SKRIPSI
Oleh
Mohammad Rizal Firmansyah
NIM 121910301063
SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Teknik Sipil (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Teknik
Oleh
Mohammad Rizal Firmansyah
NIM 121910301063
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada beberapa kota di Jawa Timur dalam bidang transportasi terjadi
persaingan yang tidak berimbang antara kendaraan pribadi dan angkutan umum.
Hal ini terjadi karena beberapa kebijakan yang mendukung kepemilikan
kendaraan pribadi dan sebaliknya kurang mendukung sektor angkutan umum,
khususnya angkutan umum perkotaan. Secara kasat mata dapat dilihat bahwa
seakan ada pembiaran terhadap terus menurunnya tingkat pelayanan angkutan
umum, baik dari aspek pelayanan (kenyamanan dan sebaran pelayanan) maupun
aspek jumlah armada. Kondisi ini bertolak belakang dengan kemudahankemudahan dalam hal kepemilikan kendaraan pribadi. Dengan berdasarkan pada
beberapa parameter pelayanan, yaitu kenyamanan dan sebaran pelayanan
angkutan umum yang rendah, maka angkutan umum jenis angkot yang masih
melayani perangkutan penumpang dalam kawasan perkotaan, semakin tidak
diminati masyarakat.
Disisi lain pertumbuhan ekonomi terus menyebabkan jumlah perjalanan
atau jumlah perjalanan per kapita (average number of trips per capita) bertumbuh
(Susantono, 2013). Hal ini dapat di jelaskan karena permintaan perangkutan
umum termasuk jenis permintaan turunan dan terdapat saling ketergantungan yang
luas antara angkutan dengan industri, pertanian, perdagangan dan perkembangan
perekonomian suatu daerah (Warpani, 1990). Pertumbuhan kendaraan bermotor
yang tinggi terjadi akibat ketiadaan pembatasan kepemilikan kendaraan bermotor
yang efektif menekan pertumbuhan jenis kendaraan pribadi ini. Kita pernah
mendengar kebijakan menaikkan nilai uang muka kendaraan kredit sepeda motor
minimal 25% dan mobil 30% di perbankan (Peraturan Menteri Keuangan No.
43/PMK.010/2012 tentang Uang Muka Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan
Bermotor pada Perusahaan Pembiayaan). Setelah mendapatkan resistensi dari
berbagai pihak, maka upaya yang baik untuk menekan tingkat kepemilikan
kendaraan pribadi ini terkalahkan.
Tanpa
gaya
tarik
yang
diterima
oleh
pelengkung
jembatan balok.
Adapun pemberian bentuk pelengkung itu sendiri dimaksudkan untuk
mengurangi momen lentur pada jembatan sehingga penggunaan bahan
menjadi lebih efisien dibandingkan gelagar parallel (D Johnson Victor,
1980).
Nilai arsitektural dari jembatan pelengkung yang dapat menjadi daya tarik
tersendiri karena estetika akan memberikan nilai lebih disamping kekuatan
strukturalnya.
Deck Arch
Merupakan tipe jembatan pelengkung dimana lantai kendaraan berada
di atas lengkungan jembatan.
Trough Arch
Beban Mati
Beban mati adalah beban yang diakibatkan oleh berat sendiri dari
jembatan. Beban ini dapat berupa lantai kendaraan, gelagar, dan unsur
b.3.2
Beban hidup adalah semua beban dinamis yang bergerak dan bekerja
pada jembatan. Beban ini dapat dibedakakan menjadi dua macam, yaitu
beban T dan beban D.
a. Beban T
Merupakan beban kendaraan truk. Beban tersebut tersebar merata
pada bidang kontak lantai kendaraan. Beban T dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Bila lebar jalur kendaraan jembatan kurang atau sama dengan 5,5 m, maka
beban "D" harus ditempatkan pada seluruh jalur dengan intensitas 100 %
Apabila lebar jalur lebih besar dari 5,5 m, beban "D" harus ditempatkan
pada jumlah lajur lalu lintas rencana (nl) yang berdekatan (Tabel 11),
dengan intensitas 100 % seperti tercantum dalam Pasal 6.3.1. Hasilnya
adalah beban garis ekuivalen sebesar nl x 2,75 q kN/m dan beban terpusat
ekuivalen sebesar nl x 2,75 p kN, kedua-duanya bekerja berupa strip pada
jalur selebar nl x 2,75 m;
Lajur lalu lintas rencana yang membentuk strip ini bisa ditempatkan
dimana saja pada jalur jembatan. Beban "D" tambahan harus ditempatkan
pada seluruh lebar sisa dari jalur dengan intensitas sebesar 50 %
Wt
gempa
Koefisien geser dasar (C) dapat ditentukan dengan Gambar 14 pada
RSNI
T-02-2005
di
mana
diperlukan
waktu
getaran
sebagai
T
Wt
g
Kp
atau kombinasi segitiga, sehingga menjadi bentuk rangka yang tidak berubah
bentuknya ketika diberi gaya-gaya dari luar. Prinsip utama yang mendasari
penggunaan rangka batang sebagai pemikul beban utama adalah penyusunan
elemen menjadi konfigurasi segitiga yang menghasilkan bentuk stabil. Pada
struktur yang stabil deformasi yang terjadi relatif kecil, dan lentur tidak akan
terjadi selama gaya-gaya luar berada pada titik simpul. (Dien Aristadi, 2006).
1.5
Perencanaan Sambungan
Sambungan harus dianggap memiliki kekakuan yang cukup agar profil
demikian agar tidak mempunyai pengaruh besar pada pembagian pengaruh aksi
maupun pada keseluruhan rangka. Berikut adalah tipe tipe baut dengan diameter
, proof load dan kuat tarik minimumnya :
Tipe Baut
Diameter (mm)
A307
A325
6.35-104
12.7-25.4
28.6-38.1
12.7 - 38.1
A490
585
510
825
Tabel 2.1 Tipe tipe Baut
60
825
725
1035
Sambungan Baut mutu tinggi dapat didesain sebagai sambungan tipe friksi
(jika dikehendaki tidak ada slip) atau juga sebagai sambungan tipe tumpu.
1.5.1 Tahanan Nominal Baut
Sutau baut yang memikul beban terfaktor Ru, sesuai persyaratan LRFD
harus memenuhi : Ru .Rn
Dengan Rn adalah tahanan nominal baut sedangkan adalah faktor reduksi
yang diambil sebesar 0,75. Besarnya Rn berbeda beda untuk masing masing
tipe sambungan.
1.5.2 Tahanan Geser Baut
Tahanan mominal satu buah baut yang memikul gaya geser memenuhi
persamaan :
m.r1.fu.Ab
Dengan :
r1
r1b
fub
Ab
Ab
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Jembatan yang akan direncanakan berada pada jalur alternatif lingkar
selatan jember, tepatnya di Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Jembatan
tersebut berada di atas aliran Sungai Bedadung yang menghubungkan wilayah
Desa Plalangan dengan
dilakukan selama 1 semester, tepatnya pada bulan September 2015 sampai dengan
bulan Januari 2016. Berikut gambar yang menunjukkan lokasi jembatan.
gambar perencanaan
Perhitungan pembebanan
Perhitungan pelat kendaraan
Perencanaan gelagar memanjang
Perencanaan gelagar melintang
Perencanaan konfigurasi jembatan pelengkung rangka baja
Kontrol kapasitas dari masing-masing perhitungan
Perencanaan sambungan
Gambar hasil desain
Perhitungan pembebanan
Perhitungan plat kendaraan
Perencanaan gelagar memanjang
Perencanaan gelagar melintang
Perencanaan konfigurasi jembatan
pelengkung rangka baja
Kontrol kapasitas:
Profil baja
Momen : Mn Mu
Geser : Vn Vu
Lendutan: ijin
Tidak
A
OK
Perencanaan
Sambungan
Gambar desain
Selesai
Gambar 3.2 Diagram Alir Perencanaan Jembatan Pelengkung Baja
DAFTAR PUSTAKA
Standar Nasional Indonesia. RSNI T-02-2005. Pembebanan Untuk Jembatan.
Departemen Pekerjaan Umum.
Departemen PU Bina Marga. 1992. Bridge Management System (BMS).
Standar Nasional Indonesia. SNI T-03-2005. Perencanaan Struktur Baja Untuk
Jembatan. Departemen Pekerjaan Umum.
Dien, Aristadi., 2006, Analisis Sistem Rangka Baja Pada Struktur Jembatan
Busur Rangka Baja.
Chen, Wai-Fah, Duan, Lian. 2000. Bridge Engineering Handbook. Boca Raton.
London.
Victor, D. Johnson. 1980. Essentials of Bridge Engineering.
American Concrete Institute ACI. 1996. Analysis and Design of Reinforced
Concrete Structures, Farmington: ACI Committee 343R-95.
(http://nusantarabajaprima.com/portfolio/arch-bridge/).
Septiawan, Hilmy Gugo. 2013. Desain Jembatan Baru Pengganti Jembatan Kutai
Kartanegara Dengan Sistem Busur. . Surabaya: Badan Penerbit Institut Teknologi
Sepuluh November.
Hidayatullah, Arif Fajri. 2015. Perencanaan Bangunan Atas Jembatan Ajung
Pada Jalan Otto Iskandar Dinata Dengan Konstruksi Pelengkung Beton. Jember:
Badan Penerbit Universitas Jember.