tidak berjalan
dnegan baik, sekolah hanya beebrapa bulan saja dalam setahun maklum
karena terbatasnya tenaga pendidik di distrik Aboy ini. Oleh karena itu
kami berenam lah yang ditugaskan disini harus bisa membuat perubahan
selama satu tahun kedepannya. Untuk tingkat SD kami fokuskan pada 3M
yaitu membaca, menulis dan menghitung sedangkan untuk SMP kami
sudah memberikan materi sesuai dengan kapasitasnya tetapi kami tidak
mengharuskan siswa menguasi materi hanyalah sebatas mengenalkan.
Ada satu hal lagi yang baru dan mungkin berbeda dengan apa yang
telah kami alami di Jawa yakni kami harus memasak menggunakan kayu

bakar, yaitu adalah hal yang mungkin sulit bagi saya dan teman-teman
yang lainnya tetapi untungny ada satu teman yang biasanya masih
menggunakan kayu bakar di rumahnya jadi kami sedikit tertolong dan
kami dapat belajar dari dia. Rutinitas saya di Aboy adalah setelah bangun
pagi dan sholat adalah membuat sedikit makanan ataupun minuman
untuk sarapan itupun kalau ada, barulah saya mengajar sesuai dengan
jadwal yang ada baik di SD maupun di SMP. Banyak hal yang terkesan dan
itu merupakan hal yang baru contohnya saja saya pernah diajak oleh
salah satu murid ke kebun untuk mengambil sayur dan beberapa
singkong. Kita jalan kaki loh ke kebunnya, tak kira kebunnya deket tetapi
ya lumayan jauh juga hampir satu jam kita jalan kaki dan kebunnya pun
berbeda dengan yang ada di Jawa kebunnya itu berada di lereng gunung
loh wooowwww itu yang membuat saya agak aneh dan terkagum. Kadang
pula kami berenam juga diajak oleh murid-murid untuk mencari ikan dna
istilah disana adalah molo, di bawah ini adalah salah stau kegiatan kami
saat bersama-sama dengan murid kami .

Asyik kan kegiatan kami, ya daerah kami memang sangat dekat dengan
sungai yang besar dan masih jernih sekali airnya. Tidak jarang juga kami
biasa mandi di kali saat air dirumah tidak mengalir, mandinya pun juga
bersama-sama masyarakat asli sana jadinya sangat menyenangkan.
Hampir satu tahun tidak terasa kebersamaan kami di Aboy, kami
tiba di Aboy tepatnya pada bulan September 2014 dan kami meninggal
aboy pada bulan Agustus 2015. Yang berkesan adalah perpisahan kami
dengan murid maupun dengan masyarakat, masyarakat membuat satu
acara yakni perpisahan dengan kami. Masyarakat sebelum acara
perpisahan mereka berburu ke hutan untuk mencari babi yang akan
digunakan untuk pesta bakar batunya saat acara perpisahan, sedangkan
beberapa masyarakat dan murid memberi kami ayam kampung dan ikan
yang bisa dikatakan banyak sekali. Kamipun di rumah harus memasak

ayam dan ikan tersebut. Setelah masak selesai dan 3 babi selesai di bakar
batu kami makan bersama di lokasi SMPN Aboy, semua masyarakat ikut
acara tersebut tetapi sebelum acara makan bersama kami membagikan
hasil belajar siswa SD dan SMP kepada orang tua maupun wali murid. Ada
banyak air mata yang keluar saat masyarakat maupun dari kami
memberikan kesan dan pesan. Apalagi saat masyarakat saling berjabat
tangan satu per satu dengan kami, banyak dari mereka yang menangis
dan memeluk kami satu per satu. Ya itulah yang membuat kami berat
untuk meninggal keluarga kami di Aboy.
Ya begitulah sedikit cerita kami di distrik Aboy kalaupun diceritakan
dengan kata-kata mungkin akan menjadi banyak halaman tetapi tetap
saja kenangan kami selama satu tahu itu selalu ada di benak kami kadang
kala saya juga merindukan suasana di Aboy. Banyak hal baru yang kami
rasakan, dan ini adalah cerita saya lalu mana cerita kamu?

Anda mungkin juga menyukai