Anda di halaman 1dari 11

ARUS DAN GELOMBANG AIR LAUT

1. Arus
Arus atau pergerakan massa air merupakan fenomena penting dalam oseanografi, karena
berkaitan dengan aliran atau sirkulasi air. Menurut Pond dan Pickard (1983), gerakan massa air
terjadi karena resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja pada kolom massa air yang memiliki
suatu percepatan dan dipengaruhi gaya gravitasi.
Arus laut merupakan bergeraknya massa air laut. Arus laut dapat terjadi akibat adanya gaya
pembangkit arus yang bekerja baik pada lapisan antar muka air-udara ataupun pada badan air
seperti angin,rotasi bumi, beda salinitas dan temperatur, dan gaya gravitasi bulan. Kedalaman
perairan dan bentuk garis pantai akan mempengaruhi arah dan kecepatan arus (Anonim,2010).
Arus permukaan merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh
tiupan angin, perbedaan dalam densitas laut, maupun oleh gerakan bergelombang panjang, misalnya
pasang surut. Di laut terbuka, arah dan kekuatan arus di lapisan permukaan sangat banyak
ditentukan oleh angin. Arah arus permukaan memiliki hubungan yang erat dengan angin (Nontji,
1993).
Oleh karena dibangkitkan angin, arah arus permukaan (atas) mengikuti arag angin yang ada.
Khususnya di Asia Tenggara karena arah angin musim sangat terlihat perubahannya antara musim
barat dan musim timur. Arus musim barat ditandai oleh adanya aliran air dari arah utara melalui laut
Cina bagian atas, laut Jawa, dan laut Flores. Adapun musim timur sebaliknya mengalir dari arah
selatan.
Selain pergerakan arah arus mendatar, angin dapat menimbulkan arus air vertikal yang dikenal
dengan upwelling dan downwelling di daerah-daerah tertentu. Proses upwelling adalah suatu proses
massa air yang didorong ke atas dari kedalaman sekitar 100 sampai 200 meter. Oleh karena air yang
dari kedalaman lapisan belum berhubungan dengan atmosfer, maka kandungan oksigennya rendah
dan suhunya lebih dingin dibandingkan dengan suhu air permukaan lainnya.
a. Pengaruh arus terhadap keberadaan ikan
Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan, Laevastu dan Hayes (1981) menyatakan hubungan
arus terhadap penyebaran ikan adalah arus mengalihkan telur-tekur dan anak-anak ikan pelagis dan
spawning ground (daerah pemijahan) ke nursery ground (daerah pembesaran) dan ke feeding
ground (tempat mencari makan). Migrasi ikan-ikan dewasa disebabkan arus, sebagai alat orientasi
ikan dan sebagai bentuk rute alami; tingkah laku ikan disebabkan arus, khususnya arus pasut, arus
secara langsungdapat mempengaruhi distribusi ikan-ikan dewasa dan secara tidak langsung
mempengaruhi pengkelompokan makanan. Atau faktor lain yang membatasinya (suhu), arus
mempengaruhi lingkungan alami ikan, maka secara tidak langsung mempengaruhi kelimpahan ikan
tertentu dan sebagai pembatas distribusi geografisnya.
Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan yang dipengaruhi oleh arus
dengan cara mengarahkan dirinya secara langsung pada pergerakan arus. Arus tersebut akan
mempengaruhi organ ikan yang disebut linea lateralis yang fungsinya sebagai mechanoreceptor
yang terletak pada garis mendatar di kedua sisi tubuh ikan. Hal ini dikarenakan mechanoreceptor
adalah organ reseptor yang ada pada organisme ikan yang berfungsi memberikan informasi
mengenai perubahan mekanis dalam lingkungan seperti gerakan tegangan atau tekanan. Biasanya
gerakan ikan selalu mengarah menuju arus (Reddy,1993).

2. Vektor Arus
a. Vektor Arus (current vector). Dalam hal ini panah menunjukkan arus pada daerah satu
derajat persegi. Angka pada sudut kanan atas menunjukkan jumlah pengamatan sedangkan
angka pada sudut kiri bawah menunjukkan jarak umbang (resultan drift) dengan satuan
mil/hari.

Gambar 1. Vektor Arus.

b. Mawar Arus (Current Roses). Dalam gambar 2 hal ini arah panah menunjukan arah arus.
Tebalnya panah menunjukkan kecepatan arus dalam satuan mil/jam atau knots. Sedangkan
panjangnya panah sebanding dengan frekuensi arus dalam satuan.

Gambar 2 . Mawar Arus


c. Garis Banjar (Stream line). Seorang Oseanografer menganalisis arus tersebut lebih jauh
dengan dua cara yaitu:
a. Garis Banjar (Stream Line)
b. Lintasan arus (trajectory).
Maksud utama dengan penggambaran garis banjar adalah untuk menentukan daerah-daerah
Konvergensi (pumpunan arus) dan daerah-daerah divergensi (Penyibakan arus) karena mereka
menunjukkan pertemuannya atau perpecahannya dua masa air yang berbeda sifatnya ataupun tidak.

Gambar 3. Arus Konversi dan Divergensi.


d. Panah Arus. Dalam hal ini tebalnya panah menunjukkan kekuatan atau lebih tepat lagi
kecepatan arus sedangkan panjang panah menunjukkan tingkat kekanjangan
(Persistency) atau Kemantapan arus, sebagai berikut:

Gambar 4. Panah Arus.


5. Jorong Perkala (Tidal ellipse)
Pengamatan arus perkala harus dilakukan pada satu titik yang tetap (fixed point) dan tidak bisa
diamati diatas sebuah kapal. Sebagai misal, kita ambil perkala dengan periode tengah hari yaitu
12,5 jam. Maka gambar diperoleh sebagai berikut.

Y = Utara

Jam 0/12,5

X= Timur
Gambar 5. Jorong Pekala
Biasanya dalam peta arus , jorong perkala disederhanakan menjadi hanya tinggal arah dari
sumbu-sumbunya, baik sumbu panjang maupun sumbu pendek.
Sekarang ini peta arus mencakup wilayah globalsudah bisa diperoleh datanya melalui satelit.
Besarnya penyebaran angin sebagai berikut.
a. Angin Pusat (Trade Winds)
Angin ini terdapat didaerah antara 30oU dan 30oS disebelah menyebelah khatulistiwa.
Disebelah utara disebut angin pasat timur laut dan diselatan disebut angin pasat tenggara.
Diantara keduanya didapatkan daerah timbah ruah (doldrums). Didaerah ini sedikit bahkan tidak
ada angin dikarenakan adanya kenaikan udara keatas karena terjadinya konvergensi tropik
(tropical covergency). Karena kenaikan udara ini, maka daerah ini biasanya mengalami hujan
lebat. Konvergensi tropik berpindah-pindah secara musiman sesuai dengan letak matahari. Oleh
sebab itu daerah dari masing-masing angin pasat (tenggara maupun timurlaut) bergantian
melebar dan melampaui khatulistiwa. Angin ini selalu tunak(steady) dan tetap (constant)
keadaan bertiupnya.

1b
Khatulistiwa
1a

Gambar 6. Bagian Penyebaran angin diatas paras bumi.


1a. Angin Pusat Tenggara, 1b.Angin Pusat Timur Laut
2. Angin Barat, 3. Angin Timur

e. Hubungan antara Gelombang dan Arus Air Laut


Gelombang yang besar biasanya bergabung dengan perambatan gelombang pada waktu air
surut.karena kekuatan pasut bervariasi terhadap waktu,perambatan gelombang masuk ke estuari
selama air surut sering berkembang menjadi arus berjalan yang kuat.
Gelombang memiliki sistem sederhana yaitu bergerak dari daerah yang arusnya kecil atau tidak ada
menuju daerah lain,dimana terdapat arus yang sejajar dengan perambatan gelombang.
Pengaruh panjang gelombang dan tinggi gelombang jika arus mengalir adalah
a) Searah dengan perambatan gelombang
b) Berlawanan dengan perambatan gelombang
Arus yang mengalir searah dengan gelombang akan berdampak pada peningkatan kecepatan
gelombang,namun periode gelombang (T) harus konstan :
T=

L0
L
=
C 0 c+ n
L0

Dimana :

C0
L
c
n

= panjang gelombang jika arus = nol


= kecepatan gelombang jika arus = nol
= panjang gelombang dalam arus
= kecepatan gelombang dalam arus
= kecepatan arus

jika laju transfer energi konstan,kemudian jika kecepatan trening kat,tinggi gelombang menjadi
berkurang.namun dalam semua praktek tidak semua energi gelombang bertahan dalam sistem
gelombang. Beberapa ditransfer ke arus,menyebabkan tinggi gelombang berkurang lebih jauh.
Sebaliknya jika arus berlawanan dengan arah perambatan gelombang,L akan berkurang dan
gelombang menjadi lebih pendek dan tingginya bertambah,tinggi gelombang bertambah karena
hasil dari perolehan energi dari arus.
Dalam teori suatu titik dapat dicapai dimana kecepatan berkurang nol,sehingga gelombang yang
sangat besar membentuk tinggi gelombang tak berhingga.
Perhatikan estuari yang lebar atau fiard yang relatif melintang.hanya gelombang laut yang
mempunyai kecepatan cukup tinggi yang berdampak pada arus yang dapat mengganggung estuari
ini selama air surut.arus dapat juga membelokkan gelombang yaitu mengubah arah perambatan.
3. Simulasi Numeris Arus Pasang Surut
a. Arus laut di teluk kwandang
Dari kecepatandan arah menunjukan bahwa arah dominan gerakan massa air pada kedalaman 5
m yaitu ke arah selatan-baratdaya selama periode pengukuran. Sedangkan pada kedalaman 10 m
terjadi dua arah arus yang dominan yaitu arah tenggara dan barat laut. Kekuatan arus pada
kedalaman 5 m antara 2 sampai 12 cm/det dengan kecepatan rata-rata 6cm/det. Arah arus hampir
tidak berubah yaitu dominan ke arah selatan-baratdaya. Pada kedalaman 10 m, kecepatan arus
anatar 2-12 cm/det, dengan rata-rata 7cm/det kekuatann arus baik pada kedalaman 5 dan 10 m, nilai
keceaptan rata-rata yang hampir sama(6-7 cm/det) dan arus cukup lemah selama perioda
pengukuran tersebut. Lemahnya arus di Teluk Kwandang tersebut berhubung pada saat pengamatan
kondisi laut cukup tenang,sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan
arus(angin,gelombang) hampir tidak ada.
Dari pola arus pada kedalaman 10 m,besar kemungkinan hanya dipengaruhi oleh pasang surut
setempat kerena lokasi pengamatan arus sekitar 3 mil dari pantai T kwandang.teluk kwandang
meupakan lokasi yang baik untuk budidaya seperti budidaya rumput laut dan biota laut lainnya.
b. Simulasi Numeris Arus Pasang Surut Diperairan Cirebon
Pasang surut air laut merupakan fenomena naik turunnya secara periodik yang terjadi diseluruh
belahan bumi akibat adanya gaya pembangkit pasang surut yang utamanya berasal dari matahari
dan bulan (Douglas,2001). Fenomena pasang surut tersebut diketahui dapat membangkitkan arus
laut yang dikenal dengan sebutan arus pasang surut atau arus pasut (Stewart, 2006: 300). Kecepatan
arus pasang surut biasa nya berubah-ubah secara periodik dalam suatu selang waktu tertentu atau
sering disebut dalam satu siklus pasang surut sehingga arus pasang surut dapat diramalkan.
Perairan pantai Cirebon adalah perairan yang berada pada posisi 6,6 - 6,8 LS dan 108,5 108,8 BT. Pemilihan lokasi penelitian di perairan Cirebon dikarenakan pada daerah tersebut
terdapat pelabuhan, pertambakan dan perumahan pinggir pantai yang memerlukan kajian
oseanografi khususnya pasang surut dan arus pasang surut. Untuk itu diperlukan informasi tentang
perairan Cirebon dengan melakukan penelitian dan survey lapangan, yang membutuhkan waktu
yang lama dan dana yang besar.
Salah satu alternative untuk mereduksi pengeluaran biaya dengan menggunakan simulasi
numeris, yaitu memanfaatkan teknologi komputer yang mampu memberikan gambaran pasang surut
dan arus pasut dengan waktu yang relatif singkat. Simulasi numeris diharapkan dapat memberikan
penggambaran karakteristik pasang surut dan arus pasang surut diperairan Cirebon secara efisien
dan efektif.

Penelitian dilakukan dengan metode survey dan pembentukan model simulasi. Survei dilakukan
diawal penelitian untuk mengetahui input pembentukan model, dan kemudian dilakukan survey
diakhir penelitian sebagai groundchek dari model yang dibuat.
Data yang digunakan sebagai input simulasi model adalah data batimetri, data komponen
harmonic pasang surut dan data elevasi pasang surut yang diperoleh dari model pasut global FES04
( Finite Element Solution tide model ). Untuk data verifikasi hasil simulasi model hidrodinamika
akan digunakan data pembanding berdasarkan hasil pengukuran.
Penelitian ini menggunakan modifikasi model hidrodinamika tiga dimensi yang dikembangkan
oleh MARETEC ( Marine and Environmental Technology Research Center ), Technical University
of Lisbon yang lebih dikenal MOHID (Modelo Hidrodinamico). MOHID menggunakan persamaan
kontinuitasdan persamaan gerak atau kekekalan momentum yang diintegrasikan terhadap
kedalaman.
Prinsip kontinuitas menyatakan kekekalan massa dalam suatu ruang yang ditempati oleh elemen
fluida. Asumsi umum yang digunakan yaitu fluida tak termampatkan sehingga tidak ada perubahan
densitas terhadap ruang dan aliran fluida dianggap tunak. Persamaan gerak dikenal sebagai
persamaan kekekalan momentum. Persamaan ini menjelaskan aliran fluida yang mengikuti hokum
kedua newton.
Tipe pasang surut diperairan Cirebon terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Tipe pasang
surut ini adalah tipe campuran yang cenderung semidiurnal.
Kondisi arus pasang surut diperairan Cirebon pada saat surut minimum lebih besar dari saat
pasang maksimum. Begitu juga arus pasang surut saat surut menuju pasang menengah lebih besar
dari kecepatan arus rata-rata arus saat pasang menuju arus menengah.
Pola arus diperairan Cirebon didominasi oleh arah yang menuju kearah tenggara kemudian
alirannya berbelok kearah timur pada saat pasang menuju surut menengah. Pada saat surut menuju
pasang menengah arus pasang surut didominasi oleh aliran yang menuju ke arah barat yang
kemudian alirannya berbelok kea rah barat laut.
c. Profil Vertikal Kecepatan Arus Dan Suhu Diselat Lombok
Arlindo merupakan transport massa air dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia yang
melewati perairan Indonesia. Keistimewaan dari Arlindo ini karena massa air Samudra Pasifik
Ekuator Barat memiliki suhu yang tinggi dan salinitas yang rendah daripada massa air di Samudra
Hindia. Jadi ketika memasuki Samudra Hindia massa airnya hangat dan lebih tawar. Arlindo
mengalir 80% melalui selat Makassar sebagai jalur utama dan kemudian terpisah 25% melewati
selat Lombok dan 75% masuk ke laut Flores, Banda, dan keluar di selat ombai dan laut Timor
menuju Samudra Hindia.
Selat Lombok merupakan saluran terpenting Arlindo dibagian selatan Indonesia yang
terletak antara pulau Bali dan Lombok. Selat Lombok merupakan sebuah kanal dimana kecepatan
arusnya besar, bukan saja karena adanya Arlindo tapi juga karena bentuk geometrinya. Yaitu adanya
Sill dibagian selatan selat yang berinteraksi dengan arus pasut.
Kedalaman perairan Selat Lombok berkisar antara 800 m sampai 1000 m, kecuali di bagian
selatan dimana terdapat pulau kecil Nusa Penida yang membagi selat menjadi dua kanal. Kanal arah
barat, Selat Bandung, lebih dangkal dengan kedalaman lebih kurang 100 m. kanal arah timur lebih
dalam dan memiliki sebuah sill yang membentang arah timur-barat sepanjang dasar dengan
kedalaman puncak sill sekitar 250 m.

Data yang digunakan adalah data kecepatan arus dan suhu di selat Lombok dari mooring
tahun 2004-2005 yang diperoleh dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Departemen
Kelautan dan Perikanan (DKP). Data mooring tersebut terdapat pada dua lokasi yaitu selat Lombok
bagian barat pada 115 45,487 BT, 08 43,9 LS dan Selat Lombok bagian timur pada 115 53,769
BT, 0840,24 LS dengan kedalaman masing-masing 921 m dan 1144 m.
Data raw dari hasil pengukuran mooring diolah dalam berapa tahap. Pada tahap pertama
dilakukan interpolasi sampling rate menjadi satu jam untuk setiap pengukuran pada semua
kedalaman. Penyeragaman sampling rate disebut dengan istilah commontimebase. Tahap kedua
dilakukan interpolasi tekanan pada tiap kedalaman karena tidak semua instrument mengukur
tekanan. Tahap ketiga dilakukan interpolasi vertical terhadap data kecepatan arus dengan interval
kedalaman 20 m untuk setiap data keepatan arus di kedua lokasi mooring. Selanjut nya tahap
keempat, data yang telah di interpolasi vertical ini difilter dengan menggunakan filter frekuensi
lolos rendah untuk menghilangkan data dengan periode kurang dari 24jam.
Variabilitas dan profil vertical suhu menunjukan bahwa suhu di kedua lokasi mooring
memiliki nilai yang berbeda dimana suhu dilokasi mooring bagian barat. Hal ini disebabkan lokasi
mooring bagian timur dipengaruhi oleh massa air yang lebih hangat dari samudra pasifik sedangkan
mooring bagian barat lebih dipengaruhi oleh massa air dari samudra hindia.
Pola arus di selat Lombok bi-direction utara dan selatan dengan dominan ke selatan sampai
kedalaman 250 m. di bawah kedalaman 250 m, kecepatan arus memperlihatkan pola yang tidak
beraturan. Hal ini karena adanya sill dibagian selatan yang memblok arus keselatan. Kecepatan arus
maksimum terjadi pada awal mei masing-masing untuk mooring stasiun barat dan stasiun timur dan
arus bergerak ke selatan.
d. Simulasi Numeris Arus Pasang Surut
Pasang surut air laut merupakan fenomena naik turunnya secara periodik yang terjadi diseluruh
belahan bumi akibat adanya gaya pembangkit pasang surut yang utamanya berasal dari matahari
dan bulan (Douglas,2001). Fenomena pasang surut tersebut diketahui dapat membangkitkan arus
laut yang dikenal dengan sebutan arus pasang surut atau arus pasut (Stewart, 2006: 300). Kecepatan
arus pasang surut biasa nya berubah-ubah secara periodik dalam suatu selang waktu tertentu atau
sering disebut dalam satu siklus pasang surut sehingga arus pasang surut dapat diramalkan.
Perairan pantai Cirebon adalah perairan yang berada pada posisi 6,6 - 6,8 LS dan 108,5 108,8 BT. Pemilihan lokasi penelitian di perairan Cirebon dikarenakan pada daerah tersebut
terdapat pelabuhan, pertambakan dan perumahan pinggir pantai yang memerlukan kajian
oseanografi khususnya pasang surut dan arus pasang surut. Untuk itu diperlukan informasi tentang
perairan Cirebon dengan melakukan penelitian dan survey lapangan, yang membutuhkan waktu
yang lama dan dana yang besar.
Salah satu alternative untuk mereduksi pengeluaran biaya dengan menggunakan simulasi
numeris, yaitu memanfaatkan teknologi komputer yang mampu memberikan gambaran pasang surut
dan arus pasut dengan waktu yang relatif singkat. Simulasi numeris diharapkan dapat memberikan
penggambaran karakteristik pasang surut dan arus pasang surut diperairan Cirebon secara efisien
dan efektif.
Penelitian dilakukan dengan metode survey dan pembentukan model simulasi. Survei dilakukan
diawal penelitian untuk mengetahui input pembentukan model, dan kemudian dilakukan survey
diakhir penelitian sebagai groundchek dari model yang dibuat.

Data yang digunakan sebagai input simulasi model adalah data batimetri, data komponen
harmonic pasang surut dan data elevasi pasang surut yang diperoleh dari model pasut global FES04
( Finite Element Solution tide model ). Untuk data verifikasi hasil simulasi model hidrodinamika
akan digunakan data pembanding berdasarkan hasil pengukuran.
Penelitian ini menggunakan modifikasi model hidrodinamika tiga dimensi yang dikembangkan
oleh MARETEC ( Marine and Environmental Technology Research Center ), Technical University
of Lisbon yang lebih dikenal MOHID (Modelo Hidrodinamico). MOHID menggunakan persamaan
kontinuitasdan persamaan gerak atau kekekalan momentum yang diintegrasikan terhadap
kedalaman.
Prinsip kontinuitas menyatakan kekekalan massa dalam suatu ruang yang ditempati oleh elemen
fluida. Asumsi umum yang digunakan yaitu fluida tak termampatkan sehingga tidak ada perubahan
densitas terhadap ruang dan aliran fluida dianggap tunak. Persamaan gerak dikenal sebagai
persamaan kekekalan momentum. Persamaan ini menjelaskan aliran fluida yang mengikuti hokum
kedua newton.
Tipe pasang surut diperairan Cirebon terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Tipe pasang
surut ini adalah tipe campuran yang cenderung semidiurnal.
Kondisi arus pasang surut diperairan Cirebon pada saat surut minimum lebih besar dari saat
pasang maksimum. Begitu juga arus pasang surut saat surut menuju pasang menengah lebih besar
dari kecepatan arus rata-rata arus saat pasang menuju arus menengah.
Pola arus diperairan Cirebon didominasi oleh arah yang menuju kearah tenggara kemudian
alirannya berbelok kearah timur pada saat pasang menuju surut menengah. Pada saat surut menuju
pasang menengah arus pasang surut didominasi oleh aliran yang menuju ke arah barat yang
kemudian alirannya berbelok kea rah barat laut.

4. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tentang Arus Air Laut


Cilamaya wetan, Cilamaya Kulon dan Tempuran merupakan salah satu kecamatan bagian
Timur laut ibukota Kabupaten Karawang yang termasuk dataran rendah secara geografis serta
memiliki kemiringan 5-10 meter diatas permukaan laut.
Kecamatan Cilamaya Kulon hanya memiliki dua desa pesisir antara lain desa Sukajaya dan
Pasirjaya. Sedangkan kecamatan Tempuran memiliki lima pesisir desa yaitu Ciparagejaya,
Tempuran , Cikuntul , Sumberjaya dan Tanjungjaya.
Arus November Desember 2007
Data arus diperoleh dari Dinas Hidrografi dan Oseanografi . Pengukuran arus perairan di
wilayah pantai Subang menunjukkan bahwa di perairan pantai Mayangan arus pasang berkisar
antara 1,4 - 31,5 cm/s mengalir dominan kearah barat dan arus surut berkisar antara 0,7 28,1 cm/s
yang mengalir dominan kearah barat. Di lokasi pantai Ciasem arus pasang sekitar 1,5-30,7 cm/s
yang dominan ke arah barat. (puslitbang Pengairan 1985 dalam Bappeda Jabar,2007).
Pada musim barat pergerakan arus umumnya menuju kearah timur atau arus timur dengan
kecepatan berkisar antara 3 -14 mil/hari. Musim timur arus bergerak sebaliknya yaitu menuju
kearah barat dengan kecepatan berkisar 1-13 mil/hari. Musim peralihan I (Maret-Mei) dan peralihan
II (September-November) kecepatan arus masing-masing adalah 1 mil/jam dan 6 mil/jam.
Pasang Surut November-Desember 2007

Data pasang surut diperoleh dari Dinas Hidrografi dan Oseanografi pada bulan NovemberDesember 2007. Dinas Hidrografi dan Oseanografi tidak memiliki stasiun daerah Karawang,
sehingga datanya diperoleh dari daerah Cirebon yang dekat dengan Karawang.
Berdasarkan prakiraan dari dua stasiun (Tanjung Periok dan Cirebon) tipe pasang surut di
wilayah pantai utara Jawa Barat bagian utara termasuk dalam kategori campuran condong ke harian
ganda artinya terjadi dua kali pasang dan dua kali surut tetapi, namun tinggi dan periodenya
berbeda. Kisaran maksimum tinggi pasang dan surut sebesar 1 meter dan kisaran tinggi pasang dan
surut kedua adalah 0,5-0,7 meter (Dishidros TNI AL 2000 dalam PKSPL-IPB 2000).

DAFTAR PUSTAKA
Suryarso,dkk.2001.Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Potensi Laut dan Pesisir,Pusat Penelitian
Oseanografi.Jakarta.LIPI
Aulia,Annisa.2013.Variabilitas Arus Eddy di Perairan Selatan Jawa-Bali Berdasarkan Data
Satelit.Bandung.Unpad
Supangat,Agus dkk.2011.Oseanografi Fisika.Jakarta.KKP.
Cahyani Tri, Aisyah.2013.Pengaruh Arus Terhadap Perubahan Garis Pantai di Kabupaten
Karawang.Jatinangor.FPIK Unpad
Anonim.1994.Pulau Moyo Sumber Daya Alam dan Rona Lingkungannya.Jakarta.LIPI

Anda mungkin juga menyukai