Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau
mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas /
dibungkusnya. Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup dan selubung sebelah luar,
artinya keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan dan/atau
disimpan (Voigt, 1995). Menurut undang-undang pasal 24 menyatakan bahwa
Pengemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan
yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat
melindungi produk-produk lain di sekitarnya (Julianti dan Nurminah 2006).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pengemasan:
1.
Harus selalu mengikuti dan mematuhi prosedur tertulis yang sudah dibuat.
2.
Harus selalu mengikuti dan menjalankan in process control.
3.
Pra penandaan pada bahan pengemas harus selalu dilakukan.
4.
Sebelum melakukan pengemasan, kesiapan jalur pengemasan harus selalu
diperiksa.
5.
Hanya obat yang berasal dari satu batch saja yang boleh ditempatkan dalam
satu palet.
6.
Produk yang rupa dan bentuknya sama tidak boleh dikemas pada jalur yang
berdampingan.
7.
Pada jalur pengemasan, nama dan nomer batch harus terlihat jelas.
8.
Produk antara dan produk jadi yang masih dalam proses pengemasan harus
selalu diberi label identitas dan jumlah.
9.
Produk yang telah diisikan kedalam wadah akhir tapi belum diberi label,
harus dipisah dan diberi tanda.
10.
Peralatan pengemasan tidak boleh bersentuhan langsung dengan produk.
11.
Bahan untuk pengemasan seperti: pelincir, perekat, tinta, cairan pembersih,
ditempatkan dalam wadah berbeda dari wadah untuk produk (Kurniawan, 2012).
TEKNIK PENGEMASAN PRODUK FARMASI
Bentuk kemasan berikut ini telah disetujui FDA sebagai contoh sistem kemasan yang
mampu memenuhi ketentuan kemasan tahan gangguan sebagaimana dijelaskan
dalam peraturan FDA 21 C.F.R. Parts 211, 314, dan 700.
1.
Kemasan Strip
Strip packaging merupakan teknik pengemasan yang sudah berlangsung lebih dari
seperempat abad. Semua solid form dibidang farmasi termasuk pill, tablet, capsul,
lozenges, dikemas dengan system ini. Tetapi yang paling umum menggunakan cara
ini adalah tablet dan capsul.
lapisan atas/bawah, dan kemudian di seal dan di cut. Pemilihan dari material harus
tepat, agar tidak ada migrasi dari produk keluar. Produk akan jatuh kedalam mold
yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut. Ukuran
dan kedalaman dari mold tersebut harus cukup untuk menampung produk dan
membentuk kantong, dan jangan sampai produk tertekan. Perlu dicek bahwa heat
seal cukup efektif (Anonim,2007).
2.
Kemasan Blister
Bentuk kemasan ini mampu menyediaakan perlindungan yang sangat baik terhadap
keadaan sekitarnya, disertai dengan penampilan estetis yang menyenangkan dan
efisien. Juga memberikan kemudahan pemakaian, aman terhadap anak-anak dan
tahan terhadap usaha pemalsuan.
Kemasan blister dibentuk dengan melunakkan suatu lembaran resin termoplastik
dengan pemanasan, dan menarik (dalam vakum) lembaran plastic yang lembek itu
kedalam suatu cetakan. Sesudah mendingin lembaran dilepas dari cetakan dan
berlanjut ke berbagai pengisian dari mesin kemasan. Blister setengah keras yang
terjadi sebelumnya diisi dengan produk dan ditutup
dengan bahan untuk bagian belakang yang dapat disegel dengan pemanasan. Bahan
untuk bagian belakangnya, atau tutupnya, dapat dari jenis yang bisa didorong atau
jenis yang dapat dikelupas. Untuk jenis blister yang bisa didorong, bahan untuk
bagian belakangnya biasanya aluminium foil yang diberi lapisan yang dapat disegel
panas. Lapisan pada foil harus sesuai dengan bahan blister untuk memperoleh segel
yang memuaskan, baik untuk perlindungan produk maupun untuk perlindungan
pemalsuan (Lachman, 1994).
3.
Kemasan Bulk
Kemasan ini dapat dibuat dengan berbagai cara, tetapi biasanya dibentuk dengan
menumpuk produk seperti sandwich di antara lapisan tipis plastic yang dapat diberi
bentuk dengan panas, dapat memanjang atau dapat mengerut dengan pemanasan
dan bahan yang kaku untuk bagian belakangnya. Hal ini umumnya dilakukan
dengan memanaskan/melunakan lapisan tipis plastik dan membuat kantung dengan
menariknya dalam vakum melalui cara yang sama seperti pembuatan blister dalam
kemasan blister. Produk dijatuhkan ke dalam kantung, yang kemudian disegel
menjadi bahan yang keras seperti piring kertas yang dipanaskan-disegel-diberi
lapisan. Jika memakai bahan yang dapat mengerut karena panas, kemasan
dilewatkan ke dalam corong panas, yang mengerutkan lapisan tipis menjadi
gelembung atau member kulit pada produk, sehingga menempel erat pada karton
yang ada di bagian belakangnya (Lachman, 1994).
Digunakan untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material
digunakan,
multi wall paper sack. Heavy duty bag polyethylene, woven sack polipropylene dan
jute bags, tetapi sekarang ini jute bags sudah kurang popular. Multiwall paper sack :
terdiri dari beberapa lapisan kertas yang saling menunjang, dengan demikian maka
beban yang didukung oleh kantong tersebut akan merata keseluruh lapisan. Jumlah
lapisan bisa antara 2 sampai dengan 6 lapis. Dengan menggunakan beberapa lapisan
kertas yang agak tipis adalah lebih fleksibel dan kuat daripada menggunakan satu
atau dua lapisan kertas yang tebal. Multiwall paper bag dapat digunakan untuk
berbagai produk terutama yang berbentuk bubuk (Anonim, 2007).
4.
diluncurkan melalui botol yang sudah bertutup cukup longgar, sehingga dapat
menyatukan tutup dan lingkar leher botol (Gambar 24-4). Botol kemudian digeser
melalui lorong panas, yang mengerutkan pipa dengan erat di sekeliling tutup dan
botol, sehingga ban yang mengerut akan rusak bila tutup dibuka. Agar mudah
membukanya, ban yang mengerut dapat disertai dengan celah yang dapat dirobek
(Lachman, 1994).
5.
Mesin Vertikal
kemasan yang tahan gangguan, tetapi melalui seleksi bahan yang sesuai, juga
menyediakan kemasan yang dapat memberi perlindungan yang sangat ampuh
terhadap keadaan sekitarnya. Kantung yang fleksibel biasanya dibentuk selama
pekerjaan pengisian produk, baik dengan peralatan bentuk pembentukan ventrikal
maupun horizontal, mengisi dan menyegel.
Pada pelaksanaan membentuk/mengisi/menyegel secara vertical, suatu jaringan
lapis tipis ditarik meliputi cincin logam dan mengelilingi pipa pengisi yang vertical,
melalui mana produk dijatuhkan kedalam kemasan
yang terbentuk. Pipa pengisi dari metal juga bekerja sebagai suatu mandrel yang
mengontrol keliling dari kantung dan terhadap mana dibuat segel membujur.
Pembentukan segel ini, yang dapat merupakan segel sirip maupun segel tumpangtindih, mengubah lapisan kemasan menjadi pipa dari lapisan yang kotinu. Alat
penyegel yang dapat bergerak, segel orthogonal sampai membujur, mengerutkan
bagian bawah tube, membentuk segel bawah dari kemasan. Produk dijatuhkan
melalui pipa, pembentuk ke dalam kemasan yang terbentuk. Alat penyegel yang
dapat bergerak mengangkat pipa lapisan tipis setinggi panjang kemasan, dan
membentuk segel paling atas dan paling akhir dari kemasan. Segel kemasan paling
atas ini menjadi segel bagian bawah dari kemasan berikutnya, dan proses ini
terulang lagi. Karena mesin vertical yang mmbentuk/mengisi/mnyegel diisi sesuai
arah gravitasi, mereka terutama digunakan untuk cairan, bubuk dan produk
berbentuk granul.
Sistem pembentuk/pengisi/penyegel secara horizontal umumnya digunakan untuk
produk dengan volume lebih kecil, yang dapat lebih cocok untuk ukuran kemasan
yang lebih datar yang dihasilkan mesin jenis ini. Dalam system ini, jaringan lapisan
tipis terlipat sendiri dan tidak mengelilingi suatu pipa. Sewaktu lipatan lapisan tipis
diisi secara horizontal melalui mesin, suatu pelat yang dapat bergerak membentuk
kantung-kantung dalam lapisan itu dengan cara membuat segel pemisah secara
vertical. Produk kemudian ditempatkan ke dalam tiap kantung, dan segel atas akhir
akan terbentuk (Gambar 24-6). Kemasan yang dibuat dengan mesin
Mesin horizontal
Dan masih ada banyak lagi teknik pengemasan produk farmasi seperti; Penyegel
Botol, Segel Berupa Pita, Tutup yang Mudah Dirobek, Tube yang Disegel, Wadah
Aerosol dan Kotak Karton yang Disegel (Lachman, 1994).
Daftar Pustaka
Anonim, 2007, Pelatihan Kemasa
Pdf. www.kemenperin.go.id/download/141/Pelatihan-Kemasan-Flexible. . Diakses
tanggal 18 mei 2012
Julianti, Elisa dan Nurminah, Mimi, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan,
Universitas Sumatera Utara Press, Sumatera
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat
Kesehatan.http://binfar.depkes.go.id/dat/lama/1303889294_PP%20721998%20Pengamanan%20Sediaan%20Farmasi%20dan%20Alat%20Kesehatan.pdf.
Diakses tanggal 18 mei 2012
Voight, Rudolf, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed.5, Universitas Gadjah
Mada Press, Yogyakarta
Lachman, L., Lieberman, Herbert A., Kanig, Joseph L., 1994, Teori dan Praktek
Farmasi Industri III Ed.3, Universitas Indonesia Press, Jakarta