CHOLANGITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners PSIK FKUB Angkatan 2011 di RSSA Malang
Ruang 19
Disusun Oleh:
Nadia Oktiffany Putri
140070300011183
Kelompok 2
Profesi Ners PSIK UB 2011
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
1. DEFINISI
Kolangitis adalah peradangan akut dinding saluran empedu, hampir selalu
disebabkan infeksi bakteri pada lumen steril.
Cholangitis merupakan infeksi bakteri dari sistem duktus bilier, yang bervariasi
tingkat keparahannya dari ringan dan dapat sembuh sendiri sampai berat dan dapat
mengancam nyawa.
Kolangitis akut merupakan superimposa infeksi bakteri yang terjadi pada obstruksi
saluran bilier, terutama yang ditimbulkan oleh batu empedu, namun dapat pula
ditimbulkan oleh neoplasma ataupun striktur.
Kolangitis adalah suatu infeksi bakteri akut pada sistem saluran empedu. Charcot
ditahun 1877 menjelaskan tentang keadaan klinis dari kolangitis, sebagai trias, yaitu
demam, ikterus dan nyeri abdomen kuadran kanan atas, yang dikenal dengan
Charcot triad. Charcot mendalilkan bahwa empedu stagnan karena obstruksi
saluran empedu menyebabkan perkembangan kolangitis.
Kolangitis adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu yang tersumbat
baik secara parsial atau total; sumbatan dapat disebabkan oleh penyebab dari dalam
lumen saluran empedu misalnya batu koledokus, askaris yang memasuki duktus
koledokus atau dari luar lumen misalnya karsinoma caput pankreas yang menekan
duktus koledokus, atau dari dinding saluran empedu misalnya kolangio-karsinoma
atau striktur saluran empedu.
2. ANATOMI FISIOLOGI
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk alpukat yang terletak tepat dibawah
lobus kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, infundibulum, dan
kolum. Fundus bentuknya bulat, ujung nya buntu dari kandung empedu. Korpus
merupakan bagian terbesar dari kandung empedu. Kolum adalah bagian yang
sempit dari kandung empedu (Brunicardi, 2005).
Empedu yang di sekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran empedu
yang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu membentuk dua saluran
yang lebih besar yang keluar dari permukaan hati sebagai duktus hepatikus komunis.
Duktus hepatikus bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus.
DUKTUS SISTIKUS
Duktus sistikus merupakan lanjutan dari vesika fellea, terletak pada porta
hepatis yang
duktus sistikus mulai dari kollum vesika fellea, kemudian berjalan ke posterokaudal di sebelah kiri kollum vesika fellea. Lalu bersatu dengan duktus
hepatikus kommunis membentuk duktus koledokus. Mukosa duktus ini
berlipat-lipat terdiri dari 3-12 lipatan, berbentuk spiral yang pada penampang
longitudinal terlihat sebagai valvula disebut valvula spiralis (Heisteri).
DUKTUS HEPATIKUS
Duktus hepatikus berasal dari lobus dexter dan lobus sinister yang bersatu
membentuk duktus hepatikus komunis pada porta hepatis dekat pada
processus papillaris lobus kaudatus. Panjang duktus hepatikus kommunis
kurang lebih 3 cm terletak disebelah ventral arteri hepatika propria dexter dan
ramus dexter vena portae. Bersatu dengan duktus sistikus menjadi duktus
koledokus
DUKTUS KOLEDOKUS
Duktus koledokus mempunyai panjang kira kira 7 cm dibentuk oleh
persatuan duktus sistikus dengan duktus hepatikus kommunis pada porta
hepatis, dimana dalam perjalanannya dapat dibagi menjadi tiga bagian.
Pada kaput pankreas duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus
wirsungi membentuk ampulla, kemudian bermuara pada dinding posterior
pars desenden duodeni membentuk suatu benjolan ke dalam lumen disebut
papilla duodeni major.
Gambar. 1. Anatomi saluran empedu
HIV/AIDS
Penyebab tersering obstruksi biliaris adalah : koledokolitiasis, obstruksi struktur
saluran empedu, dan obstruksi anastomose biliaris. Bagaimanapun berat penyebab
obstruksi, kolangitis tidak akan terjadi tanpa cairan empedu yang terinfeksi. Kasus
obstruksi akibat keganasan hanya 25-40% yang hasil kultur empedunya positif.
Koledokolitiasis menjadi penyebab tersering kolangitis.
Dalam beberapa tahun terakhir dengan semakin banyaknya pemakaian manipulasi
saluran biliaris invasif seperti kolangiografi, stent biliaris, untuk terapi penyakit
saluran biliaris telah menyebabkan pergeseran penyebab kolangitis. Selain itu
pemakaian jangka panjang stent biliaris seringkali disertai obstruksi stent oleh cairan
biliaris yang kental dan debris biliaris yang menyebabkan kolangitis.
4. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit ini biasanya dimulai secara bertahap dengan kelelahan yang amat
sangat, gatal-gatal dan jaudince.
Seringkali didapatkan nyeri hebat di epigastrium atau perut kanan atas
karena adanya batu koledokus. Nyeri ini bersifat kolik, menjalar ke belakang
atau ke skapula kanan, kadang-kadang nyeri bersifat konstan
Terdapat pembesaran hati dan limpa, atau gejala-gejala sirosis.
Bisa juga terjadi hipertensi portal, asites dan kegagalan hati, yang bisa
berakibat fatal.
Pada sebagian kecil kasus ini tidak didapatkan ikterus, hal ini dapat
diterangkan karena batu di dalam duktus koledokus tersebut masih mudah
bergerak sehingga kadang-kadang aliran cairan empedu lancar, sehingga
bilirubin normal atau sedikit saja meningkat
Kadang-kadang tidak jelas adanya demam, tetapi ditemukan lekositosis.
Fungsi
CT Scan
Ct Scan tidak lebih unggul daripada ultrasonografi untuk mendiagnosis batu
kandung empedu. Cara ini berguna untuk diagnosis keganasan pada kandung
empedu yang mengandung batu, dengan ketepatan sekitar 70-90 persen.
ERCP
Endoskopik merupakan selang kecil yang mudah digerakkan
yang
menggunakan lensa atau kaca untuk melihat bagaian dari traktus gastro
intestinal. Endoscope Retrograde
Pada
sebagian
besar
kasus,
kolangiografi
dilakukan
untuk
perlindungan
antibiotik
yang
tepat
harus
diberikan
sebelum
8. PENATALAKSANAAN
Konservatif
Jika diagnosis klinis kolangitis telah dibuat, penatalaksanaan awal adalah
konservatif. Keseimbangan cairan dan elektrolit harus dikoreksi dan
perlindungan antiobiok dimulai. Pasien yang sakit ringan dapat diterapi
sebagai pasien rawat dengan antibiotik oral. Dengan kolangitis supuratif dan
syok septik mungkin memerlukan terapi di unit perawatan insentif dengan
monitoring invasif dan dukungan vasopresor.
Pemilihan awal perlindungan antibiotika empiris harus mencerminkan
bakteriologi yang diduga. Secara historis, kombinasi aminoglikosida dan
penicillin telah dianjurkan. Kombinasi ini adalah pilihan
untuk melawan basil gram negatif yang sering ditemukan dan memberikan
antivitas sinergistik melawan enterokokus. Penambahan metronidazole atau
clindamycin memberikan perlindungan antibakterial terhadap anaerob
bakteroides fragilis, jadi melengkapi perlindungan antibiotik. Perlindungan
antibiotik jelas diubah jika hasil biakan spesifik dan kepekaan telah tersedia.
Satu faktor yang seringkali dipertimbangkan dalam pemilihan antibiotik untuk
terapi kolangitis adalah konsentrasi obat yang terdapat dalam empedu.
Secara teoritis antibiotik saluran biliaris yang ideal harus merupakan antibiotik
yang bukan saja mencakup organisme yang ditemukan dengan infeksi
saluran biliaris, tetapi juga yang dieksresikan dalam konsentrasi tinggi ke
dalam cairan empedu.
Dekompresi Biliaris
Sebagian besar pasien (sekitar 70 persen) dengan kolangitis akan berespon
terhadap terapi antibiotik saja. Pada kasus tersebut demam menghilang dan
tes fungsi hati kembali ke normal seringkali dalam 24 sampai 48 jam. Jika
pasien tidak menunjukkan perbaikan atau malahan memburuk dalam 12
sampai 24 jam pertama, dekompresi biliaris darurat harus dipertimbangkan.
Pada sebagian besar kasus, dekompresi biliaris segera paling baik dilakukan
secara non operatif baik dengan jalur endoskopik maupun perkutan. Yaitu:
Penanggulangan sfingterotomi endoskopik
Apabila setelah tindakan di atas keadaan umum tidak membaik atau
malah semakin buruk, dapat dilakukan sfingterotomi endoskopik, untuk
pengaliran empedu dan nanah serta membersihkan duktus koledokus
dari batu. Kadang dipasang pipa nasobilier. Apabila batu duktus
koledokus besar, yaitu berdiameter lebih dari 2 cm, sfingterotomi
endoskopik mungkin tidak dapat mengeluarkan batu ini. Pada penderita
BHSP
R/ dengan hubungan saling percaya mempermudah proses keperwatan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kembali normal
Criteria hasil :
Suhu tubuh kembali normal pasien nyaman
Tanda vital dalam bats normal
Pasien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi suhu tubuh
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.
BHSP
R/ dengan hubunga saling percaya mempermudah proses keperawatan
Observasi tanda vital
R/ untuk mengetahui perkembangan pasien
Anjurkan menggunakan pakaian tipis dan minum air putih
R/ menggunakan pakaian tipis dan minum air putih yang bnaya dapat
menurunkan panas
Anjurkan untuk melakukan kompres dingin pada daerah dada dan ketiak
R/ kompres dapat membantu menurunkan panas
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
R/ antripiretik unutk menurunkan suhu
Kaji respon pasien
R/ wajah dapat menggambarkan apa yang dirasakan klien
1. BHSP
R/ dengan hubungan saling percaya mempermudah proses keperawatan
2. Observasi tanda vital
R/ untuk mengetahui perkembangan pasien
3. Anjurkan untuk mengatur posisi nyaman
R/ dengan posisi nyaman dapat membantu tidur
4. Anjurkan untuk relaksasi nafas dalam
R/ untuk merilekskan tubuh
5. Kaji respon pasien
DAFTAR PUSTAKA
Luhulima, JW, dr, Prof, Abdomen, Anatomi II, Bagian Antomi FKUH, Makassar, 2001. hal :
28-29
Brunicardi FC et al. Schwartzs principles of surgery. 8th edition.United StatesAmerica :
McGraw Hill, 2005.826-42.
Price SA, Wilson LM. Kolelitiasis dan Kolesistisis dalam : Patofisiologi. Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, edisi 4. Jakarta : EGC. 1995. 430-44.
Connors, P.J., and Carr-Locke, D.L. 1991 Endoscopic Retrograde Cholangiography Findings
and
Endoscopic
Sphincterotomy
for
Cholangitis
and
Pancreatitis,
dari
Cameron L, John, Terapi bedah Mutakhir, Edisi 4, Binarupa Aksaram Jakarta, 1997, hal :
476-479