PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian
banyak
Jangan sampai melewati Golden periode (0 s/d 6 jam) pada awalnya infestasi
kuman masih melekat secara fisik, sesudah itu akan melekat secara kimawi dan
sulit dibersihkan dengan pencucian saja.(Apley dan Solomon, 2001). Walau
banyak sistem klasifikasi untuk patah tulang terbuka, sistem klasifikasi GustilloAnderson-lah yang paling sering digunakan di seluruh dunia. Tujuan dari sistem
klasifikasi patah tulang terbuka manapun adalah untuk memperkirakan keadaan
fraktur dan parameter penatalaksanaan (Cross and Swiontkowski, 2008).
B. Frekuensi
1
menunjukkan frekuensi
tahun
(Colton.2000).
Pada mayoritas tulang panjang, open fraktur sering terjadi pada diafisis
dibandingkan pada metafisis (closed fraktur 15,3% pada diafisis vs 1,2%
metafisis). Proporsi paling tinggi open fraktur diafisis tulang panjang terjadi pada
tibia (21,6%) diikuti pada femur (12,1%), radius dan ulna (9,3%) dan humerus
(5,7%)
BAB II
ISI
A. DEFINISI
Fraktur terbuka adalah putusnya kontinuitas jaringan tulang
dimana
terjadi
kerusakan
kulit
dan
jaringan
dibawahnya
yang
B. SEJARAH
Pada jaman dahulu, orang Mesir mengenalkan cara menutup luka
sekitar fraktur untuk meminimalkan morbiditas. Hippocrates (460 SM)
menjelaskan bahwa cedera selalu terjadi pembengkakan lokal dan tidak
3
boleh menutup luka secara ketat sampai pembengkakan selesai. Pada masa
Renaissance, Ambroise
Pare
(1510-1590M)
ahli
bedah
Perancis
bawah
yang
dilakukan
amputasi
masih
meninggal
(Bucholz.2006).
Pada Perang Dunia I, 1914-1918, hal ini menjadi lebih umum
untuk debridement, stabilisasi, dan tata laksana luka open fraktur untuk
sembuh secara sekunder. Sulfonamida, dapat diberikan secara topikal pada
luka, dan menjadi penggunaannya secara luas selama Perang Dunia II
(1939-1945). Penggunaan antibiotik menjadi luas dipakai selama Perang
AS-Korea
(1950-1954).
Gustilo
dan
Anderson
mendeskripsikan
serta
dan poikilotermia.
terjadi
kesalahan
teknis
operasi
karena
ceroboh
atau
semakin
meningkat.
Penekanan
saraf
perifer
nekrosis jaringan,
artritis
septik
merupakan
multifaktorial
dan
kulit,
pneumonia,
infeksi
saluran
kemih,
adanya
inisial
terhadap
infeksi
adalah
peningkatan
12
D. KLASIFIKASI
Tujuan dari sistem klasifikasi patah tulang terbuka manapun adalah
untuk mengira keadaan fraktur dan parameter penatalaksanaan (Cross and
Swiontkowski, 2008). Walau banyak sistem klasifikasi untuk patah tulang
terbuka, sistem klasifikasi Gustillo-Anderson-lah yang paling sering
digunakan di seluruh dunia. Sistem ini menilai patah tulang terbuka
berdasarkan ukuran luka, derajat kerusakan jaringan lunak dan
kontaminasi, dan derajat fraktur (Gustillo et al, 1990). Hal-hal lain yang
juga diperhatikan antara lain adalah ada atau tidaknya kerusakan pada
saraf, energy cedera (derajat comminution dan periosteal stripping ), dan
wound dimension . Terdapat tiga macam patah tulang terbuka pada sistem
klasifikasi Gustillo-Anderson, dengan derajat yang ke tiga
dalam
tiga
subtype
lagi
berdasarkan
kerusakan
dibagi
ke
periosteal, Ada
I:
Luka
biasanya
berupa
tusukan
kecil dan
dan
patah tulang
tulang biasanya
berupa sederhana,
tidak kominutif.
melintang,
Patah
atau oblik
2. Derajat II: Luka lebih besar dari 1 cm, tanpa adanya skin flap
ataupun avulsion.
banyak. Kominusi
dan crushing
sedang. Juga
kontaminasi
terdapat
injury terjadi
sedang.
Bisanya
13
hanya
juga
adanya
lunak.
high-energy
Biasanya
transfer
ke
disebabkan
tulang
oleh trauma
traumatik,
patah
tulang
dan
banyak
segemental
14
III ini
IIIA : Tulang
yang
patah dapat
ditutupi
b. Derajat IIIB :
lunak yang
periosteum
Kerusakan
luas
disertai
dan komunisi
15
atau
kehilangan
dengan
yang
berat
jaringan
pengelupasan
dari patahan
c. Derajat
IIIC
dengan kerusakan
tanpa
Semua
vaskuler
patah
yang
tulang
perlu
terbuka
diberbaiki,
16
Klasifikasi Tscherne:
Grade I : Kulit terkoyak oleh fragmen tulang dari dalam. Tidak ada
atau minimal memar pada kulit, dan patah tulang sederhana ini
merupakan hasil dari trauma langsung (patah tulang tipe A1 dan A2
menurut klasifikasi AO).
Grade II: Ada laserasi kulit dengan kulit melingkar atau memar
jaringan lunak dan kontaminasi sedang. Semua patah tulang terbuka
akibat trauma langsung (klasifikasi AO tipe A3, tipe B dan tipe C)
termasuk dalam kelompok ini.
Grade III: Ada kerusakan soft tissue luas, seringkali dengan sebuah
kerusakan pembuluh darah besar dan / atau cedera saraf. Setiap fraktur
terbuka yang disertai dengan iskemia dan kominusi tulang yang parah
termasuk dalam kelompok ini. Kecelakaan pertanian, kecelakaan lalu
lintas dengan kecepatan tinggi, luka tembak, dan sindrom kompartemen
termasuk karena risiko tinggi infeksi.
Grade IV: Ini adalah amputasi subtotal dan total. Amputasi subtotal
didefinisikan oleh "Replantation Committee of the International Society
for Reconstructive Surgery"
IC 1
IC 2
IC 3
IC 4
IC5
IO 1
IO 2
IO 3
IO 4
IO5
Extensive degloving
Tabel Klasifikasi derajat keparahan cedera soft tissu menurut AO. Kulit.
Gambar Klasifikasi derajat keparahan cedera soft tissu menurut AO. Otot dan Tendon.
Gambar Klasifikasi derajat keparahan cedera soft tissue menurut AO. Neurovaskular.
20
vaskuler
dipertimbangkan
dilakukan
amputasi
apabila
usaha
Parameter
Skor
21
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau perdarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang
belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
3. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.
Pemeriksaan lokal
1. Inspeksi (Look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Perhatikan posisi anggota gerak
Keadaan umum penderita secara keseluruhan
Ekspresi wajah karena nyeri
Lidah kering atau basah
Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
fraktur tertutup atau fraktur terbuka
Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organorgan lain
Perhatikan kondisi mental penderita
Keadaan vaskularisasi
1. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya
mengeluh sangat nyeri.
Temperatur setempat yang meningkat
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan
oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara
hati-hati
22
serta
gradasi
kelelahan
neurologis,
yaitu
neuropraksia,
25
26
saat
(konsistensi
eksisi
kenyal
diperhatikan
dan
tidak
color
rapuh),
(warna),
capacity
consistency
to
bleed
27
28
subcutaneous tissues
deep fascia
muscle
bone
Pada setiap layer, jaringan yang ditinggalkan hanya jelas layak. Setiap
fragmen
tulang
tanpa
lampiran
jaringan
lunak
harus
dihapus.
bakteri, potongan jaringan yang mati dan bekuan darah, dan meningkatkan
kemampuan dokter bedah untuk memeriksa luka. Diperlukan irigasi 9 L
normal saline untuk membersihkan luka. Penggunaan sistem tekanan
lavage
berdenyut
risiko
kontaminasi
mengemudi
ke
kedalaman
31
32
menghindari kontaminasi
baik dalam satu atau lebih prosedur, pertimbangan harus diberikan kepada
33
34
BAB III.
KESIMPULAN
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan
lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga
timbul komplikasi berupa infeksi. Luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang
yang tajam keluar menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya
oleh peluru atau trauma langsung.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan
penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko dan komplikasi dari fraktur
terbuka.. Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena penyebab rudapaksa
merusak kulit, jaringan lunak dan tulang atau fragmen tulang merusak jaringan
lunak dan menembus kulit.
Semua patah
35
DAFTAR PUSTAKA
Apley A.G., Nagayam S., Solomon L., Warwick D. 2001. Apleys System
of Orthopaedics and Fractures: Arnold
Apley, A.G., Nagayam S., Solomon, L., Warwick, D. (2001). Apleys
System of Orthopaedics and Fractures. :Arnold
Bucholz Robert W., Heckman James D., Court-Brown Charles. 2006.
Rockwood and Greens Fractures in Adults 6th Edition. Lippincott
Williams&Wilkins
Colton.CL, Holz U., Kellam JF. 2000. AO Principles of Fracture
Management. AO publishing. George Thieme Verlag
Cross & Swiontkowski. (2008). Treatment Principles in the Management
of Open Fractures. Indian Journal of Orthopaedics. 42(4). 377-386.
Gustillo, R. B., Merkow, R. L., Templeman, D.(1990).The Management of
Open Fractures. The Journal of Bone and Joints Surgery.72A(2).299-304
http://eorif.com/General/Open%20Fx%20Class.html
Koval K.J. and Zuckerman J.D. 2006. Handbook of Fractures, 3rd Ed.
Lippincott: Williams & Wilkins, pp: 20-29
Luchette F.A. 2008. East Practice Management Guidelines Work Group:
Update to Practice Management Guidelines for Prophylactic
Antibiotic Use in Open Fractures, Eastern Association For The
Surgery Of Trauma. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT). Standar
Terapi Rumah Sakit Perjan RSUP. DR. M. Djamil Padang.
36
37