Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi komplementer dan kedokteran alternatif semakin meningkat dan diterima olehmasyarakat.
Di Amerika serikat terapi komplementer dan kedokteran alternatif adalahlingkup yang luas dari sumber
penyembuhan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas danpraktek yang didasari oleh teori dan
kepercayaan mereka. Atau secara sederhana, pengobatankomplementer bisa diartikan metode
penyembuhan yang caranya berbeda dari pengobatankonvensional di dunia kedokteran, yang
mengandalkan obat kimia dan operasi.Di Amerika terapi komplementer kedokteran dibagi empat jenis
terapi : Chiropractic ,teknik relaksasi, terapi masase dan akupunktur, lainnya terapi komplementer yang
dapatdilakukan oleh tenaga kesehatan. Banyak terapi modalitas yang digunakan pada
terapikomplementer mirip dengan tindakan keperawatan seperti teknik sentuhan,
masasedan manajemen stress. Berikut macam-macam dari terapi komplementer dan
kedokteranalternatif : masase, diet , terapi musik, vitamins, produk herbal, teknik relaksasi,
imagenary,humor, terapi sentuhan. Akupuntur, acupressure, chiropractice, dukungan kelompok,hipnotis,
meditasi, aromatherapy, yoga , biofeedback.Dari hasil penelitian pendapat mahasiswa perawat tentang terapi
komplementer yangdirekomendasikan untuk perawat adalah : masase, terapi musik, diet, teknik
relaksasi,vitamin dan produk herbal. Bagi perawat yang tertarik mendalami terapi komplementer
dapatmemulai dengan tindakan - tindakan keperawatan atau terapi modalitas yang berada padabidang
keperawatan yang dikuasai secara mahir berdasarkan perkembangan teknologi terbarudan jangan lupa
untuk membaca peraturan peraturan tentang terapi komplementer yangberlaku, seperti permenkes
1109/Menkes/Per/IX/2007, karena lain negara lain peraturan danmasalah terapi komplementer ini menjadi
inspirasi bagi perumus RUU Praktik Keperawatan(keep the spirit)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi terapi komplementer?
2. Apa saja jenis jenis terapi komplementer?
3. Bagaimana teknik terapi komplementer?
4. Apa kegunaan dari terapi komplementer?
5. Bagaimana strategi dalam menjalankan terapi komplementer?
6. Apa saja syarat-syarat dalam mendirikan terapi komplementer?
7. Bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer?
8. Apa saja contoh program terapi komplementer di puskesmas?
C. Tujuan Penulisan
1

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mengidentifikasi definisi terapi komplementer.


Mengidentifikasi jenis jenis terapi komplementer.
Mengidentifikasi teknik terapi komplementer.
Mengidentifikasi kegunaan dari terapi komplementer.
Mengidentifikasi strategi dalam menjalankan terapi komplementer.
Mengidentifikasi syarat-syarat dalam mendirikan terapi komplementer.
Mengidentifikasi peran perawat dalam terapi komplementer.
Mengidentifikasi contoh program terapi komplementer di puskesmas.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Terapi Komplementer


Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah
pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi
untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun
temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan
sebagai pengobatan komplementer.

Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan


sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan
Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional. Berdasarkan data yang
bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 80% dari seluruh
penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Di Indonesia sendiri,
kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa
diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan iklan terapi non konvensional di berbagai
media
B. Jenis Jenis Terapi Komplementer
1. Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan akupuntur.
2. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.
3. Homeopati atau jamu-jamuan.
4. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi
6. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral

C. Teknik Terapi Komplementer


Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan
konvensional, yaitu sebagai berikut :
1. Akupuntur
Akupunktur medik yang

dilakukan

oleh

dokter

umum

berdasarkan

kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat
dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi
(pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal
yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut
adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam
sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 3 kali lebih besar daripada tekanan
udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%).
Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma
pada telinga akibat tingginya tekanan udara
3

3. Terapi herbal medik


Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik
berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell
line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan
menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk
mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu dengan
lainnya karena masing masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri sendiri.
Terapi hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk pasien pasien dengan
gangren supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal,
berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur
berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi
konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau
mengurangi efek samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu sendiri,
seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati.
D. Kegunaan dari terapi komplementer
Para pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus), dengan pemenuhan nutrisi
dan ketenangan spiritual bisa memperpanjang harapan hidup mereka. Terapi alternatif
komplementer, seperti; akupunktur, akupressur, meditasi, dan mengomsumsi tanaman
obat dapat menambah daya tahan tubuh dan pertumbuhan sel-sel imun. Pernyataan ini
pernah dikemukakan oleh Putu Oka Sukanta, akupunturis sekaligus pembicara dalam talk
show yang diadakan Indonesia HIV Prevention and Care Project (IHPCP) di Indonesia
Sehat Expo 2007, Jakarta Convention Center, Rabu (24/10). Menurut Putu Oka Sukanta,
ketenangan spiritual dan nutrisi peningkat daya tahan membuat virus lebih jinak dan
memperlambat perkembangannya dalam tubuh manusia, sehingga memberi kesempatan
CD4 yaitu sel pembentuk daya tahan tubuh untuk berkembang dan memperbanyak diri.
Akupunktur dan akupressur diberikan untuk memperkuat organ-organ vital,
seperti; paru-paru, ginjal, lambung, dan limpa, pada masa awal infeksi HIV. Sebelum
daya tahan tubuh dan sel- sel CD4 turun karena infeksi HIV, organ penting tersebut harus

kuat, kata Putu Oka. Untuk penderita HIV, keempat organ vital tersebut harus dijaga
daya tahannya karena memiliki fungsi penting, seperti paru-paru yang berfungsi
mengikat oksigen, lambung untuk mengolah makanan yang masuk, dan limpa yang
berguna untuk menyerap sari-sari makanan. Dengan akupressur, tambah Putu Oka, titiktitik tubuh yang berhubungan dengan organ vital tersebut dipijat untuk menguatkan
fungsi organ.
Selain dengan teknik akupressur dan akupunktur, konsumsi tanaman obat juga
membantu penguatan fungsi organ vital. Pegagan misalnya, digunakan untuk regenerasi
sel pembentuk daya tahan tubuh dan juga untuk menguatkan fungsi ginjal, kata Putu
Oka yang juga mengelola Taman Sringanis, pelestari tanaman obat dan pengembang
kesehatan alami. Selain pegagan, tanaman penguat daya tahan tubuh adalah meniran.
Reaksi pertama yang ditunjukkan pengidap HIV adalah penyangkalan dan stres. Padahal
stres merupakan penyebab vital menurunnya daya tahan tubuh, kata Putu Oka. Untuk
mempertahankan ketenangan batin pengidap HIV, diperlukan suatu metode, seperti
meditasi dan oleh napas untuk membantu penderita menenangkan diri. Teknik olah napas
saat meditasi membantu paru-paru mengikat oksigen. Idong salah satu pasien pengidap
HIV yang telah mengikuti terapi komplementer, mengaku sangat merasakan manfaat
positifnya. Dengan mengikuti meditasi, olah napas, dan mengonsumsi tanaman obat,
CD4 saya selalu di atas 600. Padahal umumnya penderita HIV hanya memiliki CD4 di
bawah 500, kata Idong. Dia mengaku sampai kini belum mengonsumsi antiretroviral
(ARV) karena kadar CD4-nya belum di bawah 200. ARV sendiri hanya digunakan bagi
mereka yang kadar CD4-nya di bawah 200.
E. Strategi dalam menjalankan terapi komplementer
Setiap melakukan tindakan atau rencana, kita sudah barang tentu akan berhadapan
dengan sebuah strategi. Strategi ini akan menentukan arah perjalanan tindakan atau
rencana yang akan kita lakukan. Termasuk salah satunya adalah bagaimana strategi kita
ketika ingin mendirikan terapi komplementer?. Strategi merupakan suatu kelompok
keputusan, tentang tujuan-tujuan apa yang akan diupayakan pencapaiannya, tindakantindakan apa yang perlu dilakukan, dan bagaimana memamfaatkan sumber-sumber daya
guna mencapai tujuan tersebut
Konsep strategi merupakan sebuah konsep yang perlu dipahami dan diterapkan
oleh setiap entrepreneur maupun setiap manajer, dalam segala macam bidang
5

usaha. Sejak beberapa tahun yang lampau, pengertian strategi makin banyak
mendapatkan perhatian dan dibahas dalam literatur dalam menajemen. Aneka macam
artikel bermunculan sehubungan dengan misalnya: strategi asortimen, produk-strategi,
permasalahan strategi, sampai dengan diversifikasi-strategi bisnis. Di dalam mendirikan
terapi komplementer sendiri, kita juga bisa berlandas pada elemen esensial sebagai
berikut :
1. Tentukan terlebih dahulu tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang paling penting yang
perlu dicapai.
2. Kebijakan yang paling penting yang mengarahkan atau membatasi kegiatan.
3. Tahapan-tahapan tindakan pokok atau program yang akan mencapai tujuan yang
ditetapkan di dalam batas-batas yang digariskan.
F. Syarat-syarat dalam mendirikan terapi komplementer
1. Dasar Hukum
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109
Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas
pelayanan kesehatan. Menurut aturan itu, pelayanan komplementer-alternatif dapat
dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan.
Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenang
sesuai dengan ketentuan berlaku.
Permenkes RI No 1186/Menkes/Per/XI/1996 diatur tentang pemanfaatan
akupunktur di sarana pelayanan kesehatan. Di dalam salah satu pasal dari Permenkes
tersebut menyebutkan bahwa pengobatan tradisional akupunktur dapat dilaksanakan
dan diterapkan pada sarana pelayanan kesehatan sebagai pengobatan alternatif di
samping pelayanan kesehatan pada umumnya. Di dalam pasal lain disebutkan bahwa
pengobatan tradisional akupunktur dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki keahlian/keterampilan di bidang akupunktur atau oleh tenaga lain yang telah
memperoleh pendidikan dan pelatihan akupunktur. Sementara pendidikan dan
pelatihan akupunktur dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Sementara itu, Keputusan Menkes RI No 1076/Menkes/SK/VII/2003 mengatur
tentang penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Di dalam peraturan tersebut
diuraikan cara- cara mendapatkan izin praktek pengobatan tradisional beserta syaratsyaratnya. Khusus untuk obat herbal, pemerintah mengeluarkan Keputusan Menkes
RI Nomor 121 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Medik Herbal. Untuk terapi
6

SPA (Solus Per Aqua) atau dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai terapi
Sehat Pakai Air, diatur dalam Permenkes RI No. 1205/ Menkes/Per/X/2004 tentang
pedoman persyaratan kesehatan pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

2.

Konsep Keilmuan
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-sistem
tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh, agar tubuh dapat
menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya
mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau
mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik dan
lengkap serta perawatan yang tepat. Ada banyak jenis metode dalam terapi
komplementer ini, seperti akupuntur, chiropractic, pijat refleksi, yoga, tanaman obat/
herbal, homeopati, naturopati, terapi polaritas atau reiki, teknik-teknik relaksasi,
termasuk hipnoterapi, meditasi, visualisasi, dan sebagainya. Obat- obat yang
digunakan bersifat natural/ mengambil bahan dari alam, seperti jamu-jamuan, rempah
yang sudah dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya), sampai bahan yang
dirahasiakan. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu
mempercepat proses penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini
secara spiritual memiliki kekuatan penyembuhan.
Terapi komplementer relatif aman karena menggunakan cara- cara alami yang
jauh dari bahan- bahan kimia yang jelas-jalas banyak memberikan efek samping
pemakainya. Namun, walaupun alami tetap harus dikaji dan diteliti tingkat
keefektifan dan keamanannya. Memang penelitian tentang terapi komplementer
masih jarang, dikarenakan belum memiliki standar yang baku. Terapi ini tidak selalu
dirancang untuk mengobati penyakit tertentu, beberapa terapi alternatif merawat
orang secara keseluruhan, bukan suatu penyakit tertentu. Terapi ini mungkin dapat
mengembalikan keselarasan, keseimbangan, atau menormalkan aliran energi.
Penelitian ilmiah sangat mahal biayanya. Pembuat terapi alternatif seringkali tidak
mampu membayar untuk sebuah penelitian ilmiah. Pemerintah lebih cenderung untuk
mendanai penelitian obat-obatan barat karena dipandang lebih efektif. Dengan hak
paten, para produsen dapat memperoleh keuntungan yang membantu mendanai
7

penelitian. Sedangkan kebanyakan terapi komplementer tidak dapat dipatenkan.


Namun halangan-halangan ini bukan berarti tidak ada terapi komplementer yang
secara sukses diteliti, beberapa terapi telah teruji dan terbukti kemanjurannya.
G. Peran Perawat dalam Terapi Komplementer
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi
pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat
menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi
ataupun sebelum mengambil keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat
menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di
Australia dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips & Taylor,
2001). Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian
yang dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice. Terapi komplementer dalam
keperawatan (Widyatuti) 57 Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung
misalnya dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak berinteraksi dengan
klien sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting.
Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan unit
manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi
permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk
perawatan alternatif (Smith et al.,2004).
H. Contoh Program Terapi Komplementer di Puskesmas
1. Pelayanan Akupresur di Puskesmas Bangli
Salah satu program inovatif di Puskesmas Bangli Utara yakni Pelayanan
Akupresur. Akupresur sebagai terapi alternatif komplementer (pelengkap) dalam
terapi penyembuhan segala jenis penyakit. Metode akupresur dengan menggunakan
penekanan pada titik - titik tertentu di area tubuh. Pelayanan terapi akupresur di
Puskesmas terlebih dahulu melalui pemeriksaan oleh dokter oleh karena itu tidak
semua bisa dilakukan tindakan akupresur. klien yang tidak boleh dilakukan terapi
akupresur (kontraindikasi) meliputi : kegawatdaruratan medik, kasus yang perlu
pembedahan, keganasan, penyakit akibat hubungan seksual, penyakit infeksi,

penggunaan obat pengencer darah, diketahui ada kelainan pembekuan darah, serta
daerah luka atau borok.
Sampai saat ini Puskesmas Bangli Utara memiliki 2 Paramedis terlatih akupresure
(akupresuris). Pelayanan akupresur buka tiap hari kerja di puskesmas. Pelayanan
akupresure sebagai terapi alternatif komplementer yang bermanfaat dan sudah
terbukti aman. Pelayanan akupresur sebagai bagian dari program Kemenkes dibawah
Yankestradkom. Segala informasi dan penjelasan tentang pelayanan atau terapi
akupresur silahkan datang langsung ke UPT Puskesmas Bangli Utara di Desa
Pengotan, Kec. Bangli, Kab. Bangli.
2. Akupresur dan Herbal Membantu Terapi Gizi Buruk di Puskesmas MojoagungJombang Jawa Timur
Puskesmas Mojoagung yang terletak di jalan Raya Miagan No.327 Mojoagung,
Kabupaten Jombang, Provinsi Jatim ini sebagai pusat pemberdayaan, penggerakan,
pengembangan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang bersertifikat ISO
9001:2008 memiliki janji layanan yaitu IDAMAN (Inovatif, Disukai Masyarakat,
Aman, Manusiawi, Asih, Nyaman). Terbukti dengan adanya Pusat Pemulihan
Gizi (Therapeutic Feeding Center) yaitu pusat pelayanan perbaikan gizi bagi bayi dan
anak balita secara intensif di Puskesmas dengan asuhan perawatan dan gizi oleh
dokter, perawat dan ahli gizi terlatih juga dibantu dengan pemberian pelayanan
akupresur dan herbal.
dr. Sriwulani Sumargo, Sp.Rad, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Mojoagung,
Kabupaten Jombang mengatakan bahwa Puskesmas Mojoagung sering mengadakan
penyuluhan dan pelayanan pada masyarakat yang terkait MDGs, diantaranya:
Program Akupresur untuk Nafsu Makan dan Menunjang Gizi Balita
Di Puskesmas ini ada 2 SDM yang memiliki keterampilan baik akupunktur,
akupresur dan herbal. Sumantri, A. Md. Akp, S.Psi, S.Pd adalah lulusan DIII
Akupunktur di Akademi Akupunktur Surabaya (AAS), juga mendalami akupresur dan
herbal, sudah mengisi pelayanan di Poli Akupunktur dan Herbal sejak 7 Juli tahun
2007. Dalam pelayanan akupresur, Bapak Sumantri dibantu oleh Ahmad Jayin, A.Md,
Kep, tenaga perawat yang telah mengikuti Pelatihan Akupresur Orientasi Akupresur
Bagi Petugas Puskesmas yang diadakan Subdit Bina Pelayanan Kesehatan

Tradisional Keterampilan, Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional,


Alternatif dan Komplementer pada tanggal 20-27 November 2011 di Jakarta.
Salah satu program inovatif dalam Terapi Gizi Buruk bayi dan anak balita di
wilayah kerja Puskesmas Mojoagung, Kabupaten Jombang adalah pelayanan
Akupresur. Mengapa tidak dengan akupunktur? Bayi dan anak-anak tidak dapat
menahan sakit karena tusukan jarum akupunktur karena itu dilakukan pemijatan
dengan jari pada titik akupunktur tertentu (akupresur). Penanganan gizi buruk dengan
akupresur dan herbal dilakukan untuk membantu gejalanya, seperti membantu
mengatasi mual muntah dan meningkatkan daya tahan tubuh. Puskesmas Mojoagung
memiliki TOGA yang diberi nama Taman Pemulihan Gizi .

10

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu yang
telah berkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan
kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi secara mandiri
memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer. Perkembangan
terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya orang yang terlibat
dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan dan terapis selain
dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat meningkatkan
perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi
terapi komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan. Perawat sebagai
salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi dalam terapi
komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada.
Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk
meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya,
beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional
terapi. Kenyataan yang ada, buku-buku keperawatan membahas terapi komplementer
sebagai isu praktik keperawatan abad ke 21. Isu ini dibahas dari aspek pengembangan
kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini berkembang dan
terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang
terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga
kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat meningkat (HH, TH).

DAFTAR PUSTAKA

11

Fontaine, K.L. (2005). Complementary & alternative therapies for nursing practice. 2th ed. New
Jersey: Pearson Prentice Hall.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to advanced skills.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.

12

Anda mungkin juga menyukai