Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)


A. KONSEP MEDIK
1. Defenisi
Menurut Sudoyo Aru, dkk (2009), demam berdarah dengue (DBD)/Dengue
Hemoragik Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis, demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan dirongga tubuh. (Amin H. Nurarif & Hardhi Kusuma dalam
buku Nanda NICNOC, 2015).
2. Etiologi
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain
merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000;
420).
Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia
dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan
antibody terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk
terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan
yang memadai terhadap serotype lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi oleh 2 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat
serotype dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.
3. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul
pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati
dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan


DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat
anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ini di buktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan
perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila
tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti
terganggu oleh aktifasi sistem koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/
DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.
4. Manifestasi Klinis
a. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam,
gejala gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung ,
nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya.
b. Perdarahan
Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi
pada kulit dan dapat berupa uji torniquet yang positif mudah terjadi perdarahan
pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan hingga sedang
dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan hematemesis.
Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.
c. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati
teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita.
d. Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada
masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
e. Klasifikasi
Klasifikasi DHF berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4 derajat:
Derajat I
1) Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+),
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2) Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.
3) Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari.
4) Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
5) Dengue Shock Syndrome ( DSS )
Dengue shock syndrome ( DSS ) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita
Dengue

Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau demam berdarah dengue.

Dengue syok sindrom bukan saja merupakan suatu permasalahan kesehatan


masyarakat yang menyebar dengan luas atau tiba tiba, tetapi juga merupakan
suatu permasalahan klinis, karena 30 50 % penderita demam berdarah dengue
akan mengalami renjatan dan berakhir dengan demam suatu kematian terutama bila
tidak ditangani secara dini dan adekuat.
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium :
Trombosit menurun
Hematokrit meningkat 20% atau lebih
Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
Hiponatremia( NA rendah )
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto trorax ( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di dapatkan
efusi pleura
g. Penatalaksanaan
Tirah baring
3

Pemberian makanan lunak


Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
Pemberian cairan melalui infuse
Pemberian obat-obatan, antibiotik, antipiretik
Antikonulsi jika terjadi kejang
Monitor TTV
Monitor adanya tanda-tanda renjatan
Monitor tanda-tanda pendarahan lanjut
Periksa HB, HT, dan trombosit setiap hari

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data biografi, meliputi : identitas klien dan identitas penanggung
b. Riwayat kesehatan, meliputi : keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga
c. Pola fungsi kesehatan, meliputi : pola nutrisi dan metabolisme, pola eliminasi,pola
aktivitas dan latihan, pola tidur dan istirahat, pola persepsi dan konsep diri, pola
sensori dan kognitif, pola hubungan dan peran, pola penanggulangan stress.
d. Pemeriksaan fisik Head to toe, meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia b/d proses infeksi virus
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d tidak adekuat intake nutrisi
c. Perdarahan b/d penurunan faktor pembekuan darah
d. Kekurangan volume cairan b/d pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
e. Nyeri akut b/d penekanan intra abdomen
3. Perencanaan
a. Hipertermia b/d proses infeksi virus
NOC : Thermoregulation
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam pasien akan
menunjukkan tanda-suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan pernapasan
dalam rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing
4

Intervensi
1) Monitor TTV
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum klien dan menentukan
intervensi selanjutnya
2) Beri kompres hangat pada daerah lipatan tubuh (paha dan aksila)
Rasional : Kompres untuk memnbantu menurunkan demam
3) Anjurkan ganti pakaian klien dengan bahan tipis yang menyerap keringat
Rasional : Pakaian tipis untuk membantu menyerap keringat
4) Ajarkan kepada klien tentang penanganan hipertermi
Rasional : Pengetahuan tentang hipertermi dan penanganannya membantu
klien untuk mengatasi hipertermi
5) Kolaborasi pemberian anti piretik
Rasional : Penurun demam
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang
tidak adekuat
NOC : Status nutrisi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam pasien akan
menunjukkan

keseimbangan

elektrolit

dan

asam

basa,

menunjukkan

keseimbangan cairan, turgor kulit baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi
1) Monitor TTV
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum klien dan menentukan
intervensi selanjutnya
2) Kaji adanya alergi makanan
Rasional : alergi bias memperparah keadaan klien
3) Monitor intake dan output cairan
Rasional : Untuk mengetahui perkiraan kebutuhan akan cairan
4) Anjurkan klien untuk banyak minum
Rasional : Anjuran banyak minum untuk mengganti cairan yang keluar
5) Kolaborasi pemberian cairan IV
Rasional : Mempertahankan hidrasi
c. Perdarahan b/d penurunan faktor pembekuan darah
NOC : Blood lose severity, blood koagulation
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam pasien akan
menunjukkan tidak ada hematuria dan hematemesis, trombosit dan hematokrit
dalam batas normal.
Intervensi
1) Monitor tanda-tanda perdarahan
5

Rasional : Untuk mengetahui lebih dini adanya perdarahan


2) Monitor nilai laboratorium (trombosit dan hematokrit)
Rasional : Hasil lab membantu dalam penanganan resiko perdarahan
3) Lindungi klien dari trauma yang menyebabkan perdarahan
Rasional : Melindungi klien daari perdarahan
4) Pertahankan bedrest
Rasional : Istirahat diperlukan untuk memulihkan tenaga
5) Kolaborasi dalam pemberian makanan yang banyak mengandung vitamin K
Rasional : Vitamin K untuk membantu proses pembekuan darah
d. Kekurangan volume cairan b/d pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
NOC : Status nutrisi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam pasien akan
menunjukkan tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti, turgor kulit baik, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi
1) Monitor TTV
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum klien dan menentukan
intervensi selanjutnya
2) Monitor intake dan output cairan
Rasional : Untuk mengetahui perkiraan kebutuhan akan cairan
3) Anjurkan klien untuk banyak minum
Rasional : Anjuran banyak minum untuk mengganti cairan yang keluar
4) Kolaborasi pemberian cairan IV
Rasional : Mempertahankan hidrasi

e. Nyeri akut b/d penekanan intra abdomen


NOC : Tingkat kenyamanan, pengedalian nyeri, tingkat nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan selama 3 X 24 jam, klien tidak
mengalami nyeri dengan kriteria hasil : mampu mengontrol nyeri, melaporkan
nyeri berkurang, ttv dalam batas normal, menyatakan rasa nyaman.
Intervensi
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi derajat nyeri dan kebutuhan
untuk dosis anlagetik.
2) Berikan posisi yang nyaman
Rasional : Mengurangi rasa nyeri
3) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

Rasional : Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman pada


klien
4) Ajarkan teknik relaksasi
Rasional : Membantu klien untuk mengatasi nyeri atau rasa tidk nyaman
secara lebih efektif
5) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat membantu menurunkan rasa nyeri.

Anda mungkin juga menyukai