Selama tahun 1980 an dan awal 1990 an, sistem perdagangan dunia yang didirikan
oleh GATT berada dibawah tekanan karena tekanan proteksionisme yang lebih besar
meningkat di seluruh dunia. Terdapat tiga alasan yang menyebabkan kenaikan tekanan
tersebut selama 1980, yaitu :
1.
2.
administratif.
Sistem perdagangan dunia mulai melemah dengan adanya defisit perdagangan
pada negara dengan ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat. Meskipun defisit
mencapai puncaknya pada 1987 yang mencapai lebih dari $170 miliar. Dari perspektif
politik, masalah ini menjadi lebih parah pada 1992 dengan $45 miliar dolar AS defisit
perdagangan dengan Jepang, negara yang dianggap tidak bermain sesuai aturan.
Konsekuensi dari defisit AS termasuk penyesuaian yang menyakitkan pada industri,
seperti mobil, semikonduktor, baja dan tekstil, dimana produsen dalam negeri terus
kehilangan pangsa pasar yang diambil pesaing asing. Akibatnya adalah pengangguran
Uruguay round yang dilakukan pada tanggal 20 september 1986 di kota Panta deEste,
negara-negara anggota GATT sepakat untuk meluncurkan negosiasi perdagangan multilateral
guna menciptakan dunia yang lebih tentram dan bebas. Perundingan ini dianggap yang paling
ambisius dan kompleks dengan pokok permasalahan yang dirundingkan yang paling banyak
dan komperhensif. Untuk pertama kalinya negara-negara berkembang merupakan partisipan
yang aktif. Putaran Uruguay membahas lima bidang permaslaahan, yaitu:
1. Empat belas bidang perdagangan barang (goods on negotiations group)
2. Bidang perdagangan biasa (goods negotiation for services)
Putaran-putaran sebelumnya yang pernah diadakan adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
ditandatanganinya The Final Act and Embodying The Result of The Uruguay Rounds of
Multilateral Trade Negotiations oleh 125 negara anggota GATT di Maracas, Maroko 15April
1994.
Ketentuan yang disetujui pada putaran tersebut terdiri dai empat kelompok yaitu
mengenai:
1. Perdagangan produk pertanian, tekstil, garmen dan produk-produk yang bermanfaat
pada umumnya
2. Perdagangan bidang jasa
3. Investasi yang terkait dengan perdagangan Related investment measures ( TRIMS )
4. Hak milik intelektual yang tekait dengan perdaganagn yaitu (related intelectual
property rights or TRIPs)
(TRIPs) merupakan upaya untuk mempersempit kesenjangan dengan cara melindungi hak
kekayaan intelektual di seluruh dunia dan membawa mereka di bawah aturan umum
internasional. WTO telah mengambil alih tanggung jawab untuk menengahi perselisihan
perdagangan dan memantau kebijakan perdagangan negara negara anggota.
abad. Dari kasus yang dibawa ke WTO, tiga perempat telah diselesaikan dengan konsultasi
informal antara negara negara yang bersangkutan.
Masa Depan dari WTO : Masalah yang belum Terselesaikan dan Putaran Doha
Masih banyak yang harus dilakukan dalam menghadapi perdagangan internasional.
Empat isu utama agenda WTO saat ini yaitu :
1. Tindakan Antidumping
Tindakan antidumping menjamur selama 1990 - an. Aturan WTO
memungkinkan negara negara untuk mengenakan bea masuk antidumping pada
barang barang asing yang dijual lebih murah daripada di negara asal, atau dibawah
biaya produksi mereka, ketika produsen dalam negeri dapat menunjukan bahwa
mereka sedang dirugikan.
Tindakan antidumping tampaknya akan terkonsentrasi di sektor - sektor
tertentu dari ekonomi seperti industri logam dasar, bahan kimia, plastik, mesin dan
peralatan listrik. Sektor sektor ini menyumbang sekitar 70 persen dari semua
tindakan antidumping yang dilaporkan kepada WTO. Ke empat sektor ini sejak 1995
telah ditandai dengan periode persaingan yang ketat dan kelebihan kapasitas produksi,
yang telah menyebabkan harga rendah dan keuntungan (atau kerugian) bagi
perusahaan - perusahaan.
2. Proteksionisme dalam Pertanian
Fokus lain WTO saat ini adalah tingginya tingkat tarif dan subsidi di sektor
pertanian pada banyak negara. Tingkat tarif pada produk pertanian umumnya jauh
lebih tinggi daripada tingkat untuk melejitkan pertumbuhan ekonomi dari negara
negara miskin di dunia dan mengurangi kemiskinan global.
3. Melindungi Kekayaan Intelektual
Isu lain yang menjadi semakin penting untuk WTO adalah melindungi
kekayaan intelektual. Perjanjian Uruguay pada 1995 yang mendirikan WTO juga
berisi kesepakatan untuk melindungi kekayaan intelektual. Peraturan TRIPS
mewajibkan anggota WTO untuk memberikan dan menegakan paten yang
berlangsung setidaknya 20 tahun dan hak cipta yang berlangsung 50 tahun. Negara
negara kaya harus mematuhi aturan selama satu tahun. Negara negara miskin, dimana
proteksi seperti itu umunya jauh lebih lemah, memiliki tenggang lima tahun, dan
sangat miskin selama sepuluh tahun.
Tanpa perjanjian tersebut dikhawatirkan produsen disuatu negara, katakanlah
india, mungkin meniru pasar dari inovasi yang dipatenkan yang telah dirintis oleh
negara yang berbeda, misalnya Amerika Serikat. Hal ini dapat mempengaruhi
perdagangan internasional dalam dua cara. Pertama, hal tersebut mengurangi peluang
ekspor di India untuk inovator asli di Amerika Serikat. Kedua, sejauh produsen India
mampu mengekspor produk bajakan imitasi ke negara negara lain, juga mengurangi
peluang ekspor di negara negara itu untuk penemu AS.
suatu negara. Hal ini dapat menempatkan perusahaan pada kerugian kompetitif terhadap
pesaing dari asal negara tersebut. Sebagai responnya, perusahaan kemudian merasa terjadi
penghematan untuk menempatkan fasilitas produksi di negara tersebut sehingga dapat
bersaing. Kedua, kuota dapat membatasi kemampuan perusahaan untuk melayani negara dari
lokasi di luar negara itu. Sekali lagi, yang dilakukan oleh perusahaan mungkin mendirikan
fasilitas produksi di negara tersebut meskipun mungkin mengakibatkan biaya produksi yang
lebih tinggi.
Ketiga, menyesuaikan dengan aturan konten lokal, perusahaan mungkin harus
menempatkan lebih banyak kegiatan produksi pada pasar tertentu daripada sebaliknya.
Selanjutnya dari perspektif perusahaan, konsekuensinya mungkin menaikan biaya diatas
tingkat yang bisa dicapai jika setiap kegiatan produksi tersebar ke lokasi yang optimal untuk
kegiatan tersebut. Terakhir, ancaman tindakan antidumping membatasi kemampuan
perusahaan untuk menggunakan harga yang agresif untuk meraih pangsa pasar di suatu
negara. Perusahaan disuatu negara juga dapat memanfaatkan strategi tindakan antidumping
untuk membatasi persaingan yang agresif dari produsen asing berbiaya rendah.
Implikasi Kebijakan
Perusahaan bisnis adalah pemain utama dikancah perdagangan internasional. Karena
peran pentig mereka dalam perdagangan internasional, perusahaan dapat memberikan
pengaruh kuatnya dalam kebijakan pemerintah terhadap perdagangan. Pengaruh ini dapat
mendorong proteksionisme atau dapat mendorong pemerintah untuk mendukung WTO dan
mendorong pangsa pasar terbuka serta perdagangan bebas diantara semua bangsa.
Konsisten dengan kebijakan perdagangan strategis, contoh dapat ditemukan pada
intervensi pemerintah dalam bentuk tarif, kuota, tindakan antidumping dan subsidi yang
membantu perusahaan. Namun secara umum argumen pada bab ini dan bab 5 menunjukan
bahwa intervensi pemerintah memiliki tiga kelemahan, yaitu :
1. Intervensi dapat merugikan diri sendiri karena cenderung melindungi inefisiensi
daripada membantu perusahaan menjadi pesaing global yang efisien.
2. Intervensi berbahaya, mungkin memancing pembalasan dan memicu perang
perdagangan.
3. Intervensi tidak mungkin dijalankan dengan baik, pemberian kesempatan untuk
kebijakan tersebut akan diambil oleh kelompok - kelompok kepentingan khusus.
Sebagian besar ekonom mungkin akan berpendapat bahwa kepentingan terbaik
dari bisnis internasional adalah sikap mendukung perdagangan bebas, tetapi bukan sikap
laissez faire. Perdagangan bebas telah membawa keuntungan besar bagi perusahaan
perusahaan yang telah mengeksploitasi dan bagi konsumen yang mendapatkan manfata
dengan munculnya harga yang lebih rendah.