Anda di halaman 1dari 15

Pengendalian Bahaya Lingkungan Kerja

Analisis Hazard di Industri Informal Dito Laundry

Disusun Oleh :

Dwi Nikmah Lestari

25010114120155

Chaca Ramadhani

25010114120171

Puti Andam Dewi

25010114130225

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri laundry atau binatu adalah jasa pencucian pakaian yang pada
awalnya hanya terbatas pada pencucian baju biasa separti kemeja, kaos, celana
dan sebagainya. Sekarang ini bisnis laundry menjadi industri kecil yang
keberadaannya sudah menjamur dimana -mana. Hal ini bisa disebabkan oleh
mulai padatnya hunian oleh masyarakat atau penduduk yang memiliki
kesibukan tinggi sehingga tidak sempat untuk mencuci sendiri di rumah.
Hal serupa terjadi di Tembalang, Semarang. Tembalang merupakan
hunian yang padat oleh mahasiswa karena adanya Universitas Diponegoro.
Kehidupan mahasiswa yang sangat sibuk, serta kemandirian dan fasilitas
untuk mencuci pakaian sendiri sangat rendah, maka jasa laundry sangat
dibutuhkan. Keuntungan yang besar bisa didapat melalui bisnis laundry di
Tembalang. Baik bisnis industry kecil rumahan maupun franchise keduanya
sama-sama menjanjikan sehingga banyak orang yang membuka bisnis
laundry.
Saat ini laundry sudah menjadi kebutuhan masyarakat di kota kota.
Dengan adanya kemajuan teknologi dan pengetahuan, kini laundry pun tidak
hanya mencuci pakaian saja, namun juga bisa mencuci tas, sepatu, boneka,
karpet dan lan sebagainya. Hasil cucian di laundry pun bersih dan wangi
sehingga orang akan lebih memilih laundry daripada mencuci sendiri di
rumah. Peralatan yang digunakan oleh jasa laundry sudah canggih. Mereka
menggunakan mesin cuci yang modern. Hal ini ditujukan untuk menunjang
hasil cucian yang memuaskan pelanggan.
Bahkan saat ini, hasil cucian laundry menggunakan berbagai macam
pewangi yang dapat dipilih sendiri oleh pelanggan. Pewangi yang digunakan
oleh jasa laundry pun tidak mudah menguap layaknya pewangi pakaian yang
biasa digunakan dirumah.
Namun, tanpa disadari keadaan dan fasilitas fasilitas tersebut justru
dapat memicu munculnya bahaya kerja. Berbagai kecelakaan kerja dan
penyakit kerja dapat terjadi di bisnis laundry atau binatu. Baik itu dari faktor
ergonomi, fisik, kimia maupun biologi.
2

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1

Bagaimanakah pengorganisasian kerja di industri binatu atau laundry?

1.2.2

Apa saja hazard yang ada di tempat kerja pada industri binatu atau
laundry?

1.2.3

Apakah risiko yang bisa diperoleh pekerja yang bekerja di industri

1.2.4
1.2.5
1.2.6

binatu atau laundry?


Bagaimanakah tingkat keparahan risiko tersebut?
Adakah keterkaitan antara cara kerja di laundry dengan kesehatan?
Bagaimanakah tindakan pengendalian terhadap risiko yang ada di
industri laundry?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengorganisasian kerja di industri binatu atau
1.3.2

laundry.
Untuk mengetahui apa saja hazard yang ada di tempat kerja pada

1.3.3

industri binatu atau laundry.


Untuk mengetahui risiko yang bisa diperoleh pekerja yang bekerja di

1.3.4
1.3.5

industri binatu atau laundry.


Untuk mengetahui tingkat keparahan risiko tersebut.
Untuk mengetahui keterkaitan antara cara kerja di laundry dengan

1.3.6

kesehatan.
Untuk mengetahui tindakan pengendalian terhadap risiko yang ada di
industri laundry.

1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat mengetahui pengorganisasian kerja di industri binatu atau
1.4.2

laundry.
Dapat mengetahui apa saja hazard yang ada di tempat kerja pada

1.4.3

industri binatu atau laundry.


Dapat mengetahui risiko yang bisa diperoleh pekerja yang bekerja di

1.4.4
1.4.5

industri binatu atau laundry.


Dapat mengetahui tingkat keparahan risiko tersebut.
Dapat mengetahui keterkaitan antara cara kerja di laundry dengan

1.4.6

kesehatan.
Dapat mengetahui tindakan pengendalian terhadap risiko yang ada di
industri laundry.

BAB II
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil Pengamatan
A. Tempat
Industri informal yang diamati adalah DITO LAUNDRY yang berada di
Jalan Banjarsari, Gang Tunjungsari nomr 44 Tembalang, Semarang
B. Pengorganisasian Kerja
Jam kerja

Buka laundry jam 07.00 22.00 WIB, tap

pengerjaannya tidak menentu, kadang jug


mengerjakan tengah malam.
Waktu istirahat

Tidak ada, karena bisnis di rumah jadi waktu


istirahat disesuaikan sendiri

Pembagian kerja

Semua dikerjakan bapak sendiri

C. Proses Kerja
1.
2.
3.
4.

Penerimaan cucian kotor


Pemilahan jenis pakaian
Pencucian
Pembilasan

5.
6.
7.
8.

Pengeringan
Penjemuran
Penyetrikaan
Pengemasan/finishing

9.
2.2 Pembahasan
A. Hazard pada Pengorganisasian Kerja
1) Semua pengerjaan laundry dikerjakan Bapak sendiri, baik menjaga
toko

dan

melakukan

proses

pencucian.

Hal

tersebut

dapat

menyebabkan kelelahan fisik dan mental karena kelebihan kerja.


2) Bapaknya sering melakukan pencucian sampai larut malam sehingga
dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti anemia, penyakit
jantung dan lain-lain.
10.
B. Hazard pada Proses dan Kondisi Tempat Kerja
1. Penerimaan Cucian Kotor
11.
Proses :
a. Penerimaan cucian
b. Penghitungan jumlah helai cucian, baik kemeja, baju, celana,dll untuk
menghindari perselisihan(dispute) jumlah pakaian dengan pelanggan
laundry kiloan lainnya.
c. Penandaan pakaian pelanggan
d. Pisahkan cucian pelanggan laundry kiloan satu dengan lainnya,
menggunakan keranjang terpisah per konsumennya
12.
Hazard :
a. Faktor Fisik
1) Terkena jarum yang menempel pada pakaian
b. Faktor Biologi
1) Tertular bakteri dari pakaian kotor
c. Faktor Ergonomi
1) Mengangkat beban pakaian yang terlalu berat
2. Pemilahan Jenis Pakaian
13.
Proses :
a. Kenali tanda/label pada pakaian, biasanya ada instruksi pencucian dan
jenis kainnya
b. Pisahkan pakaian luntur atau tidak luntur.

c. Pisahkan pakaian putih dan bukan.


d. Pisahkan

pakaian

bernoda

berat

yang

memerlukan

proses

penghilangan noda khusus(spotting)


14.
Hazard :
a. Faktor Fisik
1) Terkena jarum yang menempel pada pakaian
b. Faktor Kimia
1) Terpapar bahan kimia yang ada pada pakaian kotor
c. Faktor Biologi
1) Tertular bakteri dari pakaian kotor
d. Faktor Ergonomi
1) Mengangkat beban pakaian yang terlalu berat
3. Proses Pencucian
15.
Proses :
a. Proses pencucian menggunakan mesin cuci
b. Proses pencucian menggunakan deterjen dan pewangi pakaian agar
pakaian harum dan bersih
16.

Hazard :

a. Faktor Fisik
1) Di tempat pengerjaan cucian banyak keranjang keranjang berisi
cucian yang diletakkan sembarangan. Hal ini dapat memicu
terjadinya kecelakaan kerja seperti tersandung dan jatuh
2) Tangan terputar mesin cuci
3) Terpeleset air cucian
b. Faktor Kimia
1) Deterjen atau pewangi pakaian masuk ke mulut atau hidung
sehingga dapat menyebabkan keracunan.
2) Kulit terlalu lama terkena deterjen atau pewangi pakaian sehingga
dapat menyebabkan keracunan (melalui kulit) atau iritasi kulit.

17.
18.
c. Faktor Biologi
1) Tertular bakteri dari pakaian kotor sehingga dapat menyebabkan
infeksi.
2) Tertular bakteri dari air bekas cucian kotor sehingga dapat
menyebabkan infeksi.
d. Faktor Ergonomi
1) Terlalu lama berdiri dapat menyebabkan ketegangan otot /
kelelahan.
2) Terlalu lama membungkuk dapat menyebabkan kelelahan dan
kelainan tulang belakang.
4. Proses Pembilasan
19.
Proses :
a. Proses pembilasan pakaian menggunakan mesin cuci
20.
21.
Hazard :
a. Faktor Fisik
1) Tangan terputar mesin cuci
2) Terpeleset air bilasan cucian
b. Faktor Kimia
1) Kulit terlalu lama terkena deterjen atau pewangi pakaian sehingga
dapat menyebabkan iritasi/ terabsorpsi lewat kulit.
c. Faktor Biologi
1) Tertular bakteri dari pakaian kotor
2) Tertular bakteri dari air bekas cucian kotor
d. Faktor Ergonomi
1) Terlalu lama berdiri menyebabkan ketegangan otot.

2) Terlalu lama membungkuk menyebabkan ketegangan otot dan


kelainan tlang belakang.
5. Proses Pengeringan
22.
Proses pengeringan menggunakan mesin cuci
23.
Hazard :
a. Faktor Fisik
1) Tangan terputar mesin cuci
2) Terpeleset air cucian
b. Faktor Kimia
1) Deterjen atau pewangi pakaian masuk ke mulut atau hidung
sehingga menyebabkan keracunan.
2) Kulit terlalu lama terkena deterjen atau pewangi pakaian sehingga
menyebabkan keracunan (absorpsi lewat kulit) atau iritasi.
c. Faktor Biologi
1) Tertular bakteri dari air bekas cucian kotor
24.
d. Faktor Ergonomi
1) Terlalu lama berdiri menyebabkan ketegangan otot.
2) Terlalu lama membungkuk menyebabkan ketegangan otot dan
kelainan tulang belakang.
6. Proses Penjemuran
25.
Proses :
a. Memasukkan cucian ke dalam keranjang per pelanggan
b. Mengangkut cucian ke lantai 3 untuk di jemur
c. Mengatur cucian tiap pelanggan di beri jarak agar tidak tercampur
d. Mengangkut pakaian kering ke lantai satu
26.

27.
28.

Hazard :

a. Faktor Fisik
1) Terjatuh dari tangga akibat terpeleset (kaki basah) atau tersandung
anak tangga dan tangganyapun tidak ada penghambat / pegangan.
2) Terinjak batu atau pecahan kaca karena tidak menggunakan alas
kaki sehingga dapat terluka.
b. Faktor Kimia
1) Terpapar sinar matahari (sinar ultraviolet) dalam waktu yang lama.
29.
c. Faktor Ergonomi
1) Mengangkat beban yang berat ke lantai 3 dapat menyebabkan
ketegangan otot.
2) Terlalu lama berdiri dan membungkuk untuk menjemur pakaian
dapat menyebabkan ketegangan otot dan kelainan tulang belakang.
3) Tegang otot pada tangan karena terlalu banyak mengangkat tangan
saat menjemur
7. Proses Penyetrikaan
30.
Proses :
a. Proses penyetrikaan pakain pelanggan dengan menggunakan setrika
biasa ditambahkan pewangi, pelicin dan pelembut pakaian
31.

Hazard :

a. Faktor Fisik
1) Terkena setrika panas
b. Faktor Kimia
1) Terpapar pewangi pakaian sehingga dapat menyebabkan
keracunan.
c. Faktor Ergonomi
1) Terlalu lama duduk dapat menyebabkan ketegangan otot.

8. Proses Finishing
32.
Proses :
a. Pakaian pelanggan dimasukan ke dalam plastik kemasan dan diberi
label
b. Pakaian pelanggan yang sudah selesai dikemas ditimbang dan dihitung
harganya
c. Menaruh pakaian yang sudah di kemas ke rak
33.

Hazard :

a. Faktor Fisik
1) Tangan terluka alat pemotong selotip
2) Tertimpa pakaian dari rak penyimpanan
b. Faktor Ergonomi
1) Mengangakat beban cucian yang terlalu berat ke penimbangan dan
ke rak penyimpanan.
34.
2.3 Pengendalian
1. Menggunakan APD sarung tangan ketika memilah pakaian, mencuci,
membilas dan menyetrika pakaian.
2. Menggunakan APD berupa masker ketika memilah, mencuci, membilas
dan menyetrika.
3. Menggunakan APD berupa alas / pelindung kaki ketika mencuci,
membilas, mengeringkan dan menjemur pakaian.
4. Merapikan tata peletakan keranjang atau cucian supaya tidak menghalangi
jalan.
5. Memilih detergen, pelembut dan pewangi yang lebih aman bagi kesehatan.
6. Pengadaan karyawan untuk mengurangi beban kerja sehingga bisa bagi
tugas.
7. Membuat rak yang lebih besar, kuat dan mempunyai punutup.
8. Memindahkan tempat penjemuran ke tempat yang lebih dekat / ke lantai
bawah, atau memberi pegangan pada tangga.
9. Menggunakan penutup mesin cuci ketika pengerjaan.
10. Berhati-hati ketika menggunakan pemotong selotip ketika pengemasan.

11. Mengatur jam kerja dan tidak melakukan pengerjaan pada larut malam.
12. Istirahat ketika merasa lelah.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63. BAB III
64. PENUTUP
65. 3.1 Kesimpulan
66.

Dalam industry informal Dito Laundry masih banyak


ditemukan hazard pada setiap proses pengerjaannya, baik itu faktor
ergonomis, fisik, kimia maupun biologi. Hazard tersebut dapat
membahayakan jika tidak segera ditindaklanjuti. Selain itu
pengorganisasian kerja yang ada di Dito Landry juga belum

terorganisir dengan baik, karena proses bekerja dalam industry


tersebut dilakukan sendiri oleh pemilik.
67. 3.2 Saran
68.

Untuk menghindari berbagai hazard yang mungkin terjadi,


maka perlu dilakukan upaya-upaya seperti :

a. Pengorganisasian kerja yang baik (durasi waktu, pembagiam kerja, waktu


istirahat)
b. Penggunaan APD yang sesuai dengan jenis hazard
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80. DAFTAR PUSTAKA
81.
82. repository.wima.ac.id/1705/2/Bab%201.pdf
83. https://id.wikipedia.org/wiki/Binatu
84.
85.
86.

87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.

LAMPIRAN DOKUMENTASI
112.

113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.

125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.

Anda mungkin juga menyukai