FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015
A. FAKTA HUKUM
Pihak yang bersengketa adalah Nicaragua sebagai Applicant dan Amerika sebagai
Respondent
Dalam kasus ini, Nicaragua merasa Amerika telah melanggar keadulatan Nicaragua
dan melanggar kewajibannya untuk menahan diri menggunakan use of force terhadap
negara lain dan melakukan intervensi berdasarkan Piagam PBB, Kebiasaan Hukum
Internasional, dan Charter of the Organization of Inter-American States.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
Amerika melakukan serangan terhadap kilang minyak di San Juan del Sur dengan
speedboat dan helikopter
ix.
x.
xi.
B. PERMASALAHAN HUKUM
1. Apakah tindakan Amerika merupakan use of force?
2. Apakah tindakan Amerika merupakan tindakan collective self-defence?
3. Apakah tindakan Amerika telah mingintervensi urusan dalam negeri Nicaragua?
juga
telah
mencampuri
urusan
ekonomi
Nicaragua
dengan
ke dalam masalah
Nicaragua.
g. Berdasarkan Hukum Kebiasaan Internasional, Amerika melanggar kewajiban
untuk tidak ikut campur masalah internas Nicaragua.
D. PUTUSAN PENGADILAN
Majelis Mahkamah Internasional memutus, Amerika telah melakukan use of force
terhadap Nicaragua, namun tindakan use of force terhadap Nicaragua bukan merupakan
tindakan collective self-defence. Mahkamah Internasional menghukum Amerika untuk
membayar uang sejumlah US$ 370.200.000.
E. DASAR PERTIMBANGAN
Dengan suara 12 banding 3, Majelis menolak tuntutan mengenai collective selfdefence dengan menyatakan bahwa tindakan use of force yang dilakukan Amerika terhadap
Nikaragua tidak termasuk dalam collective self-defence
Dengan suara 12 banding 3,Majelis memutuskan bahwa segala kegiatan pelatihan,
persenjataan, pembiayaan, dan pemberian bantuan dalam kegiatan militer dan paramiliter
telah melanggar ketentuan dalam hukum internasional sesuai dengan hukum kebiasaan
internasional
F. ANALISIS
Masuknya tuntutan (application) Nicaragua terhadap Amerika didasarkan pada wewenang
wajib Mahkamah. Disebutkan bahwa wewenang wajib dari Mahkamah hanya dapat terjadi
apabila negara-negara sebelumya dalam suatu persetujuan menerima wewenang tersebut.
Dalam kasus ini, Amerika dan Nicaragua merupakan anggota PBB.
Berdasarkan pasal 36
(2) Statuta Mahkamah berlaku pula klausul opsional yang menyatakan bahwa :
Negara anggota Statuta da[at setiap saat menyatakan untuk menerima wewewnang
wajib Mahkamah dan tanpa persetujuan kusus dalam hubungannya dengan negara lain
yang menerima kewajiban yang sama dalam semua sengketa terkait penafsiran
perjanjian; persoalan hukum internasional; adanya suatu fakta yang apabila terbukti
akan menjadi pelanggaran hukum internasional;jenis atau besarnya ganti rugi yang
harus dilakukan dari suatu pelanggaran.4
Selanjutnya penggunaan kekerasan (use of force) terhadap negara lain terdapat dalam
Pasal 2 (4) Piagam PBB yang menentukan bahwa negara-negara dilarang menggunakan
ancaman atau kekerasan terhadap negara lain5. Terhadap pasal ini, Piagam PBB memberikan
pengecualian yaitu Pasal 51 Piagam PBB yang menetukan bahwa suatu negara mempunyai
1 Bahan materi Latar Belakang, Fakta Hukum, Argumentasi Para Pihak, Putusan Pengadilan, dan
Pertimbangan Hukum diakses melalui http://www.icj-cij.org/docket/?
p1=3&p2=3&case=70&code=nus&p3=4
2 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Edisi ke2, Bandung: Alumni, 2005, hlm. 260.
right of individual self defence dan right of collective self defence. Hak- hak ini dapat
dilakukan bila terjadi serangan bersenjata terhadap negara anggota PBB lain sampai Dewan
Keamanan melakukan tindakan yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan kedamaian
internasional. Bagi negara-negara yang melaksanakan hak ini harus secepatnya melaporkan
tindakannya kepada Dewan Keamanan PBB.
Dalam kasus ini, saya kurang sepaham dengan pendapat Mahkamah Internasional yang
menyatakan bahwa negara sesungguhnya tidak mempunyai kewajiban untuk melaporkan
segala kegiatan terkait dengan self defence ketika ia melakukan right of self defence, karena
kewajiban ini tercantum secara jelas dalam Piagam PBB, dimana Piagam PBB mengikat
pihak-pihak yang meratifikasinya. Karenanya, ketika Amerika melakukan kegiatan self
defence terhadap El Salvador, ia mempunyai kewajiban untuk secepatnya melapor tindakan
tersebut kepada Dewan Keamanan PBB sebagai badan yang mempunyai wewenang terkait
menjaga keamanan dan kedamaian internasional.
Dalam melakukan collective self defence, harus sesuai dengan Principle of Necessity
dan Principle of Proportionality. Dalam ILC Draft on State Responsibility suatu negara dapat
tidak dikenakan tanggung jawab atas tindakannya melawan hukum internasional bila
tindakan tersebut adalah satu-satunya cara bagi negara tersebut untuk melindungi
kepentingan esensial terhadap bahaya (grave and imminent peril). Necessity diperbolehkan
dilakukan hanya dimana tak ada kewajiban primer (primary obligation) yang mengatur
tindakan negara, seperti prinsip use of force.6
Kekerasan yang dilakukan ketika self defence harus proporsional terhadap serangan
bersenjata yang terjadi,7 dalam Legality of Nuclear Weapons Case, use of force yang
proporsional dibawah hukum mengenai self defence, agar diperbolehkan oleh hukum harus
memenuhi syarat hukum yang berlaku dalam konflik bersenjata yang didalamnya berlaku
prinsip dan hukum mengenai humaniter.
Pada sisi lain, saya setuju dengan pendapat Mahkamah Internasional yang menyatakan bahwa
Amerika tidak memenuhi kedua prinsip diatas ketika melakukan self defence terhadap
Nicaragua. Karena Amerika telah melakukan tindakan kekerasan terhadap Nicaragua sejak
tahun 1981, sedangkan Declaration of Intervention dikeluarkan oleh El Salvador pada tahun
1983, hal ini tidak memenuhi unsur kesegeraan (immediate) dan tidak memenuhi unsur
6 Draft Articles on Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts, par 20.
7 Peter Malanzcuk, Introduction to International Law, Taylor & Francis e-Library, 2002, hal. 316
necessity karena tidak ada kepentingan negara yang berada dalam bahaya sehingga harus
dilindungi hanya dengan jalan kekerasan.
Dalam melakukan collective self defence, harus ada klaim dari negara yang terkena
serangan bersenjata bahwa ia adalah korban dari serangan tersebut (victim state) dan harus
ada permintaan dari negara korban kepada negara lain untuk melindunginya. 8 Amerika, dalam
kasus ini menyatakan bahwa ia melakukan self defence atas El Salvador, Honduras, dan Costa
Rica, namun Honduras dan Costa Rica tidak menyatakan bahwa mereka adalah negara
korban serangan bersenjata oleh Nicaragua dan meminta bantuan Amerika untuk
melindunginya, sedangkan seperti yang telah disebutkan diatas, El Salvador mengeluarkan
pernyataan bahwa ia adalah negara korban serangan bersenjata oleh Nicaragua dan meminta
bantuan Amerika, namun hal tersebut baru dilakukan bertahun-tahun setelah Amerika
melakukan tindakan kekerasan di Nicaragua.
Use of Force tidak hanya tercantum dalam sumber hukum internasional berupa
konvensi atau perjanjian internasional, namun juga sebagai kebiasaan hukum internasional.
Dalam kasus ini, Mahkamah Internasional menyatakan bahwa larangan use of force
merupakan hal yang dilarang dalam kovensi, yaitu Piagam PBB dan juga kebiasaan hukum
internasional. Kebiasaan hukum internasional mempunyai dua syarat, yaitu state practice dan
opinio juris.9
Praktik negara atas larangan use of force dapat dilihat dengan tindakan-tindakan
negara yang menyelesaikan sengketanya secara damai, karena dengan menyelesaikan
sengketa secara damai, negara tersebut telah menahan diri menggunakan use of force
terhadap negara lain. Kemudian opinio juris dapat ditemukan di materi yang di publikasikan,
pernyataan dari pemerintah, serta peraturan nasional suatu negara.10
PBB telah mengeluarkan banyak instrumen terkait dengan larangan use of force,
seperti Declaration on Principles of International Law tahun 1970, Manila Declaration on
the Peaceful Settlement of Disputes, Declaration on the Enhancement of the Effectiveness of
the Prinsiple of Refraining from Threat or Use of Force in International Relations, melalui
deklarasi-deklarasi ini terlihat negara-negara menganggap bahwa larangan use of force
memang merupakan suatu bentuk hukum yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar.
8 Peter Malanzcuk, Ibid., hlm. 318
9 Peter Malanzcuk, Ibid., hlm. 39
10 Peter Malanzcuk, Ibid.
bahwa
hubungan antara negara haruslah berdasarkan perdamaian dalam rangka menjaga dan
memperkuat perdamaian internasional, sementara dalam GA no 36/103 ini menjabarkan hak
dan kewajiban yang dimiliki oleh negara terkait dengan intervention. Negara berkewajiban
untuk dalam melakukan hubungan internasional, menahan diri dari penggunaan kekerasan
atau dalam bentuk apapun melanggar batas wilayah suatu negara, atau mengubah sistem
politik dari negara lain. Negara mempunyai kewajiban untuk menahan diri dari tindakan atau
percobaan tindakan untuk membuat keadaan tidak stabil suatu negara.
Tindakan Amerika yang berupa Indirect Intervention dan Direct Intervention juga
melanggar Pasal 18 dan Pasal 20 Charter of the Organization of Alaric States. Dalam Pasal
18 dinyatakan bahwa antar negara dilarang untuk mengintervensi dengan alasan apapun,
urusan internal dan eksternal negara lain, sedangkan dalam Pasal 20 dinyatakan bahwa suatu
wilayah negara tidak boleh dijadikan sebagai okupasi militer oleh negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Malanzcuk, Peter, Introduction to International Law, Taylor & Francis e-Library, 2002.
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global, Edisi ke-2, Bandung, Alumni, 2005.
PERUNDANG-UNDANGAN INTERNASIONAL
Draft Articles on Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts
Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa
Statuta Mahkamah Internasional
SUMBER LAIN
www.icj-cij.org
www.un.org