Metode Problem Posing
Metode Problem Posing
Pengajuan presolusi (presolution posing), yaitu siswa membuat soal dari situasi
yang diadakan.
Pengajuan di dalam solusi (within solution posing) yaitu siswa merumuskan ulang
soal seperti yang telah diselesaikan.
Pengajuan setelah solusi (post solution posing), yaitu siswa memodifikasi dengan
kondisi yang sudah diselesaikan untuk membuat soal baru.
Belajar dengan Problem Posing mengandung arti bahwa siswa diajar untuk
membuat masalah sendiri sesuai dengan situasi yang ada. Persoalan seperti ini
tidak mudah bagi siswa karena dalam membentuk masalah siswa harus
memikirkan, menceritakan ide-idenya dalam bentuk masalah sampai kepada taraf
pengungkapan melalui kegiatan diskusi secara klasikal. Pengungkapan atau
komentar siswa setiap proses pembelajaran terhadap masalah yang dirumuskan
sendiri dapat meningkatkan hasil belajar dan semakin terlatih keterampilan berpikir
untuk memahami konsep yang dipelajari.
Brown dan Walter (1990:9), menyatakan bahwa dalam pengajuan masalah
terdapat dua tahap kognitif , yaitu menerima dan menantang. Tahap menerima
adalah suatu kegiatan di mana siswa dapat menerima situasi yang sudah
ditentukan. Tahap menantang yaitu suatu kegiatan di mana siswa menantang
situasi yang diberikan guru dalam rangka pembentukan atau perumusan masalah.
Lebih lanjut Brown dan Walter (1993:15), menyatakan bahwa situasi dari Problem
Posing berupa: 1. gambar, 2. benda manipulatif, 3. permainan,
4. teorema atau konsep, 5. alat peraga, 6. soal, 7. penyelesaian suatu masalah
melalui kegiatan diskusi dalam proses pembelajaran akan membantu siswa untuk
mengembangkan daftar pengajuan soal dan mengembangkan kebiasaan mereka
untuk merumuskan masalah ( soal-soal baru).
Guru menyadari bahwa siswa dalam pengajuan masalah membutuhkan
lebih dari sekedar penarikan masalah/soal yang sudah ada sebelumnya. Akan tetapi
melalui pelatihan yang terstruktur, siswa akan mampu mengembangkan
kemampuan yang lebih tinggi untuk menilai sejauh mana ketertarikan dan produktif
masalah/soal yang mereka buat.
Problem Posing merupakan suatu model pembelajaran yang diadaptasikan
dengan kemampuan siswa dan dalam proses pembelajarannya membangun
struktur kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan kreatif
. Pada saat model pembelajaran Problem Posing siswa melakukan hal yang lebih
banyak, membentuk asosiasi untuk merumuskan soal dan mengajukan
masalah/soal lebih kreatif dan melakukan pemecahan masalah (problem solving)
yang lebih efektif. Merumuskan atau membentuk soal adalah suatu aktivitas dalam
pembelajaran yang dapat mengembangkan motivasi dan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis dan kreatif karena dalam model pembelajaran Problem Posing siswa
mendapat pengalaman langsung dalam merumuskan (membentuk soal sendiri).
Kegiatan merumuskan soal juga akan memberikan kesempatan seluasluasnya kepada siswa untuk merekonstruksikan pikiran-pikirannya, dan kegiatan ini
memungkinkan pembelajaran yang dilakukan siswa lebih bermakna sesuai dengan
skemata yang dimiliki siswa. Model pembelajaran Problem Posing berarti siswa
diberi kesempatan untuk beraktivitas untuk merumuskan soal-soal dan mendorong
Problem Posing
Suryanto menjelaskan tentang problem posing adalah perumusan soal agar lebih
sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar
lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terutama terjadi pada soal-soal yang
rumit. (Pujiastuti, 2001:3)
Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyn
D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika.
Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain.
a. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga
untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang
bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan
secara kelompok.
(Suyitno, 2004:31-32).
Silver dan Cai mnjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat diaplikasikan dalam
3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni sebagai berikut.
Pre solution posing yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi yang
diadakan. Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan
dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.
Within solution posing yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang
pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan
penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya.jadi, diharapkan siswa
mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada
pada soal yang bersangkutan.
Post solution posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal
yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.
Dalam model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) siswa dilatih untuk
memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar matematika.
a. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsepkonsep dasar.
(Suyitno, 2003:7-8).
1. Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari aktivitas
siswa di dalam kelas.
3. Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks,
dengan memodifikasikan dan membentuk ulang karakteristik bahasa dan tugas.
6. Mengajukan masalah yang kompleks sebaik mungkin, begitu juga masalah yang
sederhana.
2. Dimana lagi kita dapat menemukan gagasan yang sama dengan hal ini?
3. Dapatkah kita menggunakan informasi ini dalam satu cara yang berbeda untuk
memecahkan suatu masalah?
5. Bagaimana jika kita tidak memberikan semua informasi ini untuk membuat
sebuah masalah yang berbeda?
Rangkaian pertanyaan di atas menunjukkan apabila ada seorang guru yang tidak
berpengalaman dalam mengajukan masalah dapat melakukan aktivitas bertanya
tersebut.
Strategi dalam pengajuan masalah dapat dilihat dari beberapa tinjauan literatur.
Strategi ini dapat diterapkan dalam mengajukan masalah tertentu. Strategi tersebut
mengemukakan bagaimana melihat atau menemukan masalah (Dillon). Krutetskii
memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari masalah yang diajukan sebelumnya.
Hashimoto bertanya bagaimana jika, dan bagaimana jika tidak Brown Walter.
Mempertimbangkan hubungan yang baru dari masalah baru (Polya). Strategi lain
dalam mengajukan sebuah pertanyaan adalah untuk melihat hubungan antara
informasi yang diberikan dan mengajukan sebuah pertanyaan yang mengikuti
hubungan tersebut (Krutelskii). Cara melihat atau menemukan masalah sejenis
dengan gabungan strategi dalam perumusan masalah (Kilpatrick). Strategi ini
berada pada penemuan tingkatan masalah (Dillon). Masalah tersebut ditampilkan
pada penguji coba atau orang lain yang mengajukan pertanyaan, yang perlu
dilakukan penanya adalah menemukannya.
Strategi lain adalah untuk memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari masalah
yang diajukan sebelumnya. Ini serupa dengan penggunaan analogi dalam
menghasilkan masalah baru yang terkait (Kilpatrick). dalam studi ini, terdapat dua
strategi berbeda yang dikembangkan sebagai berikut.
a. Memilih satu masalah dari buku pelajaran matematika atau buku LKS
matematika.
b. Menentuan kondisi dari permasalahan yang diberikan dan hal yang tidak
diketahui.
c. Mengubah kondisi masalah dalam dua cara yang berbeda Pertama, tambahkan
lagi beberapa kondisi atau kondisi baru pada masalah asli kemudian rumuskan satu
pertanyaan baru. kedua, pindahkan kondisi dari masalah asli kemudian rumuskan
pertanyaan baru.
f. Masalah kata-kata.
d. Tulis semua masalah yang diajukan yang berkaitan dengan masalah tersebut.
(Abu-Elwan, 2007:2-5)
Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan
cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan salah satu
indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dariguru,
melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri. Hasil belajar
tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga meningkatkan
keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-soal sejenis
uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran problem posing dapat
optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa mampu
mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok. Kemampuan siswa
untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya untuk
menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Dengan
penerapan model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa belajar kreatif,
disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agartujuan yang
diinginkan dapat dicapai secara efektif dan efisien, makapenguasaan materi saja
tidaklah mencukupi. Salah satu langkah untuk strategiini adalah harus menguasai
berbagai teknik penyampaian materi dan jugadapat menggunakan metode yang
tepat dalam proses belajar mengajar sesuaimateri yang digunakan oleh guru adalah
untuk menyampaikan informasikepada siswa agar mereka dapat memiliki
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2190334-pengertianmetode-problem-posing/#ixzz28aOCeqkd