BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang
tua. Orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi dan merawat anak secara
seksama (karnia, 2006). Anak merupakan individu yang berada dalam rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Depkes RI,
2012).
Orang tua merupakan contoh utama bagi anak dalam berperilaku sehingga
keikutsertaan dalam bermain penting untuk perkembangan anak (Soedjatmiko,
2006). Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat
diperluakan terutama pada saat mereka masih berada dibawah usia 5 tahun atau
balita. Orang tua salah satunya adalah ibu, merupakan tokoh sentral dalam tahap
perkembangan seorang anak. Ibu berperan sebagai pendidik pertama dan utama
dalam keluarga sehingga ibu harus menyadari untuk mengasuh anak secara baik
dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Orang tua khususnya ibu adalah
orang pertama yang mengajak anak untuk berkomunikasi, sehingga anak mengerti
bagaimana
cara
berinteraksi
dengan
orang
lain
menggunakan
bahasa
31
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,
mental atau psikologis. Stimulasi mental mengembangkan perkembangan
kecerdasaan,
kemandirian,
kreativitas,
agama,
kepribadian,
moral-etika,
31
merupakan salah satu alat skrining yang dapat menilai aspek-aspek perkembangan
anak. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan sudah tersedia di tingkat pelayanan
kesehatan primer. Indikator penilaian masalah perkembangan meliputi motorik
kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian
(Dzhrizal, Dewi yanti & Octohariyanto, 2013).
Pemeriksaan KPSP dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan
petugas PAUD terlatih tujuannya untuk mengetahui perkembangan anak sesuai
dengan usianya (Depkes RI, 2012). Gangguan perkembangan anak seperti
keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, autisme dan hiperaktif, beberapa
tahun terakhir ini semakin meningkat, angka kejadian di Amerika Serikat berkisar
12-16%, Thailand 24%, dan Argentina 22%, di Indonesia 13-18% (Darmayanti,
2006).
Menurut data statistik, jumlah perempuan bekerja yang berumur 15-19
tahun berjumlah 3.259.831 jiwa pada bulan februari tahun 2011, sedangkan pada
tahun 2012 bulan februari sebanyak 2.720.141 jiwa. Perempuan bekerja yang
berumur 25-29 tahun bulan februari 2011 sebanyak 5.007.392 jiwa, pada bulan
februari 2012 sebanyak 5.577.903 jiwa. Perempuan bekerja yang berumur 30-34
tahun bulan februari 2011 sebanyak 6.158.174 jiwa, sedangkan bulan februari
2012 sebanyak 5.972.068 jiwa. Perempuan bekerja yang berumur 35-39 tahun
pada bulan februari 2011 sebanyak 5.929.874 jiwa, sedangkan pada bulan februari
2012 sebanyak 5.926.024 jiwa. Perempuan bekerja yang berumur 40-44 tahun
bulan februari 2011 sebanyak 5.679.887 jiwa, sedangkan bulan februari 2012
sebanyak 5.624.547 jiwa. Perempuan bekerja yang berumur 45-49 tahun bulan
februari tahun 2011 berjumlah 4.870.272 jiwa, sedangkan bulan februari 2012
31
berjumlah 4.751.272 jiwa. Perempuan bekerja yang berumur 50-54 tahun bulan
februari 2011 berjumlah 3.846.871 jiwa, sedangkan bulan februari 2012 berjumlah
3.700.456 jiwa. Perempuan 55-59 tahun bulan februari tahun 2011 berjumlah
2.586.702 jiwa, sedangkan bulan februari 2012 berjumlah 2.462.091 jiwa.
Perempuan bekerja yang berumur 60+bulan februari 2011 berjumlah 3.504.341
jiwa, sedangkan bulan februari tahun 2012 berjumlah 3.429.777 jiwa (BPS, 2012).
Menurut data dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Lhokseumawe
tahun 2013jumlah total perempuan yang bekerja tahun 2013 berjumlah 18.122
jiwa, untuk jenis pekerjaannya adalah PNS dan swasta. Beberapa diantaranya
terdapat di Kecamatan Muara Satu sebanyak 4.510 jiwa, di Kecamatan Muara
Dua sebanyak 8.760 jiwa, di Kecamatan Banda Sakti sebanyak 12.905 jiwa, dan
di Blang Mangat sebanyak 3.067 jiwa perempuan yang bekerja (Dinaker, 2013).
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe tahun 2014, TK
Srikandi adalah salah satu TK yang memiliki jumlah siswa terbanyak dan
merupakan salah satu TK terbaik di Kota Lhokseumawe. Berdasarkan observasi
awal peneliti, data tentang perkembangan anak di TK tersebut belum tersedia
sehingga perkembangan anak di TK tersebut perlu dianalisis sebagai dokumentasi.
1.2
Rumusan Masalah
Anak merupakan individu yang berada dalam rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Stimulasi tumbuh kembang
anak dilakukan oleh orang tua khususnya ibu yang merupakan orang terdekat
dengan anakdan sebagai pengasuh anak, dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan
ibu dapat mengganggu proses stimulasi pada anak yang dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak yang menetap. Kuesioner Pra Skrining
31
Perkembangan merupakan salah satu alat skrining yang dapat menilai aspek-aspek
perkembangan anak.
1.3
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang diatas
1.
adalah:
Bagaimana gambaran status pekerjaan ibu dari anak di TK Srikandi Kota
2.
3.
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara ibu bekerja dan tidak bekerja dengan
perkembangan anak usia 4-5 tahun di TK Srikandi Kota Lhokseumawe
tahun 2015.
1.4.2
1.
Tujuan khusus
Mengetahui gambaran status pekerjaan ibu dari anak di TK Srikandi Kota
2.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Manfaat teoritis
31
perkembangan anak dan sebagai data awal untuk peneliti selanjutnya tentang
hubungan status pekerjaan ibu terhadap perkembangan anak.
1.5.2
Manfaat praktis
1.
Kota
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perkembangan Anak
2.1.1
dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan anak terjadi
secara stimultan dengan pertumbuhan anak (Narendra, Sularyo, Soetjinigsih,
31
31
1.
2.
3.
4.
sempurna.
Perkembangan
5.
setiap
individu
memiliki
kecepatan
pencapaian
31
31
Dilihat dari segi perkembangan emosinya juga terjadi hal yang sama. Anak
menangis bila mengalami hal-hal yang tidak enak, yang menyakitkan, yang
menyedihkan, yang menjengkelkan dengan reaksi-reaksi yang sama. Anak akan
sedikit demi sedikit membedakan rangsangan tertentu dengan reaksi yang
berlainan. Anak memperlihatkan emosi kemarahan terlebih dahulu, sebelum anak
bisa memperlihatkan emosi cemburu atau iri hati.
3.
ciri-ciri yang berbeda antara masa perkembangan yang satu dengan masa
perkembangan lainnya.
4.
Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan atau belajar
Kematangan adalah proses yang terjadi dengan sendirinya sesuai dengan
potensi yang ada. Kematangan ini akan dipengaruhi oleh latihan atau proses
belajar (Gunarsa, 2008).
2.1.4
3.
31
h.
Lingkungan keluarga
i.
31
Kebutuhan
emosi/kasih
sayang
(ASIH)
merupakan
ikatan
yang
erat,selarasdan serasi antara ibu dan anak (Selina, Hartanto & Rahmadi,
2011).
3. Kebutuhan latihan atau rangsangan atau bermain (asah)
Kebutuhan akan stimulasi mental merupakan proses pembelajaran,
pendidikan dan pelatihan kepada anak (Selina, Hartanto & Rahmadi,
2011).
Stimulasi merupakan faktor perkembangan anak yang penting dalam
tumbuh kembang anak khususnya pada usia dini. Anak yang mendapat stimulasi
yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak
yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Bentuk stimulasi yang bisa diberikan
adalah pendidikan pada anak usia dini (PAUD) (Martini, 2012).
Stimulasi dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi
perkembangan anak sehingga diperlukan sedini mungkin, terutama sampai usia 4
atau 5 tahun pertama setelah lahir sehingga periode ini sering disebut sebagai
tahun-tahun keemasan (golden age)(Narendra, Sularyo, Soetjiningsih, Suyitno,
Ranuh& Wiradisuria, 2010).
2.1.6
1.
2.
31
4.
seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi
yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh
otak. Perkembangan fisik (motorik) ini meliputi perkembangan motorik kasar dan
halus.
1.
pekembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh tubuh
digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik
kasar dipengaruhi oleh proses kematangan dalam diri anak. Proses kematangan
setiap anak berbeda, laju perkembangan seorang anak kemungkinan berbeda
31
dengan
perkembangan
anak
lainnya
(Hidayati,
2010),
contoh-contoh
perkembangan gerakan motorik kasar anak berdasarkan usia dapat dilihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perkembangan motorik kasar anak (Meggitt, 2013)
Usia
Perkembangan motorik kasar
Sejak usia 3 tahun 1. Anak dapat melompat dari tempat yang tidak begitu
tinggi.
2. Anak dapat berjalan ke belakang dan ke pinggir.
3. Anak dapat berdiri dan berjalan menjinjit serta dapat
berdiri di atas satu kaki.
4. Memiliki kesadaran spasial yang baik.
5. Anak dapat mengendarai sepeda roda tiga.
6. Anak dapat menaiki tangga dengan satu kaki di setiap
anak tangga serta menuruni tangga dengan dua kaki di
setiap anak tangga.
sejak usia 4 tahun 1. Anak dapat mengembangkan keseimbangan diri, dapat
berjalan mengikuti sebuah garis lurus.
2. Anak dapat menangkap, melempar, menendang, dan
memantulkan bola.
3. Anak dapat berjongkok untuk memungut benda dari
lantai.
4. Anak dapat menikmati kegiatan memanjat pohon dan
tiang-tiang.
5. Anak dapat berlari menaiki dan menuruni tangga satu
kaki di setiap anak tangga.
sejak usia 5 tahun 1. Anak dapat bermain dengan bermacam-macam alat
seperti papan seluncuran, ayunan dan memanjat tiang.
2. Anak dapat berjalan dan berlari tanpa kesulitan. Mereka
juga dapat berjalan mundur dengan lancar serta
mempertahankan kecepatan yang sama saat melangkah.
3. Anak dapat bermain lompat tali (skipping) dengan cepat.
4. Anak mulai tertarik pada permainan mengejar dan
berlari serta dapat menggunakan keterampilan
bergeraknya dalam permainan-permainan sederhana
(sebagai contoh, bermain kejar lari patung). Mereka
dapat lebih mudah mempertahankan keseimbangan diri
ketika bergerak lebih cepat.
5. Anak dapat memanjat dan melompat dengan baik serta
dapat mengkoordinasikan gerakannya saat bermain
sepeda.
31
2.
31
Sumantri
(2005)
mengatakan
bahwa
motorik
halus
merupakan
penggunaan otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan
kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup
pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil atau
pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik (Nanik, 2012).
Gerakan motorik halus adalah gerakan jari dan pergelangan tangan atau
penggunaan tangan serta jari untuk menunjuk, menggambar, menggunakan garpu,
pisau,
menulis
dan
mengikat
sepatu
(Meggitt,
2013),
contoh-contoh
perkembangan gerakan motorik halus anak berdasarkan usia dapat dilihat pada
tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perkembangan motorik halus anak (Meggitt, 2013)
Usia
Perkembangan motorik halus
Sejak usia 3 tahun 1. Anak dapat membangun bangunan yang tinggi dari
balok-balokan.
2. Anak dapat mengontrol pensil dengan menggunakan
jempol dan dua jari pertama.
3. Menikmati kegiatan mengecat menggunakan kuas yang
besar.
4. Anak dapat menggunakan gunting untuk menggunting
kertas.
5. Anak dapat menggambar bentuk, seperti lingkaran.
sejak usia 4 tahun 1. Anak dapat membangun menara dari balok-balokan dan
mainan konstruksi yang lainnya.
2. Anak dapat menggambar seseorang yang familiar
dengannya, biasanya menggambar kepala, badan dan
kaki.
3. Anak dapat memasukkan manik-manik kecil ke dalam
benang.
sejak usia 5 tahun 1. Anak telah mampu menjahit menggunakan jarum
bermata tebal.
2. Anak dapat menggambar orang dengan kepala, badan,
kaki, hidung, mulut dan mata.
3. Memiliki kontrol yang baik dalam menggunakan pensil
dan kuas cat dan mulai dapat menggambar bermacam-
31
b.
Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif anak tampak pada kemampuannya dalam
menerima, mengelola
dan memahami
informasi-informasi
yang sampai
31
31
lancar.
2. Menyadari bunyi-bunyian yang membentuk kata-kata.
3. Anak masih sulit mengucapkan beberapa bunyibunyian, terutama mengucapakan huruf r.
4. Mempelajari bunyi dari huruf-huruf yang berbeda
dalam alphabet.
5. Anak mampu mendefinisikan beberapa benda sesuai
fungsinya.
6. Anak mulai memahami bahasa buku serta mempelajari
cerita-cerita.
7. Anak menyadari bahwa situasi yang berbeda
membutuhkan cara berbicara yang berbeda pula.
Sejak usia 6 tahun 1. Anak mulai memakai awalan dan akhiran dalam
berkata-kata, sebagai contohnya yaitu mereka
menggunakan awalan ter dalam mengatakan
termakan atau menggunakan akhiran kan dalam
mengatakan ceritakan.
2. Kemungkinan
membutuhkan
usaha
dalam
mengucapkan sebuah kata atau kalimat penuh dan
mereka kemungkinan akan berhenti di tengah-tengah
kalimat dan akan memulai kalimat yang baru lagi.
c.
Perkembangan emosi
Perkembangan aspek emosi meliputi kemampuan anak untuk mencintai,
merasa nyaman, berani, gembira, takut dan bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada
aspek ini kemampuan oleh emosi anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan
orang tua dan orang-orang disekitarnya. Emosi yang berlangsung dalam diri anak
akan sesuai dengan implus (rangsangan atau gerak hati yang timbul dengan tibatiba untuk melakukan sesuatu tanpa pertimbangan/penyunting) emosi yang
diterimanya, misalnya jika anak mendapatkan curahan kasih sayang. Mereka akan
belajar menyayangi. Perkembangan emosi ini seiring dengan perkembangan
kognitif anak.
d.
31
31
31
31
atau
sumbing
palatum,
maloklusi,
adenoid
dan
serebral
31
2.2
31
bekerja adalah ibu yang melakukan suatu kegiatan di luar rumah dengan tujuan
untuk mencari nafkah tambahan untuk keluarga (Imaniah, 2013).
Undang-undang No.XIII tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bab X
paragraf empat pasal 77 ayat satu menyebutkan lamanya waktu kerja pada buruh
atau karyawan tujuh jam satu hari untuk enam hari kerja dalam satu minggu, atau
delapan jam satu hari untuk lima hari kerja dalam satu minggu.Bekerja disini
adalah bekerja diluar rumah dengan lamanya waktu tujuh jam per hari dalam
enam hari atau delapan jam per hari dalam lima hari (Imaniah, 2009)
Alasan utama yang melandasi latar belakan para ibu untuk bekerja di luar
rumah atau motif-motif yang mendasari kebutuhan mereka untuk bekerja di luar
rumah sehingga mereka mau menghadapi berbagai resiko atau pun konsekuensi
yang bakal dihadapi pada umumnya dilatar belakangi oleh beberapa faktor, di
antaranya kebutuhan financial, kebutuhan sosial-relasional dan kebutuhan
aktualisasi diri (nurhidayah, 2008).
2.2.2
1.
Dampak positif
Ibu yang bekerja akan memiliki penghasilan yang dapat menambah
31
Dampak positif ibu bekerja juga dapat dilihat dari efek anak yang
dititipkan di tempat penitipan anak. Anak yang berada di tempat penitipan anak
juga memiliki interaksi sosial yang baik, kemampuan kognitif yang baik dan
lebih aktif di bandingkan anak yang hanya berada di rumah bersama ibunya yang
tidak bekerja karena tempat penitipan anak mempekerjakan pengasuh yang sudah
memiliki keterampilan baik (McIntosh &Bauer, 2008).
Tujuan ibu bekerja adalah suatu bentuk aktualisasi diri untuk menerapkan
ilmu yang telah dimiliki dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain dalam
bidang pekerjaan yang dipilihnya (Santrock, 2007). Gershaw (1998) dalam
McIntosh dan Bauer (2008) menyatakan bahwa, anak dengan ibu yang bekerja
memiliki tingkat intelegensi yang lebih tinggi.
2.
Dampak negatif
Mehrota (2011) dalam Glick (2002), Jika ibu bekerja tidak dapat
31
selama lebih dari 40 jam setiap minggunya akan memiliki dampak negatif bagi
tumbuh kembang anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fertig, Glomm & Tchernis
2009, ibu yang bekerja tidak dapat mengatur pola makan anak, membiarkan anakanak mereka makan-makanan yang tidak sehat, selalu menghabiskan waktu di
depan televisidan kurang beraktivitas sehingga dapat menyebabkan gizi lebih pada
anak.
2.2.3. Definisi ibu tidak bekerja
Ibu yang tidak bekerja memiliki tanggung jawab untuk mengatur rumah
tangga. Dalam konteks inilah peran seorang ibu berlaku, yaitu mengurus rumah
tangga, sebagai pengasuh, pendidik anak-anaknya dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya. Ibu yang tidak bekerja dapat lebih memahami bagaimana sifat
dari anak-anaknya. Waktu yang dimiliki ibu yang tidak bekerja dihabiskan di
rumah sehingga bisa memantau kondisi perkembangan anak. Kebanyakan
pekerjaan yang dilakukan ibu di rumah meliputi membersihkan rumah, memasak,
merawat anak, berbelanja, mencuci pakaian dan mendisiplinkan aktivitas anak.
Ibu yang tidak bekerja seringkali harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumah
sekaligus (Santrock, 2007).
2.2.4
1.
Dampak positif
Ibu yang tidak bekerja akan memiliki waktu yang lebih banyak yang dapat
dihabiskan bersama anak. Ibu tidak bekerja dapat mengatur pola makan anak,
31
sehingga anak akan makan-makanan yang sehat dan bergizi. Ibu juga akan
melatih dan mendidik anak sehingga perkembangan bahasa dan prestasi akademik
anak akan lebih baik jika dibandingkan dengan anak dengan ibu bekerja. Ibu yang
tidak bekerja memiliki waktu lebih banyak sehingga anak mereka akan lebih baik
secara emosional dan secara akademis, akan tetapi waktu kebersamaan yang lebih
banyak belum tentu selalu memiliki kualitas yang lebih baik dari ibu yang bekerja
karena kebanyakan waktu yang dimiliki akan dipergunakan untuk membersihkan
dan mengurus rumah (McIntosh &Bauer, 2008).
2.
Dampak negatif
Pada kasus keluarga miskin, ditambah dengan penghasilan yang ada
hanya dari ayah tanpa ada pemasukan dari si ibu, tentu saja kebutuhan pangan
anak tidak dapat terpenuhi secara maksimal. Ibu tidak dapat membeli makanan
yang bergizi dan berimbang untuk memenuhi kebutuhan pangan anak. Akibatnya
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tergangggu (McIntosh &Bauer,
2008).
2.3
31
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA
3.1
Kerangka Konsep
Variabel independen
Variabel dependen
Hipotesis
Hipotesis null (Ho)
31
1.
2.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1
cross sectional.
4.2
4.2.1
Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di TK Srikandi Kota Lhokseumawe.
4.2.2
Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2015 sampai bulan Mei
2015.
31
4.3
4.3.1
Kriteria eksklusi:
1. Anak yang tidak hadir selama pengambilan data.
2. Tidak bersedia dijadikan sampel penelitian atau tidak mendapat izin dari
orang tua.
3. Anak yang mengalami masalah perkembangan.
4.3.3
Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ini adalah jumlah populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Untuk mengetahui besar sample penelitian digunakan
rumus Slovin:
N
1+ N (d)2
Keterangan:
N: Besar populasi
d: Tingkat ketetapan/kepercayaan
n: Besarnya sampel
Maka ditemukan besar sampelnya:
31
2
n 440 /1+ 440(0,10)
yaitu pemilihan berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan
karakteristik populasi.
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.4.1
Variabel penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel dependen
: perkembangan anak
2. Variabel independen
Status
pekerjaan
ibu
(Variabel
bebas)
Cara ukur/
Hasil
Alat ukur
Jenis
Wawancara 1. Bekerja
kependudukan
(Kuesioner) 2. Tidak
seseorang dalam
bekerja
(Dardiana,
melakukan
Mifbakhudin &
pekerjaan di suatu
Mustika, 2011)
unit
usaha/kegiatan.
Skala
Nominal
31
Perkembang
an anak
(Variabel
terikat)
Pola perubahan
pada aspek-aspek
perkembangan
yang akan dialami
oleh anak yaitu:
perkembangan
motorik kasar,
motorik halus,
bahasa, serta
sosialisasi dan
kemandirian
(KPSP)
1.Sesuai (skor
ya 9-10)
Ordinal
2.Meragukan
(skor ya 78)
3.Penyimpang
a (skor ya
6/6)
(Depkes RI,
2009)
4.5
4.5.1
Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer yang berasal
31
4.7.1
Pengelolahan data
1.
2.
31
3.
untuk
mengetahui
apakah
terdapat
kesalahan
dalam
pengetikan.
4.
5.
Computing
adalah
memasukkan
data
kedalam
komputer
dan
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik., 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama SosialEkonomi Indonesia. Jakarta: Badan pusat Statistik.
http://www.bps.go.id/aboutus.php?booklet=1.
Ben-Arieh, A., McDonnell, J. & Schwartz, S.A. (2009). Safety and home-school
relations as indicators of childrens wellbeing: whose perspective count?.
SocialIndic Res. 90, 339-349.
31
31
31
31