SGD Peritonitis Revisi
SGD Peritonitis Revisi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ perut
(peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut
dan dinding perut sebelah dalam (Fauci et al, 2008).
Sebagaimana dalam penelitian Tarigan pada tahun 2012, peritonitis didefenisikan suatu
proses inflamasi membran serosa yang membatasi rongga abdomen dan organ-organ yang
terdapat didalamnya. Peritonitis dapat bersifat lokal maupun generalisata, bakterial ataupun
kimiawi. Peradangan peritoneum dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan kimia
iritan, dan benda asing. Kemudian disebutkan juga bahwa peritonitis merupakan salah satu
penyebab kematian tersering pada penderita bedah dengan mortalitas sebesar 10-40%.
Peritonitis difus sekunder yang merupakan 90% penderita peritonitis dalam praktek bedah
dan biasanya disebabkan oleh suatu perforasi gastrointestinal ataupun kebocoran. (Tarigan,
M.H, 2012).
Peradangan peritoenum yang meluas atau peritonitis generalisata merupakan satusatunya penyebab kematian yang paling sering. Pada kebanyakan kasus, kecuali kalau
penderitanya benar-benar sudah berada dalam keadaan akan meninggal, tindakan membuka
abdomen segera atau kemudian harus dilakukan demi tujuan drainase.
Hasil survey pada tahun 2008 Angka kejadian peritonitis di sebagian besar wilayah
Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yangmenderita
penyakit peritonitis berjumlah sekitar 7% dari jumlah penduduk diIndonesia atau sekitar
179.000 orang (Depkes, RI 2008).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan jika kasus peritonitis merupakan komplikasi
gawat yang membutuhkan penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat
memberikan pelayanan yang tepat terhadap pasien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami:
a Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
b Definisi Peritonitis
c Etiologi Peritonitis
d Klasifikasi Peritonitis
e Patogenesis Peritonitis
f Manifestasi Klinis Peritonitis
g Pencegahan Peritonitis
h WOC Peritonitis
i Pemeriksaan Penunjang Peritonitis
j Penatalaksanaan Peritonitis
k Komplikasi Peritonitis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Peritoneum merupakan membran yang terdiri dari satu lapis sel mesothel yang dipisah
dari jaringan ikat vaskuler dibawahnya oleh membrane basalis. Ia membentuk kantong
tertutup dimana visera dapat bergerak bebas didalamnya. Peritoneum meliputi rongga
abdomen sebagai peritoneum parietalis dan melekuk ke organ sebagai peritoneum viseralis
(Marshall, 2003). Peritonium terdiri atas peritoneum parietal dan peritoneum visceral.
Peritoneum parietal melapisi dinding kapitas abdomen dan kapitas pelvis, sedangkan
peritoneum visceral meliputi organ-organ. Rongga potensial di antara peritoneum parietal
dan visceral yang berfungsi sebagai bagian dalam dari balon dinamakan kavitas
peritonealis. Pada laki-laki kavitas peritonealis merupakan ruang tertutup, tetapi pada
perempuan terdapat hubungan dengan dunia luar melalui tuba uterine, uterus, dan vagina
(Snell, 2006) .
Pada rongga peritoneum dewasa sehat terdapat 100cc cairan peritoneal yang
mengandung protein 3 g/dl. Sebagian besar berupa albumin. Jumlah sel normal adalah
33/mm3 yang terdiri dari 45% makrofag, 45% sel T, 8% sisanya terdiri dari NK, sel B,
eosinofil, dan sel mast serta sekretnya terutama prostasiklin dan PGE 2. Bila terjadi
peradangan jumlah PMN dapat meningkat sampai > 3000/mm3 (Marshall, 2003).
Dalam keadaan normal, 1/3 cairan dalam peritoneum di drainase melalui limfe
diafragma
sedang
sisanya
melalui
peritoneum
parietalis
(Evans,
2001).
Relaksasi diafragma menimbulkan tekanan negatif sehingga cairan dan partikel termasuk
bakteri akan tersedot ke stomata yaitu celah di mesothel difragma yang berhubungan
dengan lacuna limfe untuk bergerak le limfe substernal. Kontraksi diafragma menutup
stomata dan mendorong limfe ke mediastinum (Hau, 2003). Oleh karena itu, sangat penting
menjamin
berlangsungnya
pernapasan
spontan
yang
baik
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum dan mungkin disebabkan oleh bakteri ( misalnya
dari perforasi usus ) atau akibat pelepasan iritan kimiawi,misalnya empedu, asam lambung,
atau enzim pancreas (Brooker, 2009).
Peritonitis adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa yang sering bersamaan dengan
kondisi bakteremia dan sindroma sepsis. (Dahlan.M, 2004)
2.3 Etiologi Peritonitis
Penyebab peritonitis menurut Hughes, 2012 adalah :
a. Infeksi bakteri
1) Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal.
2) Appendisitis yang meradang dan perforasi .
3) Tukak peptik (lambung/dudenum).
4) Tukak thypoid.
5) Tukan disentri amuba/ colitis
6) Tukak pada tumor
7) Salpingitis
8) Divertikulitis (radang usus)
Kuman yang paling sering ialah bakteri coli, streptokokus U dan B hemolitik,
stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostrdiumwechii.
b. Secara langsung dari luar
1
a.
Peritonitis Primer
Peritonitis primer disebabkan oleh infeksi monomikrobial. Sumber infeksi
umumnya ekstraperitonial yang menyebar secara hematogen. Ditemukan pada
penderita serosis hepatis yang disertai asites, sindrom nefrotik, metastasis
keganasan, dan pasien dengan peritoneal dialisis.
b.
Peritonitis Sekunder
Peritonitis sekunder sering disebabkan oleh proses patologis yang berkaitan dengan
organ dalam (visceral). Contoh peritonitis sekunder adalah peritonitis yang
disebabkan oleh perforasi organ dalam dan trauma. Peritonitis sekunder adalah
jenis peritonitis yang paling banyak ditemui.
c. Peritonitis Tersier
Peritonitis tersier adalah peritonitis yang tidak secara langsung berkaitan dengan
proses patologis organ dalam. Contoh peritonitis tersier adalah pasienperitonitis
primer atau sekunder post-operative yang sudah dirawat beberapa hari dan tidak
menunjukkan tanda-tanda resolusi klinis (proses pengurangan gejala dan
penyembuhan). Biasanya pada peritonitis tersier, terapi antibiotik dan operasi sudah
c.
2.9
Penatalaksanaan Peritonitis
d. Management peritonitis tergantung dari diagnosis penyebabnya. Hampir
semua penyebab peritonitis memerlukan tindakan pembedahan (laparotomi
eksplorasi). Pertimbangan dilakukan pembedahan :
1. Pada pemeriksaan fisik didapatkan defans muskuler yang meluas, nyeri tekan
terutama jika meluas, distensi perut, massa yang nyeri, tanda perdarahan (syok,
anemia progresif), tanda sepsis (panas tinggi, leukositosis), dan tanda iskemia
(intoksikasi, memburuknya pasien saat ditangani).
2. Pada pemeriksaan radiology didapatkan pneumo peritoneum, distensi usus,
extravasasi bahan kontras, tumor, dan oklusi vena atau arteri mesenterika.
3. Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran cerna dan perdarahan saluran
4.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
dari pembedahan tergantung dari proses dasar penyakit dan keparahan infeksinya.
2. Pencucian ronga peritoneum: dilakukan dengan debridement, suctioning,kain
kassa, lavase, irigasi intra operatif. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan
3.
4.
1.
2.
3.
i.
keseimbangan cairan dan elektrolit, sesak napas akibat desakan distensi abdomen ke paru,
pembentukan luka dan pembentukan abses. (Haryono, 2012)
j.
Dua komplikasi pasca operasi paling umum adalah eviserasi luka dan
pembentukan abses. Komplikasi pembedahan dengan laparatomi eksplorasi memang
tidak sedikit. Secara bedah dapat terjadi trauma di peritonium, fistula enterokutan, dan
peritonitis yang berulang jika pembersihan kuman tidak adekuat. Namun secara medis,
penderita yang mengalami pembedahan laparatomi eksplorasi membutuhkan perawatan
intensif . Perawatan inilah yang sering menimbulkan komplikasi, bisa berupa pneumonia
akibat pemasangan ventilator hingga sepsis.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x. BAB 3
y. ASUHAN KEPERAWATAN
z.
A. Pengkajian Fokus
1. Identitas
aa. Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis
kelamin, umur, alamat, suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan,
pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam masuk Rumah
Sakit.
2. Keluhan Utama
ab. Keluhan utama adalah keluhan atau gejala apa yang menyebabkan pasien
berobat atau keluhan saat awal dilakukan pengkajian pertama kali masuk
rumah sakit. Pada pasien peritonitis biasanya mengeluh adanya nyeri
abdomen. Keluhan nyeri dapat bersifat akut, awalnya rasa sakit sering kali
membosankan dan kurang terlokalisasi (peritoneum viseral). Kemudian
berkembang menjadi mantap, berat, dan nyeri lebih terlokalisasi (peritoneum
parietal). Jika tidak terdapat proses infeksi, rasa sakit menjadi berkurang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
ac. Riwayat kesehatan sekarang adalah menggambarkan riwayat kesehatan
saat ini. Pada klien dengan peritonitis umumnya mengalami nyeri tekan di
ak.
B1 (Breathing)
bantu pernapasan
al.
B2 (Blood) :
Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi. Didapatkan
B5 (Bowel)
ao.
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul
ap.
B6 (Bone)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
1. Nyeri
psikologis
Pengendalian nyeri: tindakan individu untuk mengendaikan nyeri
Tingkat nyeri: keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
Lakukan
pengkajian
nyeri
secara
komprehensif
meliputi
lokasi,
at.
au.
NOC
menyusui
Status gizi; tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kegiatan metabolic
Status gizi: pengukuran biokimia; komponen dan kimia cairan yang
ekstrasel tubuh
Status nutrisi: asupan makanan dan cairan; jumlah makanan dan cairan yang
masuk kedalam tubuh selama periode 24 jam
ay.
NIC
secara bertahap
Status pernapasan: kepatenan jalan napas; jalur napas trakeobronkial bersih
bc.
bd.
be.
bf.
bg.
bh.
bj.
STUDI KASUS
bi. PERITONITIS
Klien kiriman UGD bernama An. D masuk ke ruang rawat inap anak pada
hari sabtu 11 April 2016 jam 08.30 wib diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri pada
daerah perut yang dirasakan sejak 4 hari yang lalu dan diiringi pembengkakan pada
daerah perut serta mual dan muntah setiap harinya, makan tidak pernah dihabiskan. Nyeri
dirasakan skala 4 dari 1-10, nyeri terasa di kuadran kanan atas dan menyebar ke kuadran
kiri atas dan bawah. Keluarga mengatakan pada hari selasa tersebut telah berobat ke
puskesmas tetapi nyeri tidak terobati kemudian pada hari kamis klien berobat ke poly
anak RSI Ibnu Sina dengan Dr.Hj. Rahmi Yetti K, SpA dan beliau menganjurkan agar
klien di bawa ke UGD saja. Setelah dilakukan pemeriksaan darah dan pemeriksaan XRay, ternyata pasien didiagnosa positif menderita Peritonitis, selama dirawat anak terlihat
gelisah dan sering menangis sehingga keluarganya cemas dan menginginkan anak agar
segera pulang.
a. Pengkajian
- Anamnesa
a) Identitas Klien:
bk. Nama : An. D
bl. Usia : 7 tahun 5 Bulan
bm.
Tempat tgl lahir : Surabaya, 21 Januari 2009
bn. BB : 16,5 kg
b) Keluhan Utama :
bo.Sejak 4 hari yang lalu pasien mengeluh perut sakit, merasa mual dan
muntah, keluarga mengatakan pada hari selasa tersebut telah berobat ke
puskesmas tetapi nyeri tidak terobati kemudian pada hari kamis klien berobat
ke poli anak RSI Ibnu Sina dengan Dr.Hj. Rahmi Yetti K, SpA dan beliau
menganjurkan agar klien di bawa ke UGD. Setelah dilakukan pemeriksaan
darah dan pemeriksaan X-Ray, ternyata pasien didiagnosa positif menderita
Peritonitis
c) Riwayat Kesehatan Lalu
bp. Keluarga pasien mengatakan anaknya belum pernah mengalami penyakit
seperti ini sebelumnya, dan belum pernah diopname sebelumnya.
bq.
br.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
bs. Keluarga pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang mengalami
penyakit seperti ini.
bt.
bv.
bw. Pola napas reguler, tidak ada retraksi pernapasan dan napas cuping hidung RR
16x/menit
bx. B2 (Blood) :
by. T=110/80 N=72x/menit Akral hangat
bz. B3 (Brain):
ca. Anak tampak menangis, rewel
cb. B4 (Bladder):
cc. Tidak ada masalah
cd. B5 (Bowel):
ce. Makan habis porsi, mual, muntah, mata cowong, pasien lemas
cf. B6 (Bone):
cg. Pasien letargi
ch.
ci.
cj.
ANALISA DATA :
ck. Data-Data
cm.cn. DS :
co. Keluarga mengatakan anaknya merasakan
nyeri dengan skala 4 di kuadran kanan perut dan
menyebar hingga kuadran kiri
cp. DO :
cq. Klien tampak gelisah dan sering menangis,
grimace +
cr. T = 110/80
cs. N = 72x/menit
ct. RR = 16x/menit
cu. S = 36,7
cv. P: Peritonitis
cw. Q: Nyeri seperti rasanya terbakar
cx. R: perut (abdomen)
cy. S: nyeri 4 (1-10)
cz. T: Hilang timmbul, semakin sakit
saat dibuat
da.
bergerak
db.
dd.de. DS :
df. Keluarga mengatakan klien tidak mau
makan dan muntah sudah 2x, klien mengatakan
perutnya mual
dg. DO :
dh. Makan hanya habis porsi, mata cowong,
konjugtiva anemis
di. A= BB 16,5 kg
cl. Masalah
Keperawatan
dc. Nyeri
do. Pemenuhan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
dj. B = Hb : 10 gr/dL
dk.
Albumin : 3,9 gr/dL
dl. C = Mata cowong, Konjungtiva anemis,
muntah
dm. D = makan habis porsi
dn.
dp.dq. DS :
dr. Keluarga mengatakan anaknya sangat rewel,
keluarga selalu menanyakan kapan anaknya boleh
pulang
ds. DO :
dt. Klien gelisah dan sering menangis, keluarga
ikut gelisah melihat anaknya menangis terus
du. Cemas
dv.
dw. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1.
2.
3.
eb.
NIC
presipitasinya
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
2. Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
5. Selera makan; keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang
menjalani pengubatan
6. Pembentukan pola menyusu: bayi; bayi melekat ked an menghisap dari payudara
ibu untuk memperoleh nutrisi selama tiga minggu pertama menyusui
7. Status gizi; tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kegiatan metabolic
8. Status gizi: pengukuran biokimia; komponen dan kimia cairan yang
mengindikasikan status nutrisi
9. Status gizi: asupan makanan dan cairan; jumlah makanan dan cairan yang
dikonsumsi tubuh dalam waktu 24 jam
10. Status gizi: asupan gizi; keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya
ee.
ef. NIC
Kaji Selera makan; keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau
kebutuhan nutrisi.
Buat perencanaan makan sesuai dengan selera pasien
Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien
Suapi pasien jika perlu
Manajemen nutrisi: berikan pasien minuman dan kudapan bergizi tinggi protein,
tinggi kaori yang siap dikonsumsi dan ajarkan pasien tentang cara membuat
ek.
el.
em.
Peritonitis
adalah
BAB 4
PENUTUP
peradangan
pada
peritonium
yang
merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Peritonitis yang terlokalisir
hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis.
en.
Penyebab peritonitis antara lain : penyebaran infeksi dari organ perut yang
terinfeksi, penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan
seksual, infeksi dari rahim dan saluran telur, kelainan hati atau gagal jantung, peritonitis
dapat terjadi setelah suatu pembedahan, dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal),
iritasi tanpa infeksi.
eo.
intravena.
Terapi antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam
c
d
masyarakat dapat memberikan berbagai cara untuk mencegah peritonitis dan diharapkan
mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien yang
mengalami peritonitis yang sesuai dengan apa yang dipelajari.
er.
es.
et.
DAFTAR PUSTAKA
1.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.