PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan sebuah pendidikan
yang berkaitan dengan anak dan ini menandakan proses
pembelajaran harus dalam keadaan menyenangkan dan
menarik. Pendidikan anak usia dini berperan penting dalam
tumbuh kembang anak khususnya untuk bisa bersoalisasi dan
beradaptasi
dengan
lingkungan
sekitar,
dan
juga
bisa
teknik
bercerita/mendongeng
dan
media
yang
bisa
beradaptasi
di
lingkungan
sekolah
sehingga
guru
sulit
menerima
keadaan
sekitar
dan
tidak
ingin
bahwa
peranan
bahasa
bagi
anak
usia
dini
dan
usia
dini
mendengarkan
melakukan
dan
aktivitas
berbicara,
berbahasa
mereka
belum
dengan
mampu
siswa
karena
tidak
memiliki
ketertarikan
pada
perhatian
guru
terhadap
pentingnya
masalah-masalah
yang
terdapat
dilatar
belakang,
maka
peneliti
mengidentifikasikan
masalah
sebagai berikut:
1. Keterampilan berbicara anak masih perlu dilatih dan
dibimbing.
2. Minat belajar dalam kemampuan berbahasa terutama
keterampilan berbicara masih tergolong rendah.
3. Dalam berbicara atau bercerita, pengucapan kata-kata
atau kalimat kurang tepat, kurang jelas dan kurang
lancar.
4.
Dalam
pembelajaran
berbahasa
terutama
keterampilan
berbicara
dapat
meningkat
C. Tujuan Penilitian
Meningkatkan keterampilan
berbicara
melalui
metode
keterampilan
berbicara
melalui
metode
membaca.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Keterampilan Berbicara
Permasalahan bahasa bagi anak usia dini terutama yang
berkaitan dengan kemampuan berbicara terkait erat dengan
alat pendengaran, bunyi ujaran yang didengar, dan artikulasi
yang dimiliki, karena ditemukan juga anak yang masih kurang
jelas pendengarannya dalam mendengarkan kata-kata guru,
jadi perlu diulang kembali apa yang telah diucapkan. Kadangkadang anak juga dalam menyebutkan kata-kata belum tepat
pengucapannya, mereka hanya bisa meniru apa yang mereka
dengar, belum mengetahui apa yang ditirukan itu benar atau
salah, baik atau tidak yang diucapkan. Permasalahan bahasa
menurut Suhartono (2005: 17) bahwa:
Terdapat lima permasalahan yang berkaitan dengan
bahasa anak yaitu: keterbatasan kata-kata yang
diketahuinya, menirukan ucapan atau lafal yang tidak
benar dari orang tuanya, mempunyai gangguan artikulasi,
kebiasaan menggunakan bentuk bahasa yang hanya di
apahami oleh orang tuanya, dan kesulitan menyesuaikan
bahasa dalam berinteraksi dengan teman-teman di TK.
Permasalahan
diatas
mestinya
tidak
perlu
terjadi
jika
karena
pengaruh
lingkungan
keluarganya.
Disinilah
membimbing
dan
mendidik
anak
untuk
berbicara
dengan
mengunakan
Bahasa
anak
mencapai
usia
tahun
perkembangan
yang
rata-rata
terdiri
dari
4-6
kata.
Menurut
pengetahuan
bahasa
melalui
tiga
proses:
dan
struktur
kalimat
yang
didengarnya.
diperoleh
anak
melalui
kegiatan
menyimak
dan
merupakan
suatu
keterlambatan
dalam
kegiatan
berbahasa.
Tujuan
berbicara
melaporkan,
seseorang
adalah
menghibur,
yang
terdiri
untuk
memberitahukan,
membujuk,
dari
dan
saspek
meyakinkan
kebahasaan
dan
Halida
(2011)
yaitu
unsur
kebahasaan,
unsur
yang
jelas.
Sedangkan
unsur
nonkebahasaan
meliputi:
1) Keberanian
Keberanian
yaitu
keberanian
dalam
mengemukakan
yang
baik.
Penguasaan
kosakata
akan
tubuh
sangat
berbicara.
melalui
diperlukan
Arti
ekspresi
dalam
pembicaraan
tubuh
menunjang
tersebut
yang
dapat
ditunjukkan
pembicara.
Unsur isi dalam pembicaraan merupakan bagian yang
lebih penting. Tanpa isi yang diidentifikasi secara jelas, pesan
yang ingin disampaikan melalui kegiatan berbicara tidak akan
tersampaikan
berbicara
secara
terdiri
jelas
dari
pula,
kerincian
dalam
dan
aspek
kejelasan
isi
dari
dalam
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Keterampilan
Berbicara
Keterampilan berbicara dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor baik faktor dari dalam diri maupun dari luar. Menurut
Hurlock (1978:185) keterampilan berbicara dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu:
1) Persiapan Fisik untuk Berbicara
Kemampuan berbicara tergantung pada kematangan
mekanisme bicara. Sebelum semua organ bicara mencapai
bentuk yang lebih matang, saraf dan otot mekanisme suara
10
mental
untuk
berbicara
tergantung
pada
di
dalam
area
drama,
anak-anak
memiliki
sebenarnya
berbahasa
sehingga
serta
mempraktikkan
dapat
membantu
kemampuan
meningkatkan
11
yang paling
berbicara
adalah
baik
untuk
menyediakan
membimbing belajar
model
yang
baik,
uraian
mengenai
faktor-faktor
yang
keterampilan
berbicara
dapat
dipengaruhi
oleh
yang
berumpun
kepada
metode
perilaku
yang
12
strategi
kelompok
pengajaran
model
yang
pembelajaran
termasuk
sosial
ke
(social
dalam
models).
Hadfield
(1986)
Hadfield
menyebutkan
bahwa
unsur
senang
Strategi
Bermain
Peran
(role
playing)
(2002)
menyebutkan
bahwa
menurut
hasil
dengan
pemahaman
demikian
terhadap
juga
dapat
konsep-konsep
meningkatkan
yang
sedang
dimana
para
guru
menjadi
pada
kelas-kelas
bosan
dengan
dalam
pembelajaran
dapat
diperbaiki
dengan
13
siswa
menjadi
lebih
tertarik
dengan
bahan
playing)
dapat
bermain
peran
keaktifan
(role
siswa
dalam
pembelajaran.
serta-merta
menerima
ilmu
pengetahuan
yang
sebagaimana
yang
diteliti
Fogg
(2001)
bahwa
bermain
peran
(role
playing)
dapat
sangat
positif
terkait
domain
afektif.
Dengan
14
Strategi
bermain
peran
memberikan
kesempatan
siswa
akan
dapat
mengalami
dan
merasakan
bermain
peran
dapat
diterapkan
dalam
peran
dalam
proses
pembelajaran
yang
(2011:91)
menegaskan
bahwa
guru
15
A.
Membantu
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa-siswi Kelompok A TK
Tunas
Bangsa
Kecamatan
Patilanggio
Kabupaten
Pohuwato
Tunas Bangsa
16
d. Menyediakan
fasilitas
penunjang
yang
diperlukan
untuk
kegiatan pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan Tindakan
a. Mengadakan observasi awal terhadap hasil belajar
b. Menyusun instrumen (lembar observasi) dan melakukan
observasi awal terhadap subjek penelitian
c. Membuat skenario pembelajaran mengacu pada langkahlangkah pemecahan masalah
d. Menyediakan fasilitas penunjang guna berhasilnya usaha
untuk meningkatkan kemampuan anak dalam keterampilan
membaca
b. Tahap Tindakan
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan siklus demi siklus terkait
penelitian yang dilaksanakan.
a. Siklus I
Kegiatan
siklus
dilakukan
dengan
terlebih
dahulu
: Diri Sendiri
: Agamaku
Mengacu pada tema yang dipilih maka ditetapkan langkahlangkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a. Guru melakukan observasi terhadap kemampuan anak dalam
keteraampilan berbicara
b. Guru menciptakan komunikan dan iteraksi antar guru dan
siswa dengan cara bertanya apa yang mereka lakukan pada
mata pelajaran sebelumnya
c. Guru menyuruh siswa untuk menyebutkan beberapa macam
agama yang ada di negara indonesia
17
: Diri Sendiri
: Agamaku
Guru
Guru
Guru
Guru
keterampilan berbicara
c. Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Adapun pada tahap ini yang menjadi pedoman dalam
melakukan pemantauan dan evaluasi adalah sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
evaluasi
dikumpulkan
serta
dianalisis
bersama
antar
18
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskrpsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Prosedur Pelaksanaan Metode Bermain Peran
Dalam melaksanakan metode bermain peran ini agar
berhasil
dengan
efektif,
maka
perlu
mempertimbangkan
sehingga
anak
terangsang
untuk
berusaha
20
bisa
menceritakan
sambil
mengatur
adegan
pertama.
7. Jelaskan kepada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya,
sehingga mereka tahu tugas peranannya, menguasai
masalahnya, pandai bermimik maupun berdialog.
8. Anak yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif,
disamping mendengar dan melihat mereka juga harus
bisa memberi saran dan kritik pada apa saja yang akan
dilakukan bermain peran.
9. Menghentikan bermain peran pada detik-detik situasi
yang sedang memuncak dan kemudian membuka diskusi
umum.
10. Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, maka perlu
dibuka tanya jawab.
Dengan berperan seperti orang lain, maka anak itu dapat
menempatkan diri seperti watak orang lain itu. Ia dapat
merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang
lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang
rasa, toleransi dan cinta kasih terhadap sesama.
Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa
(2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran
meliputi:
21
Menghangatkan
suasana
kelompok
termasuk
perlu
dipelajari.
Hal
ini
dapat
dilakukan
dengan
tahap-tahap
menyusun
garis-garis
baru,
pada
besar
tahap
adegan
ini
para
yang
akan
dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena
para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara
spontan.
22
4. Menyiapkan pengamat
Menyiapkan
pengamat,
sebaiknya
pengamat
hal
ini
guru
perlu
menilai
kapan
bermain
peran
dihentikan.
6. Diskusi dan evaluasi
Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat
telah terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional
maupun
secara
intelektual.
Dengan
melontarkan
sebuah
diskusi
mengenai
alternatif
pemeranan.
Mungkin
ada
23
perubahan
peran
memungkinkan
pemecahan
watak
adanya
masalah.
yang
dituntut.
perkembangan
Setiap
Perubahan
baru
perubahan
ini
dalam
upaya
peran
akan
tahap
ini
sama
seperti
pada
tahap
enam,
hanya
satuan pelajaran
Sehari sebelum pelaksanaan pengajaran, siswa dan guru
24
a. Guru
meminta
siswa
untuk
berdoa
sebelum
melaksanakan pembelajaran
b. Guru dan murid bertanya jawab mengenai masalahmasalah actual yang terjadi dalam kehidupan seharihari yang sedang hangathangatnya dibicarakan orang.
c. Kemudian mengajak bernyanyi agar siswa lebih relax
dan bersemangat mengikuti pembelajaran
2. Kegiatan inti belajar mengajar
- Guru mempersiapkan panggung sederhana
untuk
mendampingi
Guru memotivasi siswa agar dapat lebih semangat
tua
dan
guru
lain
untuk
sendiri.
Guru telah membagi siswa menjadi 3 kelompok dari 19
jumlah siswa. Guru membagi jadi 3 kelompok terdiri dari
siswa-siswi
sesuai
bagaiman
perasaan
mereka
ketikan
25
terlebih
dahulu
mengenai
kondisi
awal
dalam
Sebelum
melaksanakan
penelitian,
peneliti
berbicara
pada
siswa,
pemahaman
serta
pelajaran
dengan
mengucapkan
salam
dan
mengajak
siswa
berkomunikasi
dengan
materi
yang
ekspresi
siswa,
kemudian
melihat
kelancaran
dan
kemudian
mendampingi
ketiga
memminta
kelompok
beberapa
guru
tersebut,seterla
itu
untuk
guru
untuk
menceritakan
naskah
drama
tersebut,
26
yang
menunjukkan
sikap
senang
selama
kegiatan
jawaban
yang
belum
tepat,
kemudian
keberanian,
dan
akhirnya
kelancaran
dalam
27
Nama Siswa
M
1
2
3
4
A
KM
TM
Ahamad Yasin
Alfian Tanano
Akbar Tangahu
Alfian Yasin
Kafa Budiyanto
Bakari
Mohammad
R.Tantu
Padil Yohan
Marfel Mahmud
Raditia Lukum
Iksan Tantu
Ainun Kadue
Meylan Yasin
Silfia Djafar
Olin Via Salihi
Tiara Puhi
Iswatun Yasin
Salmawati Yasin
Reva Yasin
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Keterangan:
M
: Mampu
TM
: Tidak Mampu
KM
: Kurang Mampu
berkategori
nilai
yang
tinggi.
Sisanya
adalah
28
berkategori
kurang
menunjukkan
bahkan
betapa
rendah
tidak
mampu.
keterampilan
Fakta
tersebut
berbicara
siswa
keterampilan
berbicara
ini
meliputi
aspek
ketiga
yaitu
pemahaman
ketika
mereka
di
ajak
hasil
penilaian,
indikasi
rendahnya
29
bahwa
kegiatan
belajar
menyenangkan.
3. Sisa dari siswa yang ada
bukanlah
aktivitas
tidak menjawab
yang
pertanyaan
pemantauan
dan
evaluasi
dilakukan
dengan
menganalisis
30
Pengamat
M
Pengamat 1
Pengamat 2
Pengamat 3
Presentase
10
10
10
70
A
K
M
8
8
5
20
Aspek Penilaian
B
T
K
T
M
M
M
M
0
10
8
0
0
12
3
3
3
10
8
0
5
75 20
5
M
10
10
10
70
C
K
M
0
1
0
5
M
8
7
8
25
Rata
Rata
K
10
11
10
75
M
0
4
5
10
TM
8
3
3
15
Keterangan:
M
: Mampu
TM
: Tidak Mampu
KM
: Kurang Mampu
b)
c)
Terdapat anak mampu dan lancara dalam dialog yang ada pada
naskah.
31
d)
e)
f)
g)
2. Siklus II
Kegiatan siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 20 september 2014.
Kegiatan siklus II ini sama dengan kegiatan yang ada pada siklus I, treatmen yang
kedua ini dilakukan karena masih belum memnuhi target dalam tujuan
pembelajaran dalam SKH, dalam siklus yang kedua ini memiliki tahapan yang
sama yaitu 4 tahapan sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
Tahap yang pertama yaitu tahap persiapan yang dilakukan sama pada
siklus I, tetapi pada siklus II tinggal beberapa perbaikan, yaitu kekurangan yang
ada pada siklus I, tahap pertam ini dilakukan dengan membuat rencana kegiatan
harian
serta
membuat
lembar
pengamatan
untuk
mengeveluasi
proses
pembelajaran serta kegiatan guru dan kegiatan siswa yang dilaksanakan dalam
pembelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kemudian pada pelaksanaan pada tahap pelaksanaan tindakan dilakukan
mengacu juga pada Satuan Kegiatan Harian (SKH) yang telah direncanakan
sebelumnya sama dengan siklus I. Kegiatan siklus II dilakukan dengan cara
melakukan identifikasi terhadap kemampuan anak dalam keterampilan berbicara
32
yang ada pada siklus I, menambahkan beberapa yang masih memiliki kekurangan
dalam proses pembelajaran siklus I. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut guru
selanjutnya menyiapkan kelas yang akan dijadikan sebagai sarana pembelajaran,
masih tempat dan kelas yang sama pada siklus I.
Anak-anak berlatih peran yang telah dipilih oleh mereka sendiri
berdasarkan naskah yang tealh dibagikan guru sebelumnya pada siklus I. Guru
menyiapkan fasilitas penunjang berupa kelas dan properti penunjang yang masih
kurang pada siklus I untuk metode bermain peran diperlukan untuk kegiatan
pembelajaran keterampilan berbicara, agar lebih meningkat lagi
kemampuan
siswa, lebih meningkat lagi lebih dari hasil pengamatan pada siklus I, sehiingga
memiliki keberhasilan untuk tujan pembelajaran serta indikator pencapaian
pembelajaran lebih meningkat, khususnya pada keterampilan berbicara anak.
3) Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Berdasarkan analisis kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II ternyata
terjadi peningkatan kemampuan anak dalam keterampilan berbicara. Realitas yang
ada menunjukkan bahwa jumlah anak yang meningkat kemampuannya dalam
keterampilan berbicara mengalami peningkatan dari kegiatan siklus I sebelumnya
yiatu mengalami peningkatan menjadi 10 anak (70%). Hasil pelaksanaan tindakan
pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.3 Penilaian Instrument Penelitian Siklus II
N
O
1
2
3
Pengamat
M
Pengamat 1
15
Pengamat 2
15
Pengamat 3
15
Presentase
90
Keterangan:
A
K
M
1
0
0
1
Aspek Penilaian
B
T
K
T
M
M
M
M
2
15
3
0
3
15
3
0
3
15
3
0
9
90 10
0
: Mampu
TM
: Tidak Mampu
KM
: Kurang Mampu
M
15
15
15
90
C
K
M
1
1
2
5
M
2
2
1
5
M
15
15
15
90
Rata
Rata
K
M
2
1
2
5
TM
1
2
1
5
33
34
didepan kelas, tetapi pada siklus II ini hampir semua anak mau maju
dan memilki keberanian untuk maju bermain peran, sehingga orang
tua juga lebih termotivasi untuk menyiapkan anak-anak meraka tampil
baik dalam drama karena keinginan anak yang besar pada proses
pembelajaran.
b)
c)
d)
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada tindakan
siklus I dan Siklus II, dapat dikemukakan bahwa kualitas
pembelajaran dalam mengasah keterampilan berbicara meliputi
proses bermain peran. Metode bermain peran merupakan salah satu
alternatif metode yang dapat digunakan untuk memperkenalkan kepada anak cara
mengasah ketermpilan berbicara. Dalam Cara seseorang berperilaku
dalam posisi dan situasi tertentu. Role playing nama lain dari
metode
bermain
merupakan
adalah
tindakan
Suatu
yang
metode
dilakukan
mengajar
secara
yang
sadar
oleh
pembelajaran
dengan
memerankan
tokoh.
dalam
yang
baik
dan
benar,
kelancaran
yang
begitu
minat
membaca
siswa
ditandai
oleh:
(1)
dalam
siswa
dalam
melakukan
aktivitas
pada
proses
lancar
dengan
pemahaman
lebih
meningkat
juga,
dari
tingkat
kurang
sekali
menjadi
kurang.
36
Siswa
merespon
dengan
semangat
dan
antusias.
diri
mereka
belum
ada,
tetapi
guru
tidak
siswa
untuk
menumbuhkan
minat
siswa
dan
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan
pada bab IV, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan metode Bermain Peran dapat meningkatkan minat
siswa
dalam
proses
pembelajaran
kemudian
dapat
38
mengatur
teman
sejahwatnya
dalam
drama
dunia
pendidikan.
disarankan
untuk
lebih
guru
disarankan
untuk
lebih
mengembangkan
sekolah
guru
disarankan
untuk
agar
inovatif
lebih
memberikan
dan
apresiasi
kreatif
dalam
39
DAFTAR PUSTAKA
Halida. 2011. Metode Bermain Peran dalam Mengotimalkan
Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini (4-5 tahun). Jurnal
[online]. Pontianak:
(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jckrw/article/view/270/2
75. Diakses tanggal 01-10- 2014)
Nurkancana. 2007. Pemahaman dan Prestasi Belajar pada Peserta
Didik. Rineka Cipta: Jakarta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Edisi 5. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Sumartono. 2007. Modifikasi Kegiatan Belajar Mengajar. Tarsito:
Bandung.
40
P.
B.
(2002.
empathy
Biography
and
in
role-playing:fostering
abnormal
41