Anda di halaman 1dari 9

1Bermain

Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human


Development, mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain.
Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak
menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya,
mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang
ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain,
anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan
belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta
memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik
anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi
dengan orang lain akan berkembang.

Bermain tentunya merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja.
Menurut Hughes (1999), seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya
Children, Play, and Development, mengatakan harus ada 5 (lima) unsur
dalam suatu kegiatan yang disebut bermain. Kelima unsur tersebut adalah
Tujuan bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku mendapat
kepuasan karena melakukannya (tanpa target), bukan untuk misalnya
mendapatkan uang.
Dipilih secara bebas. Permainan dipilih sendiri, dilakukan atas kehendak
sendiri dan tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa.
Menyenangkan dan dinikmati.
Ada unsur kayalan dalam kegiatannya.
Dilakukan secara aktif dan sadar.

Diluar pendapat Hughes, ada ahli-ahli yang mendefinisikan bermain sebagai


apapun kegiatan anak yang dirasakan olehnya menyenangkan dan dinikmati
(pleasurable and enjoyable). Bermain dapat menggunakan alat (mainan)
ataupun tidak. Hanya sekedar berlari-lari keliling di dalam ruangan, kalau
kegiatan tersebut dirasakan menyenagkan oleh anak, maka kegiatan itupun
sudah dapat disebut bermain.

4.2 Manfaat Bermain


Membaca uraian tentang pentingnya bermain, orangtua mungkin berpikir
hal-hal tersebut di atas bisa didapatkan anak dengan cara belajar (study).
Malah dengan belajar anak bisa pintar, kalau main terus-terusan anak tidak
bisa pintar. Pendapat ini ada benarnya juga, terutama jika kepintaran hanya
berhubungan dengan kemampuan akademik seperti membaca, menulis dan
berhitung. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, kepintaran bukan hanya
sekedar membaca, menulis dan berhitung, dan juga kemampuan akademis
bukan satu-satunya hal yang penting dan dibutuhkan. Ada hal lain yang
penting dan dibutuhkan, misalnya kemampuan berkomunikasi, memahami
cara pandang orang lain dan bernegosiasi dengan orang. Hal-hal tersebut
tidak bisa didapatkan hanya dengan belajar. Perasaan senang, menikmati,
bebas memilih dan lepas dari segala beban karena tidak punya target, juga
tidak bisa didapatkan dari kegiatan belajar.

Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan


di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki
tentang dunia dan kemudian juga sekaligus bisa mendapatkan pengetahuan
baru, dan semua dilakukan dengan cara yang menggembirakan hatinya.
Tidak hanya pengetahuan tentang dunia yang ada dalam pikiran anak yang
terekspresikan lewat bermain, tapi juga hal-hal yang ia rasakan, ketakutanketakutan dan kegembiraannya. Orangtua akan dapat semakin mengenal
anak dengan mengamati ketika anak bermain. Bahkan lewat permainan
(terutama bermain pura-pura/role-playing) orangtua juga dapat menemukan
kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtuanya dan keluarganya.
Bermain pura-pura menggambarkan pemahamannya tentang dunia dimana
ia berada.

Kreativitas anak juga semakin berkembang lewat permainan, karena ide-ide


originallah yang keluar dari pikiran anak-anak, walaupun kadang-kadang
terasa abstrak bagi orangtua. Mengingat bahwa tidak hanya orangtua yang
mengalami stres, anak-anak juga bisa. Stres pada anak dapat disebabkan
oleh beban pelajaran sekolah dan rutinitas harian yang membosankan.
Bermain dapat membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari.

4.3 Apa yang Sebaiknya Dilakukan Orangtua?


Apakah anak perlu bermain? Tentu saja sudah jelas jawabannya bahwa anak
perlu bermain. Mungkin yang dikawatirkan orangtua adalah kalau anak
terlalu banyak bermain dan tidak mau belajar. Kembali kepada ilustrasi awal,
yang perlu dipastikan adalah apakah anak masih punya waktu bermain,
setelah kegiatan belajar yang padat. Kalau memang sebenarnya anak punya
waktu bermain, lalu berlanjut terus hingga tidak mau belajar, maka
masalahnya adalah bagaimana kita memotivasi anak agar mau belajar.

Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua untuk membimbing


anaknya dalam bermain sehingga benar-benar berguna bagi anak tersebut,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Pastikan dalam jadwal kesibukan anak sehari-hari, masih terdapat waktu
luang yang cukup untuk anak bermain.
Sesekali ikut bermain bersama anak, pahami dirinya, kegembiraan,
ketakutan dan kebutuhannya. Siapa tahu setelah itu tidak lagi menjadi
orangtua yang terlalu ambisius.
Mendukung kreativitas permainanan anak, sejauh apa yang diperbuat anak
dalam permainan bukanlah perbuatan yang kurang ajar, tidak merugikan,
tidak menyakiti dan tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Membimbing dan mengawasi anak dalam bermain, tapi tidak over
protective. Anak mungkin tidak tahu kalau apa yang dilakukannya dalam
permainan adalah perbuatan yang salah, karena itu mereka perlu dibimbing.
Tapi jangan bersikap over-protective sampai menghalangi kebebasannya.
Misalnya, kalau anak bermain lari-larian dan pernah terjatuh adalah wajar,
jadi tidak perlu melarang anak bermain lari-lari karena takut anak jatuh. Tapi
kalau anak mengebut ketika bermain sepeda, tentunya perlu dilarang karena
berbahaya.

Sekalipun dunia bermain adalah dunia anak-anak, tapi anak membutuhkan


peran orangtua untuk dapat berada dalam dunianya itu secara aman dan
nyaman. Dengan bermain, tidak hanya anak merasa senang dan bahagia
ketika melakukannya; tapi dengan bimbingan yang tepat dari orangtua,

potensi diri anak juga dapat berkembang, anak dapat menjadi pintar lewat
sarana permainan. Anak senang dan orangtua bahagia.

4.4 Bermain & Belajar


Anak-anak kita bermain dengan berbagai bentuk dan cara. Ada permainan
tertentu yang bentuknya berupa aktivitas yang mereka lakukan dengan
manusia (people). Mereka bermain dengan teman sejawatnya, dengan
kakak-adik-saudaranya, atau juga bermain dengan kita. Ada juga bentuk
permainan yang mereka lakukan dengan benda-benda (toys), dari mulai
yang paling canggih sampai yang sederhana, seperti sepeda atau bola. Soal
caranya, Mildred B. Parten (1932) mengamati ada enam cara bermain yang
biasa mereka tempuh. Keenam cara itu bisa kita lihat di bawah ini:
Unoccupied play: anak kita hanya berposisi sebagai pemerhati anak lain
yang bermain.
Onlooker play: mereka melihat dan bertanya pada anak lain yang sedang
bermain, tetapi tidak mau terlibat.
Solitary play: mereka bermain dengan barang mainannya tanpa ada
keterlibatan dengan temanya, terkadang juga ngomong sendiri.
Paralel play: mereka sama-sama bermain dengan temannya (bukan
bermain bersama), masing-masing memainkan barang mainan yang dibawa,
tanpa ada interaksi dalam permainan
Assosiative play: mereka saling tukar barang mainan, namun tidak ada
aturan yang mereka sepakati.
Co-operative play: mereka bermain dangan aturan yang mereka sepakati,
misalnya bermain bola, perlombaan dalam naik sepeda, bermain game di
komputer, dan biasanya menerapan hukum siapa yang kalah dan siapa yang
menang.

Berbagai cara dalam bermain itu mereka lakukan sesuai dengan


perkembangan usia dan jenis kelamin. Anak perempuan, katanya, lebih suka
bermain secara paralel, sementara anak laki-laki bermain secara associative
dan cooperative. Terlepas apapun cara bermain yang mereka tempuh,

sejauh menyenangkan dan tidak membahayakan, bermain itu juga


memberikan dampak perkembangan psikologis tertentu.

Dalam keilmuannya, banyak pendapat yang membeberkan hubungan


sinergis antara bermain dan belajar, tetapi dalam prakteknya, tradisi kita
pada umumnya masih mengkontradiksikan antara bermain dan belajar.
Inipun muncul dengan berbagai alasan. Misalnya saja main berlebihan
sehingga tidak bisa berkonsentrasi belajar (akademik) pada saat konsentrasi
itu dibutuhkan. Atau juga, mereka bermain hanya untuk bermain sehingga
proses pembelajaran mental yang mestinya mereka dapatkan dari
permainan itu kurang optimal.

Untuk yang terakhir itu, memang tidak bisa hanya mengandalkan pada
kapasitas anak-anak. Karena itu, di sinilah perlunya kita memfasilitasi anakanak agar bisa menyerap berbagai materi pembelajaran mental yang
mestinya mereka dapatkan dari permainan yang mereka lakukan. Tentu saja
harus mengedepankan asas menyenangkan, tidak tegang, atau tidak terlalu
tinggi untuk bisa ditangkap oleh jangkauan berpikir mereka. Akan lebih
bagus lagi kalau ditambah dengan cerita-cerita kepahlawanan, kesalehan,
dan kehebatan sosok yang mereka kagumi pada saat kondisi jiwa mereka
siap menerima (story telling method).

Jika Anda ingin mengembangkan anak-anak, mulailah dari otaknya.


Mereka tentu saja tidak membaca dengan ginjalnya.
(DR. Deborah Waber, Harvard University)

4.5 Play Is The Work of Child Maria Montessori

Kegiatan bermain penting untuk perkembangan yang sehat bagi anak-anak


dan remaja. Penelitian menunjukkan bahwa 75% perkembangan otak terjadi
setelah lahir. Kegiatan terlibat dalam oleh anak kedua merangsang dan
mempengaruhi pola hubungan dibuat antara sel-sel saraf. Proses ini

mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik halus dan kasar,


bahasa, sosialisasi, kesadaran pribadi, kesejahteraan emosional, kreativitas,
pemecahan masalah dan kemampuan belajar.

Peran paling penting yang bermain dapat memiliki adalah untuk membantu
anak-anak untuk aktif, membuat pilihan dan tindakan praktek untuk
penguasaan. Mereka harus memiliki pengalaman dengan berbagai macam
konten (seni, musik, bahasa, ilmu pengetahuan, matematika, hubungan
sosial) karena masing-masing adalah penting bagi perkembangan otak yang
kompleks dan terintegrasi. Play bahwa link sensori-motor, kognitif, dan
pengalaman sosial-emosional menyediakan pengaturan yang ideal dari
perkembangan otak.

Menurut Montessori, dimensi penting dari bermain adalah:


* Sukarela, menyenangkan, punya tujuan dan spontan
* Kreativitas diperluas menggunakan keterampilan pemecahan masalah,
keterampilan sosial, keterampilan bahasa dan keterampilan fisik
* Membantu mengembangkan ide-ide baru
* Membantu anak untuk beradaptasi sosial
* Membantu untuk menggagalkan masalah emosional

Jika bermain adalah pekerjaan anak, mainan adalah alat-alat. Melalui


mainan, anak-anak belajar tentang dunia mereka, mereka sendiri, dan lainlain. Mainan mengajar anak-anak untuk:
* Gambar tahu bagaimana sesuatu bekerja
* Ambil ide-ide baru
* Membangun DNS dan kekuatan otot
* Gunakan imajinasi mereka
* Mengatasi masalah

* Belajarlah untuk bekerjasama dengan orang lain

Play konten harus berasal dari imajinasi sendiri anak dan pengalaman.
Sayangnya, pengalaman bermain untuk anak hari ini memang sering
berbeda dari orang tua mereka. Dengan pengaruh yang pernah berkembang
media elektronik termasuk TV, video, video game dan internet, anak
menghabiskan banyak waktu mereka yang pasif dihibur oleh atau minimal
berinteraksi dengan cara pad keyboard atau kontrol dengan perangkat
elektronik. mainan Bahkan saat ini lebih sering terstruktur oleh komputer
onboard yang mendikte pengalaman bermain.
Ini merampas anak-anak bermain tidak terstruktur dengan anak-anak
lainnya serta menghabiskan waktu bermain individu dalam bermain kreatif.
Orangtua perlu memahami kebutuhan bermain anak mereka dan
memberikan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

4.6 Playing With Your Child

Sementara anak-anak perlu waktu untuk bermain sendiri dan dengan anakanak lain tanpa campur tangan orang dewasa, penelitian menunjukkan
bahwa bermain dengan orang tua juga penting.
Anak-anak menginginkan waktu bersama orang tua. Itu membuat mereka
merasa istimewa. Orang tua didorong untuk mencari waktu untuk bermain
dengan anak-anak mereka secara teratur. Ini harus mencakup 1-1 dengan
setiap kali anak dan kelompok dengan semua orang dewasa dan anak-anak
di rumah. Jika Anda adalah orang tua tunggal atau memiliki anak tunggal,
kadang-kadang mengajak keluarga atau teman-teman untuk bermain.
Dalam bermain pura-pura, biarkan anak mengembangkan tema. Masuk ke
dunia mereka. Biarkan mereka pergi dengan itu. Ajukan pertanyaan. Bermain
bersama. Konyol bersama dengan mereka dan bersenang-senang. Hindari
over-stimulasi. Tahu kapan saatnya untuk berhenti.
Juga, bila perlu, orangtua dapat menggunakan boneka binatang atau
boneka untuk bertindak keluar situasi kehidupan nyata yang dapat
mengajarkan keterampilan pemecahan masalah atau sosial. Biarkan wayang
menunjukkan cara yang salah untuk menangani situasi. Kemudian, bersama

dengan masukan dari anak, bertindak keluar cara yang lebih baik. Setelah
itu, biarkan anak melakukan hal yang sama.
Lebih Kemungkinan:
* Luar Putar. Lempar bola. Bermain di ayunan. Membuat kue lumpur. Pergi
pada kenaikan sekitar lingkungan. Ambil alam berjalan kaki di halaman
belakang rumah Anda.
* Bermain game permainan kartu permainan papan konyol dan aneh
permainan anak-anak. Bantu mereka belajar untuk bergantian, bagaimana
untuk menang dan bagaimana longgar. Memuji mereka. Mendorong mereka.
Tertawa dengan mereka.
* Dapatkan terlibat dalam sebuah proyek kerajinan bersama-sama.
Membangun puzzle sebagai sebuah keluarga. Panggang cookie. Cat gambar.
* Dengarkan musik bersama. Bernyanyi bersama. Memainkan instrumen
irama bersama dengan musik. Keluar gitar atau keyboard dan membuat
musik.
* Baca buku bersama. Ajukan pertanyaan. Minta mereka untuk mengubah
cerita atau membuat yang baru.
* Menonton film bersama. Cari tahu apa yang mereka sukai bagaimana
perasaan mereka. Temukan kepentingan anak. Mengomentari dan
mendiskusikan isi mengganggu baik kata-kata atau tindakan.
permainan anak * Play seperti: Ikuti Pemimpin Tebak Apa I Am? Hide and
Seek

Membantu anak-anak ketika mereka menunjukkan kebutuhan atau


memintanya. Menggunakannya sebagai waktu untuk mengajar:
* Kesabaran
* Pemecahan masalah
* Keterampilan sosial
* Kreativitas

Bermain dengan anak-anak membangun ikatan yang akan bertahan


selamanya. Ini memungkinkan anak tahu ia dicintai dan dihargai. Ini
membuka pintu untuk masalah berbagi dan keprihatinan ketika diperlukan.
Ini membantu orang tua untuk mengenal dan di bawah keunikan setiap
anak. Hal ini juga menekankan peredam bagus untuk orang tua terlalu
banyak bekerja.
Kegiatan yang besar bagi seluruh keluarga. Mereka membantu
mengembangkan ikatan keluarga yang kuat yang bisa berlangsung seumur
hidup. Dapat dikatakan bahwa keluarga yang bermain bersama-sama tetap
bersama-sama. Mereka juga lebih kooperatif, mendukung dan memiliki
komunikasi terbuka. Kualitas ini membayar dividen yang besar dengan
meningkatkan harga diri, keterampilan sosial dan rasa keterhubungan yang
membantu anak-anak dan remaja menggunakan penilaian yang baik ketika
dihadapkan dengan kesulitan dan godaan.

Anda mungkin juga menyukai