Anda di halaman 1dari 4

Screening (penyaringan) merupakan usaha dalam mengidentifikasi kondisi-kondisi tersembunyi

dalam suatu bagian tertentu dalam suatu populasi (Katz, 2001). Hal tersebut merupakan upaya
untuk mendeteksi penyakit yang tidak mudah terlihat, atau faktor-faktor risiko untuk penyakit
yang mungkin dimiliki oleh populasi.
Dapat diasumsikan deteksi dini kanker mulut dapat menjadi cara yang paling efektif untuk
mengurangi morbiditas sekaligus meningkatkan kelangsungan hidup bagi penderitanya.
Yang sering menjadi masalah adalah kurangnya pendidikan serta pemahaman dari pasien
mengenai penyakit tersebut, sehingga sering muncul kasus kanker mulut yang sudah parah akibat
keterlabatan pasien dalam memeriksakan penyakitnya tersebut.
U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF) pada tahun 1996 menyatakan Uji screening
yang tersedia untuk kanker mulut hanya terbatas pada pemeriksaan fisik, yang mana hal tersebut
kurang memperhatikan sensitivitas, spesifisitas, dan prediksi lebih lanjut. Diagnosis lebih awal
memang berdampak positif terhadap kelangsungan hidup penderita, namun nyatanya, terlalu
sedikit jumlah data terkontrol yang mampu memastikan apakah screening rutin dalam perawatan
primer dapat mengarahkan pada diagnosis lebih awal yang bisa mengurangi tingkat kematian
penderita kanker mulut.
Dengan adanya data mengenai tingkat kerentanan dan tingkat kematian terkait seberapa parah
kondisi kanker dan seberapa jauh perawatan yang dilakukan, para dokter disarankan untuk
menambahkan pemeriksaan cermat pada penderita yang tidak menunjukkan gejala kanker mulut
namun memiliki risiko penyakitnya akan berkembang secara signifikan. Para dokter harus tetap
waspada terhadap tanda-tanda atau gejala kanker yang timbul terutama bagi para perokok dan
pengguna alkohol (USPSTF, 2004a).

Pertimbangan klinis screening kanker mulut

Inspeksi langsung dan palpasi rongga mulut adalah metode skrining yang paling umum
direkomendasikan untuk kanker mulut, meskipun hanya sedikit data yang ada pada
sensitivitas dan spesifisitas pada metode ini. Teknik skrining yang lain sedang dievaluasi
tapi masih dalam tahap eksperimen.

Para perokok dan pengguna alkohol memiliki faktor risiko terbesar terkena kanker mulut.

Dokter harus waspada terhadap


pengguna alkohol.

kemungkinan kanker mulut terhadap perokok atau

Pasien harus didorong untuk tidak merokok dan membatasi konsumsi alkohol untuk
mengurangi resiko terkena kanker mulut serta penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru,
dan sirosis. (USPSTF, 2004b).

Faktor-faktor risiko kanker mulut


Beberapa studi telah menetapkan beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker
mulut, antara lain faktor sosiologi, ekonomi, perilaku (merokok, konsumsi alcohol, diet), faktor
ekonomi, faktor biologis, kondisi klinis, faktor lainnya seperti, infeksi HPV, bahan obat kumur
(International Agency for Research on Cancer [IARC], 1991).
1. Tembakau
Beberapa studi telah melaporkan bahwa perokok berat memiliki resiko 4x lebih
tinggi terkena kanker mulut dibanding dengan yang bukan perokok. Konsumsi tembakau
bisa dengan cara seperti. merokok, menghirup-hirup tembakau, dan mengunyah
tembakau. Namun, bentuk-bentuk lain dari konsumsi tembakau juga dapat menyebabkan
kanker mulut seperti, naswar (tembakau + slaked lime), nass (tembakau + slaked lime +
ash), paan (betel nut + areca nut + slaked lime + tembakau), reverse smoking, black
tobaccoair cured, and blond tobaccoflue cured (Chattopadhyay, 1989; Gupta, Murti,
& Bhonsle, 1996; Merchant, Husain, Hosain, Fikree, Pitiphat et al., 2000; SanchoGarnier & Theobald, 1993).
2. Alkohol
Resiko terkena kanker mulut bagi pengguna alkohol lebih besar dibanding yang
bukan pengguna alcohol. (Blot et al., 1988; Franceschi et al., 1990). Resiko pengguna
alcohol 9x lebih besar dibanding yang bukan pengguna (Silverman, 1998). Franco,
Kowalski, Oliveira, Curado, Pereira.,et al. (1989) menyatakan bahwa orang yang
mengonsumsi alkohol 100kg selama masa hidupnya berisiko 3x lebih tinggi dibanding
yang tidak mengonsumsi alkohol, sedangkan orang yang mengonsumsi alkohol 400kg
selama masa hidupnya dapat memperbanyak resiko terkena kanker mulut sebanyak 7x
lipat lebih. Menurut Silverman (1998) ada efek multiplikasi sinergis antara kebiasaan

merokok dan alkohol untuk kaker mulut. Bahwa orang dengan kebiasaan merokok
sekaligus konsumsi alkohol resiko terkena kanker mulut mencapai 37.7.
Efek gabungan antara merokok dan konsumsi alkohol :
1. tidak pernah merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, OR = 1,0 ;
2. tidak pernah merokok dan pernah mengonsumsi alcohol , OR = 1,7 ( 95 % CI = 0,83,4 )
3. perokok dan tidak pernah minum , OR = 1,6 ( 95 % CI = 0,5-4,7 ) ;
4. perokok dan pernah minum , OR = 12,7 [ 95 % CI = 5,5-29,1 ; p - value = 0,008 ])
(Castellsagu, Quintana, Martnez, Nieto, Snchez et al., 2004, Ulasan di Ragil,
Modugno & Gollin, 2007).
3. Human Papiloma Virus (HPV)
Satu dari tiga orang yang didiagnosa mengalami kanker tenggorokan terinfeksi
oleh jenis virus human papillomavirus atau HPV, seperti diungkapkan dalam sebuah
studi. HPV merupakan virus utama yang menyebabkan kanker serviks atau mulut rahim,
dan virus ini diketahui menyebar melalui kontak alat kelamin atau mulut. HPV telah
ditemukan pada kanker serviks, kanker tonsil, dan jenis tertentu dari kanker kepala dan
leher (Oh, Kim, Woo, Kim, Jeong et al., 2004).
Virus HPV memiliki lebih dari 100 tipe. Sebagian besar orang akan terinfeksi
HPV pada beberapa titik dalam hidup mereka. Ada dua jenis HPV yang diduga
menyebabkan kanker yaitu HPV-16 dan HPV-18. HPV-16 disebutkan menjadi penyebab
60% kasus kanker serviks, 80% kanker anus dan 60% kanker mulut. Di Inggris, setiap
tahun sekitar 1.500 orang didiagnosa terkena kanker tenggorokan dengan 470 orang
meninggal akibat penyakit ini.
Dr Ruth Travis, seorang peneliti kanker dari Oxford mengungkap sejumlah bukti
bahwa infeksi HPV-16 kemungkinan menjadi penyebab yang signifikan dari kanker
oropharyngeal. Kanker oropharyngeal adalah kanker yang terdapat di belakang
tenggorokan.

Faktor pelindung
Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa diet dengan konsumsi kaya buah-buahan dan
sayuran dapat memberikan perlindungan terhadap resiko kanker mulut. Sayuran berwarna
kuning kegelapan, buah jeruk , dan makanan kaya akan karoten seperti wortel, labu, dan tomat
segar dapat melindungi terhadap resiko terkena kanker mulut (Franco et al ., 1989; IARC 2003).
Vitamin C dan D, asupan beta karotin tinggi (bekerja sebagai antioksidan), dan vitamin E
(antioksidan) memungkinkan pencegahan terhadap kanker mulut (IARC, 2003). Mikronutrien
lain seperti folat, vitamin A, dan zat besi telah dikaitkan dengan pencegahan kanker mulut
meskipun masih dibutuhkan bukti epidemiologi tambahan untuk hal ini. Bukti kuat memang
belum tersedia, namun penelitian awal menunjukkan bahwa asupan serat tinggi dan konsumsi
minyak zaitun berperan dalam pencegahan kanker mulut (IARC , 2003).

Anda mungkin juga menyukai