Case Report Henoch Schonlein Purpura
Case Report Henoch Schonlein Purpura
Disusun Oleh:
Cindy Aulia Maessy
1102011066
Pembimbing:
dr. Nurvita Susanto, Sp.A
PAPARAN KASUS
I.
II.
Identitas Pasien
Nama
: An. G
Umur
: 13 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan Terakhir : SD
Suku Bangsa
: Sunda
Agama
: Islam
Alamat
: Sayati Hilir 2/15 Margahayu Kab. Bandung
No. RM
: 529907
Tanggal Pemeriksaan : 17 Oktober 2015
Anamnesis
Autoanamnesis dengan pasien serta dari Rekam Medis
Keluhan Utama : Bintik bintik kemerahan pada tungkai
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan timbul bintik-bintik kemerahan pada tungkai sejak
seminggu yang lalu saat bangun tidur. Bintik bintik mulai muncul di kaki bagian
bawah hingga ke lutut di kedua tungkai. Pasien mengeluh tidak dapat berdiri karena
nyeri dibagian sendi lutut sejak 2 hari SMRS. Pada awalnya bintik tersebut terasa
gatal selama 2 hari, dilanjutkan rasa sakit 2 hari setelahnya. Awal muncul bintik bintik
berukuran seperti tusukan jarum, lama kelamaan membesar, hingga berbentuk seperti
bula berwarna merah keunguan ukuran 7 x 5 x 1,5 cm. Ruam tersebut muncul
bersamaan dengan demam. Demam bertahan selama 4 hari, demam dirasakan tidak
begitu tinggi, dan mulai turun hingga 4 hari setelah dirawat dirumah sakit.
Selain itu pasien juga merasakan nyeri perut di bagian ulu hati sejak 4 hari SMRS
terasa perih, mual (+), muntah (+) selama 2 hari sebanyak 6x/hari. Nyeri menelan (+)
nafsu makan menurun, batuk (+) sejak 2 hari, berdahak warna kuning disertai pilek.
Pasien juga mengeluh nyeri dibagian tulang belakang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Cacar Air (+)
Riwayat Campak (-)
Riwayat Sakit Maag (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit serupa
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi tidak lengkap menurut orang tua pasien
Riwayat Alergi
Alergi makanan (Udang dan makanan terlalu asin)
1
III.
Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda vital :
i.
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
ii.
Nadi
: 96x/menit regular, equal, isi cukup
iii.
Respirasi
: 20x/menit
iv.
Suhu
: 37,3 0C
c. Berat Badan : 33 kg
d. Tinggi Badan : 143 cm
e. BMI : 16,13 (Gizi Cukup)
A. Status Generalis
Kulit
Petekie (+) Bula (+) a/r dorsum pedis sinistra ukuran 3x2x1 cm warna merah
B. Status Lokalis
Inspeksi
Ruam berbentuk petekie dan purpura di kedua tungkai hingga ke bagian lutut
pasien. Ukuran terkecil seperti tusukan jarum dan terbesar ukuran 7x5x1,5 cm
berbentuk seperti bula berwarna merah keunguan
2
IV.
Resume
Pasien datang dengan keluhan timbul purpura a/r pedis, cruris hingga genu sinistra
dan dekstra sejak seminggu yang lalu saat bangun tidur. Ruam mulai muncul di kaki
bagian bawah hingga ke lutut di kedua tungkai. Pasien mengeluh tidak dapat berdiri
karena nyeri dibagian genu sejak 2 hari SMRS. Pada awalnya ruam tersebut terasa
gatal selama 2 hari, dilanjutkan rasa sakit 2 hari setelahnya. Awal muncul berbentuk
petekie, lama kelamaan membesar, seperti bula berwarna merah keunguan ukuran 7 x
5 x 1,5 cm. Ruam tersebut muncul bersamaan dengan febris. Febris bertahan selama 4
hari, demam dirasakan tidak begitu tinggi, dan mulai turun hingga 4 hari setelah
dirawat dirumah sakit.
Selain itu pasien juga merasakan nyeri epigastrium sejak 4 hari SMRS terasa perih,
nausea (+), vomitus (+) selama 2 hari sebanyak 6x/hari. Nyeri menelan (+) nafsu
makan menurun, batuk (+) sejak 2 hari, berdahak warna kuning disertai pilek. Pasien
juga mengeluh nyeri dibagian tulang belakang.
V.
Diagnosis Banding
a. Henoch Shonlein Purpura
b. Idiopatik Trombositopenia Purpura
c. Demam Berdarah Dengue
VI.
Usulan Pemeriksaan
1. Darah Rutin :
Hemoglobin : 15 g/dL
Hematokrit : 45%
Leukosit
: 16.100/mm3
Trombosit
: 383.000/mm3
VII.
(n)
()
()
(n)
Diagnosis Kerja
Henoch Schonlein Purpura
VIII. Penatalaksanaan
Farmakologi
IVFD RL 1760 ml/hari
Prednison 3 x 20mg (iv)
3
Prognosis
Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
Quo ad Sanationam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Purpura Henoch Schonlein merupakan penyakit autoimun (IgA mediated) berupa
hipersensitivitas vasculitis, paling sering ditemukan pada anak-anak. Merupakan sindrom
klinis kelainan inflamasi vasculitis generalisata pembuluh darah kecil pada kulit, sendi,
saluran cerna, dan ginjal, yang ditandai dengan lesi kulit spesifik berupa purpura non
trombositopenia, artritis, arthralgia, nyeri abdomen, atau perdarahan saluran cerna, dan
kadang-kadang disertai nefritis atau hematuria.
2. Epidemiologi
Rata-rata 14 kasus per 100.000 anak usia sekolah, prevalensi tertinggi pada usia 2-11
tahun (75%); 27% kasus ditemukan pada dewasa, jarang ditemukan pada bayi. Lebih
banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan (2:1). Umumnya merupakan benign
self-limited disorder, <5% kasus menjadi kronis, hanya <1% kasus berkembang menjadi
gagal ginjal (Yuly, 2012).
3. Etiologi dan Faktor Risiko
Belum diketahui pasti penyebabnya. Beberapa kondisi yang diduga berperan:
Setelah infeksi Streptococcus grup A (20-50%), Mycoplasma, virus Epstein Barr,
4. Patofisiologi
Henoch-Schonlein Purpura adalah kelainan sistemik yang penyebabnya tidak diketahui
dengan karakteristik terjadinya vaskulitis, inflamasi pada dinding pembuluh darah kecil
dengan infiltrasi leukositik pada jaringan yang menyebabkan perdarahan dan iskemia.
Adanya keterlibatan kompleks imun IgA memungkinkan proses ini berkaitan dengan
proses alergi. Namun mekanisme kausal tentang ini belum dapat dibuktikan. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa HSP berhubungan dengan infeksi kuman streptokokus grup
A. Namun, mekanisme inipun belum dapat dibuktikan.
Inflamasi dinding pembuluh darah kecil merupakan manifestasi utama penyakit ini. Bila
pembuluh darah yang terkena adalah kulit, maka terjadi ekstravasasi darah ke jaringan
sekitar, yang terlihat sebagai purpura. Namun purpura pada HSP adalah khas, karena
batas purpura dapat teraba pada palpasi. Bila yang terkena adalah pembuluh darah traktus
gastrointestinal, maka dapat terjadi iskemia yang menyebabkan nyeri atau kram perut.
Kadang, dapat menyebabkan distensi abdomen, buang air besar berdarah, intususepsi,
maupun perforasi yang membutuhkan penanganan segera. Gejala gastrointestinal
5
umumnya banyak ditemui pada fase akut dan kemungkinan mendahului gejala lainnya
seperti bercak kemerahan pada kulit.
Etiologi dari HSP tidak diketahui tetapi melibatkan deposisi vaskular dari kompleks
immune IgA. Lebih spesifik lagi, kompleks imun terdiri dari IgA1 dan IgA2 dan
diproduksi lagi oleh limfosit peripheral B. Kompleks ini seringkali terbentuk sebagai
respon terhadap faktor penimbul. Kompleks sirkulasi menjadi tidak terlarut, disimpan
didalam dinding pembuluh darah kecil (arteri, kapiler, venula) dan komplement aktivasi,
lebih banyak sebagai jalur alternative (didasari akan kehadiran dari C3 dan properdin
serta ketiadaan komponen awal pada kebanyakan biopsi).
Terjadi deposisi kompleks imun IgA pada dinding pembuluh darah kecil. Lebih spesifik,
yaitu kompleks IgA-1 kompleks imun (IgA1-C). Pada keadaan normal, IgA1-C
dibersihkan oleh hepatosit melalui reseptor asialoglikoprotein yang akan berikatan
dengan rantai oligosakarida dari fragmen IgA1-C. Pada pemeriksaan serum, kadar IgA1C lebih tinggi pada pasien HSP dengan gejala klinis keterlibatan ginjal daripada mereka
yang tanpa keterlibatan ginjal.
Aktivasi jalur komplemen menimbulkan infiltrasi faktor kemotaktik dan sel
polimorfonuklear.
Pada
10%
pasien,
antibody
anti-neutrofilik
sitoplasmik
Sama banyaknya dengan 50% kejadian yang timbul pada pasien pediatrik menampakkan
URI, dan studi terbaru pada dewasa mendemonstrasikan bahwa 40% pasien mempunyai
URI terdahulu. Beberapa agen berimplikasi, termasuk group A streptococci, varicella,
hepatitis B, Epstein-Barr virus, parvovirus B19, Mycoplasma, Campylobacter, dan
Yersinia. Lebih jarang, faktor lain telah dikaitkan dengan dengan agen penimbul dalam
perkembangan HSP. Hal tersebut meliputi obat, makanan, kehamilan, demam mediterania
familial, dan paparan di udara yang dingin. HSP juga telah dilaporkan pada kelanjutan
vaksinasi untuk typhoid, campak, demam kuning dan kolera.(2)
Patogenesis spesifik HSP tidaK diketahui, pasien dengan HSP mempunyai fruekuensi
signifikan yang lebih tinggi akan HLA-DRB1*07 daripada kontrol geografis. Peningkatan
konsentrasi serum dari sitokin tumor necrosis factor- (TNF) dan interleukin (IL)-6 telah
diidentifikasi dalam penyakit yang aktif.Teknik Immunofluorescence menunjukkan
deposisi dari IgA dan C3 dalam pembuluh darah kecil dikulit dan glomeruli renal, tetapi
peranan aktivasi komplemen tetap kontroversial.
5. Gejala Klinis
Kulit
Kelainan kulit ditemukan pada 95-100% kasus, 50% nya merupakan keluhan penderita
saat datang berobat, berupa macular rash simetris terutama di kulit yang sering terkena
tekanan yaitu bagian belakang kaki, bokong, dan lengan sisi ulna. Dalam 24 jam macula
berubah menjadi lesi purpura, mula-mula berwarna merah, lambat laun berubah menjadi
ungu, kemudian coklat kekuning-kuningan lalu menghilang, dapat timbul kembali
kelainan kulit baru.
Palpable purpura, predominan di ekstremitas bawah, bokong, dan daerah yang terkena
tekanan berat. Lesi dapat berupa petekia kecil, ekimosis, hingga bula hemoragis. Warna
lesi merah, keunguan (purple), hingga kecoklatan. Ulserasi dapat terjadi pada ekimosis
yang luas. Ruam didahului lesi maculopapular hingga urtikaria. Edema subkutan dapat
terjadi pada bagian dorsal tangan, kaki, mata, kening, kulit kepala, dan skrotum, serta
dapat terjadi torsio testis.
Gastrointestinal
Keluhan perut ditemukan pada 35-85% kasus, biasanya timbul sesudah kelainan kulit (1-4
minggu sesudah onset). Nyeri abdomen biasanya bersifat intermiten, kolik di daerah
periumbilikus dengan onset akut. Vasculitis pada dinding usus menyebabkan edema serta
perdarahan submucosa dan intramural, dapat menyebabkan intususepsi (biasanya pada
usus kecil), gangren, dan perforasi.
Ginjal
Glomerulonephritis terjadi dengan berbagai derajat, dapat berupa hematuria mikroskopik,
proteinuria ringan, hingga sindrom nefrotik, sindrom nefritik akut, hipertensi hingga
gagal ginjal. Manifestasi klinis ginjal yang berat dapat terjadi 1 bulan sesudah terjadinya
ruam, dengan masa kritis 3 bulan pertama menentukan manifestasi klinis ginjal yang
berat.
Henoch-Schonlein purpura nephritis digolongkan berat apabila terdapat proteinuria
nefrotik (>40 mg/m2/hr), sindrom nefrotik, sindrom nefritik akut, dan apabila terdapat
HSPN tingkat IIIa (proliferasi fokal atau sclerosis dengan gambaran kresentik <50%)
sesuai dengan klasifikasi International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC).
Artritis
Dapat berupa arthralgia atau artritis, biasanya mengenai sendi besar seperti lutut dan
pergelangan kaki. Astralgia dan artritis ditemukan pada 68-75% kasus dan 25% nya
merupakan keluhan penderita saat datang berobat. Timbul mendahului kelainan kulit (1-2
hari) terutama mengenai lutut dan pergelangan kaki, dapat pula mengenai pergelangan
tangan, siku, dan persendian jari tangan. Sendi sendi bengkak dan nyeri, bersifat
sementara dan tidak menimbulkan deformitas yang menetap.
6. Diagnosis
A. Kriteria American College of Rheumatology 1990:
Bila memenuhi minimal 2 dari 4 gejala, yaitu:
1. Palpable purpura non trombositopenia
2. Onset gejala pertama 20 tahun
3. Bowel angina
4. Pada biopsi ditemukan granulosit pada dinding arteriol atau venula
B. Kriteria European League Against Rheumatism (EULAR) 2008 dan Pediatric
Rheumatology Society (PreS) 2008:
1. Purpura atau petekia nontrombositopenia dengan lokasi predominan di ekstremitas
bawah ditambah sekurang-kurangnya satu dari empat kriteria dibawah ini, yaitu:
a. Nyeri Abdomen
b. Histopatologi
Gambaran vasculitis leukositoklastik pada kulit atau glomerulonephritis
proliferatif dengan dominasi deposit IgA
c. Artritis atau arthralgia
d. Keterlibatan ginjal
7. Diagnosis Banding
Vaskulitis pembuluh darah kecil lain yang diperantarai komleks imun, vaskulits
poliangitis mikroskopis
Miscellaneous small vessel vasculitides, penyakit Bechet, Inflammatory Bowel
Disease
Kelainan yang menyerupai vasculitis: perdarahan, thrombosis, emboli
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Purpura trombositopenik (ITP)
8. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Purpura Henoch-Schonlein berdasarkan gejala klinis, tidak ada permeriksaan
laboratorium yang spesifik. Pemeriksaan darah tepi lengkap dapat menunjukkan
leukositosis dengan eosinophilia dan pergeseran hitung jenis ke kiri, jumlah trombosit
10
normal atau meningkat, hal ini yang membedakan HSP dengan ITP. Laju endap darah
dapat meningkat.
Darah lengkap: leukosistosis, trombositosis, anemia bila terdapat perdarahan saluran
9. Tatalaksana
a. Tatalaksana Kelainan Kulit
11
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Garna, H. & Nataprawira , H. M., 2014. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan
Anak. 5 ed. Bandung: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
UNPAD RSUP Dr. Hasan Sadikin.
Pudjaji, M. T. & Tambunan, T., 2009. Nefritis Purpura Henoch Schonlein. Sari Pediatri,
Volume 11 No.2, pp. 102-105.
Setyobudi, B., 2004. Purpura Trombositopenik Idiopatika pada Anak (patofisiologi, tata
laksana serta kontroversinya). Sari Pediatri, Volume 6 No. 1, pp. 16-22.
Yuly, 2012. Purpura Henoch Schonlein. CDK-194, Volume 39 no. 6, pp. 413-415.
14