Anda di halaman 1dari 11

TUGAS STUDI KASUS HUKUM INTERNASIONAL

CASE CONCERNING MILLITARY AND PARAMILLITARY ACTIVITIES IN


AND AGAINST NICARAGUA
NICARAGUA VS. AMERIKA
USE OF FORCE AND NON INTERVENTION
DISUSUN OLEH:
Michiko Trihadianty 110110120388

DOSEN MATA KULIAH:


Atip Latifulhayat, S.H., LL.M., Ph.D.
Rachminawati, S.H., M.A.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015

A. FAKTA HUKUM

Pihak yang bersengketa adalah Nicaragua sebagai Applicant dan Amerika sebagai
Respondent

Pada tanggal 9 April 1984, Nicaragua mengajukan kasus ini ke Mahkamah


Internasional.

Pada bulan September 1981, berdasarkan pernyataan Nicaragua, Amerika melakukan


tindakan use of force terhadap Nicaragua.

Dalam kasus ini, Nicaragua merasa Amerika telah melanggar keadulatan Nicaragua
dan melanggar kewajibannya untuk menahan diri menggunakan use of force terhadap
negara lain dan melakukan intervensi berdasarkan Piagam PBB, Kebiasaan Hukum
Internasional, dan Charter of the Organization of Inter-American States.

Amerika melakukan use of force dengan cara-cara:


i.

Amerika meletakkan ranjau di pelabuhan-pelabuhan Nicaragua, dan hal ini di


sahkan oleh Presiden Amerika.

ii.

Amerika melakukan serangan terhadap bandara internasional Sandino di


Managua.

iii.

Amerika meledakkan pipa saluran minyak di Puerto Sandino

iv.

Amerika melakukan serangan terhadap kilang minyak di Benjamin Zeledon,


menyebabkan kehilangan banyak minyak.

v.

Amerika melakukan serangan laut dan udara terhadap Corinto, menyebabkan


kerusakan 5 kilang minyak, dan evakuasi warga penduduk.

vi.

Amerika meledakkan pipa minyak di Puerto Sandino

vii.

Amerika melakukan serangan dengan speedboat dan helikopter dengan


menggunakan roket terhadap Potosi Naval Base.

viii.

Amerika melakukan serangan terhadap kilang minyak di San Juan del Sur dengan
speedboat dan helikopter

ix.

Helikopter Amerika menyediakan bantuan senjata api kepada Allianza


Revolucionaria Democratica (ARDE).

x.

Amerika mensahkan undang-undang yang untuk memberikan bantuan kepada


contras (pasukan oposisi Nicaragua)

xi.

Amerika melakukan aerial trespass di wilayah udara Nicaragua.

B. PERMASALAHAN HUKUM
1. Apakah tindakan Amerika merupakan use of force?
2. Apakah tindakan Amerika merupakan tindakan collective self-defence?
3. Apakah tindakan Amerika telah mingintervensi urusan dalam negeri Nicaragua?

C. ARGUMENTASI PARA PIHAK


1. Nicaragua
a. Nicaragua mengklaim bahwa Amerika telah melakukan pelanggaran terhadap
Pasal 2 (4) Piagam PBB, dan hukum kebiasaan internasional. Tindakan Amerika
merupakan intervensi terhadap urusan dalam negeri Nicaragua.
b. Tindakan collective self defence yang dilakukan Amerika hanya merupakan dalih,
tujuan Amerika melakukan use of force terhadap Nicaragua tidak mempunyai
kaitan dengan serangan bersenjata Nicaragua terhadap El Salvador. Tujuan dari
tindakan Amerika sesungguhnya adalah untuk memaksa Nicaragua untuk
mematuhi tuntutan Amerika.
c. Amerika

juga

telah

mencampuri

urusan

ekonomi

Nicaragua

dengan

memberhentikan impor gula dari Nicaragua, dan menghentikan bantuan dana


kepada Nicaragua.
d. Berdasarkan Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB, Amerika melanggar kewajiban
terhadap Nicaragua untuk menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekerasan
terhadap integritas teritori dari Nicaragua.
e. Berdasarkan pada Pasal 18 dari the Charter of the Organization of Alaric
States, Amerika melanggar kewajiban kepada Nicaragua untuk tidak ikut
campur secara langsung atau tidak langsung dan dengan alasan apapun ke
dalam masalah internal atau eksternal dari Nicaragua.
f. Berdasarkan Pasal 8 dari the Convention on Rights and Duties of States,
Amerika melanggar kewajiban untuk tidak ikut campur

ke dalam masalah

Nicaragua.
g. Berdasarkan Hukum Kebiasaan Internasional, Amerika melanggar kewajiban
untuk tidak ikut campur masalah internas Nicaragua.

h. Berdasarkan Hukum Kebiasaan Internasional, Amerika melanggar kewajiban


berdasakan kewajiban dalam laut lepas atau kedamaian dalam perdamaian
maritime.
2. Amerika
a. Tindakan yang dilakukan Amerika terhadap Nicaragua merupakan bentuk dari
collective self defence.
b. El Salvador, Honduras dan Costa Rica merupakan negara anggota dari
Organization of American States (Organisasi), berdasarkan Piagam Organisasi
tersebut, ketika terjadi serangan bersenjata ke salah satu negara anggota, maka
serangan tersebut juga merupakan serangan terhadap Organisasi.
c. Atas dasar tersebut, Amerika melakukan use of force terhadap Nicaragua sebagai
bentuk collective self defence atas serangan bersenjata Nicaragua terhadap El
Salvador, Honduras, dan Costa Rica.
d. Mahkamah tidak mempunyai yurisdiksi untuk mengadili kasus ini.

D. PUTUSAN PENGADILAN
Majelis Mahkamah Internasional memutus, Amerika telah melakukan use of force
terhadap Nicaragua, namun tindakan use of force terhadap Nicaragua bukan merupakan
tindakan collective self-defence. Mahkamah Internasional menghukum Amerika untuk
membayar uang sejumlah US$ 370.200.000.

E. DASAR PERTIMBANGAN
Dengan suara 12 banding 3, Majelis menolak tuntutan mengenai collective selfdefence dengan menyatakan bahwa tindakan use of force yang dilakukan Amerika terhadap
Nikaragua tidak termasuk dalam collective self-defence
Dengan suara 12 banding 3,Majelis memutuskan bahwa segala kegiatan pelatihan,
persenjataan, pembiayaan, dan pemberian bantuan dalam kegiatan militer dan paramiliter
telah melanggar ketentuan dalam hukum internasional sesuai dengan hukum kebiasaan
internasional

Dengan suara 12 banding 3, Majelis memutuskan bahwa dengan mengarahkan


serangan ke wilayah Nicaragua dengan kegiatan terkait militer dan paramiliter terhadap
Nikaragua telah melanggar hukum kebiasaan internasional dengan melanggar kedaulatan
negara lain
Dengan suara 12 banding 3, Majelis memutuskan dengan menanam ranjau di wilayah
perairan pedalaman Nicaragua telah melanggar hukum kebiasaan internasional untuk tindak
mengganggu pelayaran niaga1

F. ANALISIS
Masuknya tuntutan (application) Nicaragua terhadap Amerika didasarkan pada wewenang
wajib Mahkamah. Disebutkan bahwa wewenang wajib dari Mahkamah hanya dapat terjadi
apabila negara-negara sebelumya dalam suatu persetujuan menerima wewenang tersebut.
Dalam kasus ini, Amerika dan Nicaragua merupakan anggota PBB.

Berdasarkan pasal 36

(2) Statuta Mahkamah berlaku pula klausul opsional yang menyatakan bahwa :
Negara anggota Statuta da[at setiap saat menyatakan untuk menerima wewewnang
wajib Mahkamah dan tanpa persetujuan kusus dalam hubungannya dengan negara lain
yang menerima kewajiban yang sama dalam semua sengketa terkait penafsiran
perjanjian; persoalan hukum internasional; adanya suatu fakta yang apabila terbukti
akan menjadi pelanggaran hukum internasional;jenis atau besarnya ganti rugi yang
harus dilakukan dari suatu pelanggaran.4
Selanjutnya penggunaan kekerasan (use of force) terhadap negara lain terdapat dalam
Pasal 2 (4) Piagam PBB yang menentukan bahwa negara-negara dilarang menggunakan
ancaman atau kekerasan terhadap negara lain5. Terhadap pasal ini, Piagam PBB memberikan
pengecualian yaitu Pasal 51 Piagam PBB yang menetukan bahwa suatu negara mempunyai
1 Bahan materi Latar Belakang, Fakta Hukum, Argumentasi Para Pihak, Putusan Pengadilan, dan
Pertimbangan Hukum diakses melalui http://www.icj-cij.org/docket/?
p1=3&p2=3&case=70&code=nus&p3=4
2 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Edisi ke2, Bandung: Alumni, 2005, hlm. 260.

3 Laman web Perserikatan Bangsa Bangsa, United Nations Members, <


http://www.un.org/en/members/>, [diakses 16/4/2015]
4 Statuta Mahkamah Internasional
5 Boer Mauna, Op.cit. hlm. 648

right of individual self defence dan right of collective self defence. Hak- hak ini dapat
dilakukan bila terjadi serangan bersenjata terhadap negara anggota PBB lain sampai Dewan
Keamanan melakukan tindakan yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan kedamaian
internasional. Bagi negara-negara yang melaksanakan hak ini harus secepatnya melaporkan
tindakannya kepada Dewan Keamanan PBB.
Dalam kasus ini, saya kurang sepaham dengan pendapat Mahkamah Internasional yang
menyatakan bahwa negara sesungguhnya tidak mempunyai kewajiban untuk melaporkan
segala kegiatan terkait dengan self defence ketika ia melakukan right of self defence, karena
kewajiban ini tercantum secara jelas dalam Piagam PBB, dimana Piagam PBB mengikat
pihak-pihak yang meratifikasinya. Karenanya, ketika Amerika melakukan kegiatan self
defence terhadap El Salvador, ia mempunyai kewajiban untuk secepatnya melapor tindakan
tersebut kepada Dewan Keamanan PBB sebagai badan yang mempunyai wewenang terkait
menjaga keamanan dan kedamaian internasional.
Dalam melakukan collective self defence, harus sesuai dengan Principle of Necessity
dan Principle of Proportionality. Dalam ILC Draft on State Responsibility suatu negara dapat
tidak dikenakan tanggung jawab atas tindakannya melawan hukum internasional bila
tindakan tersebut adalah satu-satunya cara bagi negara tersebut untuk melindungi
kepentingan esensial terhadap bahaya (grave and imminent peril). Necessity diperbolehkan
dilakukan hanya dimana tak ada kewajiban primer (primary obligation) yang mengatur
tindakan negara, seperti prinsip use of force.6
Kekerasan yang dilakukan ketika self defence harus proporsional terhadap serangan
bersenjata yang terjadi,7 dalam Legality of Nuclear Weapons Case, use of force yang
proporsional dibawah hukum mengenai self defence, agar diperbolehkan oleh hukum harus
memenuhi syarat hukum yang berlaku dalam konflik bersenjata yang didalamnya berlaku
prinsip dan hukum mengenai humaniter.
Pada sisi lain, saya setuju dengan pendapat Mahkamah Internasional yang menyatakan bahwa
Amerika tidak memenuhi kedua prinsip diatas ketika melakukan self defence terhadap
Nicaragua. Karena Amerika telah melakukan tindakan kekerasan terhadap Nicaragua sejak
tahun 1981, sedangkan Declaration of Intervention dikeluarkan oleh El Salvador pada tahun
1983, hal ini tidak memenuhi unsur kesegeraan (immediate) dan tidak memenuhi unsur
6 Draft Articles on Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts, par 20.
7 Peter Malanzcuk, Introduction to International Law, Taylor & Francis e-Library, 2002, hal. 316

necessity karena tidak ada kepentingan negara yang berada dalam bahaya sehingga harus
dilindungi hanya dengan jalan kekerasan.
Dalam melakukan collective self defence, harus ada klaim dari negara yang terkena
serangan bersenjata bahwa ia adalah korban dari serangan tersebut (victim state) dan harus
ada permintaan dari negara korban kepada negara lain untuk melindunginya. 8 Amerika, dalam
kasus ini menyatakan bahwa ia melakukan self defence atas El Salvador, Honduras, dan Costa
Rica, namun Honduras dan Costa Rica tidak menyatakan bahwa mereka adalah negara
korban serangan bersenjata oleh Nicaragua dan meminta bantuan Amerika untuk
melindunginya, sedangkan seperti yang telah disebutkan diatas, El Salvador mengeluarkan
pernyataan bahwa ia adalah negara korban serangan bersenjata oleh Nicaragua dan meminta
bantuan Amerika, namun hal tersebut baru dilakukan bertahun-tahun setelah Amerika
melakukan tindakan kekerasan di Nicaragua.
Use of Force tidak hanya tercantum dalam sumber hukum internasional berupa
konvensi atau perjanjian internasional, namun juga sebagai kebiasaan hukum internasional.
Dalam kasus ini, Mahkamah Internasional menyatakan bahwa larangan use of force
merupakan hal yang dilarang dalam kovensi, yaitu Piagam PBB dan juga kebiasaan hukum
internasional. Kebiasaan hukum internasional mempunyai dua syarat, yaitu state practice dan
opinio juris.9
Praktik negara atas larangan use of force dapat dilihat dengan tindakan-tindakan
negara yang menyelesaikan sengketanya secara damai, karena dengan menyelesaikan
sengketa secara damai, negara tersebut telah menahan diri menggunakan use of force
terhadap negara lain. Kemudian opinio juris dapat ditemukan di materi yang di publikasikan,
pernyataan dari pemerintah, serta peraturan nasional suatu negara.10
PBB telah mengeluarkan banyak instrumen terkait dengan larangan use of force,
seperti Declaration on Principles of International Law tahun 1970, Manila Declaration on
the Peaceful Settlement of Disputes, Declaration on the Enhancement of the Effectiveness of
the Prinsiple of Refraining from Threat or Use of Force in International Relations, melalui
deklarasi-deklarasi ini terlihat negara-negara menganggap bahwa larangan use of force
memang merupakan suatu bentuk hukum yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar.
8 Peter Malanzcuk, Ibid., hlm. 318
9 Peter Malanzcuk, Ibid., hlm. 39
10 Peter Malanzcuk, Ibid.

Mahkamah Internasional mengklasifikasikan jenisnya dalam the most grave forms of


the use of force, yaitu tindakan yang termasuk dalam golongan serangan bersenjata (armed
attack) dan the less grave form of the use of force, yaitu kegiatan mengorganisasi, membantu,
atau ikut serta dalam tindakan perselisihan dalam negeri (civil strife) dan tindakan teroris di
negara lain, tindakan tersebut tidak melibatkan ancaman atau tindakan kekerasan yang
dianggap sebagai serangan bersenjata.
Amerika terbukti mendukung kegiatan contras dengan mengorganisir, membantu,
atau ikut serta dalam tindakan mereka, General Assembly Resolution 2131 (XX)
mendeklarasikan satu negara tidak diperbolehkan untuk mengorganisir, membantu,
mendanai, atau mentoleransi tindakan subversif, tindakan teroris, atau aktifitas bersenjata
yang ditujukan untuk menggulingkan rezim negara lain atau turut campur dalam civil strife
negara lain. Berdasarkan resolusi tersebut, tindakan Amerika mengorganisir, membantu, dan
mendanai contras merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan dalam hukum internasional,
sehingga Mahkamah Internasional dalam masalah ini memutus sesuai dengan hukum
internasional.
Terkait non-intervention, tujuan akhir dari Amerika adalah untuk membuat tidak stabil
Nicaragua. Tujuan ini merupakan bentuk dari intervensi, Amerika mencampuri urusan
pemerintahan yang secara jelas merupakan jurisdiksi internal dari Nicaragua.
Tindakan Amerika ini termasuk intervensi, walaupun tidak secara langsung dengan
menggunakan pasukan militernya melakukan kekerasan terhadap Nicaragua, namun ia
mendukung tindakan kekerasan terhadap Nicaragua dengan mendukung pasukan militer,
sehingga pasukan tersebut mempunyai kemampuan untuk terus melakukan tindakan
kekerasan terhadap Nicaragua, hal ini tergolong sebagai Indirect Intervention. Indirect
Intervention juga merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan dalam ketentuan hukum
internasional.
Dalam hukum internasional, dikenal adanya prinsip Par In Parem Non Habet
Imperium yang berarti setiap negara mempunyai kedaulatan yang sama, negara berdaulat
tidak bisa melaksakan jurisdiksinya terhadap negara berdaulat lainnya, dalam hal ini suatu
negara tidak dibenarkan untuk memiliki kekuasaan atas negara lainnya. Prinsip ini tertuang
dalam Pasal 2 (1) UN Charter mengenai non-intervention. Prinsip ini menentukan bahwa
suatu negara tidak dapat ikut campur atas masalah internal suatu negara atau atas jurisdiksi
suatu negara.

General Assembly mengeluarkan berbagai resolusi terkait dengan intervensi, salah


satunya adalah GA Resolution no 2625 (XXV) pada 24 Oktober 1970 (Declaration on
Principles of International Law concerning Friendly Relations and Co-operation among
States in accordance with the Charter of the United Nations) dan no 36/103 (Declaration on
the Inadmissibility of Intervention and Interference in the Internal Affairs of States ).
Dijelaskan pada GA Resolution no 2625 (XXV) pada 24 Oktober 1970

bahwa

hubungan antara negara haruslah berdasarkan perdamaian dalam rangka menjaga dan
memperkuat perdamaian internasional, sementara dalam GA no 36/103 ini menjabarkan hak
dan kewajiban yang dimiliki oleh negara terkait dengan intervention. Negara berkewajiban
untuk dalam melakukan hubungan internasional, menahan diri dari penggunaan kekerasan
atau dalam bentuk apapun melanggar batas wilayah suatu negara, atau mengubah sistem
politik dari negara lain. Negara mempunyai kewajiban untuk menahan diri dari tindakan atau
percobaan tindakan untuk membuat keadaan tidak stabil suatu negara.
Tindakan Amerika yang berupa Indirect Intervention dan Direct Intervention juga
melanggar Pasal 18 dan Pasal 20 Charter of the Organization of Alaric States. Dalam Pasal
18 dinyatakan bahwa antar negara dilarang untuk mengintervensi dengan alasan apapun,
urusan internal dan eksternal negara lain, sedangkan dalam Pasal 20 dinyatakan bahwa suatu
wilayah negara tidak boleh dijadikan sebagai okupasi militer oleh negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Malanzcuk, Peter, Introduction to International Law, Taylor & Francis e-Library, 2002.
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era Dinamika
Global, Edisi ke-2, Bandung, Alumni, 2005.

PERUNDANG-UNDANGAN INTERNASIONAL
Draft Articles on Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts
Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa
Statuta Mahkamah Internasional
SUMBER LAIN

www.icj-cij.org
www.un.org

Anda mungkin juga menyukai