Anda di halaman 1dari 39

31

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang

tua. Orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi dan merawat anak secara
seksama (karnia, 2006). Anak merupakan individu yang berada dalam rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Depkes RI,
2012).
Orang tua merupakan contoh utama bagi anak dalam berperilaku sehingga
keikutsertaan dalam bermain penting untuk perkembangan anak (Soedjatmiko,
2006). Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat
diperluakan terutama pada saat mereka masih berada dibawah usia 5 tahun atau
balita. Orang tua salah satunya adalah ibu, merupakan tokoh sentral dalam tahap
perkembangan seorang anak. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dan utama
dalam keluarga sehingga ibu harus menyadari untuk mengasuh anak secara baik
dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Orang tua khususnya ibu adalah
orang pertama yang mengajak anak untuk berkomunikasi, sehingga anak mengerti
bagaimana

cara

berinteraksi

dengan

orang

lain

menggunakan

bahasa

(Werdiningsih &Astarani, 2012).


Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh orang tua khususnya ibu
yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengasuh anak, dalam kehidupan
sehari-hari (Depkes RI, 2012). Stimulasi diberikan kepada anak harus dengan
kasih sayang, tidak dengan paksaan, karena kebutuhan dasar perkembangan
seorang anak salah satunya adalah kasih sayang (Karnia, 2006).

31

Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,
mental atau psikologis. Stimulasi mental mengembangkan perkembangan
kecerdasaan,

kemandirian,

kreativitas,

agama,

kepribadian,

moral-etika,

produktivitas dan sebagainya. Bermain, mengajak anak berbicara dan kasih


sayang adalah makanan yang penting untuk tumbuh kembang anak, seperti
halnya kebutuhan makan untuk pertumbuhan badan (Karnia, 2006). Faktor
lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang
(Tanuwijaya, 2008).
Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran dan
perabaan) yang datang dari lingkungan anak (karnia, 2006). Setiap anak perlu
memperoleh stimulasi rutin dan terus-menerus pada setiap kesempatan (Dekes RI,
2012). Kurangnya pemberian stimulasi terhadap anak dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang bahkan gangguan menetap (Depkes RI, 2012).
Pekerjaan ibu dapat mengurangi proses stimulasi pada anak (Dzhrizal, Yanti &
Octohariyanto, 2013), salah satunya adalah krisis ekonomi di negara kita yang
mendorong sebagian besar kaum ibu untuk ikut bekerja mencari nafkah sehingga
hubungan dengan anak berkurang (Hariweni, Ali& Sofyanti, 2004).
Skrining perkembangan untuk deteksi dini pada anak perlu dilakukan,
terutama pada anak usia 1 tahun agar bila ditemukan kecurigaan penyimpangan
perkembangan dapat segera dilakukan intervensi dini sebelum terjadi kelainan
(Kadi, Garna &Fadlyana, 2008). Intervensi pada anak yang diduga mengalami
penyimpangan perkembangan sebaiknya dilakukan sebelum usia 3 tahun (Kadi,
Garna&Fadlyana, 2008). Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

31

merupakan salah satu alat skrining yang dapat menilai aspek-aspek perkembangan
anak. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan sudah tersedia di tingkat pelayanan
kesehatan primer. Indikator penilaian masalah perkembangan meliputi motorik
kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian
(Dzhrizal, Dewi yanti & Octohariyanto, 2013).
Pemeriksaan KPSP dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan
petugas PAUD terlatih tujuannya untuk mengetahui perkembangan anak sesuai
dengan usianya (Depkes RI, 2012). Gangguan perkembangan anak seperti
keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, autisme dan hiperaktif, beberapa
tahun terakhir ini semakin meningkat, angka kejadian di Amerika Serikat berkisar
12-16%, Thailand 24%, dan Argentina 22%, di Indonesia 13-18% (Darmayanti,
2006).
Menurut data statistik, jumlah perempuan bekerja yang berumur 15-19
tahun berjumlah 3.259.831 jiwa pada bulan februari tahun 2011, sedangkan pada
tahun 2012 bulan februari sebanyak 2.720.141 jiwa. Perempuan bekerja yang
berumur 25-29 tahun bulan februari 2011 sebanyak 5.007.392 jiwa, pada bulan
februari 2012 sebanyak 5.577.903 jiwa. Perempuan bekerja yang berumur 30-34
tahun bulan februari 2011 sebanyak 6.158.174 jiwa, sedangkan bulan februari
2012 sebanyak 5.972.068 jiwa. Perempuan bekerja yang berumur 35-39 tahun
pada bulan februari 2011 sebanyak 5.929.874 jiwa, sedangkan pada bulan februari
2012 sebanyak 5.926.024 jiwa. Perempuan bekerja yang berumur 40-44 tahun
bulan februari 2011 sebanyak 5.679.887 jiwa, sedangkan bulan februari 2012
sebanyak 5.624.547 jiwa. Perempuan bekerja yang berumur 45-49 tahun bulan
februari tahun 2011 berjumlah 4.870.272 jiwa, sedangkan bulan februari 2012

31

berjumlah 4.751.272 jiwa. Perempuan bekerja yang berumur 50-54 tahun bulan
februari 2011 berjumlah 3.846.871 jiwa, sedangkan bulan februari 2012 berjumlah
3.700.456 jiwa. Perempuan 55-59 tahun bulan februari tahun 2011 berjumlah
2.586.702 jiwa, sedangkan bulan februari 2012 berjumlah 2.462.091 jiwa.
Perempuan bekerja yang berumur 60+bulan februari 2011 berjumlah 3.504.341
jiwa, sedangkan bulan februari tahun 2012 berjumlah 3.429.777 jiwa (BPS, 2012).
Menurut data dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Lhokseumawe
tahun 2013jumlah total perempuan yang bekerja tahun 2013 berjumlah 18.122
jiwa, untuk jenis pekerjaannya adalah PNS dan swasta. Beberapa diantaranya
terdapat di Kecamatan Muara Satu sebanyak 4.510 jiwa, di Kecamatan Muara
Dua sebanyak 8.760 jiwa, di Kecamatan Banda Sakti sebanyak 12.905 jiwa, dan
di Blang Mangat sebanyak 3.067 jiwa perempuan yang bekerja (Dinaker, 2013).
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe tahun 2014, TK
Srikandi adalah salah satu TK yang memiliki jumlah siswa terbanyak dan
merupakan salah satu TK terbaik di Kota Lhokseumawe. Berdasarkan observasi
awal peneliti, data tentang perkembangan anak di TK tersebut belum tersedia
sehingga perkembangan anak di TK tersebut perlu dianalisis sebagai dokumentasi.
1.2

Rumusan Masalah
Anak merupakan individu yang berada dalam rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Stimulasi tumbuh kembang
anak dilakukan oleh orang tua khususnya ibu yang merupakan orang terdekat
dengan anakdan sebagai pengasuh anak, dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan
ibu dapat mengganggu proses stimulasi pada anak yang dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak yang menetap. Kuesioner Pra Skrining

31

Perkembangan merupakan salah satu alat skrining yang dapat menilai aspek-aspek
perkembangan anak.
1.3

Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang diatas

1.

adalah:
Bagaimana gambaran status pekerjaan ibu dari anak di TK Srikandi Kota

2.

Lhokseumawe tahun 2015?


Bagaimana perkembangan anak usia 4 sampai 5 tahun di TK Srikandi

3.

Kota Lhokseumawe tahun 2015?


Bagaimana hubungan antara ibu bekerja dan tidak bekerja terhadap
perkembangan anak di TK Srikandi tahun 2015 Kota Lhokseumawe?

1.4

Tujuan Penelitian

1.4.1

Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara ibu bekerja dan tidak bekerja dengan
perkembangan anak usia 4-5 tahun di TK Srikandi Kota Lhokseumawe
tahun 2015.

1.4.2
1.

Tujuan khusus
Mengetahui gambaran status pekerjaan ibu dari anak di TK Srikandi Kota

2.

Lhokseumawe tahun 2015.


Mengetahui perkembangan anak usia 4-5 tahun di TK Srikandi tahun
2015.

1.5

Manfaat Penelitian

1.5.1

Manfaat teoritis

31

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat


khususnya orang tua terkait hubungan status

pekerjaan ibu terhadap

perkembangan anak dan sebagai data awal untuk peneliti selanjutnya tentang
hubungan status pekerjaan ibu terhadap perkembangan anak.
1.5.2

Manfaat praktis

1.

Penelitian ini diharapkan memberikan pengalaman serta mendapatkan


informasi bagi peneliti tentang hubungan ibu bekerja dan tidak bekerja
terhadap perkembangan anak usia 4-5 tahun di TK Srikandi

Kota

Lhokseumawe tahun 2015.


2.

Bagi institusi pendidikan penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi


atau data dasar perkembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang
tingkat kemandirian anak usia 4-5 tahun di TK Srikandi Kota
Lhokseumawe tahun 2015.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Perkembangan Anak

2.1.1

Definisi perkembangan anak


Depkes RI 2010 menjelaskan perkembangan adalah bertambahnya struktur

dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan anak terjadi
secara stimultan dengan pertumbuhan anak (Narendra, Sularyo, Soetjinigsih,

31

Suyitno, Ranuh &Wiradisuri, 2010). Perkembangan anak berjalan beriiringan


dengan pertumbuhan anak (Nugroho, 2013).
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran tubuh dan jumlah
sel serta jaringan. Fase pertumbuhan dan perkembangan manusia salah satunya
adalah masa prasekolah yaitu anak yang berusia 3-5 tahun (Susanto, 2011). Anakanak usia prasekolah memiliki beberapa ciri serta tugas perkembangan yang
meliputi keterampilan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosial (Wong,
Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009).
Lingkungan mempunyai peran khusus dalam perkembangan anak, karena
dalam mikrosistem ini terdapat unsur orang tua, guru dan juga mencakup
kuantitas dan kualitas pengasuh. Anak berkembang melalui interaksi dengan
lingkungan, salah satu lingkungan yang berperan adalah orang tua. Tahun terakhir
jumlah orang tua terutama ibu yang bekerja semakin meningkat, pada saat
bersamaan muncul kelompok atau lembaga yang menyelenggarakan pendidikan
diluar rumah untuk usia dini. Orang tua berharap bahwa di Taman Kanak-Kanak
(TK) anak akan mendapatkan stimulasi yang memadai bagi perkembangan anak
(Martani,2012).
Melton berpendapat bahwa sekolah merupakan lingkungan utama bagi
proses perkembangan anak dan berperan dalam menciptakan kegiatan untuk
kesejahteraan anak, namun pada kenyataanya tidak semua anak mendapatkan
perkembangan yang optimal (Ben-Arieh, McDonnell & Schwartz 2009).
2.1.2 Ciri-ciri tumbuh kembang anak

31

1.

Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti dari


perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan diikuti

2.

perubahan pada fungsi alat kelamin.


Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap, yaitu
perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju kearah kaudal atau

3.

dari bagian proksimal ke bagian distal.


Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari kemampuan
melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan melakukan hal yang

4.

sempurna.
Perkembangan

5.

perkembangan yang berbeda.


Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, di mana

setiap

individu

memiliki

kecepatan

pencapaian

tahapan perkembangan harus dilewati tahap demi tahap (Hidayat, 2008).


2.1.3 Pola-pola perkembangan ada beberapa yakni:
1. Pertumbuhan fisik yang terarah
Terdapat dua hukum dalam pertumbuhan fisik yakni:
a. Hukumcephalocaudal, yaitu pertumbuhan yang dimulai dari kepala
kearah kaki. Bagian-bagian pada kepala tumbuh lebih dahulu dari pada
bagian-bagian lain. Pertumbuhan ini sudah terlihat pada pra-natal, yaitu
pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai bagianbagian dan alat-alat pada kepala yang lebih matang dari pada bagian
lainnya. Bayi bisa menggunakan mulut dan matanya lebih cepat dari
pada anggota geraknya. Baik pada masa perkembangan pra-natal,
neonatal dan anak-anak. Proporsi bagian kepala dengan rangka batang

31

tubuhnya mula-mula kecil dan semakin lama perbandingan ini semakin


besar.
b. Hukum proximodistal, yaitu pertumbuhan yang berpusat pada sumbu
dan mengarah ke tepi. Alat-alat tubuh yang terdapat pada pusat, seperti
jantung, hati dan alat-alat pencernaan, lebih dahulu berfungsi daripada
anggota tubuh yang ada di tepi. Alat-alat tubuh yang terdapat pada
daerah pusat itu, lebih vital daripada misalnya anggota gerak seperti
tangan dan kaki. Anak masih bisa melangsungkan kehidupannya bila
terjadi kelainan-kelainan pada anggota gerak, akan tetapitidak pada
anggota tubuh dipusat. Kelainan sedikit saja, misalnya pada jantung
atau ginjal, bisa berakibat fatal.
2.

Perkembangan terjadi dari umum ke khusus


Proses perkembangan dimulai dari hal-hal yang umum, secara sedikit demi

sedikit meningkat ke hal-hal yang khusus. Anak akan mampu menggerakan


lengan atas, lengan bawah, tapak tangan terlebih dahulu daripada anak mampu
menggerakkan jari-jari tangannya. Anak akan mampu lebih dahulu menggerakkan
jari-jari tangannya sebelum anak bisa mempergunakan kedua tungkainya untuk
menyangga batang tubuhnya, melangkahkan kaki dan mampu berjalan.
Perkembangan kemampuan juga akan mengalamin penghalusan dari halhal yang tadinya umum ke khusus. Seorang anak akan menyebutkan semua wanita
mama sebelum anak mampu membedakan mana ibunya, mana pengasuh atau
bibinya. Anak mengenal istilah binatang atau pohon mendahului kemampuannya
untuk membedakan mana yang tergolong anjing, kucing, ayam, atau pohon
pisang, pohong pepaya dan pohon mangga.

31

Dilihat dari segi perkembangan emosinya juga terjadi hal yang sama. Anak
menangis bila mengalami hal-hal yang tidak enak, yang menyakitkan, yang
menyedihkan, yang menjengkelkan dengan reaksi-reaksi yang sama. Anak akan
sedikit demi sedikit membedakan rangsangan tertentu dengan reaksi yang
berlainan. Anak memperlihatkan emosi kemarahan terlebih dahulu, sebelum anak
bisa memperlihatkan emosi cemburu atau iri hati.
3.

Perkembangan berlangsung dalam tahapan-tahapan perkembangan


Perkembangan terbagi dalam masa-masa perkembangan yang memiliki

ciri-ciri yang berbeda antara masa perkembangan yang satu dengan masa
perkembangan lainnya.
4.
Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan atau belajar
Kematangan adalah proses yang terjadi dengan sendirinya sesuai dengan
potensi yang ada. Kematangan ini akan dipengaruhi oleh latihan atau proses
belajar (Gunarsa, 2008).
2.1.4

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak


Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam setiap

periode tumbuh kembangnya adalah sebagai berikut:


1. Periode pra-konsepsi
Faktor yang berperan dalam periode ini yaitu genetik (kromosom)
2.

Periode kehamilan (prenatal)


a. Faktor nutrisi
b. Faktor penyakit metabolik/hormonal
c. Faktor bahan kimia, fisika, radiasi
d. Faktor penyakit infeksi, gangguan imunitas
e. Faktor stres/psikologis
f. Faktor anoksia embrio, hipertensi, penyakit kronis, pendarahan

3.

Periode persalinan (natal)

31

a. Faktor umur kehamilan, berat lahir


b. Faktor infeksi
c. Faktor asfiksia hiperbilirubinemia, kelainan metabolik/hormonal.
4.

Periode setelah persalinan (pasca-natal)


a. Adanya kelainan genetik/kongenital
b. Adanya kelainan neural
c. Kelainan hormonal
d. Nutrisi
e. Emosi/stres
f. Infeksi
g.

Sosial ekonomi (perumahan, dll)

h.

Lingkungan keluarga

i.

Kehidupan politik, budaya, agama, dll (Selina, Hartoni &


Rahmadi, 2011)

2.1.5 Kebutuhan dasar tumbuh kembang anak


Beberapa kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang adalah sebagai
berikut:
1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)
Kebutuhan akan asuh adalah kebutuhan nutrisi yang adekuat dan
seimbang, perawatan kesehatan dasar seperti imunisasi, pakaian,
perumahan, hygiene diri dan sanitasi lingkungan (Narendra, Sularyo,
Soetjiningsih, Suyitno, Ranuh& Wiradisuria, 2010).
2. Kebutuhan akan kasih sayang atau emosi (asih)

31

Kebutuhan

emosi/kasih

sayang

(ASIH)

merupakan

ikatan

yang

erat,selarasdan serasi antara ibu dan anak (Selina, Hartanto & Rahmadi,
2011).
3. Kebutuhan latihan atau rangsangan atau bermain (asah)
Kebutuhan akan stimulasi mental merupakan proses pembelajaran,
pendidikan dan pelatihan kepada anak (Selina, Hartanto & Rahmadi,
2011).
Stimulasi merupakan faktor perkembangan anak yang penting dalam
tumbuh kembang anak khususnya pada usia dini. Anak yang mendapat stimulasi
yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak
yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Bentuk stimulasi yang bisa diberikan
adalah pendidikan pada anak usia dini (PAUD) (Martini, 2012).
Stimulasi dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi
perkembangan anak sehingga diperlukan sedini mungkin, terutama sampai usia 4
atau 5 tahun pertama setelah lahir sehingga periode ini sering disebut sebagai
tahun-tahun keemasan (golden age)(Narendra, Sularyo, Soetjiningsih, Suyitno,
Ranuh& Wiradisuria, 2010).
2.1.6

Tahapan-tahapan tumbuh kembang anak

1.

Masa pra-natal dibagi menjadi 2:


a. Masa mudigah/embrio : konsepsi - 8 minggu
b. Masa janin/fetus : 9 minggu lahir

2.

Masa bayi : usia 0 1 tahun masa bayi dibagi menjadi 2:


a. Masa neonatus (0 28 hari) terbagi menjadi:

31

Masa neonatal dini : 0 - 7 hari dan masa neonatal lanjut : 8 hari 28


hari
b. Masa pasca neonatal (29 hari 1 tahun)
3.

Masa pra-sekolah : usia 1 6 tahun

4.

Masa sekolah : usia 6 10 tahun


a. Masa pra-remaja : usia 6 10 tahun
b. Masa remaja terbagi menjadi dua, masa remaja dini :wanita berusia
8 13 tahun dan pria berusia 10 15 tahun. Masa remaja lanjut wanita
usia 13 18 tahun dan pria usia 15 20 tahun (Soetjinigsih, 2012).

2.1.7 Aspek-aspek perkembangan anak


a.

Perkembangan fisik (motorik)


Perkembangan fisik adalah proses tumbuh kembangnya kemampuan gerak

seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi
yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh
otak. Perkembangan fisik (motorik) ini meliputi perkembangan motorik kasar dan
halus.
1.

Perkembangan motorik kasar


Kemampuan anak untuk duduk, berlari dan melompat termasuk dalam

pekembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh tubuh
digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik
kasar dipengaruhi oleh proses kematangan dalam diri anak. Proses kematangan
setiap anak berbeda, laju perkembangan seorang anak kemungkinan berbeda

31

dengan

perkembangan

anak

lainnya

(Hidayati,

2010),

contoh-contoh

perkembangan gerakan motorik kasar anak berdasarkan usia dapat dilihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perkembangan motorik kasar anak (Meggitt, 2013)
Usia
Perkembangan motorik kasar
Sejak usia 3 tahun 1. Anak dapat melompat dari tempat yang tidak begitu
tinggi.
2. Anak dapat berjalan ke belakang dan ke pinggir.
3. Anak dapat berdiri dan berjalan menjinjit serta dapat
berdiri di atas satu kaki.
4. Memiliki kesadaran spasial yang baik.
5. Anak dapat mengendarai sepeda roda tiga.
6. Anak dapat menaiki tangga dengan satu kaki di setiap
anak tangga serta menuruni tangga dengan dua kaki di
setiap anak tangga.
sejak usia 4 tahun 1. Anak dapat mengembangkan keseimbangan diri, dapat
berjalan mengikuti sebuah garis lurus.
2. Anak dapat menangkap, melempar, menendang, dan
memantulkan bola.
3. Anak dapat berjongkok untuk memungut benda dari
lantai.
4. Anak dapat menikmati kegiatan memanjat pohon dan
tiang-tiang.
5. Anak dapat berlari menaiki dan menuruni tangga satu
kaki di setiap anak tangga.
sejak usia 5 tahun 1. Anak dapat bermain dengan bermacam-macam alat
seperti papan seluncuran, ayunan dan memanjat tiang.
2. Anak dapat berjalan dan berlari tanpa kesulitan. Mereka
juga dapat berjalan mundur dengan lancar serta
mempertahankan kecepatan yang sama saat melangkah.
3. Anak dapat bermain lompat tali (skipping) dengan cepat.
4. Anak mulai tertarik pada permainan mengejar dan
berlari serta dapat menggunakan keterampilan
bergeraknya dalam permainan-permainan sederhana
(sebagai contoh, bermain kejar lari patung). Mereka
dapat lebih mudah mempertahankan keseimbangan diri
ketika bergerak lebih cepat.
5. Anak dapat memanjat dan melompat dengan baik serta
dapat mengkoordinasikan gerakannya saat bermain
sepeda.

31

Sejak usia 6 tahun

2.

6. Anak mampu bergerak mengikuti ketukan musik atau


ritme musik.
7. Anak dapat mengendarai sepeda roda dua.
8. Anak dapat melompati benda tanpa terjatuh.
9. Anak mulai menunjukkan kemampuan yang baik dalam
bermain bola (seperti contoh, melempar, menendang dan
menangkap).
10. Anak biasanya sangat energetik dan jarang menunjukkan
rasa lelah.
1. Keterampilan motorik anak banyak berkembang, seperti
berlari, melompat dan bermain lompat tali.
2. Anak mampu mengikuti pola-pola gerakan, sehingga
mampu melakukan gerakan-gerakan menari yang
sederhana.
3. Anak mampu menendang bola menuju gawang atau
melempar bola menuju target.
4. Anak lebih lincah dan tangkas, keseimbangan tubuh
serta koordinasi otot juga telah meningkat.
5. Anak semakin kompeten dalam mengendarai sepeda
beroda dua.
6. Anak dapat melompat dengan mudah dan dengan
keseimbangan yang baik.
7. Anak dapat melompat benda-benda atau peralatan
tertentu.

Perkembangan motorik halus


Perkembangan motorik halus adalah perkembangan gerakan anak yang

menggunakan otot-otot kecil atau hanya sebagian anggota tubuh tertentu.


Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar
dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting dan menyusun balok termasuk
contoh dalam gerakan motorik halus (Hidayati, 2010).
Gerak motorik halus adalah gerak yang hanya melibatkan bagian tubuh
tertentu, otot-otot kecil dan tidak membutuhkan tenaga yang terlalu besar namun
membutuhkan koordinasi yang cermat antara panca indra dengan anggota tubuh
yang terlibat (Mulyani & Gracinia, 2007).

31

Sumantri

(2005)

mengatakan

bahwa

motorik

halus

merupakan

penggunaan otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan
kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup
pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil atau
pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik (Nanik, 2012).
Gerakan motorik halus adalah gerakan jari dan pergelangan tangan atau
penggunaan tangan serta jari untuk menunjuk, menggambar, menggunakan garpu,
pisau,

menulis

dan

mengikat

sepatu

(Meggitt,

2013),

contoh-contoh

perkembangan gerakan motorik halus anak berdasarkan usia dapat dilihat pada
tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perkembangan motorik halus anak (Meggitt, 2013)
Usia
Perkembangan motorik halus
Sejak usia 3 tahun 1. Anak dapat membangun bangunan yang tinggi dari
balok-balokan.
2. Anak dapat mengontrol pensil dengan menggunakan
jempol dan dua jari pertama.
3. Menikmati kegiatan mengecat menggunakan kuas yang
besar.
4. Anak dapat menggunakan gunting untuk menggunting
kertas.
5. Anak dapat menggambar bentuk, seperti lingkaran.
sejak usia 4 tahun 1. Anak dapat membangun menara dari balok-balokan dan
mainan konstruksi yang lainnya.
2. Anak dapat menggambar seseorang yang familiar
dengannya, biasanya menggambar kepala, badan dan
kaki.
3. Anak dapat memasukkan manik-manik kecil ke dalam
benang.
sejak usia 5 tahun 1. Anak telah mampu menjahit menggunakan jarum
bermata tebal.
2. Anak dapat menggambar orang dengan kepala, badan,
kaki, hidung, mulut dan mata.
3. Memiliki kontrol yang baik dalam menggunakan pensil
dan kuas cat dan mulai dapat menggambar bermacam-

31

Sejak usia 6 tahun

b.

macam bentuk, seperti kotak.


1. Anak dapat membangun menara yang tinggi dan kokoh
dengan menggunakan balok-balokan serta permainan
konstruksi lain.
2. Anak dapat menggambar seseorang dengan lebih detail,
termasuk menggambar baju dan alis mata.
3. Anak telah mampu menulis huruf alphabet secara
lengkap serta memegang alat tulis seperti orang dewasa.
4. Anak dapat menangkap bola dengan satu tangan
walaupun bola tersebut dilemparkan dari jarak 1 meter di
hadapannya.
5. Anak dapat mengetok paku menggunakan palu, serta
dapat menggunakan gunting dan obeng dengan
sendirinya.
6. Anak mampu menggunakan peralatan menggambar dan
melukis dengan efisien, serta mampu mewarnai dengan
lebih rapi.
7. Anak dapat berpakaian secara cepat, termasuk memakai
kancing baju.
8. Anak mampu mengikat tali sepatu sendiri tanpa bantuan.
9. Anak dapat menggunakan keyboard dan mouse
komputer.
10. Anak telah menunjukkan tangan mana yang lebih sering
digunakan (kanan atau kiri).

Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif anak tampak pada kemampuannya dalam

menerima, mengelola

dan memahami

informasi-informasi

yang sampai

kepadanya. Kemampuan kognitif ini berkaitan dengan perkembangan kemampuan


berbahasa (baik bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, hingga berbicara.
Kemampuan bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respons
terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan (Soetjiningsih, 2012).
Bredekamp &Copple (1995) mengatakan bahwa perkembangan bahasa pada usia
3-5 tahun sangat pesat di mana anak-anak mampu mempelajari 50 kata baru tiap

31

bulan (Wijanarti, 2010). Perkembangan bahasa adalah perkembangan kemampuan


berkomunikasi yang mencakup (Meggitt, 2013):
1. Receptive speech (kata-kata yang diterima atau dimengerti oleh seseorang)
2. Expressive speech (kata-kata yang diproduksi seseorang)
3. Artikulasi (bagaimana seseorang mengucapkan kata-kata)
Perkembangan bicara dan bahasa anak berdasarkan usia contohnya dapat
dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Perkembangan bicara dan bahasa anak (Meggitt, 2013)
Usia
Perkembangan anak
Sejak usia 3 tahun 1. Anak mulai memakai banyak kosa kata, mulai dari
kata sifat, kata kerja, kata benda dan kalimat utuh.
2. Anak melakukan kesalahan dalam mengucapkan
beberapa kata, serta mulai berbicara mengikuti tata
bahasa.
3. Beberapa tata bahasanya masih berantakan.
4. Suka membaca buku cerita yang lebih rumit dan
mempunyai buku cerita favorit.
5. Memahami aktifitas dalam gambar yang ditunjukkan.
6. Berpura-pura melihat suatu objek sebagai objek lain
(balok-balokan sebagai mobil)
7. Bermain pura-pura seperti masak-masakan.
Sejak usia 4 tahun 1. Anak sering bertanya kenapa, kapan dan
bagaimana karena mereka tertarik pada konsep
sebab akibat serta penasaran terhadap cara kerja
banyak hal di dunia ini.
2. Anak mampu membuat hipotesis dan memecahkan
masalah.
3. Anak dapat berpikir ke depan serta mengingat lebih
lancar dari sebelumnya.
4. Lebih mahir menunggu dan mengambil giliran
berbicara ketika berbicara dengan orang lain.
5. Anak dapat pula berpikir menggunakan sudut pandang
orang lain, meskipun hanya sekilas.
6. Anak masih sulit mengucapkan beberapa kata yang
sulit.
7. Anak dapat diajari mengucapkan nama, alamat dan
umurnya dengan benar.
Sejak usia 5 tahun 1. Anak mencoba memahami arti kata-kata serta
menggunakan kata sifat dan kata depan dalam
percakapan dan mereka lebih percaya diri serta lebih

31

lancar.
2. Menyadari bunyi-bunyian yang membentuk kata-kata.
3. Anak masih sulit mengucapkan beberapa bunyibunyian, terutama mengucapakan huruf r.
4. Mempelajari bunyi dari huruf-huruf yang berbeda
dalam alphabet.
5. Anak mampu mendefinisikan beberapa benda sesuai
fungsinya.
6. Anak mulai memahami bahasa buku serta mempelajari
cerita-cerita.
7. Anak menyadari bahwa situasi yang berbeda
membutuhkan cara berbicara yang berbeda pula.
Sejak usia 6 tahun 1. Anak mulai memakai awalan dan akhiran dalam
berkata-kata, sebagai contohnya yaitu mereka
menggunakan awalan ter dalam mengatakan
termakan atau menggunakan akhiran kan dalam
mengatakan ceritakan.
2. Kemungkinan
membutuhkan
usaha
dalam
mengucapkan sebuah kata atau kalimat penuh dan
mereka kemungkinan akan berhenti di tengah-tengah
kalimat dan akan memulai kalimat yang baru lagi.
c.
Perkembangan emosi
Perkembangan aspek emosi meliputi kemampuan anak untuk mencintai,
merasa nyaman, berani, gembira, takut dan bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada
aspek ini kemampuan oleh emosi anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan
orang tua dan orang-orang disekitarnya. Emosi yang berlangsung dalam diri anak
akan sesuai dengan implus (rangsangan atau gerak hati yang timbul dengan tibatiba untuk melakukan sesuatu tanpa pertimbangan/penyunting) emosi yang
diterimanya, misalnya jika anak mendapatkan curahan kasih sayang. Mereka akan
belajar menyayangi. Perkembangan emosi ini seiring dengan perkembangan
kognitif anak.
d.

Perkembangan sosial dan moral

31

Aspek sosial berkaitan dengan kemapuan anak untuk beriinteraksi dengan


lingkungan, misalnya kemampuan anak untuk bertegur sapa dan bermain bersama
teman-teman sebayanya.Perkembangan moral berkaitan dengan pemahaman anak
tentang baik, buruk dan juga cara anak membedakannya dan menilainya. Dasar
dari aspek ini adalah kata hati (conscience) (Hidayati, 2010), contoh-contoh
perkembangan moral dan sosialisasi anak berdasarkan usia dapat dilihat pada
tabel 2.4.
Tabel 2.4 Perkembangan moraldan sosialisasi anak (Meggitt, 2013)
Usia
Perkembangan anak
Sejak usia 3 tahun 1. Anak mulai berlaku sesuai gendernya.
2. Lebih supel dalam bermain dan tertarik untuk
berteman dengan sesamanya sehingga mereka mulai
membina pertemanan dengan beberapa anak.
3. Belajar bernegosiasi, belajar memberi dan menerima
melalui pengalaman.
4. Anak mudah merasa takut karena mulai mampu
berpura-pura. Contohnya, merasa takut terhadap gelap
karena imajinasinya berjalan-jalan dan membayangkan
bermacam-macam hal mengerikan.
5. Anak sangat sadar terhadap kehadiran orang lain di
sekitarnya, serta mampu meniru orang-orang tersebut.
6. Anak lebih mampu mengekspresikan diri sendiri
melalui kata-kata.
7. Anak dapat bertingkah impulsive dan perhatiannya
lebih sulit untuk dialihkaan.
8. Anak dapat diajak berkompromi dan menggunakan
nalarnya dan semakin sadar terhadap aturan-aturan
berperilaku di situasi dan tempat yang berbeda-beda.
9. Anak menunjukkan ketertarikan terhadap anak-anak
lain serta meniru apa yang mereka lakukan.
10. Anak mampu membantu seseorang yang sedang
membutuhkan.
Sejak usia 4 tahun 1. Anak suka bersikap mandiri dan keras kepala.
2. Menunjukkan sisi humorisnya.
3. Anak dapat menjaga perilakunya dengan sesuai.
4. Anak mampu berbagi dan mau menunggu giliran.
5. Anak lebih peka terhadap perasaan orang lain, serta

31

Usia 5 dan 6 tahun

dapat menunjukkan sikap prihatin ketika orang lain


sedang sedih.
6. Anak lebih mandiri, namun masih membutuhkan
perhatian orangtua.
7. Anak mampu beradaptasi dan bernegosiasi namun
mudah dialihkan.
8. Anak lebih supel dan lebih percaya diri dalam
berkomunikasi dengan sekitarnya.
9. Anak mampu berdebat dan membantah serta
menunjukkan sikap agresi.
10. Anak dapat membuka dan memakai baju sendiri.
11. Anak dapat mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
dan dapat menyikat gigi sendiri.
1. Anak terus mengembangkan daftar orang-orang
dewasa yang dapaat merka percaya dan mereka akan
mempertahankan kedekatan dengan beberapa orang
tertentu.
2. Anak suka berinteraksi dengan orang dewasa serta
anak-anak lain.
3. Terlibat dalam permainan yang lebih rumit dan
membutuhkan kerja sama, termasuk permainan purapura serta permainan sederhana dengan aturan.
4. Anak terus membentuk dan mempertahankan
pertemanan dengan anak-anak lain.
5. Anak dapat menyembunyikan perasaannya begitu
memiliki kemampuan mengontrol perasaan.
6. Anak dapat bertanggung jawab, misalnya dalam
membantu anak yang lebih muda.
7. Anak memahami aturan yang berlaku di tempat yang
berbeda-beda (misalnya, di rumah, sekolah dan rumah
orang lain serta dapat beradaptasi.
8. Mengembangkan kontrol terhadap perasaan mereka
dan membantah orang dewasa ketika mereka merasa
tidak nyaman.
9. Anak dapat menanggapi dan menerima suatu alasan.
10. Anak dapat bekerja sama dalam permainan
berkelompok.

2.1.8 Masalah Perkembangan Anak


Masalah perkembangan anak yang sering muncul, antara lain:

31

1. Gangguan perkembangan motorik


Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Faktor keturunan
Pada keluarga tersebut perkembangan motorik rata-rata lambat.
b. Faktor lingkungan
Anak yang tidak berkesempatan untuk belajar, misalnya anak terus di
gendong atau ditaruh di baby walker terlalu lama. Anak yang
mengalami deprivasi meternal sering mengalami keterlambatan
motorik.
c. Faktor kepribadian
Anak yang mempunyai sifat penakut, takut jatuh.
d. Retardasi mental
Sebagian besar anak dengan retardasi mental mengalami keterbatasan
gerak motorik.
f.Kelainan tonus otot
Anak dengan palsi serebral, sering terjadi keterbatasan perkembangan
motorik akibat dari hipotonia, dll. Kelemahantendon dan kelainan pada
sumsum tulang belakang (gross spinal defect), juga sering disertai
dengan keterlambatan motorik.
g. Obesitas
Obesitas dapat mengakibatkan gangguan perkembangan motorik, tetapi
tidak semua anak obesitas mengalami keterlambatan motorik.
h. Penyakit neuromuscular

31

Pada anak yang menderita penyakit duchenne muscular dystrophy


sering terlambat berjalan.
i. Buta
Anak yang buta sering terlambat berjalan, kemungkinan akibat dari
tidak diberikan kesempatan untuk belajar.
2.

Gangguan motorik halus lebih sedikit variasinya, gangguan motorik halus

sering menyertai retardasi mental danpalsi serebral.


3. Gangguan perkembangan bahasa
Gangguan perkembangan bahasa anak dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi,
rendah/kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat,
faktor keluarga, kembar, psikosis, asfiksia, dll.Gagap, dapat disebabkan oleh
tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, faktor keluarga/termasuk
anak yang meniru cara bicara keluarganya yang gagap, gangguan lateralisasi, rasa
tidak aman dankepribadian anak. Gangguan bicara juga dapat disebabkan oleh
bibirsumbing

atau

sumbing

palatum,

maloklusi,

adenoid

dan

serebral

palsifrenulum lidah (tounge-tie) yang pendek juga dapat mengakibatkan


gangguanbicara.
4. Kecemasan
Kecemasan pada umumnya merupakan bagian dari perkembangan, tetapi
bila kecemasan ini berlebihan hingga berakibat terhadap interaksisosial dan
perkembangananak, maka merupakan hal yang patologis yangmemerlukan suatu

31

intervensi. Fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, kecemasan setelah


mengalami trauma merupakan contoh dari kecemasan.
5. Gangguan perkembanganpervasivedan psikosis pada anak
Gangguan perkembanganpervasivemeliputi autisme (gangguankomunikasi verbal
dan nonverbal, gangguan perilaku dan interaksi sosial) dan kelainan
asperger(gangguan interaksi sosial, perilaku yang terbatas dandiulang-ulang,
obsesif).
6. Disfungsineuro developmentalpada anak usia sekolah
Disfungsi susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuanakademik
yang dibawah normal, kelainan perilaku dan masalah dalaminteraksi sosial.
Kelainan ini antaralain adalah ADHD (Attention DefisitHyperactivity Disorder)
dan disleksi (soetjiningsih, 2008).

2.2

Ibu Bekerja dan Tidak bekerja

2.2.1 Definisi ibu bekerja


Menurut UU No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, ketenagakerjaan
adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,
selama dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (nurhidayah, 2008). Ibu

31

bekerja adalah ibu yang melakukan suatu kegiatan di luar rumah dengan tujuan
untuk mencari nafkah tambahan untuk keluarga (Imaniah, 2013).
Undang-undang No.XIII tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bab X
paragraf empat pasal 77 ayat satu menyebutkan lamanya waktu kerja pada buruh
atau karyawan tujuh jam satu hari untuk enam hari kerja dalam satu minggu, atau
delapan jam satu hari untuk lima hari kerja dalam satu minggu.Bekerja disini
adalah bekerja diluar rumah dengan lamanya waktu tujuh jam per hari dalam
enam hari atau delapan jam per hari dalam lima hari (Imaniah, 2009)
Alasan utama yang melandasi latar belakan para ibu untuk bekerja di luar
rumah atau motif-motif yang mendasari kebutuhan mereka untuk bekerja di luar
rumah sehingga mereka mau menghadapi berbagai resiko atau pun konsekuensi
yang bakal dihadapi pada umumnya dilatar belakangi oleh beberapa faktor, di
antaranya kebutuhan financial, kebutuhan sosial-relasional dan kebutuhan
aktualisasi diri (nurhidayah, 2008).

2.2.2

Dampak ibu bekerja terhadap perkembangan anak

1.

Dampak positif
Ibu yang bekerja akan memiliki penghasilan yang dapat menambah

penghasilan rumah tangga,ibu yang bekerja memiliki kemampuan untuk membeli


makanan berkualitas tinggi, kebutuhan rumah tangga lainnya dan biaya kesehatan
(Imaniah, 2013). Ibu bekerja akan lebih memiliki akses dan kuasa dari pendapatan
yang dihasilkan untuk keperluan anak mereka (UNICEF, 2007).

31

Dampak positif ibu bekerja juga dapat dilihat dari efek anak yang
dititipkan di tempat penitipan anak. Anak yang berada di tempat penitipan anak
juga memiliki interaksi sosial yang baik, kemampuan kognitif yang baik dan
lebih aktif di bandingkan anak yang hanya berada di rumah bersama ibunya yang
tidak bekerja karena tempat penitipan anak mempekerjakan pengasuh yang sudah
memiliki keterampilan baik (McIntosh &Bauer, 2008).
Tujuan ibu bekerja adalah suatu bentuk aktualisasi diri untuk menerapkan
ilmu yang telah dimiliki dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain dalam
bidang pekerjaan yang dipilihnya (Santrock, 2007). Gershaw (1998) dalam
McIntosh dan Bauer (2008) menyatakan bahwa, anak dengan ibu yang bekerja
memiliki tingkat intelegensi yang lebih tinggi.
2.

Dampak negatif
Mehrota (2011) dalam Glick (2002), Jika ibu bekerja tidak dapat

mempergunakan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan anak dengan baik


dan bijaksana, akan menimbulkan dampak negatif. Akibatnya anak akan
mengalami gizi kurang bahkan bisa menjadi gizi buruk. Anak akan memiliki
ukuran tubuh lebih pendek dan akan mudah terserang infeksi. Mehrota (2011)
dalam Glick (2002) juga menyatakan bahwa akibat ibu bekerja maka waktu
kebersamaan atau quality timeantara ibu dan anak akan berkurang, sehingga
perkembangan mental dan kepribadian anak dapat terganggu, mereka lebih sering
mengalami cemas akan perpisahan atau separation anxiety, merasa di buang
dan akan lebih cenderung mencari perhatian di luar rumah. Ibu yang bekerja

31

selama lebih dari 40 jam setiap minggunya akan memiliki dampak negatif bagi
tumbuh kembang anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fertig, Glomm & Tchernis
2009, ibu yang bekerja tidak dapat mengatur pola makan anak, membiarkan anakanak mereka makan-makanan yang tidak sehat, selalu menghabiskan waktu di
depan televisidan kurang beraktivitas sehingga dapat menyebabkan gizi lebih pada
anak.
2.2.3. Definisi ibu tidak bekerja
Ibu yang tidak bekerja memiliki tanggung jawab untuk mengatur rumah
tangga. Dalam konteks inilah peran seorang ibu berlaku, yaitu mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh, pendidik anak-anaknya dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya. Ibu yang tidak bekerja dapat lebih memahami bagaimana sifat
dari anak-anaknya. Waktu yang dimiliki ibu yang tidak bekerja dihabiskan di
rumah sehingga bisa memantau kondisi perkembangan anak. Kebanyakan
pekerjaan yang dilakukan ibu di rumah meliputi membersihkan rumah, memasak,
merawat anak, berbelanja, mencuci pakaian dan mendisiplinkan aktivitas anak.
Ibu yang tidak bekerja seringkali harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumah
sekaligus (Santrock, 2007).
2.2.4

Dampak ibu tidak bekerja terhadap perkembangan anak

1.

Dampak positif
Ibu yang tidak bekerja akan memiliki waktu yang lebih banyak yang dapat

dihabiskan bersama anak. Ibu tidak bekerja dapat mengatur pola makan anak,

31

sehingga anak akan makan-makanan yang sehat dan bergizi. Ibu juga akan
melatih dan mendidik anak sehingga perkembangan bahasa dan prestasi akademik
anak akan lebih baik jika dibandingkan dengan anak dengan ibu bekerja. Ibu yang
tidak bekerja memiliki waktu lebih banyak sehingga anak mereka akan lebih baik
secara emosional dan secara akademis, akan tetapi waktu kebersamaan yang lebih
banyak belum tentu selalu memiliki kualitas yang lebih baik dari ibu yang bekerja
karena kebanyakan waktu yang dimiliki akan dipergunakan untuk membersihkan
dan mengurus rumah (McIntosh &Bauer, 2008).
2.

Dampak negatif
Pada kasus keluarga miskin, ditambah dengan penghasilan yang ada

hanya dari ayah tanpa ada pemasukan dari si ibu, tentu saja kebutuhan pangan
anak tidak dapat terpenuhi secara maksimal. Ibu tidak dapat membeli makanan
yang bergizi dan berimbang untuk memenuhi kebutuhan pangan anak. Akibatnya
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tergangggu (McIntosh &Bauer,
2008).

2.3

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)


Kuesioner Pra Skrining Perkembangan merupakan kuesioner untuk

skrining pendahuluan anak umur 3 bulan sampai 6 tahun (Darmayanti, 2006).


Pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD
terlatih (Depkes RI, 2012). Pemeriksaan pada kuesioner ini tergantung dari usia
anak, untuk keterangan kuesioner ini terdapat pada lampiran 4.

31

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA
3.1

Kerangka Konsep
Variabel independen

Variabel dependen

Status pekerjaan ibu


Perkembangan Anak
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.2

Hipotesis
Hipotesis null (Ho)

31

1.

Tidak ada hubungan status pekerjaan ibu terhadap perkembangan anak


dengan menggunakan metode Kuesioner Pra Skrining Perkembangan di

2.

TK Srikandi Kota Lhokseumawe tahun 2015.


Hipotesis alternatif (Ha)
Ada hubungan status pekerjaan ibu terhadap perkembangan anak dengan
menggunakan metode Kuesioner Pra Skrining perkembangan di TK
Srikandi Kota Lhokseumawe tahun 2015.

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1

Jenis Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional.
4.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1

Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di TK Srikandi Kota Lhokseumawe.

4.2.2

Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2015 sampai bulan Mei

2015.

31

4.3
4.3.1

Populasi, Sampel, Besar Sampel danTeknik Pengambilan Sampel


Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak di TK Srikandi yang

berjumlah 440 anak.


4.3.2

Sampel dan kriteria


Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anak di TK Srikandi yang

tercatat mengikuti pendidikan di TK Srikandi dan memenuhi kriteria inklusi dan


eksklusi.
Kriteria inklusi:
1. Usia anak 4-5 tahun.
2. Bersedia dijadikan sampel penelitian atau mendapat izin dari orang tua
3. Memiliki identitas yang lengkap.
4.

Anak yang dijemput dengan orang tua

Kriteria eksklusi:
1. Anak yang tidak hadir selama pengambilan data.
2. Tidak bersedia dijadikan sampel penelitian atau tidak mendapat izin dari
orang tua.
3. Anak yang mengalami masalah perkembangan.
4.3.3

Besar sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah jumlah populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Untuk mengetahui besar sample penelitian digunakan
rumus Slovin:

N
1+ N (d)2

Keterangan:
N: Besar populasi
d: Tingkat ketetapan/kepercayaan
n: Besarnya sampel
Maka ditemukan besar sampelnya:

31

2
n 440 /1+ 440(0,10)

n 440 /1+ 440 ( 0,01 )


n 440 /1+ 4,40
n 440 /5,40
n 82 murid
Besar sampel yang akan diteliti pada waktu penelitian adalah 82 murid yang
bersekolah di TK Srikandi.
4.3.4

Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel dapat dilakukan secara purposive sampling

yaitu pemilihan berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan
karakteristik populasi.
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.4.1

Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel dependen

: perkembangan anak

2. Variabel independen

: status pekerjaan ibu

4.4.2 Definisi operasional variabel


Tabel 4.1 Definisi operasional
No
Variabel
Definisi
1

Status
pekerjaan
ibu
(Variabel
bebas)

Cara ukur/
Hasil
Alat ukur
Jenis
Wawancara 1. Bekerja
kependudukan
(Kuesioner) 2. Tidak
seseorang dalam
bekerja
(Dardiana,
melakukan
Mifbakhudin &
pekerjaan di suatu
Mustika, 2011)
unit
usaha/kegiatan.

Skala
Nominal

31

Perkembang
an anak
(Variabel
terikat)

Pola perubahan
pada aspek-aspek
perkembangan
yang akan dialami
oleh anak yaitu:
perkembangan
motorik kasar,
motorik halus,
bahasa, serta
sosialisasi dan
kemandirian

(KPSP)

1.Sesuai (skor
ya 9-10)

Ordinal

2.Meragukan
(skor ya 78)
3.Penyimpang
a (skor ya
6/6)
(Depkes RI,
2009)

4.5

Teknik Pengumpulan Data

4.5.1

Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer yang berasal

dari hasil penilaian perkembangan anak dengan menggunakan Kuesioner Pra


Skrining Perkembangan yang dilakukan peneliti secara langsung.
4.5.2 Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir KPSP
(Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)menurut umur dan alat bantu yang
dibutuhkan untuk melakukan tes adalah pensil, kertas, bola sebesar bola tenis atau
bola kasti, kubus berukuran 2,5 cm, sebanyak 8 buah.
4.6

Prosedur Pengambilan Data

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut:
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri kepada orang tua anak yang
sedang mengantarkan, menjemput, atau menunggu anaknya di TK
Srikandi.

31

2. Menjelaskan tujuan penelitian kepada orang tua anak dan guru TK


Srikandi.
3. Meminta persetujuan dari orang tua.
4. Memberikan tes perkembangan kepada anak berupa pertanyaan yang
ditujukan kepada orang tua anak dan beberapa instruksi kepada anak.
5. Memberikan skor dengan ketentuan:
a. Ya, skor ya diberikan jika orang tua anak menjawab bahwa anak
bisa atau pernah atau sering kadang-kadang melakukannya. Skor
ya juga diberikan jika berhasil melakukan instruksi yang diberikan
peneliti.
b. Tidak, skor tidak diberikan jika orang tua anak menjawab bahwa
anak belum pernah melakukan atau tidak pernah melakukan atau
tidak tahu.
6. Menginterpretasikan hasil tes dengan ketentuan:
a. Sesuai, interpretasi sesuai diberikan jika anak mendapat jumlah
skor ya sebanyak 9 sampai 10.
b. Meragukan, interpretasi meragukan diberikan jika anak mendapat
jumlah skor ya sebanyak 7 sampai 8.
c. Penyimpangan, interpretasi penyimpangan diberikan jika anak
mendapat skor ya sebanyak 6 atau kurang dari 6.
4.7

Cara Pengelolahan dan Analisis Data

4.7.1

Pengelolahan data

1.

Editing adalah kegiatan melakukan pengecekan formulir yang sudah diisi


oleh peneliti.

2.

Entry adalah kegiatan memasukkan data ke dalam komputer

31

3.

Cleaning adalah kegiatan melakukan pengecekan kembali data yang sudah


dimasukan

untuk

mengetahui

apakah

terdapat

kesalahan

dalam

pengetikan.
4.

Tabulating adalah memasukkan ke dalam kerangka tabel

5.

Computing

adalah

memasukkan

data

kedalam

komputer

dan

mengelolanyadengan menggunakan software statik


4.7.2 Analisis data
Analisis dan penyajian data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Analisis univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan terhadap variabel ibu
bekerja dan tidak bekerja serta perkembangan anak dalam bentuk tabel.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menghubungkan ibu
bekerja dan tidak bekerja dengan perkembangan anak menggunakan uji chi
square dan jika uji che square tidak memenuhi syarat maka akan digunakan uji
fisher exact.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik., 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama SosialEkonomi Indonesia. Jakarta: Badan pusat Statistik.
http://www.bps.go.id/aboutus.php?booklet=1.
Ben-Arieh, A., McDonnell, J. & Schwartz, S.A. (2009). Safety and home-school
relations as indicators of childrens wellbeing: whose perspective count?.
SocialIndic Res. 90, 339-349.

31

Damayanti, M., Herlina M. Skrining Gangguan Kognitif dan Bahasa dengan


Menggunakan Capute Scales (Cognitive Adaptive Test Clinical Linguistic
& Auditory.
Damayanti, M., Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari
Pediatri Vol. 8, No. 1, Juni 2006.
Dardiana AE., Mifbakhudin, Mustika AN., 2011. Hubungan Antara Pendidikan,
Pekerjaa dan Pengetahuan Ibu Dengan Teknik Menyusui Yang Benar DI
Desa Leteh Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Jurnal. Fakultas
Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat.
Departemen kesehatan RI (2009) Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Deprtemen
kesehatan RI 2009.
Departemen Kesehatan RI 2012. Stimulasi Tumbuh Kembang Balita dan Anak
Prasekolah. Pedoman Penatalaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta, 2012.
Departemen Kesehatan RI 2010. Buku Pedoman Pelaksanaan, Deteksi Dini dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Jakarta, 2010.
Dzuhrisal MD, Dewiyanti L, Octohariyanto E. 2013. Perbedaan Ibu Bekerja Dan
Tidak Bekerja Terhadap Hasil Perkembangan Bayi Dan Balita Usia 3
Bulan 2 Tahun Di puskesmas Banget Ayu Kota Semarang.
http://digilib.unimus.ac.id.
Fertig A., Glomm G. & Tchernis R., 2009. The Connection Between Maternal
Employment and Childhood Obesity: Inspecting the Mechanism. Rev Econ
Household.
Glick, Peter. 2002. Woments Employment and Its Relation to Childreens Health
and Schooling and Developing. Cornel University.
Gunarsa, S,D. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung
Mulia.
Gunarsa, SD 2011, Dasar & Teori Perkembangan Anak, Libri, Jakarta,hal: 55-61.
Hariweni, T. , Ali M, Sofyani S, Lubis IZ. Knowledge, Attitude, And Practice Of
Underfive Children Stimulation Of Working And Nonworking Mothers.
Paediatrica Indonesiana Volume 44, No.3 - 4, March - April 2004: 51 54.

31

Hidayat, A.A.A., 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendididkan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika 2008, jilid 1
hal 9- 10.
www.books.google.co.id.
Hidayati z., 2010. Anak Saya Tidak Nakal, kok. Yogyakarta: B first februari 2010.
Hal: 61- 63. www.books.google.co.id.
Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2009).
Wong? sessentials of pediatric nursing (7th ed.). St. Louis: Mosby, Inc.
Ikatan Dokter Indonesia Departemen Kesehatan - UNICEF 2003. Buku
Pedoman Pelatihan Deteksi Dini &Penatalaksanaan Korban Child Abuse
and Neglect. Jakarta, 2004.
Imaniah, MD.
Perbedaan Pecapaian Tugas Perkembangan Anak Usia
Prasekolah Pada Ibu Bekeja Dan Tidak Bekerja Didesa Serut Kecamatan
panti Kabupaten Jamber. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan.
Universitas Jamber. Milestone Scale Cat/Clams). Sari Pediatri Vol. 11, No.
3, Oktober 2009.
Kadi, FA., Garna H, Fadlyana E. Kesetaraan Hasil Skrining Risiko
Penyimpangan Perkembangan Menurut Cara Kuesioner Praskrining
Perkembangan (KPSP) dan Denver II pada Anak Usia 12 - 14 Bulan
dengan Berat Lahir Rendah . Sari Pediatri, Vol. 10, No. 1, Juni 2008.
Karnia N,. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Mencapai Tumbuh Kembang
yang Optimal.Jurnal. Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung, 11 Maret 2006.
Martani, W 2012, Metode stimulasi dan perkembangan emosi anak usia dini,
Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, vol. 39, no. 1, hal: 112-120.
McIntosh, K. and William Bauer. 2008. Working Mothers vs Stay at Home Mothers:
The Impacton Children. Marietta College.
Meggitt, C 2013, Memahami Perkembangan Anak, PT Indeks, Jakarta, hal: 3-8,
25, 125-149.
Mulyani, Y & Gracinia, J 2007, Mengembangkan kemampuan dasar BALITA di
rumah kemampuan fisik, seni dan manajemen diri, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, hal: 2, diakses pada 2 juni 2014,
www.books.google.co.id.
Nanik, M 2012, peningkatan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui
permainan Playdough pada kelompok B di PAUD Al-Hidayah Depo Indah

31

No.1 Kemijen Semarang Timur, Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP


PGRI, Semarang, hal: 7.
Narendra, MB, Sularyo, TS, Soetjiningsih, Suyitno, H, Ranuh, IGNG &
Wiradisuria 2010, Tumbuh Kembang Anak & Remaja, buku ajar 1, IDAI,
Jakarta, hal: 7-8, 13-19.
Nelson, WE 2012, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, volume 1, diterjemahkan oleh
prof.DR.dr.A.SamikWahab, Sp.A(K), EGC, Jakarta, hal: 41, 83-85.
Nurhidayah, S., 2008. Pengaruh Ibu Bekerja Dan peran Ayah Dalam Coparenting
Terhadap Prestasi Belajar Anak. Jurnal. Jurusan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Politik. Universitas Islam.
Nugroho, HSW 2013, Petunjuk Praktis Denver Developmental Screening Test,
EGC, Jakarta, hal 1-3.
Peraturan perundang-undang No 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan Bab 1
pasal 1. http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_13_03.htm.
Rudolph, AM 2006, Buku Ajar Pediatri, edisi 20, EGC, Jakarta.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Selina, H. , Hartanto F, Rahmadi FA. Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak. In: Dadiyanto DW, Muryawan MH, Anindita S, editors.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang: Badan Penerbit UNDIP,
2011.
Soedjatmiko. Pentingnya Stimulasi Dini Untuk Merangsang Perkembangan Bayi
dan Balita Terutama Pada Bayi Resiko Tinggi. Sari Pediatri Vol. 8, No. 3,
Desember 2006: 164 173.
Soetjiningsih 2012, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta, hal: 1-11, 17, 29, 63,
71-72.
Soetjiningsih. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. In: Narendra MB,
Sularyo TS, Soetjiningsih, editors. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.
Jakarta: Sagung Seto, 2008.
Susanto A, (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencan Prenada
Media Group.
Susanto, A 2011, Perkembangan Anak Usia Dini, Kencana, Jakarta, hal: 38.

31

Tanuwidjaya, S. Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang Anak. In: Narendra MB,


Sularyo TS, Soetjiningsih, editors. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.
Jakarta: Sagung Seto, 2008.

Anda mungkin juga menyukai