Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN PERIODONTOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
JOURNAL READING
APRIL 2016

Panduan Terhadap Manajemen Pasien Dengan Penyakit Periodontal Kronis Pada Praktek
Dokter Gigi Umum

OLEH
Nama

: Suci Haryati Amiruddin

Stambuk

: J111 11 002

Pembimbing

: Prof. Dr. drg. Hasanuddin Thahir, MS

DIBACAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


BAGIAN PERIODONTOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

Panduan Terhadap Manajemen Pasien Dengan Penyakit Periodontal Kronis


Pada Praktek Dokter Gigi Umum

Sebagian besar pasien akan mengalami penyakit yang berhubungan dengan gingival,
pada beberapa waktu dalam hidup mereka, dan hingga seperempat dari mereka rentan terhadap
penyakit periodontal lanjut. Sehingga, diperlukan manajemen efektif yang merupakan bagian
penting dari praktek dokter gigi umum. Makalah ini memberikan pedoman manajemen yang
menggabungkan penilaian periodontal, manajemen kebersihan mulut pasien dan faktor risiko
yang dapat dimodifikasi. Hal tersebut dibuat dalam format diagram flow muntuk membantu
manajemen non-bedah gingiva kronis dan penyakit periodontal dalam praktek dokter gigi umum.
Sebagian besar pasien memiliki riwayat penyakit gingiva yang diantaranya10 -15%
sedang menderita '1,2 penyakit periodontal lanjut. Penyakit periodontal yang tidak dirawat karena
tidak terdiagnosis merupakan salah satu daerah yang paling cepat berkembang dari litigasion
dalam kedokteran gigi3 dan terdapat panduan terbatas untuk manajemen.
'Plak gigi adalah faktor etiologi utama dalam patogenesis periodontitis. Respon host
ini ,adalah efek modifikasi dari variable faktor risiko dan tantangan bakteri dari plak gigi dapat
menggambarkan varietas pola penyakit dan diagnosa '.4
Penyakit periodontal kronis (gingivitis kronis dan periodontitis kronis) merupakan
bentuk penyakit periodontal yang paling umum. Dengan 'populasi penuaan, periodontitis kronis
merupakan beban kesehatan yang signifikan dan berkembang sebesar 85% pada orang dewasa di
atas 65-tahun tampak kerusakan periodontal kronis '.5
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menghasilkan pedoman pada manajemen nonbedah penyakit periodontal kronis dengan praktek dokter gigi umum. Pedoman ini dirumuskan
sesuai faktor risiko pasien dan kebersihan mulut (OH). Suatu 'proses dari penyakit periodontal
kronis berhubungan erat dengan jumlah plak gigi ', 2,6-9'keberhasilan dalam perawatan periodontal
kronis tergantung pada kemampuan dan kemauan dari pasien

BASIC PERIODONTAL EXAMINATION


Basic periodontal examination (BPE) adalah alat skrining sederhana yang digunakan
untuk mendeteksi dengan cepat penyakit periodontal, menunjukkan tingkat pemeriksaan yang
diperlukan dan untuk memberikan panduan dasar tentang kebutuhan perawatan. BPE ini dicatat
menggunakan probe World Health Organisation/Community Periodontal Index of Treatment
Needs yang 'menjajaki sekitar'13gingiva menggunakan kekuatan cahaya saat probing (20-25g).13
'Gigi tersebut dibagi menjadi enam sextants(Tabel 1), gingiva yang mengelilingi setiap
gigi pada sekstan diperiksa (kecuali molar ketiga). Sekstan harus berisi setidaknya dua gigi. Jika
hanya terdapat satu gigi, maka skor untuk gigi tersebut dimasukkan dalam laporan untuk sextant
sebelahnya '.13 Skor BPE menurut Tabel 2.skor tertinggi dicatat untuk setiap sextant.
Kedua kode dan * harus dicantumkan jika suatu furkasi terdeteksi, contoh scoring
yang diberikan dalam Tabel 3. Skor BPE harus diambil pada setiap pasien baru dan pada setiap
kunjungan

pemeriksaan.14

BPE

memberikanrepresentasi

yang

luas

terhadap

tingka

tpenyakit; tidak memberikan diagnosis.13 Tabel 4 menunjukkan bagaimana kode BPE yang sama
dapat menyebabkan diagnosis yang sangat berbeda.
DIAGNOSIS PENYAKIT PERIODONTAL
Jurnal ini berfokus pada manajemen penyakit periodontal kronis, bentuk lain dari
manajemen periodontitis yang berbeda sehingga diagnosis yang benar sangat penting.Untuk
mendiagnosa suatu penyakit,

wajib diketahui riwayat penyakit pasien dan dilakukan

pemeriksaan klinis. Penyakit periodontal diklasifikasikan oleh GC Armitage.15 Diagnose


periodontal yang berbeda dan kriteria diagnostiknya ditunjukkan pada Tabel 5.
BPE ini akan membantu dalam menentukan penilaian periodontal dan radiografi yang
dibenarkan. Terutama untuk memantau suatu penyakit namun dapat pula membantu memberikan
informasi diagnostic tambahan, misalnya; menentukan sejauh mana, keparahan - yang ditentukan
dengan clinical attachment loss (CAL- Kedalaman poket disertai resesi) (Tabel 5) dan
mengidentifikasi faktor-faktor risiko lokal.

FAKTOR RISIKO UNTUKPENYAKIT PERIODONTAL


'Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh respon host dapat berhubungan dengan
jumlah plak pada gigi pasien '; namun terdapat faktor risiko lokal dan sistemik lainnya yang
dapat memperburuk kerentanan dan keparahan penyakit'.5
Riwayat pasien dan pemeriksaan klinis akan membantu secara jelas faktor risiko lokal
dan sistemik untuk penyakit periodontal. Faktor risiko sistemik termasuk kondisi medis(diabetes
yang tidak stabil dan leukemia), medikasi (fenitoin, cyclosporine dan Calcium channel blockers),
stres, merokok dan riwayat penyakit periodontal dari keluarga . Pemeriksaan klinis ini harus
memperjelas faktor-faktor lokal seperti restorasi yang overhanging, kalkulus, kavitas apeks dan
enamel pearl.
PENYUSUNAN PANDUAN MANAJEMEN PENYAKIT PERIODONTAL KRONIS
British Society of Periodontology menawarkan beberapa petunjuk tentang interpretasi
skor BPE dalam menguraikan manajemen dasar(Tabel6). Tulisan ini bertujuan untuk
membangun,memberikan panduan lebih lanjut tentang penilaian, manajemen dan recall yang
disesuaikan dengan pasien faktor risiko dan dipresentasikan dalam format diagrammatical
sehingga mudah diikuti.
Root surface debridement (RSD) adalah 'menghilangkan biofilm bakteri plak dan
deposit kalkulus dari permukaan akar dan dalam poket '. 16Penggunaan scaler sonic atau
ultrasonik dianggap lebih menguntungkan bagi pasien dan dokter, scaler tangan untuk RSD lebih
efisiensi, namun kedua metode memberikan hasil yang sebanding. 17-19 RSD harus dilakukan
untuk setiap poket 4mm dan lebih.
Oral hygiene pasien dapat pula digunakan untuk membantu mengidentifikasi keberhasilan
perawatan RSD. Kinerja optimal praktek oral hygiene adalah prinsip yang tak terpisahkan untuk
diamati dengan protocol debridement mekanis.20 Oral Hygiene Education (OHE) harus menjadi
foundation manajemen pada pasien dengan kebersihan mulut sedang atau yang buruk.21-23
Oleh karena itu bagian besar dari perawatan menggunakan OH membantu untuk
menentukan bentuk manajemen yang menguntungkan sebagian besar pasien terutama OHE,
RSD atau keduanya. Suatu keparahan dan luasnya penyakit juga dapat dihubungkan dengan
faktor risiko lain yang menuntun juga mencakup penilaian.

PENILAIAN DAN PENINGKATAN KEPATUHAN PASIEN


Tanggung jawab dan kepatuhan pasien jika mereka memperoleh manfaat dari
perawatan.24'Meningkatkan kepatuhan pasien untuk menjaga kebersihan mulut sebagai instruksi
dasarnya membutuhkan perubahan prilaku pasien '.5 Oral hygiene instruction(OHI) merupakan
bagian integral dari manajemen; harus meliputi instruksi yang disesuaikan ketika menyikat gigi
dan membersihkan interdental. OHE untuk pasien-pasien dengan oral hygiene rendah, ini
menggabungkan OHI dan melibatkan pengimplementasian perubahan perilaku. Metode untuk
mengubah perilaku kebersihan mulut meliputi: penetapan tujuan, monitoring diri, pemahaman
diagnosis dan pentingnya manajemen, recall yang teratur untuk memperkuat, motivator - visual
dan penggunaan oral hygiene TIPPS (bicara, instruksi, praktek, rencana, dukungan).25
Pasien yang mengalami pendarahan gingiva, jumlah plak gingiva dan perawatan di
rumah semua bisa dinilai cepat dan mudah untuk memberikan gambaran keseluruhan kebersihan
mulut pasien yang baik.
Indeks plak dan bleeding membantu deteksi peradangan gingiva dan jumlah
plak. Ketika digunakan secara bersamaan, dapat memberikan gambaran tentang pasien
'immediate dan kontrol plak jangka panjang.
Terdapat perbedaan indeks plak dan perdarahan yang tersedia. Protokol ini
menggunakan sistem scoring plak oleh O'Leary et al.26sebagai penilaian yang cepat , mudah
digunakan dan dielaskan kepada pasien, kurang subjektif daripada skor kuantitatif dan berfungsi
sebagai motivator visual yang baik.
Tanda adanya indeks O'Leary ini, yaitu tidak adanya plak di empat titik pada setiap
gigi - mesial, distal, bukal, palatal atau lingual. Disclosing solution sebagai cairan untuk melihat
adanya plak atau seperti pewarnaan semua permukaan gigi '. 26Setelah itu, bilas gigi yang dinilai
dan setiap jumlah dari disclosed plak yang terlihat dalam skor dan skor ini ditulis sebagai
persentase (Tabel 7).
Persentasenya menjadi mudah bagi pasien untuk dipahami dan dapat digunakan untuk
mencapai tujuan. Menetapkan tujuan untuk pasien suatu keharusan yang disesuaikan secara
realistis, karena tergantung pada skor awal pasien tersebut mungkin masuk akal pada tujuan
untuk pasien untuk seperempat atau setengah skor awal mereka bukan berharap skor plak
optimum waktu berikutnya dinilai. Disclosing tablet atau solusi juga dapat digunakan oleh
pasien di rumah untuk menilai sendiri secara berkala.

Scoring Plak dapat digunakan tidak hanya untuk meningkatkan kepatuhan tetapi juga
untuk memberi panduan ketika pasien mungkin mendapatkan respon terbaik dari penerapan
RSD. Skor plak untuk respon poket yang baik harus kurang dari 25%, skor plak yang optimal
kurang dari 10%.27,28 Dengan pemikiran ini 15% disarankan sebagai skor plak maksimum dan
skor perdarahan harus sebelum memperoleh RSD untuk mendapatkan respon yang lebih
bermanfaat.
Menggambarkan PROTOKOL
Panduan dirumuskan (Tabel 8, Gambar 1-3) telah dihasilkan dalam model diagram
flow untuk setiap skor BPE, berikut diagnosis baik gingivitis kronis atau periodontitis. Faktor
risiko harus dinilai pada kunjungan pertama.Beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi
harus ditangani hingga sesuai saran yang diberikan OHI atau OHE. Hal ini harus mencakup,
ketepatan, berhenti merokok, rujukan ke GMP jika terdapat hubungan kondisi medis

atau

penggunaan obat-obatan.
Penilaian Kebersihan mulut menilai pasien biasanya dilakukan secara otomatis selama
kunjungan pemeriksaan. Termasuk mengecek kesehatan gingiva, jumlah plak dan mencatat home
care pasien. Selanjutnya ,kebersihan mulut pasien harus digolongkan sebagai baik, sedang atau
buruk dan ini akan menentukan manajemen bagian yang diikuti. tabel 8 memberikan panduan
tentang cara mengkategorikan oral hygiene pasien.
Penilaian periodontal termasuk clinical attachment loss, mobilitas, bifurkasi, supurasi
dan perdarahan. Setiap skor sextants kode empat dalm BPE mengindikasikan kebutuhan
penilaian periodontal. BPE dengan kode tiga dapat mewakili baik gingivitis kronis dengan false
poket atau penyakit periodontal awal pasien, tingkat kebersihan mulut dan radiografi harus
digunakanuntuk membantu menentukan apakah terdapat true atau false poket sehingga
menentukan kebutuhan suatu penilaian periodontal. Sebaiknya BPE kode tiga dipertahankan
selanjutnya dihilangkan dari faktor lokal suatu pemeriksaan periodontal harus dilakukan.
Radiografi
Radiografi, di mana dibenarkan, untuk menunjukkan tingkat tulang horisontal, setiap
defek tulang vertical dan keterlibatan furkasi yang lengkap. Untuk baseline sebagian besar
bitewing radiografi cukup untuk menunjukkan kepadatan tulang pada sextants posterior. Vertikal
bitewings dapat membantu di mana telah terjadi kehilangan/keroposan/kerapuhan tulang.

Tampakan lokal dibenarkan ketika kepadatan tulang tidak sepenuhnya terlihat pada
bitewing, atau jika kode empat terdapat pada sextants anterior. Long cone periapikal disarankan
untuk tampakan lokal.2radiografi lanjut hanya diperlukan jika dibenarkan secara klinis.
Flow chart
Perawatan pada flow chart (Tabel 8, Gambar 1-3) harus diikuti untuk skor kode BPE
tertinggi pada pasien yang telah menyetujui manajemen.
BPE tiga memiliki dua tahap, tahap pertama dilakukan untuk menyelesaikan setiap
false poket dan menghilangkan endapan deposit kalkulus yang akan menghambat keakuratan
pemeriksaan periodontal.Pada tiga bulan selanjutnya jika masih kode tiga, tahap kedua diikuti.
BPE empat juga memiliki dua tahap; tahap pertama melibatkan penerapan awal RSD
terlepas dari OH. Penerapan awal RSD dipasien yang termotivasi, tetapi memiliki kebersihan
mulut yang sub optimal dapat bermanfaat dan menggembirakan. Suatu sesi tunggal dari
desinfeksi ultrasonic seluruh mulut adalah pendekatan perawatan awal dibenarkan yang
menawarkan manfaat untuk pasien periodontitis kronis '.29
Manajemen selanjutnya harus berdasarkan OH pasien (melalui skor plak dan
perdarahan skor) dan motivasi.
Pedoman ini menyarankan RSD ketika plak atau skor perdarahan adalah 15% atau di
bawah, lebih dari ini dan OHE merupakan manajemen yang disarankan. Preferensi pasien dan
perawatan lain yang diperlukan harus dipertimbangkan ketika memutuskan desinfeksi seluruh
mulut atau manajemen split. Hasil tidak terpengaruh terhadap jenis manajemen yang dipilih.30
Recall Interval
Recall interval juga telah disarankan berdasarkan oral hygiene dan memodifikasi
faktor resiko yang signifikan.24 Format tabel adalah'cara sederhana menempatkan pasien menjadi
kategori recall terendah yang terpilih. Warna kode ini: merah resiko tinggi, recall interval
singkat; hijau - risiko rendah,recall interval yang lama '. 24 terdapat pula metode lebih canggih
yang tersedia untuk menentukan risiko, perkembangan dan perawatan modalitas seperti 'PreViser
Risk Calculator'.24Ketika

memutuskan recall ini harus didiskusikan dengan pasien dan

seharusnya 'ditekankan bahwa mereka dapat mengubah risiko penyakit mereka sendiri
(meningkatkan OH mereka atau dengan smoking cessation) dan yang melakukannya, tidak perlu
recalling sesering mungkin '.24 'Pada pasien dengan faktor risiko non-dimodifikasi diharapkan
untuk lebih sering melihat mereka '.24Tolong dicatat bahwa ketika menentukan sebuah recall

keseluruhan faktor pasien lainnya juga harus disertakan sejalan dengan panduan NICE pada
recall gigi.31
Pada pemeriksaan recall penilaian dimulai lagi seperti melakukan flow chart
tergantung pada skor BPE. Pasien yang sering berkunjung atau memiliki kepatuhan
rendah,manajemen harus mengikuti kode warna merah pada flow chart. Diagram flow hanyalah
panduan perawatan dan seharusnya tidak menggantikan penilaian klinis.
Setelah kondisi periodontal stabil (poket 4 mm atau kurang, kebersihan mulut yang
baik dengan plak dan perdarahan skor di bawah 15%), pasien perlu dimasukkan ke bagian
penyeimbangan untuk memastikan stabilitas jangka panjang.
Rujukan untuk perawatan sekunder atau tersier harus dipertimbangkan bagi pasien
termotivasi dengan OH optimal yang memiliki manajemmen perbaikan kekurangan
berikutnya. Mungkin

dikarenakan

poket persisten yang dalam, defek tulang vertikal atau

keterlibatan furkasi pada gigi strategis.


TIPS UNTUK PRAKTEK
Bagi tugas manajemen periodontal Anda dengan tim Anda. Melatih perawat anda
dalam pendidikan kesehatan mulut dan scoring plak;kemudian mereka dapat menyelesaikan ini
pada kunjungan yang terpisah diawal atau akhir kunjungan.
Bentuk tulisan catatan

pertahanan Anda disetiap kasus yang dibuat oleh

Anda.3'Apakah kasus tersebut dibuat dalam bentuk keluhan, atau klaim kelalaian, dua pertanyaan
selalu muncul: apakah dokter gigi yang bersangkutan mendiagnosa dengan benar, merawat dan
memonitoring penyakit periodontal? Apakah melakukan diskusi kritis dan penjelasan antara
dokter

gigi

dan

pasien?'.3Catatan

perlu

menyertakan

BPE,

diagnosis

dan

proses

persetujuan. Persetujuan meliputi: apakah penyakit periodontal itu, proses dan bagaimana
ditangani, pilihan perawatan,masukan seumur hidup diperlukan, faktor risiko dan efek samping
perawatan. Pasien yang menurun manajemennya, sering melupakan janji atau memiliki
kepatuhan yang rendah harus dibuat sadar akan konsekuensi kondisi periodontal tidak stabil
mereka dan ini harus dilaporkan.

KESIMPULAN
Panduan telah disarankan dalam bentuk diagram flow untuk membantu dokter dalam
manajemen non-bedah penyakit periodontal kronis pada praktek gigi umum. Panduan tersebut
meliputi penilaian, manajemendan recall yang didasarkan pada kebersihan mulut pasien dan
faktor risiko sehingga mereka bisa menyesuaikan manajemen yang menguntungkan bagi mereka
semua

DAFTAR PUSTAKA
1. National Institute for Health and Care Excellence. Gingivitis and periodontitis.
Online information available at www.evidence.nhs.uk/topic/gingivitisandperiodontitis (accessed
April 2015).
2. British Society of Periodontology. Young practitioners guide to periodontology, 2nd
edition.

Online

information

available

at

http://www.bsperio.org.uk/

publications/downloads/Young_Practitioners_Guide. pdf (accessed April 2015).


3. Dental Protection. Periodontal monitoring. 2014. Online information available at
http://www.dentalprotection.org/new-zealand/publications-resources/clinical-audit-tools/clinicalaudit-tools-display/2014/08/27/periodontal-monitoring (accessed April 2015).
4. Manresa C, Sanz E, Bravo M, Echeverra J J. Interventions for the maintenance of
the dentition in patients treated for periodontal disease. Cochrane Database Syst Rev 2011; 10:
CD009376.
5. Renz A, Ide M, Newton T, Robinson P, Smith D. Psychological interventions to
improve adherence to oral hygiene instructions in adults with periodontal diseases. Cochrane
Database Syst Rev 2007; 2: CD005097.
6. Lindhe J, Westfelt E, Nyman S, Socransky S S, Haffajee A D. Long-term effect of
surgical/non-surgical treatment of periodontal disease. J Clin Periodontol 1984; 11: 448458.
7. Axelsson P, Lindhe J. The significance of maintenance care in the treatment of
periodontal disease. J Clin Periodontol 1981; 8: 281294.
8. Westfelt E, Nyman S, Socransky S, Lindhe J. Significance of frequency of
professional tooth cleaning for healing following periodontal surgery. J Clin Periodontol 1983;
10: 148156.
9. Lindhe J, Nyman S. Long term maintenance of patients treated for advanced
periodontal disease. J Clin Periodontol 1984; 11: 504514.

10. Van der Weijden F, Slot D E. Oral hygiene in the prevention of periodontal
diseases: the evidence. Periodontology 2000 2011; 55: 104123.
11. Schatzle M, Loe H, Lang N.P, Burgin W, Anerud A, Boysen H. The clinical course
of chronic periodontitis: IV. Gingival inflammation as a risk factor in tooth mortality. J Clin
Periodontol 2004; 31: 11221127.
12. Stabholz A, Aubrey Soskolne W, Shapira L. Genetic and environmental risk factors
for chronic periodontitis and aggressive periodontitis. Periodontology 2000 2010; 53: 138153.
13. British Society of Periodontology. Basic periodontal examination. 2011. Online
information

available

at

http://www.bsperio.org.uk/publications/down-

loads/39_143748_bpe2011.pdf (accessed April 2015).


14. British Society of Periodontology. Periodontology in general dental practice in the
United

Kingdom.

2001.

Online

information

available

at

http://www.

bsperio.org.uk/publications/downloads/64_144208_ periodontologyingeneraldentalpracticeintheuk.pdf (accessed April 2015).


15. Armitage G C. Development of a classification system for periodontal diseases and
conditions. Ann Periodontol 1999; 4: 16.
16. Nield-Gehrig J S. Fundamentals of periodontal instrumentation and advanced root
instrumentation. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2004.
17. Tunkel J, Heinecke A, Flemmig T F. A systematic review of efficacy of machinedriven and manual subgingival debridement in the treatment of chronic periodontitis. J Clin
Periodontol 2002; 29(Suppl 3): 7281.
18. Ioannou I, Dimitriadis N, Papadimitriou K, Sakellari D, Vouros I, Konstantinidis
A. Hand instrumentation vs ultrasonic debridement in the treatment of chronic periodontitis: a
randomized clinical and microbiological trial. J Clin Periodontol 2009; 36: 13241.
19. Cobb C M. Clinical significance of non-surgical periodontal therapy: an evidencebased perspective of scaling and root planing. J Clin Periodontol 2002; 29(Suppl 2): 616.

20. Sanz M, Teughels, Group A of European Workshop on Periodontology.


Innovations in non-surgical periodontal therapy: consensus report of the sixth European
workshop on periodontology. J Clin Periodontol 2008; 35(Suppl 8): 37.
21. Needleman I, Nibali L, Di Iorio A. Professional mechanical plaque removal for
prevention of periodontal diseases in adults - systematic review update. J Clin Periodontol 2015;
42(Suppl 16): S1235.
22. Jepsen S, Deschner J, Braun A. Schwarz F, Eberhard J. Calculus removal and the
prevention of its formation. Periodontology 2000 2011; 55: 16788.
23. Kocher T, Fanghanel J, Sawaf H, Litz R. Substance loss caused by scaling with
different sonic scaler inserts - an in vitro study. J Clin Periodontol 2001; 28: 915.
24. Darcey J, Ashley M. See you in three months! The rationale for the three monthly
periodontal recall interval: a risk based approach. Br Dent J 2011; 211: 37985.
25. Scottish Dental Clinical Effectiveness Programme. Prevention and treatment of
periodontal

diseases

in

primary

care.

2014.

Online

information

available

at

http://www.sdcep.org.uk/published-guidance/ periodontal-management/ (accessed April 2015).


26. OLeary T, Drake R B, Naylor J E. Plaque control record. J Periodontol 1972;
43:38.
27. Matsunaga M, Setoguchi T, Nakamura M, Yokota M, Sueda T. Relationship
between pocket reduction and plaque control in initial treatment. Nihon Shishubyo Gakkai Kaishi
1989; 31: 717723.
28. Yokota M, Kubo K, Setoguchi T, Hosaka H, Machigashira M, Sueda T. Influence
of residual plaque score during initial treatment on pocket reduction rate at individual tooth
surfaces. Nihon Shishubyo Gakkai Kaishi 1989; 31: 11821196.
29. Wennstrom J L, Tomasi C, Bertelle A, Dellasega E. Full-mouth ultrasonic
debridement versus quadrant scaling and root planing as an initial approach in the treatment of
chronic periodontitis. J Clin Periodontol 2005; 32: 851859.

30. Ederhard J, Jepson S, Jervoe-Storm P M, Needleman I, Worthington H V. Full


mouth disinfection for the treatment of adult chronic periodontitis. Cochrane Database Syst Rev
2008; 23: CD004622.
31. National Institute for Health and Care Excellence. Dental recall: recall interval
between routine dental examinations. 2004, revised 2014. Online information available at
https://www.nice.org.uk/guidance/ cg19 (accessed April 2015).

Anda mungkin juga menyukai