Pewarnaan Gram
Disusun oleh
Nama
: Mulyati
NIM
Kelas
: 15D
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Bakteri mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas.
Bakteri merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain
mikroskopik, bakteri juga hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras
dengan air. Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat
sulit. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan
sel bakteri. Ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitianpenelitian mikrobiologi. Hal itu untuk mempernudah proses identifikasi bakteri.
Untuk mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula-mula
diamati morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecetan atau pewarnaa,
salah satunya adalah dengan pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan salah
satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk mencirikan banyak bakteri.
Dari pewarnaan gram dapat diketahui morfologi sel antara lain sifat gram, bentuk
sel, dan penataan sel. Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode
empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, Gram
positif dan gram negatif, berdasarka sifat kimia dan fisika dinding sel mereka,
metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan denmark hans Christian
gram 1884. Pewarnaan Gram dibagi menjadi dua yaitu pewarnaan majemuk
karena menggunakan lebih dari satu macam zat warna. Dan pewarnaan diferensial
karena pewarnaan ini mampu mengdeferensiasi atau membedakan bakteri,
sehingga bakteri dapat digolongkan menjadi dua yaitu Gram negatif dan Gram
positif.
Selain dengan pewarnaan atau pengecatan, identifikasi bakteri dapat
berupa melihat morfologi koloni dan uji biokimia bakteri. Morfologi bakteri
meliputi bentuk, ukuran, tekstur, warna koloni,dll. Semantara uji biokimia
dilakukan untuk memastikan jenis/spesies bakterinya. Oleh karena itu, dilakukan
Stikes Megarezky Makassar
Prodi DIII Analis kesehatan
Bakteriologi
praktikum ini untuk mengetahui teknik pewarnaan bakteri, morfologi koloni, dan
uji biokimia sehingga dapat mempernudah untuk isdentifikasi bakteri.
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena
banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2007) . Salah satu cara
untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah
dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui
serangkaian pengecatan.
Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba banyak dilakukan baik
secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung (melalui
biakan murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut ialah untuk :
1. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, ataupun fungi.
2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.
3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat
fisik
dan kimia yang ada akan dapat diketahui (Suriawiria, 1999).
Ada tiga macam prosedur pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana
(simple stain), pewarnaan diferensial (differential strain), dan pewarnaan khusus
(special strain) (Pratiwi, 2008). Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu
macam zat warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan
sekelilingnya. Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga
pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada
mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus), batang
(basil), dan spiral (Lay, 1994).
Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti
pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Pewarnaan gram adalah salah satu
teknik pewarnaan diferensial yang paling penting dan paling luas digunakan untuk
bakteri. Bakteri yang diwarnai dengan metode gram ini dibagi menjadi dua
kelompok, salah satu diantaranya bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
(Pelczar & Chan, 1986).
Pada pewarnaan gram, bakteri yang telah difiksasi dengan panas
sehingga membentuk noda pada kaca objek diwarnai dengan pewarna basa yaitu
crystal violet. Karena warna ungu mewarnai seluruh sel, maka pewarna ini disebut
Stikes Megarezky Makassar
Prodi DIII Analis kesehatan
Bakteriologi
pewarna primer. Selanjutnya noda dicuci dan pada noda spesimen ditetesi iodin
yang merupakan mordant. Setelah iodin dicuci, baik bakteri Gram Positif maupun
Gram Negatif tampak berwarna ungu. Selanjutnya noda spesimen dicuci dengan
alkohol yang merupakan decolorizing agent (senyawa peluntur warna) yang pada
spesies bakteri tertentu dapat menghilangkan warna ungu dari sel. Setelah alkohol
dicuci, noda spesimen diwarnai kembali dengan safranin yang merupakan
pewarna basa berwarna merah. Bakteri yang tetap berwarna ungu digolongkan ke
dalam Gram Positif, sedangkan bakteri yang berwarna merahdigoongkan ke
dalam Gram Negatif (Suriawiria, 1999).
Perbedaan warna antara bakteri Gram Negatif dan bakteri Gram Positif
disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pada dinding selnya. Dinding Gram
Positif mengandung banyak peptidoglikan, sedangkan dinding bakteri Gram
Negatif banyak mengandung lipopolisakarida(Suriawiria, 1999).
Pewarna yang digunakan antara lain : kristal violet sebagai gram A,
iodine sebagai gram B, alkohol sebagai gram C, serta safranin sebagai gram D.
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan
pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA)
karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan
pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya
adalah Mycobacterium tuberculosis (Pelczar & Chan, 1986)
Pengamatan morfologi bakteri meliputi bentuk, ukuran, tekstur, dan
warna koloni. Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus,
spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa
macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan
tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus,
sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah
melengkung dan melengkung (Hadioetomo, 1993).
B.TUJUAN PRAKTIKUM
1. Melihat bentuk morfologi bakteri
Stikes Megarezky Makassar
Prodi DIII Analis kesehatan
Bakteriologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dapat mencapai 0,3mm. Meski umumnya memiliki dinding, seperti sel tumbuhan
dan jamur, tertapi dengan komposisi yang sanngat berbeda (peptidoglikan).
Banyak yang bergerak menggunakan flagella, yang berbeda dalam strukturnya
dari flagella kelompok lain. Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony van
Leewenhoek pada tahun 1674. Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai
morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri
yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana el-sel bakteri
tersebut di suspensikan,. salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri
sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah degan metode pengecatan atau
pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu
mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangakaian pengecatan (Entjang,
2003).
Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat
kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
dengan pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki
panjang yang beragam, sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih
panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup dengan
Stikes Megarezky Makassar
Prodi DIII Analis kesehatan
Bakteriologi
ukuran antara 0,1 sampai 0,3 m. Bentuk bakteri bermacam macam yaitu elips,
bulat, batang dan spiral. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai
dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan jelas
dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan struktur internal dan butiran. Sel
sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris), atau
spiral (heliks) (Pelczar & Chan, 2007).
Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan
mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar
dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifatsifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta
meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Teknik pewarnaan
warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan
sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna
pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal
suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan
pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di
antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan
diferensial (Pelczar & Chan, 2007). Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan
diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasadjasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan
tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana.
Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau
bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan,
2007).
Bakteri yang diwarnai dengan teknik pewarnaan Gram terbagi dua
golongan, yaitu: Gram positif , bila warna zat pewarna pertama (karbol gentian
violet) tetap bertahan, dengan demikian warna se bakteri tampak ungu tua; dan
Gram negatif, bila warna zat pewarna pertama tidak bertahan (luntur) kemudian
tercat oleh zat pewarna tandingannya, misal: air fuchsin, safranin, dan oleh zat
pewarna tandingan lainnya. (Razali, 1987)
Stikes Megarezky Makassar
Prodi DIII Analis kesehatan
Bakteriologi
Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram
negatif ialah setelah diberi zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan
struktur dan komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua golongan
itu dapat merupakan hal yang penting; dinding sel bakteri Gram negatif pada
umumnnya lebih tipis dari yang dimiliki bakteri Gram positif. Presentasi
kandungan lipid bakteri Gram negatif lebih tinggi daripada Gram positif.
Kenyataannya dalam eksperimen pengecatan mennjukkan bahwa perlakuan
dengan alkohol mengeskstrak lipid, yang menyebabkan poisitas atau permeabilitas
didding sel meningkat. Denagn demikian, kompleks karbol gentian violet dan
lugol dapat disari keluar dan bakteri Gram negatif terwarnakan. Keterangan lain
yang hampir sama juga mendasarkan pada perbedaan permeabilitas antara kedua
golongan bakteri itu, yaitu pada bakteri Gram negatif kandungan peptidoglikan
jauh lebih sedikit sehingga kerapatan jalinannya jauh lebih sedikit daripada baktri
gram posiif. Pori-pori dalam peptidoglikan bakteri Gram negatif tetap masih
cukup besar untuk dapat disari keluar kompleks karbol gentian violet dan lugol.
Selautnya, bila sel-sel Gram psitif diperlakukan dngan lisozim untuk
menyingkirkan dinding selnya, sisa strukturnya yang disebut protoplas atau sel
tanpa dinding akan tercatat juga oleh kompleks karbol gentian violet dan lugol.
Tetapi, sel ini mudah dihapuskan oleh alkohol. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
struktur dinding sel bakteri Gram positif itu yag menjadi tempat tertahannya zat
pewarna pertama yaitu karbol gentian violet. (Razali, 1987).
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu
ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan
negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri
karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan
inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat
dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada
muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat
pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah
methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada
umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COO-, COOHCOO. Zat warna asam umumnya
Stikes Megarezky Makassar
Prodi DIII Analis kesehatan
Bakteriologi
mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel
sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel.
Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna,
substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Sutedjo,
1991).
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen
selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen.
Ikatan ion dapat terjadi karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler
maupun pada pewarna. Terdapat tiga mcam metode pewarnaan yaitu pewarnaan
sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan gram. Pewarnaan sederhana
menggunakan pewarna tunggal, pewarnaan diferensial memakai serangkaian
larutan pewarna atau reagen. Pewarnaan gram merupakan metode pewarnaan
yang paling umum digunakan untuk mewarnai sel bakteri (Umsl, 2008).
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif,
salah satu di antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna
terdapat pada ion positif (zat pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna akan
terdapat pada ion negatif (zat pewarna- Na+). Hubungan antara bakteri dengan zat
pewarna basa yang menonjol disebabkan terutama oleh adanya asam nukleat
dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Jadi, jika bakteri itu diwarnai, muatan
negatif dalam asam nukleat bakteri akan bereaksi dengan ion positif zat pewarna
basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue adalah beberapa zat pewarna basa
yang biasa digunakan. Sebaliknya zat pewarna asam ditolak oleh muatan negatif
bakteri menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri dengan zat pewarna asam akan
menghasilkan hanya pewarnaan pada daerah latar belakang saja. Karena sel
bakteri tak berwarna di atas latar belakang yang berwarna (Volk & Wheeler,
1993).
Pewarnaan gram ditemukan pada tahun 1884 oleh seorang dokter
kebangsaan Denmark Christian Gram (membuat zat pewarna khusus) pewarna
tersebut merupakan pewarna differensial karena dapat membagi bakteri menjadi
dua kelompok fisiologi, yang akan memudahkan untuk identifikasi. Prosedur
pertama dari pewarnaan gram ini adalah memberi pewarna kristal violet, setelah 1
Stikes Megarezky Makassar
Prodi DIII Analis kesehatan
Bakteriologi
menit dibilas dan kemudian akan diberikan pewarna yodium, setelah satu menit
dibilas dan kemudian akan diberi laputan alkohol 95% selama 30 detik, kemudian
dibilas dan diberi pewarna safranin atau bismarck (untuk buta warna merah)
selama 1 menit. Zat pewarna kristal violet dan yodium akan membentuk senyawa
yang kompleks. Beberapa bakteri akan melepaskan zat pewarna dengan mudah
apabila dicuci dan beberapa bakteri yang lain zat pewarna akan bertahan
walaupun dicuci dengan alkohol 95%. Bakteri gram positif akan terwarna ungu
(kristal violet) dan bakteri gram negatif akan terwarna merah (safranin) (Umsl,
2008).
Pewarnaan terhadap bakteri yang paling sering dilakukan adalah
pewarnaan Gram dan ZiehlNelsen. Pewarnaan tersebut untuk mengetahui
morfologi,
struktur,
dan
karakteristik
bakteri.
Pewarnaan
Gram
dapat
10
dasar, maka warna akan tercuci. Reagen terakhir adalah warna pembanding, bila
warna tidak tercuci maka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat pada hasil
akhir tetap warna dasar. Larutan yang biasa dipakai adalah ungu kristal, lartan
iodium, alkohol dan safranin (Tracy, 2005).
Teori Salton menjelaskan bahwa ada konsentrasi lipid yang tinggi pada
dinding sel bakteri Gram negatif. Sehingga jika lipid dilarutkan dalam pemberian
alcohol, maka poripori akan membesar dan tidak mengikat pewarna. Hal ini
menyebabkan bakteri menjadi tidak berwarna. Sedangkan bakteri Gram positif
akan mengalami denaturasi selama pemberian alcohol. Hal ini akan mengecilkan
poripori sehingga menghasilkan kompleks kristal iodium. Bakteri Gram positif
memiliki dinding sel yang kuat dan lapisan peptidoglikan sebanyak 30 lapisan
sehingga permeabilitas dinding selnya menjadi berkurang. Sedangkan bakteri
Gram negatif hanya memiliki 12 lapisan peptidoglikan sehingga memiliki
permeabilitas dinding sel yang lebih besar. Pewarnaan Gram terdiri atas Gram A
(violet) (Kristal violet, Aalkohol, Ammonium oksalat, Aquades), Gram B
(cokelat) (Iodium, Kalium iodide, Aquades), Gram C (Aseton, Alcohol), Gram D
(merah) (Safranin, Alcohol, Aquades) (Madigan, 2003).
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai
berikut: pewarnaan sederhana, pewarnaan differensial (pewarnaan gram dan
pewarnaan tahan asam), pewarnaan khusus untuk melihat struktur tertentu :
pewarnaan flagel, pewarnaan spora, pewarnaan kapsul, pewarnaan khusus untuk
melihat komponen lain dan bakteri (pewarnaan Neisser (granula volutin),
pewarnaan yodium (granula glikogen) dan pewarnaan negatif (Gozali, 2009).
Memurut Pelezar and Chan, 2007 secra morfologi sel bakteri memnyai
1.
11
2.
Dinding sel : bagian sel yang membungkus isi sel, terletak antara kapsul dan
membran sitoplasma dengan struktur sangat kaku. Tebal sel 10-35mm. Fungsi
dindiing sel adalah pelindung sel dari tekanan osmosis, memberi bentuk pada sel,
bukan flagela).Jumlah pili lebih banyak, lebih pendek, dan lebih kecil dari flagela.
5.
Flagela : alat gerak dari bakteri terdiri dari rambut tipis yang mencuat
menembus dinding sel dan bermula dari dasar tubuh, merupakan suatu struktur
granular yang tepat dibawah membran sel dalam sitoplasma. Flagela terdiri dari
tiga bagian yaitu tubuh dasar, struktur seperti kait dan sehellai filamen panjang di
luar dinding sel. Panjang flagel: beberapa kali panjang sel, namun diameternya
6.
7.
8.
9.
BAB III
METODE PRAKTIKU
A.ALAT DAN BAHAN
12
13
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
A.TABEL
BAHAN
BENTUK SEL
SIFAT
SIFAT GRAM
COCUS
BERKELOMPOK
BERGEROMBOL
NEGATIF
COCUS
INDIVIDU
POSITIF
14
B.GAMBAR
A
BAB V
PEMBAHASAN
Laporan praktikum mikrobiologi kali ini adalah pewarnaan dan
pengamatan morfologi pada bakteri. Pewarnaan Gram merupakan salah satu
teknik pewarnaan yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk
kepentingan identifikasi mikroorganisme. Morfologi mikroskopik
mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pewarnaan
tertentu (pewarnaan gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Pewarnaan
15
gram dibagi menjadi dua hasil yaitu gram positif dan gram negative, tergantung
dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau Kristal violet.
Proses sterilisasi sangat penting dibutuhkan sebelum memulai maupun
mengakhiri sebuah pekerjaan di laboratorium dengan menggunakan teknik
aseptik. Alkohol 70% yang disemprotkan pada tangan, kaca preparat dan meja,
bahkan tangan pun sebelumnya harus dicuci dengan sabun terlebih dahulu. Hal
tersebut berfungsi untuk membunuh mikroorganisme yang tak diinginkan agar
mendapatkan pengukuran yang akurat.
Pada proses pewarnaan gram, harus menggunakan gelas obyek yang
bersih. Pembersihan ini dilakukan supaya gelas obyek bebas lemak dan debu.
Pembersihan biasanya menggunakan alkohol. Setelah di cuci kemudian di beri
satu tetes aquades pada permukaan gelas obyek. Kultur bakteri murni diambil dan
diratakan diatas kaca obyek. Pengambilan kultur bakteri tidak diambil terlalu
banyak, karena jika terlalu banyak akan sulit diratakan dan apabila kultur bakteri
tidak dapat diratakan tipis-tipis maka bakteri akan tertimbun hal ini akan
mengakibatkan pemeriksaan bentuknya satu per satu menjadi tidak jelas.
Pada percobaan yang telah di lakukan di dapatkan pada Preparat pertama
berupa bakteri gram negatif, dengan bentuk sel adalah cocus. Sifat berkelompok
dari bakteri gram negatif ini adalah bergerombol. Sedangkan pada preparat yang
kedua di dapatkan hasil bakteri berupa gram positif dengan bektuk sel Cocus, sifat
kelompok dari gran positif ini adalah Individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi,
peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna
penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci
dengan asam encer maka semua zat warna terhapus. sebaliknya terdapat juga
preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan
bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies
(Dwidjoseputro, 1994).
Stikes Megarezky Makassar
Prodi DIII Analis kesehatan
Bakteriologi
16
BAB VI
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
Stikes Megarezky Makassar
Prodi DIII Analis kesehatan
Bakteriologi
17
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Mushoffa. 2010. Teknik Pewarnaan Bakteri. http : //
mushoffaditya. blogspot. com/2010/01/teknik-pewarnaan-bakteri.html. 2 Juni
2014.
Fitria, Bayu. 2009. Pewarnaan Gram (Gram positif dan Gram Negatif).
http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/7-pewarnaan-gram-gram-positif-dangram-negatif.
Karmana.2007.Biologi.Jakarta:PT Grafindo Media Pratama
18
19