Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH LOGAM DAN KOROSI

Oleh
Intan Wandira
1317041020

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

I. MESIN UJI SIFAT-SIFAT MEKANIK

A. Prinsip Kerja Mesin Uji Tarik (Tensile Test)


Mesin uji tarik adalah mesin yang digunakan untuk melakukan pengujian
spesimen (bahan) dengan cara menarik spesimen tersebut hingga putus. Hasil uji
tarik tersebut merupakan fenomena hubungan antara tegangan-regangan (stressstrain) yang terjadi selama proses uji tarik dilakukan. Mesin uji tarik sering
diperlukan dalam kegiatan engineering untuk mengetahui sifat-sifat mekanik
suatu material. Berikut ditunjukkan gambar dari mesin uji tarik:

Gambar 1. Mesin Uji Tarik


Komponen-komponen pada mekanisme mesin uji tarik, dapat dibagi menjadi
beberapa komponen utama yaitu sebagai berikut:
1. Kerangka Mesin
Pada saat uji tarik dilakukan, kerangka mesin uji tarik merupakan bagian yang
akan mengalami pembebanan, karena distribusi gaya-gaya dari

mekanisme pencekam dan gaya pada hidrolik dan diteruskan ke kerangka. Prinsip
kerja kerangka ini yaitu kolom pertama merupakan pasangan kolom tetap yang
dihubungkan dengan stau crossbar. Sedangkan pada kolom kedua, merupakan
kolom yang dapat bergerak naik turun dan memiliki dua bah crossbar. Untuk
melaukan uji tarik, salah satu ujung spesimen dipasang pada pencekam yang
terletak di crossbar kolom tetap, sedang ujung yang lain dipasang pada pencekam
yang terletak di crossbar kolom gerak bagian atas. Untuk melakukan uji tekan,
ujung spesimen yang lain dipasang pada pencekam yang terletak di kolom gerak
bagian bawah. Pada saat pengujiaan, kolom yang gerak akan brgerak ke atas
sedang gerakan ke bawah hanya diperlukan untuk mengatur pemasangan
spesimen.
Keuntungan dari tipe ini adalah hanya dengan satu gerakan actuator ke atas saja
sudah dapat melakukan dua macam pengujian yaitu uji tarik dan uji taekan. Untuk
memperjelas pejelasan di atas maka gambar kerangka dengan empat kolom dapat
dilihat pada gambar beikut :
Keterangan Gambar : 1.Crossbar atas
2.Kolom
3.Crossbar tengah
4. Actuator
5.Crossbar bawah
6. Meja

Gambar 2. Kerangka Mesin Uji Tarik


2. Pencekam
Fungsi dari pencekam ini adalah untuk menjepit spesimen dengan kuat agar
spesimen tidak bergeser ataupun lepas pada saat dilakukan penarikan.
Proses uji tarik dengan tahapan sebagai berikut: spesimen dipasangkan pada salah
satu pencekam lalu actuator digerakkan untuk memposisikan ujung spesimen
yang satunya ke pencekam satunya lagi. Setelah kedua ujung spesimen tercekam

dengan baik, proses penarikan dapat dilakukan hingga spesimen mengalami


regangan dan akhirnya putus. Berikut ditunjukkan gambar pencekam pada mesin
uji tarik:
Keterangan Gambar : 1. Housing
2. Spesimen

Gambar 3. Pencekam pada Mesin Uji Tarik


3. Penarik
Penarik pada mesin uji tarik berfungsi untuk menarik spesimen (benda uji)
hingga putus. Sistem penarik yang digunakan pada mesin uji tarik terdapat dua
tipe yaitu mekanik dan hidrolik. Sistem penarik pada mekanik biasanya
menggunakan tenaga manusia yang digunakan untuk kapasitas rendah. Pengujian
material yang terbuat dari non ferrous sangat tepat menggunakan sistem penarik
mekanik. Untuk tipe mekanik ini hasil pengujian hanya menunjukan fenomena
pertambahan panjang dan putusnya spesimen. Dalam perencanaan ini digunakan
untuk spesimen dari logam, sehingga membutuhkan tenaga yang cukup besar,
oleh karena itu sistem penarik yang tepat digunakan adalah sistem hidrolik.
4. Motor
Motor hidrolik adalah sebuah aktuator mekanik yang mengkonversi aliran dan
tekanan hidrolik menjadi torsi atau tenaga putaran. Alat ini menjadi satu bagian
dari sebuah sistem hidrolik selain silinder hidrolik. Motor hidrolik berkebalikan
fungsi dengan pompa hidrolik. Jika pompa hidrolik berfungsi untuk menghasilkan
tekanan dan aliran tertentu pada suatu sistem hidrolik, maka motor hidrolik
bertugas mengkonversi kembali tekanan hidrolik menjadi tenaga putar. Motor
hidrolik dapat berkerja pada dua arah putaran motor sesuai dengan kebutuhan
penggunaan.

Adapun komponen-komponen pendukung pada mekanisme mesin uji tarik sistem


hidrolik adalah sebagai berikut:

1. Silinder Hidrolik
Silinder Hidrolik merupakan bagian sistem hidrolik yang berhubungan
langsung dengan beban yang akan diterima oleh sistem. Cara kerja dari silinder
hidrolik ada dua macam yaitu :
1. Single Acting Cylinder
Silinder Single Acting hanya dapat memakai gaya pada satu arah saja yaitu
gerakan keluar, sedangkan gerakan kembali biasanya memanfaatkan gaya dorong
dari beban atau ada yang dengan menggunakan pegas untuk mengembalikan
posisi awal silinder. Cara Kerja : saat tekanan mempengaruhi luas piston melalui
saluran masukan, piston bergerak keluar. Gaya luar dibutuhkan piston untuk
kembali pada posisi mula.

Gambar 4. Single Acting Cylinder


Keterangan Gambar :
1. Mounting Screw
2. Vent Screw

3. Piston Rod
4. Cylinder
5. Piston Rod Bearing
6. Piston Rod Seal
7. Wiper

2. Double Acting Cylinder


Pada tipe ini, sislinder dapat bekerja dua arah sehingga memudahakan gaya
pada kedua arah dari gerakan. Cara Kerja : saat fluida masuk melalui saluran
masukan, batang piston bergerak keluar. Ketika fluida diisi melalui masukan yang
satunya maka batang piston kembali ke posisi semula.
Piston pada sistem hidrolik berfungsi untuk mengubah gaya tekanan hidrolik
menjadi gaya dorong (F) yang dihasilkan bergantung dari diameter piston dan
tekanan kerja sistem.

Gambar 5. DoubleActing Cylinder

Keterangan Gambar :

1. Piston
2. Piston Rod
3. Piston Rod Bearing
4. Annular Piston Surface
5. Piston Surface

Beberapa fungsi dari tangki pada sistem hidrolik adalah sebagai berikut :
1. Untuk menyimpan fluida hidrolik pada saat sistem beroperasi
2. Melepaskan atau mereduksi panas yang dihasilkan oleh mekanisme hidrolik
pada saat pengoperasian.
3. Memisahkan udara, air, dan partikel-partikel pengotor

2. Filter
Filter berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran atau kontaminan yang
berasal dari komponen sistem hidrolik seperti bagian-bagian kecil yang
mengelupas, kontaminasi akibat oksidasi dan sebagainya.
3. Valve Kontrol
Valve kontrol berfungsi untuk mengatur besar tekanan yang digunakan,
mengatur arah aliran dari fluida hidrolik. Arah aliran yang dimaksud adalah

berhubungan dengan sistem aktuator. Valve kontrol yang berfungsi untuk


mengatur arah aliran biasa disebut dengan solenoid valve, sedangkan yang untuk
mengatur besar tekanan biasa disebut pressure regulating valve.
4. Hoses
Hoses berfungsi untuk media alir fluida hidrolik sehingga dapat memindahkan
ke bagian sistem hidrolik yang lainya. Flexible hoses memiliki fungsi sebagai
peredam getaran dari suara yang timbul.
Gambar struktur hidrolik hoses :

Gambar 6. Hoses
Keterangan Gambar :
1. Dari bahan sintetik, teflon,polyster-elastomer
2. Penahan tekanan tekanan berada pada tengah-tengah lapisan
terbuat dari steel ware atau rayon
3. Terbaut dari resistant rubber, polyster, polysurethane elastomer.
5. Seals
Seals berfungsi untuk mencegah kebocoran pada sistem ihidrolik, dan apabila
terjadi kebocoran pada sistem hidrolik maka terjadi kehilangan tekanan. Dan
seals juga berfungsi untuk mempertahankan efisiensi sistem hidrolik.
Seals dapat dibagi menajdidua tipe berdasarkan penerapanya yaitu :
1. Static Seals : O rings untuk ramah silinder, Flat seals untuk tangki.
2. Dinamic Seals : untuk piston dan batang piston serta untuk poros yang
berputar.
6. Fluida
Fluida pada sistem hidrolik memiliki peranan yang utama karena fluida
berupa oli ini adalah yang akan menggerakkan piston. Berapa fungsi fluida
hidrolik adalah sebagai berikut :
1. Sebagai media untuk mentransfer tekanan.
2. Sebagai pelumas bagian yang bergerak.
3. Melindungi kemungkinan terjadi korosi.
4. Sebagai pendingin komponen yang bergerak.
5. Sebagai bantalan dari terjadinya hentakan tekanan pada akhir langkah.

6. Penghanyut bram/chip yaitu partikel-partikel kecil yang mengelupas dai


komponen (Setyo, 2015).

B. Prinsip Kerja Mesin Uji Kekerasan (Hardness Test)


Kekerasan merupakan ukuran ketahanan material terhadap deformasi tekan.
Deformasi yang terjadi dapat berupa kombinasi perilaku elastis dan plastis. Pada
permukaan dari dua komponen yang saling bersinggungan dan bergerak satu
terhadap lainnya akan terjadi deformasi elastis maupun plastis. Deformasi elastis
kemungkinan terjadi pada permukaan yang keras, sedangkan deformasi plastis
terjadi pada permukaan yang lebih lunak. Efek deformasi tergantung pada
kekerasan permukaan material (Dahlan, 2000).
Kekerasan suatu material dapat ditentukan dengan menggunakan metode
pengujian yang berbeda yaitu dengan metode gores, metode elastik atau pantul,
metode identasi, metode Brinell, metode Vickers, dan metode Rockwell.
1. Metode gores
Pengujian dengan cara goresan (scratch test) ialah pengujian kekerasan
terhadap logam, dalam penentuan kekerasannya dilakukan dengan mencari
kesebandingan dari bahan yang dijadikan standar pengujian, yakni bahan-bahan
yang teruji dan memenuhi syarat pengujian, yang disusun pada skala kekerasan
yang disebut Skala Mohs yakni susunan dari 10 macam bahan mineral disusun
dari skala 1 sampai skala 10 dari yang terlunak sampai yang terkeras (Anonim A,
2016).
2. Metode elastis atau pantul
Pengujian dengan cara elastik atau pantul ialah pengujian kekerasan dengan
cara mengukur tinggi pantulan dari bola baja atau intan (hammer) yang
dijatuhkan dari ketinggian tertentu. Tinggi pantulan menunjukkan kekerasan
bahan tersebut, semakin tinggi pantulan artinya bahan ini memiliki kekerasan
yang tinggi pengukuran kekerasan dengan cara ini disebut sistem Shore
Scleroscope. Konstruksi sistem Shore Scleroscope seperti gambar berikut:

Gambar 7. Mesin Uji Kekerasan Shore Scleroscope Tipe SH-D

Gambar 8. Mesin Uji Kekerasan Shore Scleroscope Tipe SH-C


3. Metode Identasi
Pengujian kekerasan dengan cara penekanan (Indentation Test) ialah
pengujian kekerasan terhadap logam, dalam menentukan kekerasannya dilakukan
dengan menganalisis indentasi atau bekas penekanan pada benda uji (Test Piece)
sebagai reaksi dari pembebanan tekan (Anonim B, 2016).
4. Metode Brinell
Pengujian kekerasan dengan metode Brinell merupakan pengujian kekerasan
dengan penekanan. Proses penekanan ini untuk membentuk penetrasi pada
permukaan bahan uji (Test Piece) yang dianalisis untuk menentukan tingkat
kekerasan bahan tersebut. Penetrasi ini merupakan bentuk perubahan tetap dari
bahan uji yang disebabkan oleh pembebanan, beban yang diberikan dalam
pengujian ini tidak mengakibatkan rusak atau pecahnya benda uji (Test Piece) itu

sendiri yaitu ditentukan berdasarkan perbandingan antara angka konstanta dari


jenis bahan ketebalan bahan dimana beban itu diberikan terhadap diameter alat
penekan (Indentor). Pada pengujian ini alat penekannya menggunakan bola baja
yang dipilih sesuai dengan ketentuan pengujian. Mesin pengujian kekerasan
Brinell dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 9. Mesin Uji Kekerasan Brinell


Skematika dan formulasi untuk menghitung nilai kekerasan metode Brinell
sebagai berikut:
BHN = 2F/ (3,14D x (D-(D2-Di2)1/2)) ...............................................................(1)
BHN = Bilangan kekerasan Brinell
F = Beban, gaya tekan dalam kg
D = Diameter indentor bola dalam mm
Di = Diameter jejak indentasi dalam mm
5. Metode Vickers
Pada prinsipnya pengujian dengan metode Vickers tidak jauh berbeda dengan
metode Brinell, salah satu yang bebeda ialah pemakaian indentornya, metode
Vickers menggunakan piramida intan dengan sudut puncak piramida adalah 1360.
Bentuk indentor yang relatif tajam dibanding dengan Brinell yang menggunakan
bola baja.
Bilangan kekerasan Vickers (HV) dihitung dengan rumus:
HV = 1,854 x F/D2.......................................................................................................................................................... (2)
F = Beban yang diterapkan dalam kg

D = Panjang diagonal jejak indentasi dalam mm

6. Metode Rockwell
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell ini paling banyak digunakan di
laboratorium pengujian logam, karena prosesnya mudah dan cepat memperoleh
angka kekerasan bahan uji, dimana angka kekerasan Rockwell dapat dibaca
langsung dari pesawat uji yang digunakan. Selain itu pengujian ini memiliki
fungsi pemakaian yang cukup luas sehingga memungkinkan digunakan pada
berbagai jenis dan karakteristik bahan dengan tersedianya skala kekerasan untuk
berbagai aplikasi.
Konstruksi pesawat uji kekerasan Rockwell dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 10. Skema mesin Uji kekerasan Rockwell dengan beban mati
Dari gambar di atas terlihat bahwa mesin uji kekerasan Rockwell terdiri dari
beberapa bagian-bagian yaitu dial gage yang berfungsi sebagai alat pembaca nilai
kekerasan, identor, anvil, beban, crank handle, dashpot, dan reset motor. Nilai
kekerasan dengan metode Rockwell suatu material dirumuskan sebagai berikut:
HRB = 130 (h/0,002) ..................................................................................(3)
HRC = 100 (h/0,002) ...................................................................................(4)
Keterangan :

HRB = Nilai kekerasan Rockwell B


HRC = Nilai kekerasan Rockwell C
h = kedalaman (mm) (Anonim C, 2016)

C. Prinsip Kerja Mesin Uji Mulur (Creep Test)

Mulur (creep) didefinisikan sebagai regangan (strain) yang bergantung waktu


(time). Mulur terjadi sebagai akibat adanya deformasi lambat dari suatu
material/logam/komponen yang bekerja dengan kondisi beban (load) dan
temperature tinggi yang konstan. Mulur dapat terjadi pada berbagai suhu, namun
mulur ideal terjadi pada suhu antara 0,4 sampai 0,6 dari titik lebur materialnya.
Dengan kata lain bila suatu komponen beroperasi dengan beban dan temperatur
tinggi yang konstan, maka komponen tersebut akan mengalami mulur. Ini
disebabkan komponen tersebut secara bertahap mengalami deformasi plastis.
Apabila batas regangan maksimum terlampaui, komponen akan patah/putus. Bila
hal ini terjadi berarti operasi akan terganggu, dan kemungkinan terparah plant
akan berhenti (shut down)(Setjo, 1998).
Pengujian tarik pada temperatur kamar tidak mampu memprediksi sifat mekanik
suatu logam apabila dikenai beban pada temperatur tinggi. Yang dimaksud dengan
temperatur tinggi (elevated temperature) adalah apabila temperatur yang bekerja
1/3 s/d kali temperatur cair absolut material yang bersangkutan.
Perbedaan dengan pengujian tarik yaitu bahwa pada pengujian mulur beban yang
diberikan tetap/konstan. Berikut gambar yang menunjukkan cara pengujian creep
dan kurva yang dihasilkan dari pengujian tersebut.

Gambar 11. Sketsa Pengujian Creep dan Kurva yang Dihasilkan


Dari gambar di atas, kurva creep dibagi dalam tiga bagian yaitu primary stage
yang ditandai dengan adanya penurunan laju regangan, secondary stage berupa
garis lurus dan laju regangan yang tetap, dan yang terakhir tertiary stage adanya
peningkatan laju regangan sampai akhirnya putus (Anonim D, 2016).

D. Prinsip Kerja Mesin Uji Kelelahan (Fatique Test)


Pengujian kelelahan adalah suatu proses pengujian dimana material tersebut
menerima pembebanan secara berulang-ulang, supaya dapat memahami respon
bahan tersebut dalam kondisi serupa saat penggunaan aktual (Anonim E, 2016).
Mesin yang sering digunakan untuk uji kelelahan ini yaitu bernama mesin servo
hydraulic fatique tester. Fatique tester ini terdiri dari akuator hidrolik
dioperasikan dipasang ke bingkai beban kekakuan tinggi untuk menerapkan
beban ke spesimen. Karena sistem ini hidrolik dioperasikan, adalah mungkin
untuk mencapai kedua beban tinggi dan frekuensi siklik tinggi.
Sistem pengujian pada fatigue tester harus dilengkapi dengan sistem kontrol yang
mampu mengendalikan tes dan pengukuran data pada frekuensi tinggi. Hal ini
juga penting bahwa sistem pengukuran beban secara akurat dapat mengukur
beban spesimen, dan memberikan kompensasi untuk kesalahan beban yang
disebabkan oleh gerakan dinamis dari sistem pengujian.

Beberapa bahan khas yang dikenakan fatique testing adalah logam, polimer,
komposit, elastomer, komponen struktural, dan keramik. Uji fatigue terdiri
dari dua langkah yaitu memulai retakan dan perambatan retakan sampai total
retak. Mayoritas umur kelehan terjadi ketika dimulai kelelahan retak dan
proses kelelahan diuraikan ketika pertama kali dikontrol. Contoh ini meliputi
poros mesin, roda gigi, dan poros sumbu atau batang berputar. Pada sisi lain,
struktur besar atau materi komponen hampir selalu berisi sebelum adanya
retakan seperti di dalam jembatan, kapal, pesawat terbang, badan pesawat
terbang, dan tekanan bejana kapal. Dalam struktur yang sedemikian ,
mayoritas umur kelelahan dihabiskan dengan munculnya suatu pre-existing
retakan dan kemudian retak keseluruhan. Proses fatigue dalam hal ini
diuraikan dengan control propagasi. Di dalam laboratorium uji fatigue
dilakukan pada spesimen un-cracked dimana kebanyakan dari umur fatigue
dihabiskan dalam langkah inisiasi.
Uji fatigue memerlukan kendali yang akurat. Bagaimanapun, untuk baiknya
menguji kita memerlukan kendali yang akurat dan ini bisa dilakukan dengan
suatu mesin pembengkok yang berputar. Berikut contoh bentuk mesin uji
fatique:

Gambar 12. Contoh Bagian Mesin Uji Fatique


Prinsip kerja mesin ini yaitu suatu spesimen yang lembut silindris telentang
dan

terisi

dari

kedua-duanya

akhir

penggunaan

berputar

mangamit/meninggalkan. Suatu berat/beban disangkutkan dari satu sisi


spesimen untuk bertukar-tukar tegangan. Pada awalnya spesimen akan
mengalami tegangan tarik pada tekanan kompresi dan permukaan puncaknya

pada alasnya. Tegangan maksimum pada permukaan spesimen diberi oleh


persamaan sebagai berikut:
= 32 M/d3(5)
Dimana,
= tegangan lentuk yang maksimum
M =momen lentuk di panampang-lintang spesimen ( weight*distance)
D = garis tengah specimen (Anonim F, 2016).

II.

3 CONTOH IKATAN LOGAM

A. Ikatan Antara Fe dan C


Unsur Fe (besi) bernomor atom 26 dengan konfigurasi elektron 1s 2 2s2 2p6 3s2
3p6 4s2 3d6 sedangkan unsur C (Carbon) bernomor atom 6 dengan konfigurasi
elektron 1s2 2s2 2p2. Jika antara kedua unsur ini berikatan maka terbentuklah Fe 3C
(baja).
3Fe2- + C2+ Fe3C (Anonim G, 2016).
B. Ikatan Antara Mn (Mangan) dan V (Vanadium)
Unsur Mn (Mangan) bernomor atom 25 dengan konfigurasi elektron 1s 2 2s2
2p6 3s2 3p6 4s2 3d5 berikatan dengan unsur V (Vanadium) itu sendiri maka
terbentuklah MnL.
Mn3- + V3+ MnV
C. Ikatan Antara Pb (Timbal) dan S (Sulfur)
Unsur Pb (timbal) bernomor atom 82 dengan konfigurasi elektron [Xe] 4f14
5d10 6s2 6p2 sedangkan unsur S (belerang) bernomor atom 16 dengan konfigurasi
elektron [Ne] 3s2 3p4. Jika antara kedua unsur ini berikatan maka terbentuklah
PbS2 (Timbal (IV) Sulfida) (Anonim H, 2016).

III.

BAINITE

Bainite adalah struktur ferit dan sementit yang berbentuk lidi atau plat
tergantung temperatur transformasi. Struktur mikro bainit adalah sangat halus
sehingga resolusinya hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron . Foto
mikroskop untuk bainit bisa dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Struktur Mikro Bainit


Temperatur pembentukan bainit terjadi dibawah temperatur pembentukan pearlite
yaitu diantara temperatur 215 oC-540 oC. Kurva TTT untuk bainit bisa dilihat pada
gambar 14. Laju pembentukan bainit akan naik dengan naiknya temperatur.

Gambar 14. Kurva TTT untuk Bainit


Bainit sering dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu bainit atas, upper bainite dan
bainit bawah, lower bainite. Terbentuknya bainite atas atau bawah sangat
tergantung pada rentang temperatur dimana transformasi terjadi.

Gambar 15. Upper dan lower Bainit


Pada temperatur tinggi, pelat jenuh karbon dari bainit ferit melepas karbon ke
dalam austenit sekitarnya melalui difusi. Keadaan ini menyebabkan bainit ferit
bebas dari karbida internal. Kandungan karbon dalam austenit meningkat dan
menciptakan daya pendorong untuk terjadinya presipitasi sementit di daerah
interlath. Struktur binit yang diperoleh dari transformasi pada temperatur tinggi
berbentuk menyerupai bulu. Pada temperatur rendah, karbon berdifusi dari bainit

ferit dengan kecepatan lebih lambat dan tidak tuntas. Keadaan ini menimbulkan
terjadinya pengendapan karbida di daerah interlath dan interior ferit. Struktur
bainit yang diperoleh dari transformasi pada temperatur rendah memiliki bentu
acicular (Daryus, 2006).

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas antara lain
sebagai berikut:
1. Fungsi dari mesin uji tarik yaitu untuk melakukan pengujian spesimen (bahan)
dengan cara menarik spesimen tersebut hingga putus.
2. Mesin uji tarik terdiri dari 2 komponen yaitu komponen utama dan komponen
pendukung. Komponen utama terdiri dari kerangka mesin, pencekam, dan
penarik. Komponen pendukung terdiri dari silinder hidrolik, filter, valve
kontrol, hose seals dan fluida.
3. Kekerasan suatu material dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa
metode pengujian yang berbeda yaitu dengan metode gores, metode elastik
atau pantul, metode identasi, metode Brinell, metode Vickers, dan metode
Rockwell.
4. Perbedaan uji mulur dengan pengujian tarik yaitu pada pengujian mulur beban
yang diberikan tetap atau konstan.
5. Bainit merupakan penggambaran struktur mikro pada baja yang dihasilkan dari
dekomposisi austenit ke ferit () dan sementit (Fe3C).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim A. 2016. Uji Kekerasan Logam. http://Logam dan Korosi/Uji Kekerasan


Logam_fariedpradhana.htm. Diakses 27 April 2016.
Anonim B. 2016. Uji Kekerasan Material.
http://pengujiankekerasan.blogspot.co.id/2014/03/uji-kekerasanmaterial.html. Diakses 27 April 2016.
Anonim C. 2016. Uji Kekerasan Material. file:///F:/Logam dan Korosi/Pengujian
Kekerasan Rockwell Yohan's Mechanical.htm. Diakses 27 April 2016.
Anonim D. 2016. Definisi Uji Mulur.
https://www.scribd.com/doc/240101753/Definisi-Uji-Mulur. Diakses 27
April 2016.
Anonim E. 2016. Uji Kelelahan. https://www.scribd.com/doc/142562857/UJILELAH. Diakses 27 April.
Anonim F. 2016. Alat Uji Kelelahan. http://berbagienergi.com/2016/02/10/ujifatigue/. Diakses 27 April 2016.
Anonim G. 2016. Ikatan Baja. http://ardra.biz/sain-teknologi/metalurgi/besibaja-iron-steel/diagram-sistem-besi-besi-karbida/pembentukan-fasabainite/. Diakses 27 April 2016.
Anonim H. 2016. http://www.edu.riset.asia/2011/03/daftar-nama-kimia-sertarumus-kimianya.html. Diakses pada 27 April.
Dahlan, Hadijaya. 2000. Pengaruh Variasi Beban Indentor Micro Hardness Tester
Terhadap Akurasi Data Uji Kekerasan. URANIA. Vol.6. No.23-24.
Daryus, Asyari. 2006. Material Teknik. Jakarta : Universitas Darma Persada.

Setjo, Renaningsih., Sri Nitiswati., Ari Triyadi. 1998. Sifat Mulur Material
Komponen Reaktor Daya. Prosiding Presentasi Ilmiah Teknologi
Keselamatn Reaktor-III. ISSN No.1410-0533.
Setyo, 2015. Definisi Uji Tarik. https://www.scribd.com/doc/292432773/DefinisiMesin-Uji-Tarik. Diakses 27 April.

Anda mungkin juga menyukai