ABSTRAK
AHMAD AZHARI POHAN Efisiensi Kinerja Bank Umum Syariah (BUS) dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia. Dibimbing oleh
NUNUNG NURYARTONO dan SALAHUDDIN EL AYYUBI.
Efisiensi merupakan salah satu parameter untuk mengukur kinerja lembaga
keuangan, diantaranya adalah BUS dan BPRS yang beroperasi dengan mengelola
input untuk menghasilkan output. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi nilai
efisiensi BUS dan BPRS di Indonesia secara terpisah dengan menggunakan
metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan model Variable Return to Scale
(VRS) dengan pendekatan intermediasi berorientasikan output. Pemilihan konsep
efisiensi dengan pendekatan intermediasi ditetapkan karena lembaga keuangan
berperan penting sebagai perantara dengan menyerap dana dari shahibul maal dan
disalurkan kepada mudharib. Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi 11 BUS
dan 113 BPRS selama periode 2013. Hasil penelitian menunjukkan pada setiap
BUS memiliki kinerja yang efisien. Berbeda dengan BPRS, dari 113 BPRS hanya
19 BPRS yang memiliki kinerja yang efisien. Hal ini mengakibatkan rendahnya
rata-rata nilai efisiensi BPRS. Variabel dengan potensi pengembangan terbesar
adalah variabel pembiayaan sebesar 68-73%, kemudian variabel aktiva lancar
sebesar 58-62% dan variabel pendapatan operasional lainnya sebesar 61-65%.
Kata kunci: DEA, efisiensi, output oriented, Variable Return to Scale
ABSTRACT
AHMAD AZHARI POHAN Islamic General Bank (BUS) dan Islamic Rural Bank
(BPRS) Performance Efficiency in Indonesia. Supervised NUNUNG
NURYARTONO and SALAHUDDIN EL AYYUBI.
Efficiency is one of the parameter to measure financial institution
performance, such as BUS and BPRS in managing operational input and
producing output. This study has an objective to identify both BUS and BPRS
efficiency score in Indonesia sepescorely, by using Data Envelopment Analysis
(DEA) method and Variable Return to Scale (VRS) model with intermediation
approachment and output oriented. Selection of the concept of efficiency in the
intermediation approach defined as financial institutions play an important role
as an intermediary to absorb funds from shahibul maal and distributed to
mudharib. This study measures 11 BUS dan 113 BPRS efficiency level during
2013 period. The study results show every BUS at 2013 period have perfect
performance efficiency. Difference with BUS, BPRS have a low average efficiency
score.There are only 19 BPRS have perfect performance efficiency. Potential
improvement in variable financing are 68-73%, variable current assets are 5862% and other operational income variable are 61-65%.
Keywords: DEA, efficiency, output oriented, Variable Return to Scale
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Efisiensi Kinerja Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia
Nama
: Ahmad Azhari Pohan
NIM
: H54100023
Disetujui oleh
Salahuddin El Ayyubi, Lc MA
Pembimbing II
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Efisiensi Bank Umum
Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia ini
dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai efisiensi BUS dan BPRS
yang ada di Indonesia dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dengan
pendekatan output (output oriented).
Pada kesempatan ini, ucapan terima kasih untuk orang-orang yang terkasih
kepada orang tua penulis Engges Muda Pohan (Ayah) dan Nurhayati Siregar
(Mama), saudara penulis, Budiman Pohan, Sanny Adrian Pohan, Dinda Eliza
Pohan dan keluarga lainnya atas segala teguran, doa, dan dukungan yang telah
diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Dr. Ir. R. Nunung Nuryartono, M. Si dan Bapak Salahuddin El
Ayyubi, Lc, M.A selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
arahan, bimbingan, dan saran untuk membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2.
Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik, M.Ec yang telah bersedia menjadi dosen
penguji utama hasil penelitian ini dan Bapak Deni Lubis, MA sebagai dosen
penguji dari komisi pendidikan Departemen Imu Ekonomi.
Teman-teman satu bimbingan yang saling mendukung, Luqman Azis,
3.
Mirsad Awawin, Andri Sukrudin, Nana Rodiana, Fatimah Azzahra, dan
Masyitoh Al-Kautsar.
4.
Teman-teman yang luar biasa, Yeni Hanisah Piliang, Dani Yoga Nugraha,
Ujang Kurnia, Ahmad Fauzi, Rizqi Eka Sukmayasa, Ardhi Evan,
Muhammad Fakhri Nugraha, Cornel Ridha Adji Adyas, Pramono Widagdo,
Ahmad Nur Fadhian, Fuad Bahtiar, Hanif Furqon Abdurrahman, Sarah
Raisa, Zikra Donald, Hidayat terima kasih atas bantuan serta dukungannya.
5.
Teman-teman keluarga Ekonomi Syariah FEM IPB 47, 48, 49 dan keluarga
dari Ikatan Mahasiswa Asal Tapanuli Selatan serta Alumni Keluarga
Madrasah Nurul Ilmi atas kebersamaannya dan telah saling mengingatkan,
mendukung, dan mendoakan dalam semua kegiatan, mohon maaf tidak
dapat menyebutkan satu per satu.
6.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Efisiensi
Bank Syariah
Penelitian Terdahulu
10
Kerangka Pemikiran
13
METODE PENELITIAN
13
13
14
Model Penelitian
14
15
16
Gambaran Umum
16
23
24
26
Simpulan
26
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
35
DAFTAR TABEL
1 Perkembangan Jumlah Unit dan Kantor Lembaga Keuangan Bank
Syariah di Indonesia Tahun 2010-2013.
2 Kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional (BK)
3 Kinerja BPRS dan BPR Konvensional
4 Variabel dalam Penelitian Terdahulu dengan Metode DEA
5 Perkembangan BOPO Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di
Indonesia
6 Perkembangan BOPO BPRS dan BPR Konvensional di Indonesia
7 Nilai Efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2013
8 BPRS dengan Kinerja yang Efisien
9 Frekuensi dan Sebaran Nilai Efisiensi BPRS
10 Distribusi Skala Efisiensi BPRS
11 Reference Set BPRS
12 Potensi Pengembangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
1
2
3
12
22
22
23
24
25
25
26
27
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
5
7
13
17
17
18
19
19
20
21
21
DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai Efisiensi CCR dan BCC BPRS Pada Tahun 2013
2 Identitas BPRS yang Dijadikan Sampel
31
33
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan lembaga keuangan syariah dimulai dengan berdirinya Bank
Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada
tahun 1992. Bank syariah diatur secara formal melalui UU No. 10 tahun 1998
yang memberikan landasan operasional bagi bank syariah untuk mengatur dan
memperbolehkan setiap bank konvensional untuk membuka sistem pelayanan
syariah (dual banking system). Office chanelling kemudian diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia (PBI) No. 8/3/PBI/2006 yang menyatakan bahwa bank
konvensional dapat membuka layanan syariah dalam operasional usahanya.
Hukum formal pada perbankan syariah semakin lengkap dengan ditetapkannya
UU No. 21 tahun 2008 yang berisikan peraturan secara menyeluruh untuk setiap
BUS, UUS dan BPRS di Indonesia sehingga pertumbuhan lembaga keuangan
bank syariah semakin cepat.
Lembaga keuangan bank syariah terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS),
Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). BUS
dan BPRS beroperasi dengan menerapkan prinsip syariah. Namun, skala usaha
BUS lebih luas dibandingkan BPRS. Selain itu BPRS memiliki batasan
operasional seperti larangan untuk membuka rekening giro dan tidak dapat ikut
serta dalam kegiatan kliring.
Tabel 1 Perkembangan Jumlah Unit dan Kantor Lembaga Keuangan Bank Syariah
di Indonesia Tahun 2010-2013.
Kelompok Bank
Bank Umum Syariah
Unit Usaha Syariah
- Jumlah Kantor BUS
- Jumlah Kantor UUS
BPRS
- Jumlah Kantor BPRS
2010
11
23
1 215
262
150
286
2011
11
24
1 401
336
155
364
2012
11
24
1 745
517
158
401
2013
11
23
1 998
590
160
399
2
Menurut Bank Indonesia (2011), perkembangan industri perbankan syariah
terus mengalami kemajuan dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 40.2% per
tahunnya sedangkan pertumbuhan perbankan nasional sebesar 16.7% per tahun.
Namun, perkembangan kinerja perbankan syariah masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan perbankan konvensional. Hal ini dikarenakan perbankan
syariah masih dalam tahap ekspansi sehingga sangat membutuhkan pembangunan
infrastruktur baru di berbagai daerah. Perbandingan kinerja perbankan syariah
(BUS dan BPRS) dapat dilihat dari indikator pada Tabel 2 dan Tabel 3, yaitu;
Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), BOPO, Non Performing
Financing (NPF) sedangkan Non Performing Loan (NPL) untuk bank
konvensional dan Financing to Deposit Ratio (FDR) sedangkan Loan to Deposit
Ratio (LDR) untuk bank konvensional.
Indikator CAR merupakan rasio kecukupan modal yang dibutuhkan
perbankan untuk mengatasi resiko kerugian yang dapat ditimbulkan dari
penanaman aktiva beresiko. Rasio modal yang tinggi dapat melindungi nasabah
dan berdampak kepada tingkat kepercayaan masyarakat. Indikator ROA
merupakan ukuran profitabilitas perbankan, selain itu rasio ini juga mencerminkan
hasil dari serangkaian kebijakan perbankan dalam meningkatkan return. Oleh
karena itu, ROA yang tinggi mengindikasikan bahwa perbankan memiliki kinerja
yang baik karena mampu memperoleh return yang lebih tinggi. BOPO merupakan
rasio untuk mengukur tingkat efisiensi perbankan. Semakin rendah nilai BOPO
maka kinerja perbankan akan lebih efisien karena mampu memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi dengan biaya yang lebih rendah. NPF merupakan
rasio pembiayaan atau kredit bermasalah. Tingginya nilai NPF mengindikasikan
bahwa kinerja perbankan semakin buruk karena tingginya jumlah kredit macet.
Sedangkan FDR merupakan rasio dalam mengukur kemampuan bank dalam
membayar penarikan dana oleh nasabah dengan mengandalkan pembiayaan.
Semakin tinggi nilai FDR maka kinerja perbankan semakin baik karena laba yang
diperoleh semakin tinggi (Fahmy 2013).
Tabel 2 Kinerja Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional (BK)
No.
1
2
3
4
5
Indikator (%)
CAR
ROA
BOPO
NPF/NPL
FDR/LDR
2010
BUS
BK
16.25 17.17
1.67
2.86
86.14 86.09
3.02
2.56
89.67 75.50
2011
BUS
16.63
1.79
85.42
2.52
88.94
BK
16.07
3.03
85.34
2.17
79.00
2012
BUS
BK
14.14 17.32
2.14
3.08
82.51 74.15
2.22
1.87
99.99 83.96
Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa kinerja BUS pada rasio CAR, ROA,
BOPO dan NPF lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Namun, pada
rasio FDR BUS memiliki kinerja paling tinggi sebesar 99.99% dibandingkan
Bank Konvensional sebesar 83.96%.
Sementara itu, pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa BPRS memiliki kinerja
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan BPR dari indikator CAR, ROA,
BOPO dan NPF. Pada rasio BOPO BPRS mengalami penurunan yang drastis pada
3
tahun 2012. Sehingga efisiensi BPRS mejadi lebih rendah dibandingkan BPR
Konvensional. Tingginya nilai NPF mengindikasikan bahwa BPRS memiliki
masalah kredit macet yang cukup tinggi. Sedangkan pada rasio FDR, BPRS
mampu memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan BPR
Konvensional walaupun pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah pembiayaan
yang dikeluarkan jika dibandingkan dengan tahun 2011.
Tabel 3 Kinerja BPRS dan BPR Konvensional
No.
1
2
3
4
5
Indikator (%)
CAR
ROA
BOPO
NPF/NPL
FDR/LDR
2010
BPRS
BPR
27.50 30.01
3.50
3.16
78.10 80.97
6.50
6.12
128.47 75.50
2011
BPRS
BPR
23.50
28.68
2.70
3.32
76.30
79.47
6.11
5.22
127.71
79.00
2012
BPRS
BPR
25.16 27.55
2.64
3.46
86.25 77.77
6.15
4.75
120.96 78.63
4
operasional perbankan syariah yang masih belum optimal. Oleh karena itu
dibutuhkan pengukuran kinerja operasional bank syariah dan mengarahkannya
kepada kinerja yang lebih efisien.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia?
2. Bagaimana tingkat efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia?
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis tingkat efisiensi Bank Umum Syariah Indonesia.
2. Menganalisis tingkat efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia.
Manfaat Penelitian
1. Bagi pemerintah, sebagai masukan agar tetap berkoordinasi dengan Bank
Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam membuat regulasi
yang baik.
2. Bagi stakeholder, sebagai masukan dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya dan agar terus meningkatkan efisiensi dan kinerjanya.
3. Bagi peneliti dan mahasiswa, penelitian ini dapat dipakai sebagai
tambahan literatur yang dapat memberikan informasi mengenai efisiensi
kinerja BUS dan BPRS di Indonesia secara umum.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi pada pengamatan kinerja BUS
dan BPRS di Indonesia dengan melihat nilai efisiensi yang dihasilkan dari
masing-masing BUS dan BPRS. Hal ini dilakukan untuk menguji nilai kinerja
keuangan BUS dan BPRS berdasarkan nilai efisiensi Data Envelopment Analysis
(DEA) secara agregat.
TINJAUAN PUSTAKA
Efisiensi
Menurut Ascarya (2005), konsep efisiensi diawali dari konsep ekonomi
mikro, yaitu teori produsen dan konsumen. Teori produsen cenderung untuk
memaksimumkan keuntungan dan meminimalkan biaya. Sedangkan teori
konsumen cenderung untuk memaksimalkan utilitasnya atau tingkat kepuasannya.
Pada teori produsen dikenal adanya garis frontier produksi. Garis ini
menggambarkan hubungan antara input dan output. Garis frontier ini mewakili
5
tingkat output maksimum dari setiap penggunaan input yang mewakili
penggunaan teknologi dari suatu perusahaan atau industri
.
Sumber: Coelli, et al (1998)
6
Ayat di atas menganjurkan manusia untuk tidak menyia-nyiakan hartanya
secara sia-sia (boros). Perilaku boros dapat menjadi perbuatan ingkar kepada
Allah subhanahu wa taala. Pengukuran tingkat efisiensi pada BUS dan BPRS
dapat mengacu dari dua ayat tersebut, dengan melihat pemakaian input yang ada
untuk menghasilkan output semaksimal mungkin tanpa adanya penghamburan
sumber daya yang digunakan (input).
Coelli, et al. (1998) menyatakan konsep efisiensi dibedakan menjadi tiga
yaitu: efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis
mengukur tingkat produksi yang dicapai pada tingkat penggunaan input tertentu.
Efisiensi harga atau alokatif mengukur tingkat keberhasilan bank dalam usahanya
untuk mencapai keuntungan maksimum yang dicapai pada saat nilai produk
marginal setiap faktor produksi yang diberikan sama dengan biaya marginalnya.
Efisiensi ekonomis adalah kombinasi antara efisiensi teknis dan efisiensi harga.
Muharam dan Pusvitasari (2007), menyatakan secara umum efisiensi
perbankan dapat didekomposisikan menjadi efisiensi skala (scale efficiency),
efisiensi dalam cakupan (scope efficiency) efisiensi teknis (technical efficiency)
dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank dikatakan mencapai efisiensi
dalam skala ketika bank bersangkutan mampu beroperasi dalam skala hasil yang
konstan (constant return to scale). Sedangkan efisiensi cakupan dapat tercapai
ketika bank mampu beroperasi dalam diversifikasi alokasi. Efisiensi alokasi dapat
tercapai jika bank mampu menentukan berbagai output yang dapat
memaksimalkan keuntungan. Sedangkan efisiensi teknis pada dasarnya
menyatakan hubungan antara input dan output dalam suatu proses produksi. Suatu
proses produksi dapat dikatakan efisien apabila pada penggunaan input dengan
sejumlah tertentu dapat menghasilkan output yang maksimal, atau untuk
menghasilkan output tertentu digunakan input yang paling minimal.
Data Envelopment Analysis (DEA)
DEA merupakan prosedur yang dirancang untuk mengukur efisiensi relatif
satu Decision Making Unit (DMU) yang memakai banyak input dan banyak
output, dimana penggabungan antara input dan output tidak mungkin untuk
dilakukan. Efisiensi relatif suatu DMU adalah dengan membandingkan suatu
DMU dengan DMU lain dalam sampel dengan memakai input dan output yang
sama yang diperoleh dari hasil laporan keuangan organisasi. Menurut Tanjung dan
Devi (2013), data keuangan tersebut harus asli sebelum dilakukan manipulasi agar
benar-benar menggambarkan efisiensi dan jika terdapat satu atau lebih data dari
suatu DMU yang tidak tersedia maka harus dikeluarkan dari keseluruhan sampel.
Inti dari DEA adalah menentukan bobot untuk setiap input dan output dari
DMU. Bobot tersebut harus bersifat tidak bernilai negatif dan bersifat universal.
Kemudian akan dilakukan skor nilai efisiensi yang dibatasi antara 0 dan 1, dimana
DMU yang efisien mempunyai skor 1 dan DMU yang inefisien memiliki skor 0.
Nilai-nilai efisiensi tersebut adalah relatif dan nilai yang dihasilkan dengan
membandingkan antara setiap DMU pada kumpulan data yang dianalisis.
Terdapat dua model DEA yang sering digunakan dalam mengukur efisiensi
yaitu CCR (Charnes, Cooper dan Rhodes) dan BCC (Bankers, Charnes dan
Cooper). Model CCR dipelopori oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun
1978 dengan asumsi adanya CRS (Constant Return to Scale), dimana perubahan
7
proporsional pada semua tingkat input akan menghasilkan perubahan proporsional
yang sama pada tingkat output. DEA dipakai untuk mengukur tingkat efisiensi
relatif, terutama berdasarkan efisiensi teknis. Model CCR mengevaluasi scale
efficiency dan technical efficiency secara simultan. Sedangkan BCC yang
dikemukakan oleh Bankers, Charnes dan Chooper pada tahun 1984 sebagai
perluasan dari CCR dengan asumsi adanya Variable Return to Scale (VRS).
Maksudnya semua unit yang diukur akan menghasilkan perubahan pada berbagai
tingkat output dan adanya anggapan bahwa skala produksi dapat memengaruhi
efisiensi. Model BCC mengevaluasi khusus pada technical efficiency sehingga
model ini dapat dikatakan menghitung nilai murni dari efisiensi teknis (pure
technical efficiency).
Model CCR akan sesuai jika DMU beroperasi pada skala optimum. Namun,
kompetisi tidak sempurna, regulasi pemerintah, keterbatasan keuangan dapat
membuat perbankan dalam kondisi tidak optimal. Selain itu faktor teknologi juga
dapat memengaruhi efisiensi operasional bank. Sehingga hal tersebut dapat
menjadi variabel dari model BCC dan terbukanya kemungkinan bahwa skala
produksi dapat memengaruhi efisiensi.
Pengukuran efisiensi DEA dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan input dan pendekatan output. Pendekatan input digunakan untuk
mengetahui kuantitas input yang dapat dikurangi secara proporsional untuk
menghasilkan output dengan jumlah yang sama. Sedangkan pendekatan output
untuk mengetahui berapa banyak jumlah output yang dapat ditingkatkan secara
proporsional dengan kuantitas input yang tetap. Pendekatan output digunakan
ketika kondisi pasar masih bagus sehingga produsen diharapkan mampu
mempertahankan atau bahkan meningkatkan output dengan input yang tetap
(Tanjung dan Devi 2013).
8
isoquant. Titik A merupakan titik yang tidak efisien, dan jarak AB merupakan
potential improvement yang mungkin dilakukan perusahaan pada titik A untuk
menjadi perusahaan yang efisien secara teknis.
Efisiensi Teknis (ET)= 0A/0B
(1)
Jika kita memiliki informasi harga (RR1), maka efisiensi alokatif dapat
didefinisikan menjadi:
Efisiensi Alokatif (AE)= 0B/0C
(2)
(3)
9
Konsekuensi adanya tiga pendekatan menyebabkan perbedaan dalam
penentuan variabel input dan output yang akan digunakan. Perbedaan yang paling
menonjol dalam menentukan input-output terdapat pada pendekatan produksi dan
pendekatan intermediasi. Pada pendekatan produksi, simpanan diperlakukan
sebagai output, karena simpanan merupakan jasa yang dihasilkan melalui
pengumpulan dana dari pihak ketiga. Sedangkan pada pendekatan intermediasi
simpanan diperlakukan sebagai input, karena simpanan yang dihimpun bank akan
ditransformasikan ke dalam bentuk aset yang menghasilkan, terutama dalam
bentuk kredit pinjaman.
Kelebihan dan Kelemahan DEA
Metode DEA (Data Envelopment Analysis) memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan dari penggunaan metode DEA diantaranya adalah:
1.
DEA dapat menangani pengukuran efisiensi secara relatif bagi beberapa
Decision Making Unit (DMU) sejenis dengan menggunakan banyak input
dan output.
2.
Metode ini tidak memerlukan asumsi bentuk fungsi hubungan antara
variabel input dan output dari DMU sejenis yang akan diukur efisiensinya.
3.
DEA membandingkan setiap DMU yang ada secara langsung dengan DMU
lainnya yang sejenis.
4.
Faktor input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda
tanpa perlu melakukan perubahan satuan dari kedua variabel tersebut.
1.
2.
3.
2.
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berupa bank
devisa dan non devisa. Bank devisa merupakan bank yang dapat melakukan
transaksi dengan mata uang asing termasuk transfer ke luar negeri, inkaso ke
luar negeri, pembukaan letter of credit, dan sebagainya.
Unit Usaha Syariah (UUS) merupakan unit kerja dari kantor pusat bank
umum konvensional yang melaksanakan kegiatan usahanya dengan
menerapkan prinsip syariah. UUS juga dapat sebagai unit kerja di kantor
cabang bank asing konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
10
3.
kantor cabang pembantu syariah atau unit syariah (Bank Indonesia 2007).
UUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank non devisa.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan bank syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bentuk hukum dari BPRS adalah perseroan terbatas dan hanya dapat
dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI), pemerintah daerah, atau
kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintah
daerah.
Penelitian Terdahulu
11
2006 yaitu sebesar 85.4%. Perubahan TFP indutri perbankan syariah
menunjukkan trend yang meningkat dan disebabkan oleh perubahan kemajuan
teknologi.
Paramita (2008) melakukan penelitian dengan menganalisis efisiensi BPR
seluruh Indonesia dengan pendekatan Stochastic Frontier Analysis (SFA) yang
merupakan pendekatan parametrik dan Data Envelopment Analysys (DEA)
merupakan pendekatan non-parametrik, memberikan kesimpulan bahwa variabel
cost of labour merupakan variabel yang paling memengaruhi besar kecilnya nilai
efisiensi BPR di Indonesia. Peneliti membandingkan hasil nilai efisiensi yang ada
dengan menggunakan metode SFA dan DEA, hasilnya adalah dalam SFA nilai
efisiensi yang ada lebih bervariasi sedangkan dalam DEA hanya terdapat tiga
kategori yaitu kategori BPR yang tidak efisien, kurang efisien dan efisien.
Efisiensi DEA memiliki hubungan positif dengan modal inti dan nilai kesehatan.
Sedangkan SFA memiliki hubungan negatif dengan modal inti dan nilai kesehatan.
Sehingga efisiensi BPR dengan pendekatan SFA malah menurunkan modal inti
BPR.
Hidayat (2008) melakukan penelitian dengan menganalisis efisiensi
perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA). Data yang digunakan adalah data Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah dari kuartal pertama tahun 2004 sampai kuartal
ke-empat tahun 2007 dengan objek 3 BUS dan 6 UUS. Model yang digunakan
adalah model CCR dan BCC dengan pendekatan intermediasi dan input (inputoriented). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perbankan syariah di Indonesia
(BUS dan UUS) berkembang dengan signifikan baik dari aspek kelembagaan,
networking, aset, dana pihak ketiga, maupun pembiayaan. Berdasarkan hasil
perhitungan DEA, bank yang paling efisien adalah Bank Muamalat
Indonesia.Sedangkan secara berkelompok disimpulkan bahwa kelompok BUS
lebih efisien dibandingkan dengan kelompok UUS.
Nuryartono et.al (2012) melakukan penelitian dengan menganalisis efisiensi
pada BPR di Indonesia dengan menggunakan pendekatan parametrik yaitu
Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Time Variying Decay (TVD) serta fungsi
biaya loglinear. Data yang digunakan adalah data seluruh BPR di Indonesia pada
tahun 2006 dan 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh variabel
yang digunakan (Total Cost, Price of Labor, Price of Fund, Credit, NPL, NonInterest Income Activities, EOTA) hanya varibel EOTA yang tidak signifikan
pada taraf nyata 1%. Hal ini mengindikasikan bahwa jika terjadi penambahan
sebesar 1% pada biaya tenaga kerja maka biaya akan meningkat sebesar 0.3792%.
Sedangkan nilai efisiensi yang dihasilkan oleh SFA menunjukkan secara umum
terjadinya penurunan efisiensi, dikarenakan jumlah BPR dengan nilai efisiensi
tertinggi (NE> 94%) mengalami penurunan dari 448 BPR pada tahun 2006
menjadi 340 BPR pada tahun 2007. Menurunnya jumlah BPR yang efisien
disebabkan oleh meningkatnya biaya tenaga kerja dan biaya pajak.
12
Tabel 4 Variabel dalam Penelitian Terdahulu dengan Metode DEA
No.
Peneliti
Pendekatan
Oriented
Variabel
Input
Intermediasi:
Biaya tenaga
kerja, aktiva
tetap,
dana
Pihak Ketiga.
Operasional:
Biaya bunga,
biaya
operasional,
biaya
operasional
lainnya.
Dana pihak
ketiga, biaya
operasional
lainnya.
Ascarya
(2005)
Intermediasi
dan
Operasional
Output
Muharam
dan
Puspitasari
(2007)
Intermediasi
Output
Andryani
(2008)
Intermediasi
Output
Beban
personalia,
aktiva tetap,
dana
pihak
ketiga.
Hidayat
(2008)
Intermediasi
Input
Biaya tenaga
kerja, modal
serta
pembayaran
bunga
(margin) pada
deposit.
Variabel
Output
Intermediasi:
Pinjaman,
pendapatan
lainnya, aktiva
lancar.
Operasional:
Pendapatan
bunga,
pendapatan
operasional
lainnya.
Pembiayaan,
aktiva lancar,
pendapatan
operasional
lainnya.
Total
pembiayaan,
pendapatan
operasional
lainnya, aktiva
produktif
lainnya.
Pinjaman,
pembiayaan,
investasi
keuangan.
13
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel input yang terdiri dari Dana Pihak
Ketiga (DPK) dan biaya operasional lainnya, dan variabel output yang terdiri dari
pendapatan operasional lainnya, aktiva lancar dan pembiayaan. Secara konseptual
alur pemikiran dapat dilihat pada (Gambar 3).
Lembaga Keuangan Syariah
Pendekatan Intermediasi
Variabel-variabel Analisis
Efisiensi Lembaga
Keuangan Syariah
Input
DEA
(CCR dan BCC)
Output oriented
Efisien
Tidak Efisien
Keterangan:
: Alur Analisis
: Alat Analisis
Output
14
METODE
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel, yang berupa
data kerat lintang (cross section) sebanyak 11 BUS dan 113 BPRS di Indonesia
dan data deret waktu (time series) dalam periode kuartalan pada tahun 2013 yang
kemudian diolah menjadi data tahunan. Pada BPRS dipilih 113 BPRS dari 160
BPRS yang ada dikarenakan 113 BPRS tersebut memiliki data yang lengkap pada
setiap kuartalnya di tahun 2013 sedangkan 47 BPRS lainnya tidak memiliki data
yang cukup pada penelitian ini. Data yang diperoleh merupakan data sekunder
yang bersumber dari website resmi Bank Indonesia berupa laporan neraca
keuangan dan laporan laba-rugi BUS dan BPRS.
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan kuantitatif.
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk eksplorasi, klarifikasi mengenai suatu
fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel
yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dinyatakan sebagai metode yang lebih menekankan pada
aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Pengukuran yang
dilakukan menjabarkan fenomena sosial kedalam beberapa komponen masalah,
variabel dan indikator. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah Data
Envelopment Analisys (DEA) dengan pendekatan intermediasi perbankan dan
berorientasikan output. Software yang digunakan adalah Microsoft Excel 2010
untuk tabulasi data dan program DEAP 2.1.
Model Penelitian
Pendekatan DEA (Data Envelopment Analysis) dilakukan untuk menghitung
nilai efisiensi, model yang digunakan adalah model Charnes, Cooper dan Rhodes
(CCR) dengan asumsi Contant Return to Scale (CRS) (Coelli et.al 1998), yang
artinya setiap peningkatan input secara proporsional meningkatkan output dengan
persentase yang sama. Asumsi CRS berlaku jika DMU beroperasi dalam skala
optimum. Model CCR secara simultan mengevaluasi sekaligus scale efficiency
dan technical efficiency. Secara umum model tersebut adalah sebagai berikut:
Min
St
-yt + Y 0
xtX0
0
Keterangan:
Y
= y1 + y2 + .. + yn
X
= x1 + x2 + .. + Xn
(4)
(5)
(6)
15
N
x1
y1
(7)
(8)
(9)
(10)
Pada umumnya suatu DMU memiliki karakteritik yang mirip satu sama lain.
Namun, biasanya tiap bank memiliki ukuran tingkat produksi yang bervariasi. Hal
ini mengisyaratkan bahwa ukuran bank memiliki peran penting dalam
menentukan efisiensi atau inefisiensinya. Model CCR mencerminkan nilai
efisiensi teknis dan efisiensi skala sekaligus, sedangkan model BCC hanya
mencerminkan efisiensi teknis. Sehingga efisiensi skala adalah rasio dari efisiensi
pada model CCR dan model BCC.
SE= TECRS/TEVRS
(11)
Jika nilai SE=1 berarti DMU tersebut beroperasi pada ukuran efisiensi skala
terbaik. Jika nilai SE kurang dari satu maka terdapat inefisiensi skala pada DMU
tersebut. Jadi, DMU yang efisien pada model CCR berarti efisien juga skala
efisiensinya. Sedangkan DMU yang efisien pada model BCC tapi tidak efisien
pada model CCR berarti terdapat inefisiensi skala. Hal ini dikarenakan DMU
tersebut efisien secara teknis namun inefisien secara skala.
16
Variabel Input-Output dan Definisi Operasional
Variabel input merupakan sumber dalam pendekatan intermediasi untuk
ditransformasikan menjadi output. Adapun variabel input dalam penelitian ini
adalah:
1.
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan jumlah dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun dan memiliki persentase terbesar dari total modal yang
dimiliki oleh perbankan syariah yang terdiri giro wadiah, tabungan wadiah,
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.
2.
Biaya operasional lainnya merupakan tolak ukur biaya tenaga kerja dan
kegiatan perbankan seperti administrasi, promosi, transaksi valuta asing,
penurunan nilai surat berharga dan beban bonus titipan wadiah sebagai
ukuran biaya dari operasional bank yang terbebas dari beban bunga.
1.
2.
3.
17
Salah satu cara untuk mengembangkan perbankan syariah adalah dengan
peningkatan efisiensi kinerja perbankan. Pengembangan perbankan syariah dapat
dinilai dari jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), jumlah penyaluran pembiayaan,
aktiva lancar atau total aset, biaya operasional lainnya, pendapatan operasional
lainnya.
Perkembangan Dana Pihak Ketiga
Pola gambaran untuk menilai perkembangan perbankan syariah (BUS dan
BPRS) dapat dinilai dari pertumbuhan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
dihimpun perbankan syariah. Peningkatan jumlah DPK yang dimiliki perbankan
syariah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan kegiatan perbankan
syariah, khususnya pada fungsi intermediasi sebagai penghimpun dana dari
masyarakat. Dana Pihak Ketiga terdiri atas tabungan mudharabah, giro wadiah,
tabungan wadiah dan deposito mudharabah.
DPK BUS pada tahun 2012 mengalami peningkatan dari Rp 115.41 triliun
menjadi Rp 147.51 triliun (27.81%), sedangkan pertumbuhan pada tahun 2011
sangat tinggi mencapai 51.80% dari Rp 76.03 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp
115.41 triliun. Melambatnya pertumbuhan DPK BUS dikarenakan menurunnya
imbal bagi hasil seiring dengan menurunnya suku bunga simpanan. Rata-rata
tingkat imbal bagi hasil tahun 2011 sebesar 5.06% dan tahun 2012 hanya sebesar
4.60%, sedangkan imbalan deposito tahun 2011 rata-rata sebesar 7.40% dan tahun
2012 hanya sebesar 6.40%. Selain itu, penarikan dana haji oleh Kementrian
Agama sebesar Rp 4.02 triliun juga ikut memberikan pengaruh terhadap total
DPK perbankan syariah. Namun, pada tahun 2013 DPK perbankan syariah
meningkat menjadi Rp 183.53 triliun.
Walaupun secara nominal pertumbuhan DPK mengalami pelambatan,
namun dari sisi jumlah rekening terjadi peningkatan yang cukup signifikan
dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 12.3 juta rekening.
Perkembangan ini menunjukkan dukungan kuat perbankan syariah dalam
meningkatkan akses keuangan masyarakat.
(Triliun Rp)
200
150
100
183.53
147.51
115.41
76.03
50
0
2010
2011
2012
2013
Tahun
18
Pertumbuhan DPK pada tahun 2013 lebih baik dibandingkan pada tahuntahun sebelumnya. Total aset BPRS mengalami peningkatan secara persentase
sebesar 34.12% pada tahun 2013. Sedangkan BPR Konvensional hanya sebesar
12.60%. Namun, total DPK BPRS masih rendah jika dibandingkan dengan BPR
Konvensional. Pada tahun 2013 total DPK BPR Konvensional sebesar Rp 50.52
triliun sedangkan pada BPRS sebesar Rp 3.66 triliun. Rendahnya total DPK yang
dimiliki BPRS disebabkaan total rekening nasabah yan dikelola BPRS juga masih
pada kisaran 1.123 juta rekening pada tahun 2013.
(Triliun Rp)
5
4
2.93
3
2
1.6
2.09
2010
2011
3.66
1
0
2012
2013
Tahun
(Triliun Rp)
200
147.5
150
100
68.18
184.12
102.65
50
0
2010
2011
2012
2013
Tahun
19
Pembiayaan yang dilakukan BUS didominasi dengan menggunakan akad
murabahah sebesar Rp 110.57 triliun, musyarakah sebesar Rp 39.874 triliun,
mudharabah sebesar Rp 13.625 triliun, Ijarah sebesar Rp 10.481 triliun, qardh Rp
8.995 triliun dan akad Istishna sebesar Rp 582 miliar.
Sedangkan pembiayaan pada sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang
positif dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Pembiayaan terbesar disalurkan
kepada sektor Lain-lain dan bisnis. Sedangkan besaran pembiayaan yang
disalurkan yaitu, sektor lain-lain sebesar Rp 79.775 triliun, bisnis sebesar Rp
47.598 triliun, perdagangan sebesar Rp 14.314 triliun, jasa sosial sebesar Rp
12.085 triliun, konstruksi sebesar Rp 8.086 triliun, manufaktur sebesar Rp 6.029
triliun, transportasi sebesar Rp 5.387 triliun, gas sebesar Rp 4.663 triliun,
pertanian sebesar Rp 3.165 triliun dan pertambangan sebesar Rp 3.018 triliun.
90
80
Triliun Rp
70
60
50
40
30
20
10
2010
2011
2012
2013
20
5
(Triliun Rp)
4.43
3.56
4
2.67
2.06
2
1
0
2010
2011
2012
2013
Tahun
1200
1000
800
600
400
200
2010
2011
2012
2013
21
kumpulan aktiva yang dimiliki oleh perbankan syariah yagn terdiri atas kas,
penempatan pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat berharga
yang dimiliki, piutang murabahah, piutang ishtishna, piutang qardh, Ijarah,
persediaan, pendapatan yang akan diterima dan biaya dibayar dimuka.
(Triliun Rp)
200
100
174.056
147.581
150
116.93
79.186
50
0
2010
2011
2012
2013
Tahun
3.50
4
3
5.68
4.70
5
2.73
2
1
0
2010
2011
2012
2013
Tahun
22
tahun 2011. Pada tahun 2012 pertumbuhan total aset BPRS meningkat sebesar
33.47% dari Rp 3.50 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 4.70 triliun pada tahun
2012. Sedangkan pada tahun 2013 pertumbuhan aset BPRS sebesar 20.85% dari
Rp 4.7 triliun menjadi Rp 5.68 triliun.
Posisi Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO merupakan rasio beban operasional (beban bonus titipan wadiah,
beban administrasi dan umum, biaya personalia, beban penurunan nilai surat
berharga, beban transaksi valuta asing, beban promosi dan beban lainnya)
terhadap pendapatan operasional (pendapatan dari penyaluran dana, pendapatan
dari BI, pendapatan dari bank-bank lain di Indonesia, serta pendapatan yang
diperoleh dari jasa investasi terkait, serta pendapatan operasional lainnya).
Perkembangan bank syariah ini dapat dilihat dari rasio BOPO bank tersebut.
BOPO merupakan indikator yang sering digunakan untuk menilai efisiensi bank
dari penilaian rasio keuangan (Wardani 2013). Nilai BOPO yang semakin kecil
mengidentifikasikan bahwa bank tersebut lebih efisien (secara produksi) karena
mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar dengan biaya atau beban yang
lebih sedikit.
Tabel 5 Perkembangan BOPO Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di
Indonesia
Bank
Bank Umum syariah
Bank Konnvensional
2010 (%)
80.54
78.08
2011 (%)
78.41
76.31
2012 (%)
74.97
80.02
2013 (%)
78.21
80.75
2010 (%)
78.08
2011 (%)
76.31
2012 (%)
80.02
2013 (%)
86.02
80.97
79.47
77.77
78.50
23
Pada Tabel 6 diketahui bahwa kinerja efisiensi BPRS mengalami penurunan
dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari nilai BOPO yang terus meningkat.
Pada tahun 2012 pendapatan operasional BPRS tumbuh sebesar 31.4%. Namun,
pertumbuhan tersebut juga diikuti dengan kenaikan biaya operasional yang
meningkat mencapai 35.7%, terutama biaya terkait penyusutan, penyisihan aset
produktif, dan biaya tenaga kerja. Hal ini berakibat pada meningkatnya nilai
BOPO pada BPRS dari tahun 2011 sebesar 76.31% menjadi 80.02% pada tahun
2012. Sedangkan pada tahun 2013 nilai BOPO BPRS mengalami kenaikan dari
80.02% menjadi 86.02%.
Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah
Jumlah Bank Umum Syariah (BUS) yang diteliti selama periode tahun
2013 sebanyak 11 BUS. Hasil perhitungan DEA menunjukkan bahwa setiap BUS
di Indonesia telah memiliki kinerja yang efisien pada tahun 2013. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 6, dimana pada setiap BUS memiliki nilai efisien sebesar 1.
Nilai tersebut mengindikasikan bahwa setiap BUS di Indonesia telah mampu
menyalurkan setiap input yang ada menjadi output dengan optimal.
Tabel 7 Nilai Efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2013
No.
Nama Bank
1
2
3
4
BNI Syariah
Mega Syariah
Muamalat
Bank Syariah
Mandiri
BCA Syariah
BRI Syariah
Bukopin Syariah
Jabar Banten
Syariah
Maybank Syariah
Panin Syariah
Victoria Syariah
5
6
7
8
9
10
11
CRS
TE
1
1
1
1
VRS
TE
1
1
1
1
SE
FDR (%)
1
1
1
1
Return to
Scale
CRS
CRS
CRS
CRS
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
CRS
CRS
CRS
CRS
83.48
102.70
100.29
97.40
1
1
1
1
1
1
1
1
1
CRS
CRS
CRS
152.87
90.40
84.65
97.86
93.37
99.99
89.37
Keterangan:
CRS TE : Technical Efficiency
VRS TE : Pure Technical Efficiency
SE
: Scale Efficiency (CRS TE/VRS TE)
CRS
: Constant Return to Scale
DRS
: Decreasing Return to Scale
IRS
: Increasing Return to Scale
BUS dengan kinerja yang efisien telah melakukan fungsi intermediasinya
dengan baik. Artinya setiap BUS menyalurkan dana yang diperoleh dari shahibul
maal kepada mudharib melalui pembiayaan. Pembiayaan yang dilakukan BUS
pada umumnya menggunakan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah.
24
Fungsi intermediasi BUS juga dapat ditunjukkan pada nilai financing to
deposit ratio (FDR) pada masing-masing BUS yang cukup tinggi. Maybank
Syariah memiliki FDR tertinggi dengan nilai sebesar 152.87% dan FDR terendah
dimiliki oleh BCA Syariah sebesar 83.48%. Namun, angka FDR yang terlalu
tinggi perlu dicermati, karena ada kemungkinan BUS mengalami kesulitan dalam
menghimpun dana yang tidak dapat mengimbangi kecepatan penyaluran dana.
Jika dibandingkan antara nilai efisiensi DEA dengan nilai FDR masing-masing
BUS maka hasil yang diperoleh secara umum cukup bervariasi. Hal ini
disebabkan oleh pemakaian variabel pada DEA lebih banyak dengan dua input
dan tiga output, sedangkan pada FDR hanya memakai dua variabel yang juga
digunakan pada variabel DEA.
Tingkat Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Hasil perhitungan dengan model CCR dan model BCC menunjukkan dari
113 BPRS yang diteliti ternyata hanya 19 BPRS memiliki kinerja yang efisien
pada tahun 2013.
Tabel 8 BPRS dengan Kinerja yang Efisien
ID
1
2
9
10
Nama BPRS
Adeco
Al Falah
Al Masoem Syariah
Al Salaam Amal
Salman
11 Al Washliyah
14 Amanah Insan Cita
47 BPRS Rahma Syariah
49 Buana Mitra Pertiwi
54 Bumi Rinjani Malang
56 Cempaka Al-Amin
60 Dana Hidayatullah
80 Karya Mugi Sentosa
89 Mitra Cahaya
Indonesia
91 Mitra Harmoni Kota
Malang
93 Mitra Harmoni
Yogyakarta
96 Mulia Berkah Abadi
101 Sarana Prima Mandiri
102 Situbondo
103 Sukowati Sragen
CRS TE
1
1
1
1
VRS TE
1
1
1
1
SE
1
1
1
1
Return to Scale
CRS
CRS
CRS
CRS
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
CRS
CRS
CRS
CRS
CRS
CRS
CRS
CRS
CRS
CRS
CRS
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
CRS
CRS
CRS
CRS
25
berbasiskan pada pembiayaan jual beli dengan akad murabahah dan untuk
pembiayaan bagi hasil digunakan akad musyarakah dan mudharabah. Pemilihan
akad tersebut pada masing-masing jenis pembiayaan didasarkan pada besaran
pembiayaan yang dilakukan BPRS pada tahun 2012. Pada tahun 2012 pembiayaan
BPRS mengalami peningkatan terbesar pada pembiayaan produktif dan
pembiayaan modal kerja sebesar 51.36%, sedangkan pembiayaan konsumsi
sebesar 35.29%. Pembiayaan produktif tersebut dibagi kembali menjadi
pembiayaan jual beli dan pembiayaan bagi hasil. Pada pembiayaan jual beli
didominasi oleh akad murabahah dengan porsi sebesar 80.33%. Pada pembiayaan
bagi hasil didominasi oleh akad musyarakah sebesar 9.04% dan mudharabah
sebesar 2.80%.
Nilai rata-rata efisiensi pada BPRS berada pada kisaran 0.619 (61.8%)
dengan asumsi CRS, pada asumsi VRS rata-rata efisiensi BPRS sebesar 0.830
(83%) dan pada asumsi skala efisiensi memiliki rata-rata sebesar 0.734 (73.4%).
Minimnya jumlah BPRS yang efisien pada sebagian besar BPRS dapat
disebabkan oleh persaingan dengan lembaga keuangan lainnya turut berpengaruh
dalam menentukan nilai efisiensi BPRS. Kondisi persaingan ini diramaikan oleh
Baitul Maal wa Tamwil (BMT), koperasi syariah, koperasi konvensional, BPR
Konvensional dan juga BPRS Syariah yang berada pada daerah yang sama (Fauzi
2014).
Nilai Efisiensi yang dihasilkan DEA
Nilai efisiensi yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan selang tertentu
dengan tujuan melihat frekuensi dan sebaran nilai efisiensi BPRS (Tabel 9).
Tabel 9 Frekuensi dan Sebaran Nilai Efisiensi BPRS
Asumsi
CRS
VRS
Skala
19
41
20
0.8000.999
19
19
35
0.6000.799
16
37
20
0.4000.599
23
16
29
0.0000.399
36
0
9
Rata-rata
0.619
0.830
0.734
26
informasi skala efisiensi setiap BPRS (Tabel 10). Rendahnya efisiensi skala
berdampak kepada rendahnya tingkat efisiensi secara menyeluruh (overall).
Tabel 10 Distibusi Skala Efisiensi BPRS
Skala
CRS (Constant Return to Scale)
IRS (Increasing Return to Scale)
DRS (Decreasing Return to Scale)
BPRS
20
9
84
BPRS
Muamalah Cilegon
Oloan Ummah
Sidempuan
91 Mitra Harmoni Kota
Semarang
102 Situbodo
60 Dana Hidayatullah
49 Buana Mitra Perwira
1 Adeco
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
Count ID
BPRS
32
80 Karya Mugi Sentosa
28
103 Sukowati Sragen
Count
11
9
27
54
23
19
17
13
10
11
14
47
2
1
1
1
27
Walaupun hasil perhitungan DEA menunjukkan bahwa terdapat 19 BPRS
dengan kinerja yang efisien, namun hanya 14 BPRS yang dijadikan rujukan oleh
BPRS lainnya yang tidak efisien. Hal ini dapat disebabkan diantara 19 BPRS yang
efisien tersebut terdapat 14 BPRS yang memiliki nilai lebih dari BPRS lainnya
dari varibabel yang digunakan seperti Dana Pihak Ketiga, aset, pembiayaan, biaya
operasional lainnya atau pendapatan operasional lainnya. Pada BPRS yang tidak
efisien dapat meningkatkan kinerjanya dengan menambah output atau mengurangi
pemakaian input yang berlebihan. Potensi pengembangan BPRS tertera pada
Tabel 12.
Tabel 12 Potensi Pengembangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Input
DPK
Biaya Operasional Lainnya
Output
Pembiayaan
Aktiva Lancar
Pendapatan Operasional Lainnya
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
CCR (%)
-0.00
-0.52
BCC (%)
-0.00
-0.24
56.13
45.92
53.14
45.94
27.16
39.96
28
1.
2.
Saran
Nilai efisiensi yang baik pada BUS agar dipertahankan pada tahun-tahun
berikutnya dan pada BPRS masih perlu dilakukan peningkatan efisiensi
pada BPRS yang belum efisien. Salah satu solusi bagi BPRS untuk
meningkatkan efisiensinya adalah dengan meningkatkan output dari input
yang ada. Peningkatan potensi pada penelitian ini hanya mengacu kepada
variabel yang digunakan. Jadi perhitungan efisiensi dan peningkatan potensi
dengan memakai metode DEA dapat dijadikan second opinion dalam
menganalisa kondisi efisiensi BUS dan BPRS secara individual maupun
agregat.
Penilitian efisiensi ini dilakukan dengan pendekatan DEA dengan metode
CCR dan BCC dengan asumsi Variable Return to Scale (VRS) berdasarkan
output (output oriented). Pada penelitian selanjutnya dapat dikembangkan
dengan memakai metode lainnya seperti Stochastic Frontier Approach
(SFA), Distribution Free Approach (DFA) atau Thick Frontier Approach
(TFA) untuk memperoleh hasil yang lebih beragam dan lengkap atau juga
dapat dengan menggunakan pendekatan input-output lainnya seperti
pendekatan aset dan produksi, karena pendekatan yang berbeda
menghasilkan pengukuran efisien yang berbeda.
29
DAFTAR PUSTAKA
Andriansyah, Yuli. 2009. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia dan
Kontribusinya bagi Pembangunan Nasional. Jurnal Ekonomi Islam
La_Riba, Volume III No. 2 Desember 2009.
Andryani, Rian. 2008. Analisis Efisiensi Industri Perbankan Syariah di Indonesia
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ascarya, Yumanita D. 2005. Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia.
Jakarta (ID): PPSK
[BI] Bank Indonesia, 2007. Bank Indonesia Bank Sentral Republik
Indonesia.Sebuah Pengantar. Jakarta (ID): PPSK
[BI] Bank Indonesia, 2014. Outlook Perbankan Syariah Tahun 2014. [Internet].
[di unduh 2014 Agustus 31]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/publikasi
[BI] Bank Indonesia. 2012. Laporan Pengawasan Perbankan 2012. [Internet]. [di
unduh 2014 Desember 23]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/publikasi
[BI] Bank Indonesia. 2013. Statistik Perbankan Syariah Tahun 2013. [Internet].
[di unduh 2014 Juni 24]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/publikasi
[BI] Bank Indonesia. 2013. Statistik Perbankan Syariah 2013 [Internet]. [di
unduh 2014 September 24]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id/statistikperbankan-syariah-desember-2013.
[BI] Bank Indonesia. 2013. Statistik Perbankan Indonesia 2013 [Internet]. [di
unduh 2015 Maret 22]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id/statistikperbankan-syariah-desember-2013.
[BI] Bank Indonesia. 2014. Alamat Bank dan Laporan Keuangan Bank Umum
Syariah [Internet]. [Diakses 2014 Juli 20]. Tersedia pada:
http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-keuangan/bank/umumsyariah/Default.aspx
[BI] Bank Indonesia. 2014. Alamat Bank dan Laporan Keuangan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah [Internet]. [Diakses 2014 Agustus 2014].
Tersedia
pada:
http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporankeuangan/bank/bpr-syariah/Default.aspx
[BI] Bank Indonesia. 2012. Statistik Perbankan Indonesia [Internet]. [di unduh
2014 Desember 16]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id/statistikperbankan-indonesia-desember-2012
Coelli TJ, Rao DSP, Battese GE. 1998. An Introduction to Efficiency and
Productivity Analysis. 2nd ed. New York (US): Springer.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2009. Mushaf Alquran dan
Terjemahnya (Percetakan). Jakarta (ID): Pustaka Al-kautsar.
Fahmy, M. Shalahuddin. 2013. Pengaruh CAR, NPF, BOPO dan FDR Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah [skripsi]. Yogyakarta: Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Fauzi, Ahmad. 2014. Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di
Indonesia Periode Tahun 2011-2013 [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
[GIFR] Global Islamic Finance Report. 2011. Global Islamic Finance ReportGIFR 2011 [internet]. [diunduh 2014 Desember 18]. Tersedia pada
http://www.gifr.net/gifr_2011.htm
30
Hadad M.D, Santoso W, Ilyas D. 2003. Analisis Efisiensi Industri Perbankan
Indonesia: Penggunaan Metode Non-Parametrik: Data Envelopment
Analysis. [Internet]. Paper research BI nomor. [diunduh 2014 Desember
12]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/publikasi
Hidayat, H. Rahmat. 2008. Kajian Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia
(Pendekatan Data Envelopment Analysis). Media Riset Bisnis dan
Manajemen Vol. 11 No. 1 April 2011.
Huri MD, Susilowati I. 2004. Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten Perbankan
Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus: BankBank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002). Jurnal Dinamika
Pembangunan, Vol. 1 No. 2 Desember 2004.
Muharam H, Pusvitasari R. 2007. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah
di Indonesia Dengan metode Data Envelopment Analysis. Jurnal Ekonomi
2007
Nuryartono N, Anggraeni T, Firdaus RS. 2012. Efficiency Level of BPR: Study of
Stochastic Frontier Analysis with an Approach of Time Varying Decay.
International Research Journal of Finance and Economics-Issue 85 2012.
Paramita, Desak P.R. 2008. Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di
Indonesia: Pendekatan Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Data
Envelopment Analysis (DEA) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Soemitra, Andri. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana
Tanjung H, Devi A. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta (ID):
Gramata Publishing.
Wardani, Fikria U. 2013. Efisiensi Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia
[skripsi].
Bogor
(ID):
Institut
Pertanian
Bogor.
CRS
TE
1
1
0.846
0.581
0.355
0.347
0.332
0.364
1
1
1
0.854
0.734
1
0.744
0.513
0.400
0.318
0.331
0.338
0.326
0.407
0.407
0.424
0.386
0.359
0.345
0.321
0.293
0.296
0.344
ID
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
1
1
0.853
0.663
0.515
0.527
0.522
0.590
1
1
1
0.986
0.741
1
0.755
0.561
0.426
0.435
0.537
0.734
0.614
0.649
0.672
0.718
0.571
0.575
0.573
0.564
0.684
0.666
0.764
VRS
TE
1
1
0.992
0.875
0.689
0.659
0.635
0.617
1
1
1
0.866
0.991
1
0.986
0.914
0.940
0.731
0.616
0.461
0.531
0.627
0.597
0.590
0.676
0.625
0.602
0.569
0.429
0.444
0.450
SE
Return
to
Scale
CRS
CRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
CRS
CRS
CRS
DRS
IRS
CRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
ID
0.330
0.672
0.620
0.606
0.656
0.280
0.262
0.228
0.208
0.286
0.257
0.237
0.254
0.792
0.905
1
0.610
1
0.844
0.873
0.773
0.965
1
0.590
1
0.304
0.931
0.999
1
0.533
0.478
CRS
TE
0782
1
0.983
0.986
1
1
1
1
1
0.557
0.547
0.531
0.630
0.797
0.918
1
0.760
1
0.926
0.962
0.978
1
1
0.656
1
0.715
1
1
1
0.621
0.652
VRS
TE
0.421
0.672
0.631
0.614
0.656
0.280
0.262
0.228
0.208
0.513
0.470
0.446
0.403
0.994
0.986
1
0.803
1
0.912
0.908
0.790
0.965
1
0.893
1
0.425
0.931
0.999
1
0.858
0.733
SE
Return
to
Scale
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
IRS
IRS
CRS
DRS
CRS
DRS
DRS
DRS
IRS
CRS
DRS
CRS
DRS
DRS
IRS
CRS
DRS
DRS
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
ID
0.291
0.284
0.300
0.278
0.256
0.256
0.825
0.821
0.819
0.829
0.586
0.586
0.484
0.452
0.931
0.759
0.806
1
1
0.739
0.729
0.497
0.696
0.645
0.593
0.536
1
0.845
1
0.633
1
CRS
TE
Lampiran 1. Nilai Efisiensi CCR dan BCC BPRS Pada Tahun 2013
0.653
0.817
0.777
0.737
0.754
0.768
0.994
0.989
0.987
1
1
1
0.987
1
1
0.978
1
1
1
0.744
0.745
0.754
0.706
0.649
0.636
0.632
1
0.918
1
0.920
1
VRS
TE
0.447
0.348
0.387
0.377
0.340
0.333
0.830
0.831
0.830
0.829
0.586
0.586
0.490
0.452
0.931
0.777
0.806
1
1
0.993
0.979
0.606
0.987
0.995
0.932
0.848
1
0.920
1
0.689
1
SE
Return
to
Scale
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
IRS
IRS
IRS
CRS
CRS
DRS
DRS
DRS
IRS
DRS
DRS
DRS
CRS
DRS
CRS
DRS
CRS
31
32
ID
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
Min
Max
Std.
Mean
CRS TE
0.987
0.957
1
0.502
0.460
0.471
0.472
1
1
1
0.958
0.533
0.529
0.507
0.506
0.388
0.353
0.349
0.336
0.540
0.208
1
0.272
0.618
VRS TE
1
0.972
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0.610
0.703
0.844
1
0.707
0.703
0.729
0.735
0.569
0.426
1
0.179
0.829
SE
0.987
0.984
1
0.502
0.460
0.471
0.472
1
1
1
0.958
0.874
0.752
0.600
0.506
0.549
0.503
0.479
0.458
0.949
0.208
1
0.949
0.733
Return to Scale
DRS
DRS
CRS
DRS
DRS
DRS
DRS
CRS
CRS
CRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
DRS
33
Lampiran 2. Identitas BPRS yang Dijadikan Sampel
ID
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Nama BPRS
Adeco
Al Falah
Al Hidayah
Al Hijrah Amanah
Al Ihsan
Al Mabrur Babadan
Al Mabrur
Al Makmur
Al Masoem Syariah
Al Salaam Amal Salman
Al Washliyah
Al Barokah
Al Madinah Tasikmalaya
Amanah Insan Cita
Amanah Insani
Amanah Rabbaniah
Amanah Sejahtera
Amanah Ummah
Amanah Angkek Candung
Ar-Raihan
Arta Leksana
Artha Amanah Ummat
Artha Fisabilillah
Artha Karimah Irsyadi
Artha Madani
Artha Mas Abadi
Artha Pemenang
Artha Surya Barokah
Asad Alif
Attaqwa Garuda Utama
Baiturrahman
Bakti Makmur Indah
Bangka
Barakah Nawaitul Ikhlas
Barkah Gemadana
Baiturridha Pusaka
Berkah Dana Fadhilah
Berkah Ramadhan
ID
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
Nama BPRS
Bhakti Haji
Bhakti Sumekar
Bina Amanah Satria
Bina Amwalul Hasanah
Bina Rahmah
BPRS Syariah Magetan
BPRS Gajah Tongga Kota Pilinag
BPRS Mitra Harmoni Kota Bandung
BPRS Rahma Syariah
BPRS Rahmania Dana Sejahtera
Buana Mitra Perwira
Bumi Artha Sampang
Bumi Ranjani Batu
Bumi Rinjani
Bumi Rinjani Kepanjen
Bumi Rinjani Malang
Carana Kiat Andalas
Cempaka Al-Amin
Cilegon Mandiri
Cipaganti
Dana Amanah
Dana Hidayatullah
Dana Mulia
Danagung Syariah
Daya Artha Mentari
Dinar Ashri
FORMES
Gunung Slamet
Haji Miskin
Hareukat
Harta Insan Karimah Cibitung
Harta Insan Karimah
Harta Insan Karimah Parahyangan
Hasanah
Hidayah
Hikmah Wakilah
Ibadurrahman
Ikhsanul Amal
34
ID
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
Nama BPRS
Insan Cita Artha Jaya
Ishlalul Ummah
Jabal Tsur
Karya Mugi Sentosa
Khasanah Ummat
Kota Juang
Kotabumi
Lantabur
Madinah
Mentari
Meru Sankara
Metro Madani
Mitra Cahaya Indonesia
Mitra Harmoni Kota Malang
Mitra Harmoni Kota Semarang
Mitra Harmoni Yogyakarta
Muamalah Cilegon
Muamalat Harkat
Mulia Berkah Abadi
Oloan Ummah Sidempuan
Patuh Beramal
Puduarta Insani
Rahman Hijrah Agung
Renggali
Sarana Prima Mandiri
Situbodo
Sukowati Sragen
Suriyah
Syariat Fajar Sejahtera Bali
Tanggamus
Tanmiya Artha
Tengku Chiek Dipante
Tulen Amanah
Unawi Barokah
Vitka Central
Wakalumi
Way Kanan
35
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumbul, 12 April 1992 dari ayah Engges Muda Pohan
dan mama Nurhayati Siregar. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SD Swasta Sariputera kemudian pindah di SDN
200101/I Kota Padangsidimpuan dan melanjutkan pendidikan sekolah menengah
pertama di SMP Swasta Nurul Ilmi Kota Padangsidimpuan. Pada tahun 2010
penulis lulus dari SMA Swasta Nurul Ilmi Kota Padangsidimpuan dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan
diterima di Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di
beberapa kegiatan dan organisasi, antara lain Sharia Economic Student Club
periode 2011/2012 sebagai staff divisi media ekonomi syariah dan periode
2012/2013 sebagai staff divisi Pundi Ashnaf SES-C, Organisasi Mahasiswa Asal
Daerah Tapanuli Selatan (OMDA IMATAPSEL) sebagai anggota periode 20102014. Untuk kegiatan kepanitiaan penulis aktif di beberapa acara di kampus
seperti Visit Microbusiness 47, Sportakuler FEM IPB 2011, Sharia Economic at
Seminar Expo and Campaign (SEASON 8 dan SEASON 9), Sharia Economic
Business Competition (SEBC) dan Olympiade Mahasiswa IPB (OMI 2013).