Ghina Puspita FSH
Ghina Puspita FSH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)
Oleh :
Ghina Puspita
NIM :206043104333
Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ketua Prodi dan Sekretaris Prodi Perbandingan Mazhab Fiqih Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA
dan Bapak Dr. H. Muhammad Taufiqi, M. Ag.
3.
4.
Para Dosen yang telah mendidik dengan baik hingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Program Perbandingan Mazhab Fiqih Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Untuk staf perpustakaan, terima kasih atas kemudahan, arahan dan bantuannya
kepada penulis dalam memperoleh data-data kepustakaan dalam penulisan
skripsi ini.
6.
Kedua orang penulis tercinta, ayahanda Faizal Abdullah, S.PdI dan Ibunda
Zakiyyah, Zikriyyah Damayanti (Kakak), dan Ghulam Nurul Huda (Adikku)
yang telah memberikan kasih sayangnya yang tiada henti mendoakan, serta
menyemangati baik moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7.
Bapak Rahmadi selaku Kasubbag Tata Usaha, Ibu Hayati Saragih dan Bapak
Tatang Wardhana selaku Staf Seksi Penyaluran dan Pengumpulan di BAZIS
Keluarga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
observasi data wawancara di Kantor BAZIS Kota Administrasi Jakarta Selatan
selama penulisan ini.
8.
ii
skripsi ini. Semoga kita semua diberikan pekerjaan yang kita cita-citakan
semua.
9.
Semua teman-temanku mulai dari Reni Cute, Iroh, Sila, Inez, DU, Audhitd,
Vina, Mey, Achi, Mamih, Wita, Tirta, Ihsan, Purwanto, Goni, Asep dan lainlainnya yang senantiasa tak lupa juga memberikan motivasi sekaligus dorongan
untuk tetap semangat, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
10.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan baik langsung maupun tidak, moril maupun materil
penulis ucapkan terima kasih. Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis
mohonkan, untuk memberikan balasan dan pahala yang berlipat ganda.
Amiin.
Penulis
iii
ABSTRAK
Jakarta Selatan adalah memberikan beasiswa kepada orang yang kurang mampu
dalam membiayai pendidikannya (Ibnu Sabil) dari tingkat SD/MI (Madrasah
Ibtidaiyyah) sampai S3 (Strata 3) dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh
Bazis. Dalam mekanismenya permasalahan yang dihadapi oleh Bazis adalah :
Pertama, masih ditemukan Petugas Operasional Bazis Kecamatan dan Kelurahan
yang belum mengerti tentang tata cara pengadministrasian pembukuan keuangan ZIS,
disebabkan masih kurang paham dan adanya petugas operasional Bazis yang pensiun
atau mutasi pegawai. Kedua, masih terlambatnya pendayagunaan ZIS tidak
dilaksanakan sesuai jadwal. Ketiga, adanya perubahan penerimaan gaji, kesra dan
TPP pegawai dan guru dari bendahara unit kepada atau melalui Bank, sehingga
menyulitkan dalam pemotongan ZIS yang berdampak pada hasil pengumpulan ZIS.
Keempat, masih terjadinya keterlambatan dalam penerimaan check untuk pencairan
dan pendayagunaan ZIS atau kegiatan.
Kata Kunci : Penyaluran Dana Zakat Untuk Pendidikan Dalam Perspektif
Imam Hanafi (Studi Terhadap BAZIS Kotamadya Jakarta Selatan).
BAB I
PENDAHULUAN
Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, (Bandung : Pustaka Setia,
2002), Cet. 1, hlm 132.
Nurudin Mhd Ali, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada), Cet. 1, hlm 1-2.
3
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press,
1998), Cet. 1, hlm 9.
berpergian atau orang yang berpergian. Terdapat pandangan dari ulama membagi
Ibnu Sabil kedalam dua golongan, yaitu orang yang mengadakan perjalanan
ditanah airnya sendiri dan orang yang mengadakan pekerjaan di negeri orang.
Surat-surat dalam Al-Quran menjelaskan tentang zakat secara mendetail
berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam hal ini Allah
juga telah menjadikan zakat sebagai salah satu tujuan untuk memberikan
kakuasaan di bumi. Tidak ada sebab bagi seseorang yang mengaku dirinya
sebagai Muslim mengelak dari tuntutan zakat dalam semua cabang-cabang zakat
apabila ia memenuhi syarat wajib zakat tersebut.
Zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim dibagi dalam dua
bagian, yaitu zakat fitrah dan zakat harta (Mal). Zakat fitrah adalah zakat yang
wajib dikeluarkan pada setiap akhir Ramadhan oleh setiap keluarga yang
ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan untuk sehari pada hari raya Idul
Fitri. Sedangkan yang dimaksud dengan zakat harta adalah zakat atas harta yang
wajib dikeluarkan oleh muslim apabila telah sampai nisab dan atau haul. 4
Zakat merupakan sumber sosial ekonomi Islam yang disyariatkan oleh
Allah SWT untuk menjadi tonggak bagi kekuatan umat karena kemampuannya
dalam menyelesaikan masalah ummat Islam pada saat ini. Islam meletakan
Beni Sarbeni, Panduan Zakat Al-Quran dan Sunnah, (Bogor : Pustaka Ibnu Katsir,
2005), h 25.
6
Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1999), h 8-9.
masyarakat, khususnya kaum Muslim (pendapat tersebut dianut oleh Negaranegara modern, dimana pemerintah atau lembaga-lembaga memberikan beasiswa
kepada mahasiswa yang pandai). 7
Dalam lembaga zakat antara pemberi dan penerima sebenarnya tidak
mempunyai hubungan apa-apa. Munculnya kewajiban di pundak si pemberi
semata karena pada hartanya terdapat sesuatu yang menyebabkan ia wajib
mengeluarkannya, yaitu memiliki harta yang banyak dan pada si penerima ada
sesuatu yang menyebabkan ia berhak menerima kebutuhannya. Dengan demikian,
Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) telah dapat meneruskan, niat suci
kepemerintahan Negeri Indonesia dalam usaha membantu pelajar-pelajar sekolah
rendah (SD), sekolah menengah atas (SMA) dan juga kepada pelajar-pelajar yang
ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Maka bagi pihak
ketua BAZIS Jakarta Selatan berharap agar pelajar-pelajar dapat belajar dengan
lebih tekun dan lebih bersungguh-sungguh sehingga dapat berhasil dan sukses.
Dengan usaha yang gigih dalam menimba ilmu pengetahuan sehingga kita dapat
mengerti makna dari kesenangan, kemewahan dan kesejahteraan, pada masa yang
akan datang.
Adanya fenomena yang terjadi di masyarakat membuat BAZIS lebih
memfokuskan diri untuk menangani bidang pendidikan melalui program
beasiswa. Program beasiswa tersebut perlu dikaji dan diteliti, mengingat urgensi
7
zakat sebagai salah satu instrumen model pengembangan keuangan umat Islam
yang berperan sebagai sebuah institusi keagamaan yang diharapkan mampu
mengatasi kelemahan struktur ekonomi yang mengangkat pemeratan distribusi
pendapatan. Karena dengan pemberdayaan zakat, akan dapat meminimalisir
kesenjangan ekonomi yang merupakan salah satu kelemahan struktur ekonomi
dan mampu membawa pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan
masyarakat dalam meningkatkan pendidikan.8
Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti masalah ini melalui
penelitian berupa skripsi dengan judul Penyaluran Dana Zakat Untuk
Pendidikan Dalam Perspektif Imam Hanafi (Studi Terhadap Bazis Kotamadya
Jakarta Selatan).
dan system pengelolaan zakatnya sesuai dengan Al-Quran dan hadist yang
mengacu kepada kemaslahatan umat.
Karena luasnya cakupan masalah zakat, maka penelitian dalam skripsi ini
dibatasi hanya pada masalah penyaluran dana zakat untuk pembiayaan
pendidikan. Selanjutnya penyaluran dana zakat ini juga hanya di Prapanca,
Jakarta Selatan.
Agar lebih jelas pembahasan di atas, penulis merumuskan pokok
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pendapat Imam Hanafi terhadap penyaluran dana zakat untuk
pendidikan?
2. Bagaimana mekanisme penyaluran dana zakat untuk pendidikan pada BAZIS
Jakarta Selatan?
D. Obyek Penelitian
Penyaluran dana zakat merupakan obyek penelitian yang dikaji oleh
penulis. Di Prapanca, pengurusan zakat dikendalikan oleh Pusat Zakat Walikota
Jakarta Selatan yang merupakan lembaga atau badan yang dimiliki sepenuhnya
oleh Pemerintah DKI Jakarta. Di bawah kantor ini telah didirikan cabangnya yaitu
kantor BAZIS . sedangkan yang dikaji oleh penulis adalah BAZIS cabang Jakarta
Selatan.
Dana zakat adalah berupa uang yang diberikan oleh muzakki kepada
pengelola yang memegang amanah sebagai lembaga penyaluran zakat untuk
pendidikan. BAZIS bertindak dalam menyelenggarakan penyerahan zakat dari
muzakki kepada yang memerlukan mengikut sistem pembagian zakat di Jakarta
Selatan.
Baitul
Maal
Hidayatullah,
LAZ
Persatuan
Islam,
LAZ
mengabaikan
penyangga-penyangga
lainnya,
sampai
kini
masih
memerlukan perhatian serius. Bukan saja karena zakat sebagai salah satu rukun
Islam, tetapi lebih dari itu, karena kesadaran kaum Muslimin untuk melaksanakan
zakat masih rendah.
Zakat yang diberikan untuk biaya pendidikan termasuk kedalam golongan
yang berhak menerima zakat (mustahik) yaitu Ibnu Sabil yang berarti musafir,
berpergian atau orang yang berpergian. Terdapat pandangan dari ulam yaitu
membagi Ibnu Sabil kedalam dua golongan, yaitu orang yang mengadakan
perjalanan ditanah airnya sendiri dan orang yang mengadakan perjalanan di
negeri orang.
Pendistribusian dana zakat kepada delapan golongan masih menjadi
perbincangan dikalangan ulam, permasalahan itimbul karena disatu pihak zakat
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bagi golongan yang kekurangan dan pihak
lain, zakat harus dibagi kepada delapan golongan.
10
11
BAZIS
Jakarta Selatan.
G. Metode Penelitian
Adapun jenis metode yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif.
Penelitian ini adalah dihasilkan melalui data-data deskriptif (pemaparan) yang
diperoleh dari pengamatan di lapangan dan tidak selalu berbentuk angka-angka.
Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan pembahasan di atas, maka
penulis menggunakan penelitian kualitatif yang mengacu pada tehnik
pengumpulan data yaitu dengan :
12
a. Interview/Wawancara
Wawancara adalah mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung
kepada responden dengan wawancara terbuka. Secara sederhana wawancara
diartikan sebagai alat pengumpulan data dengan cara mempergunakan tanya
jawab antara informasi dengan sumber informasi. 9
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data-data sekunder mengenai bahan
penelitian yang didapatkan dari berbagai sumber tertulis seperti arsip,
dokumen resmi, foto, data statistik dan sejenisnya yang diharapkan dapat
mendukung analisis penelitian. 10
Adapun metode penulisan yang dipakai dalam skripsi ini adalah buku
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. sedangkan untuk menafsirkan ayatayat Al-Quran yang menjadi dalil dalam skripsi ini, penulis menggunakan AlQuran dan Terjemahan yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik
Indonesia.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang
terjadi pokok penulisan dan memudahkan para pembaca dalam memahami tata
9
13
Bab II
Bab III Dalam bab ini penulis mencoba untuk memberi gambaran mengenai
sejarah berdirinya Bazis, struktur organisasi Bazis dan progam kerja,
kegiatan dari Bazis Jakarta Selatan dan mekanisme penyaluran dana
zakat pendidikan pada Bazis.
Bab IV
14
Bab V
Dalam bab ini penulis membuat kesimpulan dari bab-bab yang telah
dibahas dan dilanjutkan dengan rekomendasi terhadap pihak-pihak
yang terkait yang diharapkan menjadi kritik konstruktif bagi pihak
yang terkait. Selain itu, penulis juga mencantumkan dengan daftar
pustaka disertai lampiran-lampiran.
15
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT
hlm 396
Majmu lughah al-arabiyyah, al-mujam al-wasith, (Mesir: Daar el-maarif, 1972) juz I
hlm 119.
16
17
horizontal. Oleh sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan umat
manusia, terutama umat Islam. Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang
berkaitan dengan Allah maupun hubungan social kemasyarakatan di antara
manusia, antara lain : menolong, membantu, membina dan membangun kaum
dhuafa yang lemah dengan materi yang sekedar untuk memenuhi kebutuhan
pokok hidupnya. Dengan kondidi tersebut, akan mampu melaksanakan
kewajibannya terhadap Allah SWT, memberantas penyakit iri hati, rasa benci dan
dengki dari diri-diri orang yang berkehidupan cukup, apalagi mewah. Sedang ia
sendiri tak memiliki apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang
kaya) kepadanya.
Zakat dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa
(menumbuhkan akhlak mulia, menjadi murah hati, peka terhadap rasa
kemanusian) dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah. Dengan begitu,
akhirnya tercipta suasana ketenangan bathin yang terbebas dari tuntutan Allah
SWT dan kewajiban kemasyarakatan, yang selalu melingkupi hati.
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian
menurut istilah, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi
berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik. Zakat adalah ibadah
maaliyah yang mempunyai dimensi pemerataan karunia Allah SWT sebagai
fungsi social ekonomi sebagai perwujudan solidaritas social, pernyataan rasa
kemanusiaan dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan
ummat, sebagai pengikat bathin antara golongan kaya dengan miskin zakat,
18
sarana membangun kedekatan antara yang kuat dengan yang lemah, mewujudkan
tatanan masyarakat yang sejahtera, rukun, damai, dan harmonis yang akhirnya
dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir bathin. Dalam kehidupan
masyarakat seperti itu, tidak ada lagi kekhawatiran hidupnya kembali bahaya
komunisme, sebab dengan fungsi ganda zakat, kesenjangna social yang dihadapi
seperti kapitalisme maupun dengan sosialisme dengan sendirinya akan terkikis,
menuju terciptanya tatanan sebuah masyarakat yang baldatun thoyibun wa
Rabbun Ghafur.
Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani secara serius adalah
penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah. Sebagaimana telah dicontohkan oleh
Rasulullah Saw serta penerusnya di zaman keemasan Islam.
Potensi dana zakat dapat menunjang terwujudnya system kemasyarakatan
Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip: ummatan wahidah (umat yang satu),
musawamah
(persamaan
derajat,
dan
kewajiban),
ukhuwah
Islamiyah
19
( : / )
Artinya :Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(At-Taubah / 9 : 103)
( : /)
20
Artinya : Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
Dan yamg kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipat gandakan hartanya (Ar-Ruum / 30 : 39).
Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta : CV. Pustaka
Amri 2005), hlm. 16
21
pengembangan
kualitas
sumber
daya
manusia.
Kelima,
untuk
memasyarakatkan etika bisnis yang benar sebab zakat itu bukanlah membersihkan
harta yang kotor akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain atas harta
kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai ketentuan Allah SWT.
Keenam,
merupakan
salah
satu
instrument/sarana
bagi
pembangunan
22
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan
manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang
berzakat (muzakki), penerimaannya (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya,
maupun bagi masyarakat keseluruhan. 6
Abdurrahman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1998), hlm, 82
7
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : Universitas
Indonesia, 2006), hlm 42.
8
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang : PT. Pustaka
Rizki Putra, 1999), hlm 9.
23
tahun nishab harta tersebut masih tetap sempurna atau tidak. Bila memiliki nishab
yang sempurna pada awal tahun, dan nishab tersebut berkurang, kemudian
sempurna lagi pada akhir tahun, maka dalam hal ini wajib juga zakat. Sedang
apabila tetap tidak mencapai nishab hingga batas tahunnya berakhir, maka tidak
ada zakat.
Zakat atas hasil yang dicapai berbeda dengan zakat atas modal, yaitu
dalam hal pembayarannya. Harta yang wajib dizakati berdasarkan hasil yang
dicapai, penunaian zakatnya segera setelah didapat hasilnya tanpa terkait dengan
syarat haul. Harta yang termasuk dalam kategori ini adalah :
a. Zakat Atas Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang
berniali ekonomis seperti biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan dan lainlain. Hal tersebut adalah berdasarkan keumuman dalil yang ada dalam alQuran dan al-sunnah. Pendapat ini merupakan pendapat Imam Abu Hanifah.
Pengeluaran zakatnya tidak harus menunggu satu tahun dimiliki, tetapi harus
dilakukan setiap kali menuai. Kadar zakatnya 5% untuk hasil bumi yang atas
usaha penanam sendiri dan 10% kalau pengairannya tadah hujan tanpa usaha
yang menanam. 9 Pada sistem pertanian saat ini, biaya tidak sekedar air tetapi
ada biaya-biaya lain seperti pupuk, insektisida dan lain-lain. Oleh sebab itu,
untuk memudahkan perhitungan zakatnya, biaya pupuk, insektisida dan
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : Universitas
Indonesia, 2006), hlm 46.
24
25
Hanafi juga menetapkan 20% atas dasar ghonimah sama seperti rikaz. Untuk
hasil laut seperti mutiara, ambar, marjan dan sejenisnya, Mazhab Hanafi
berpendapat bahwa tidak ada zakat atas mutiara, marjan dan sejenisnya.
Zakat atas modal adalah zakat yang dihitung berdasarkan harta pokok
dan hasil yang didapat, bukan atas hasil saja. Biasanya, zakat atas harta yang
berdasarkan modal atau pokok akan mengikuti kaidah haul, yaitu satu tahun.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah :
Syekh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh Ala Al-Madzahib Al-Arbaah, (Mathbaah AlIstiqomah, Cairo), Ct. 4, Penerjemah H. Chatibul Umam dan Abu Hurairah, Fiqh Empat Madzhab,
(Jakarta : Darul Ulum Press, November 2002), Ct. 1, hlm 107.
26
adalah 5 ekor. Artinya bila seorang telah memiliki 5 ekor unta, maka ia
terkena kewajiban zakat.
Hanafiyah berpendapat bila jumlah unta itu lebih dari 120 maka
kewajiban zakatnya diperhitungkan dari awal lagi dan selebihnya dari jumlah
tersebut sama dengan zakat nishab pertama. Berdasarkan hadist Nabi Saw
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Annas bin Malik, maka dapat
dibuat tabel sebagai berikut:
Jumlah (Ekor)
5-9
10-14
15-19
20-24
25-35
36-45
46-60
61-75
79-90
91-120
Zakat
1 ekor kambing/domba 11
2 ekor kambing/domba
3 ekor kambing/domba
4 ekor kambing/domba
1 ekor unta bintu makhad 12
1 ekor unta bintu labun 13
1 ekor unta hiqah 14
1 ekor jadzah 15
2 ekor unta bintu labun
2 ekor hiqah
Sapi dan kerbau yaitu nishab kerbau disetarakan dengan nishab sapi,
yakni 30 ekor. Artinya, bila seorang telah memiliki 30 ekor sapi atau kerbau,
maka ia telah terkena kewajiban zakat. Sapi antara jantan dan betina adalah
11
Kambing berumur 2 tahun atau lebih, atau domba berumur satu tahun atau lebih
Unta betina berumur 1 tahun, masuk tahun ke-2
13
Unta betina berumur 2 tahun, masuk tahun ke-3
14
Unta betina berumur 3 tahun, masuk tahun ke-4
15
Unta betina berumur 4 tahun, masuk tahun ke-5
12
27
sama. Maka dalam jumlah 40 ekor sapi/kerbau, zakat yang wajib dikeluarkan
adalah 1 ekor sapi jantan atau betina berumur 2 tahun masuk tahun ketiga.
Berdasarkan hadist Nabi Saw yang diriwayatkan oleh At Tirmizi dan
Abu Daud dari Muadz bin Jabbal r.a, maka dapat dibuat table sebagai berikut :
Jumlah (Ekor)
30-39
40-59
60-69
70-79
80-89
Zakat
1 ekor sapi jantan/betina tabi 16
1 ekor sapi betina musinnah 17
2 ekor tabi
1 ekor musinnah dan 1 ekor tabi
2 ekor musinnah
16
17
28
Jumlah (Ekor)
40-121
121-200
201-300
Zakat
1 ekor kambing 2th/domba 1th
2 ekor kambing/domba
3 ekor kambing/domba
Selanjutnya, jika setiap jumlah itu bertambah 100 ekor, maka zakatnya
bertambah 1 ekor, serta jenis lainnya kecuali hewan yang diharamkan menurut
agama.
2. Zakat Emas dan Perak/Simpanan
Emas dan perak merupakan logam mulia yang memiliki dua fungsi.
Pertama, karena merupakan barang tambang yang berharga dan sering
dijadikan perhiasan. Kedua, emas dan perak juga dijadikan mata uang yang
berlaku dari waktu ke waktu. Syariat Islam memandang emas dan perak
sebagai harta yang potensial untuk berkembang. Oleh karenanya, Mazhab
Hanafi berpendapat bahwa zakat perhiasan itu hukumnya wajib, baik bagi
laki-laki maupun wanita, baik masih berupa biji (emas/perak) atau sudah
lebur, baik berupa uang, leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang
lain. Yang menjadi zakat perhiasaan adalah beratnya bukan harganya.
29
Seseorang yang memiliki emas atau perak sebesar 20 dinar atau 200
dirham atau senilai dengan keduanya selama setahun, maka ia terkena
kewajiban zakat sebesar 2,5%. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi Saw :
30
Selain dari yang di atas tadi terdapat juga zakat piutang yaitu
mempunyai piutang di orang lain yang mencapai batas nishab dan telah
berlangsung selama satu tahun, dan memenuhi syarat yang pernah
dikemukakan terdahulu. Zakat uang kertas (Banknote) Mazhab Hanafi
berpendapat bahwa itu sama dengan piutang kuat, hanya saja uang kertas
itu dapat langsung dipertukarkan dengan perak, maka ia juga wajib
langsung dizakati.
31
Dalam hal, muzakki tidak dapat menghitung sendiri harta dan kewajibannya
zakatnya, muzakki dapat meminta bantuan kepada BAZ/LAZ atau lembaga
pengelola zakat (LPZ). Idealnya LPZ menyediakan panduan dalam
penghimpunan dana, jenis dana, dan cara dana itu diterima. Organisasi
pengelola menetapkan jenis dana yang akan diterima sebagai sumber dana.
Setiap jenis dana memiliki karakteristik sumber dan konsekuensi pembatasan
berbeda yang harus dipenuhi oleh pengelola zakat.
Di samping mempertimbangkan ketentuan umum, pendayagunaan
dana zakat juga mempertimbangkan masalah-masalah praktis yang dihadapi
oleh masyarakat. Untuk lebih jelasnya mapping penghimpunan dan
penyaluran zakat dapat dicermati dari perkembangan sejarah zakat dari masa
ke masa sebagai berikut :
a. Zakat Pada Periode Islam Awal (Masa Nabi dan Khulafa al-Rasyidin)
1. Masa Rasulullah Saw
Pemberlakuan syariat zakat diterapkan secara efektiff pada tahun
ke-2 H. eksistensi zakat pada masa itu adalah sebagai ibadah bagi muzakki
dan sumber pendapatan Negara. Dalam pengelolaanya, Nabi terlibat
secara langsung memberikan contoh dan petunjuk pelaksanaan.
Adapun prosedur pengumpulan dan pendistribusiannya, Nabi Saw
mengutus petugas di luar wilayah kota Madinah untuk mengumpulkan dan
mengelola zakat. Diantaranya adalah Muadz bin Jabal yang di utus ke
penduduk Yaman. Para petugas yang ditunjuk oleh Nabi tersebut dibekali
32
33
18
Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta : CV.
Pustaka Amri, 2005), hal 30
34
Oleh karena itu Umar menyusun kebijakan penambahan jenis barang yang
wajib dizakati, menghilangkannya sewaktu-waktu, jika dianggap sudah
tidak relevan dalam struktur perpajakan dan pendapatan Negara sewaktuwaktu. 19
19
Ibid, 30
35
20
Ibid, 31
36
21
22
Ibid, 32
Ibid, 33
37
38
39
3. produktif tradisional, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk barangbarang produksi, seperti sapi, mesin jahit dan lain-lain
4. produktif kreatif, yaitu pendayagunaan zakat diwujudkan dalam
bentuk modal, baik untuk membangun suatu proyek social maupun
menambah modal pedagang untuk berwirausaha.
(60 : )
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang,
untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
23
Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta : CV.
Pustaka Amri, 2005), hlm 11.
40
2. Golongan Miskin
Golongan orang yang mempunyai harta untuk mencukupi kebutuhan
hidup namun tidak memenuhi standar, atau orang yang lemah dan tidak
berdaya (cacat) karena telah berusia lanjut, sakit atau karena akibat
peperangan, baik yang mampu bekerja maupun tidak tetapi tidak memperoleh
penghasilan yang memadai untuk menjamin kebutuhan sendiri dan
keluarganya.
41
atau panitia yang mengurus dan mengelola zakat, terdiri dari orang-orang
yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat. Menurut SyafiI amil
mendapat bagian seperdelapan dari seluruh zakat yang terkumpul, untuk
dipergunakan sebagai biaya operasional, administrasi, dan honor / gaji bagi
anggota team. Setiap amil boleh menerima bagian zakatnya sebagai petugas
sesuai dengan kedudukan dan prestasi kerjanya, kendatipun dia orang kaya. 24
Lili Bariadi, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta : CV. Pustaka Amri, 2005), hal 12-15.
42
dahsyat, maka mereka tidak boleh diberi bagian zakat, baik orang yang diberi
itu orang yang harus mendapat perlindungan atau orang yang hatinya harus
dilemahlembutkan.
Sementara Majfuk Zuhdi 25 berpendapat bahwa selain mengikuti jejak
Umar, juga menyatakan bahwa muallaf adalah orang yang menghadapi
problem keluarga atau pekerjaan atau tempat tinggal akibat kepindahannya ke
agama Islam maka mereka berhak menerima zakat. Adapun orang yang tidak
mengalami problem apapun ketika masuknya ke agama Islam maka mereka
tidak berhak menerima zakat.
5. Golongan Riqab
Riqab
artinya
hamba
sahaya.
Bagian
ini
diberikan
untuk
25
Pro. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta : PT. Toko Gunung
Agung,1997), hlm. 256.
43
44
Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang
berkewajiban menunaikan zakat atau pembayar/penunai zakat. Dalam salah satu
ayat al-Quran surat al-Baqarah ayat 261, yang berbunyi :
( : / )
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah 26 ) adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dikehendaki. Dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) Lagi Maha Mengetahui. (Q.S. alBaqarah / 2 : 261)
Setiap muslim wajib membayar zakat, dan orang yang disepakati wajib
mengeluarkan zakat, ialah merdeka, telah sampai umur, berakal dan nishab yang
sempurna. Muzakki dapat juga diartikan orang yang kaya akan harta dan wajib
atasnya untuk mengeluarkan sebagian hartanya apabila sudah mencapai haul
(cukup setahun dimiliki nishabnya). Harta-harta yang disyaratkan cukup setahun
dimiliki nishabnya, ialah : binatang (ternak), emas/perak dan barang perniagaan
(dagangan).Menurut Abu Hanifah, orang kaya adalah orang yang mempunyai
harta satu nishab. Ini berdasarkan hadist Muadz :
26
Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad,
pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
45
Untuk
Gubernur mengirim surat kepada Kepala Kanwil Agama dan Kepala Dinas
Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta, yang berisi harapan dan himbauan
agar setiap lembaga
27
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Analisa Fiqih Para Mujtahid, (Jakarta : Pustaka
Amani 2002), hlm 615.
46
Istilah Zakat ONH sebenarnya tidak tepat, tetapi sudah terlanjur digunakan.
Yang benar adalah bahwa dalam rangka mencapai haji mabrur, uang yang akan digunakan
untuk membayar ONH harus diberikan dulu, dengan cara dikeluarkannya zakat.
29
Seruan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1454/XI/1986 tertanggal 27 November
1986, Pem. DKI, Pedoman Pengelolaan ZIS, 1992, hlm 52.
47
48
Kerja
yang
bersangkutan.
Dalam
hal
BAZIS
49
50
mungkin timbul dari kalangna mereka, ketika mereka melihat orang kaya yang
memiliki harta cukup banyak. Zakat sesungguhnya bukanlah sekedar memenuhi
kebutuhan para mustahik, terutama fakir miskin, yang bersifat konsumtif dalam
waktu sesaat, akan tetapi memberikan kecukupan dan kesejahteraan kepada
mereka, dengan cara menghilangkan ataupun memperkecil penyebab kehidupan
mereka menjadi miskin dan menderita. 30
Ketiga, sebagai pilar amal besama (jamai) antara orang-orang kaya yang
berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan
untuk berjihad di jalan Allah, yang kesibukannya tersebut, ia tidak memiliki
waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan nafkah
diri dan keluarganya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 273 :
( : )
Artinya : (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di
jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang
tidak tahu menyangka mereka orang kayak arena memelihara diri
dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifatsifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan
apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (Q.S. al-Baqarah : 273)
30
51
Di samping sebagai pilar amal bersama, zakat juga merupakan salah satu
bentuk konkrit dari jaminan social yang disyariatkan oleh ajaran Islam. Melalui
syariat zakat, kehidupan orang-orang fakir, miskin, dan orang-orang menderita
lainnya, akan terperhatikan dengan baik. Zakat merupakan salah satu bentuk
perintah AllahSWT untuk senantiasa melakukan tolong-menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan.
Keempat, sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana
maupun prasarana yang harus dimiliki ummat Islam, seperti sarana ibadah,
pendidikan, kesehatan, social maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan
kualitas sumberdaya manusia muslim. 31
Kelima, untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu
bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari
hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar.
Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan
salah satu instrument pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan
baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan
pendapatan, economic with equality. 32
Ketujuh, dorongan ajaran Islam yng begitu kuat kepada orang-orang yang
beriman untuk berzakat, berinfaq, dan bersedekah menunjukan bahwa ajaran
Islam mendorong ummatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga
31
32
hlm. 156.
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, (Kuwait : Daar el-Bayan, 1968), hlm. 146
Al-Qurthubi, al-jammili Ahkam Al-Quran, (Beirut : Daar el-Kutub al-llmiyah, 1993),
52
memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri
dari keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfik. Zakat yang
dikelola dengan baik, akan mampu membuka lapangan kerja dan usaha yang luas,
sekaligus penguasaan aset-aset oleh ummat Islam.
BAB III
PROFIL BAZIS DKI JAKARTA
53
54
55
56
2.
Company Profil, Kantor Bazis Kota Administrasi Jakarta Selatan, Jakarta, 2010, hlm
57
58
terjalin
koordinasi
secara
harmonis
antar
berbagai
59
Umaro,
DPRD,
Cendikiawan Muslim.
Tokoh
Masyarakat,
Pengusaha
Nasional,
dan
60
61
GUBERNUR
DEWAN
PERTIMBANGAN
KOMISI
PENGAWAS
WK. KEPALA
SEKTRETARIAT
SUBBAG
UMUM
BIDANG
PENGUMPULAN
SEKSI
HIMPUNAN
MUZZAKI
SUBBAG
HUMAS
BIDANG
PENDAYAGUNAAN
BIDANG
DANA
SEKSI
LAYANAN
MUSTAHIK
SEKSI
KAS
SEKI BINA
USAHA
SEKSI BINA
MUZZAKI
SUBBAG
INFOKO
SEKSI
AKUNTAN
SEKSI BINA
SDM
MUSTAHIK
SUBBAG
TATA
SEKSI
PENGUMPULAN
SEKSI
PENYALUR
SUBBAG
LITBANG
62
Wawancara Pribadi dengan Bapak Setia Rahmadi, (Kasubbag Tata Usaha), Jakarta
pada tanggal 12 Juli 2010.
63
dan
Kelurahan
untuk
menentukan
penyaluran
dana
pendayagunaan ZIS.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Hayati Saragih, (Staf Seksi Pengumpulan), Jakarta
pada tanggal 12 Juli 2010.
64
Seksi Penyaluran),
65
Program Kerja
Alokasi Dana
Keterangan
A.
I
PENDAYAGUNAAN ZAKAT
Rp. 4.047.455.876,FAKIR MISKIN
Rp. 3.702.000.000,BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN
a. Tingkat MIS/MD/SDI
( 2.200 x @ Rp. 300.000,- x 1)
b. Tingkat MTs Swasta
( 1.600 x @ Rp. 420.000,- x 1)
c. Tingkat MA/SLTA
( 300 x @ Rp. 150.00,- x 6)
d. Tingkat Mahasiswa
( 250 x @ Rp. 200.000,- x 6)
e. Tingkat MA / SLTA
( 350 x @ Rp. 150.000,- x 6)
f. Tingkat Mahasiswa
( 300 x @ Rp. 200.000,- x 6)
g. Beasiswa unggulan Program S1 untuk
guru PAUD
(100 x @Rp. 1.750.000,-x 1/semester)
h. Bantuan kemanusiaan (Bantuan biaya
pendidikan/tunggakan)
II
Rp. 660.000.000,-
FI SABILILLAH
Rp. 995.455.876,Bantuan Kegiatan Keagamaan
a. Pendidikan Dasar Ulama (PDU)
b. Guru ngaji / TPA/Merbot
( 900 x @ Rp. 400.000,- x 1 )
c. Guru Honorer Madrasah
( 900 x @ Rp. 400.000,- x 1 )
d. Kegiatan Syiar Agama
JUMLAH PENDAYAGUNAAN
ZAKAT
Juli 2010
66
67
zakat atau dana lainnya yang disertai target merubah keadaan penerima (lebih
dikhususkan kepada mustahik/golongan fakir miskin) dari kondisi kategori
mustahik menjadi kategori muzakki.
Model ini pernah dikembangkan oleh Nabi, yaitu beliau pernah
memberikan zakat kepada seorang fakir sebanyak dua dirham untuk makan dan
satu dirham untuk pembelian kapak sebagai alat untuk bekerja, supaya hidupnya
tidak tergantung pada orang lain lagi. Dalam pengelolaan zakat di Indonesia
dikenal penyaluran zakat untuk bantuan dana produktif, yang diperuntukan bagi
68
69
70
71
BAB IV
PENYALURAN DANA ZAKAT PENDIDIKAN MENURUT IMAM
HANAFI
72
73
di kota Kufah dan menetap di sana sebagai pedagang sutera. Di kota itulah
lahir putranya Tsabit, ayah Imam Abu Hanifah. 1
Abu Hanifah adalah nama panggilan dari Numan bin Tsabit bin
Zauth. Terdapat beberapa riwayat yang pertama menerangkan bahwa
Hanifah adalah nama dari salah seorang anak beliau. Abu Hanifah bearati
Bapak Hanifah, karena beliau adalah bapaknya Hanifah. Maka dipanggilah
Abu Hanifah. Riwayat kedua menerangkan bahwa beliau terkenal sebagai
seorang hamba Allah yang taat. Hatinya sangat cenderung kepada agama
Islam, sehingga beliau sangat teguh memegang prinsip-prinsip agama Islam
dan tidak dapat digoyahkan sedikit pun, walaupun dengan pangkat yang
terhormat ataupun dengan penjaga dan siksa yang berat. Hanifah berarti
cenderung, maka yang dimaksudkan dengan panggilan Abu Hanifah ialah
panggilan kepada seorang yang sangat cenderung hatinya kepada agama
Allah, yaitu Imam Abu Hanifah. Riwayat ketiga menerangkan bahwa beliau
seakan-akan sangat erat berteman dengan tinta yang dalam bahasa Iraq
disebut Hanifah. Kemana pun beliau pergi selalu membawa tinta untuk
menulis, sehingga beliau dipanggil oleh guru-guru dan sahabat-sahabat beliau
Abu Hanifah, yang berarti bapak tinta. Dari beberapa riwayat yang
menerangkan sebab-sebab beliau dipanggil Abu Hanifah, maka dapatlah
diambil suatu kesimpulan bahwa panggilan Abu Hanifah itu ada
hlm 70.
74
75
c. Simpatik dan kekaguman beliau kepada Saidina Ali bin Abi Thalib, dan
juga kepada Umar bin Khattab serta Abdullah bin Masud.
d. Kedudukan kota-kota Kufah, Basrah dan Baghdad sebagai kota-kota yang
berdekatan tempatnya, yang waktu itu merupakan pusat ilmu pengetahuan
dan pusat memperdalam ajaran Islam.
Demikianlah keadaan beliau sampai pada suatu hari ia bertemu dengan
salah seorang gurunya, Amir bin Syarahil Asy-Syabi (wafat tahun 104 H/721
M). Abu Hanifah menceritakan sebagai berikut :
pada suatu hari aku lewat di muka rumah guruku Asy-Syabi, beliau
sedang-sedang duduk-duduk, lalu aku dipanggilnya, ia berkata kepadaku,
kenapa engkau ke pasar, tidak pergi kepada Ulama? aku menjawab, Aku
jarang pergi kepada ulama. Beliau berkata : Jangan engkau pergi ke pasar
lagi, engkau harus menumpahkan perhatianmu kepada ilmu dan ke majlis
ulama, sesungguhnya Aku melihat pada engkau suatu harapan dan
dinamisme! Abu Hanifah mengatakan, perkataan Asy-Syabi itu berbekas
dihatiku, lalu aku tinggalkan perdagangan serta mulai menuntut ilmu dan
perkataan itu besar manfaatnya bagiku. 2
Sejak mulai itulah beliau mulai tekun belajar dan menuntut ilmu.
Pertama kali beliau belajar ilmu kalam dan mengadakan diskusi-diskusi
dengan penganut-penganut aliran ilmu kalam yang ada waktu itu, seperti
penganut aliran-aliran Mutazilah, Syiah, Maturidiyah dan sebagainya.
2
Ibid, hlm72.
76
Umar
bin
Khattab.
Beliau
tertarik
kepada
cara-cara
Umar
Ali bin Abi Thalib. Beliau tertarik kepada Ali dalam memahami hakekat
ajaran Islam dan mengamalkannya secara konsukuen.
3.
4.
77
78
itu sebagai suatu rahmat dari Allah SWT. Beliau sangat menghormati
pendapat orang lain, sekali pun pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.
79
80
zakatnya itu tepat pada waktunya. Sedang apabila ia mengeluarkan lebih awal
dari waktunya, maka tidak apa-apa. Yang menjadi ketentuan dalam masalah
zakat ini adalah tepat harta tersebut berada, sekalipun pemiliknya ada di
negerinya sedang hartanya ada di negeri lain; dan zakat itu hendaklah
dipisahkan di tempat harta itu. Bila apa yang diberikan kepada anak-anak
kerabatnya dan orang yang datang mengucapkan selamat kepadanya itu
diniatkan sebagai zakat, maka yang demikian itu sah; demikian pula yang
diberikan orang-orang fakir dari laki-laki dan perempuan pada hari-hari besar
dan hari Id. 4
Syekh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh Ala Al-Madzahib Al-Arbaah, (Mathbaah AlIstiqamah, Cairo), Ct.4, penerjemah H. Chatibul Umam dan Abu Hurairah, Fiqh Empat Madzhab,
(Jakarta : Darul Ulum Press, November 2002), hlm 160.
81
82
baginya mengambil zakat karena dalam kenyataanya ia adalah orang fakir sama
seperti Ibnu Sabil.
Sedangkan syarat memberi zakat kepada Ibnu Sabil menurut Mazhab
Maliki Ibnu Sabil adalah musafir yang membutuhkan bantuan untuk bias
sampai ke negerinya. Maka boleh diberi zakat bila ia seorang merdeka, muslim,
bukan dari bani Hasyim dan perjalanannya itu bukan tujuan maksiat, seperti
perampok. Bila syarat-syarat ini telah terpenuhi, berarti ia berhak mendapatkan
zakat, sekalipun dinegerinya ia adalah seorang yang kaya, (yaitu) bila ia tidak
mendapatkan seseorang untuk meminjam kebutuhan yang dapat mencukupi
sampai di negerinya. Jika ia mendapatkan orang yang dapat ia pinjami, maka
tidak boleh diberi zakat, sebagaimana orang yang tidak memenuhi ketentuan
syarat-syarat tadi. 5
Pembagian zakat itu harus dilakukan di tempat zakat itu diwajibkan atau
di tempat yang dekat dengannya. Ia tidak boleh menyalurkan ke tempat lain
sampai sejauh jarak boleh mengqashar shalat atau lebih, kecuali apabila penduduk
tempat tersebut lebih membutuhkan dari penduduk tempat zakat itu diwajibkan,
maka ia wajib menyalurkan bagian yang lebih banyak dari zakat tersebut untuk
mereka (yang lebih membutuhkan tadi). Sedangkan bagian yang lebih sedikit
hendaklah dibagikan kepada penduduk setempat, sedangkan upah angkutnya itu
diambilkan dari Baitul Maal kaum muslimin. Jika tidak ada Baitul Maal, maka
5
83
zakat itu hendaklah dijiual dan diberikan barang yang semisal di tempat barang
itu disalurkan, atau harga penjualannya itu yang dibagikan di tempat tersebut
sesuai dengan kemaslahatan. Yang dimaksud tempat wajibnya zakat adalah
tempat tanaman dan buah-buahan itu dihasilkan, sekalipun bukan di negeri dan
tempat pemiliknya.
Syarat memberi zakat kepada Ibnu Sabil menurut Mazhab Hambali
adalah musafir yang kehabisan biaya perjalanan d luar negeri tempat tinggalnya
untuk tujuan perjalanan mubah, atau untuk tujuan perjalanan haram lalu ia
bertaubat. Maka ia boleh mendapatkan zakat sebatas memenuhi kebutuhannya
untuk kembali ke negerinya, sekalipun ia mendapatkan orang yang dapat
dihutangi, baik ia orang kaya ataupun fakir. Membayar zakat kepada satu di
antara delapan golongan tersebut tadi sah. Orang banyak boleh membayarkan
zakatnya kepada satu orang, sebagaimana satu orang boleh membayarkan
zakatnya kepada banyak orang.
Mengeluarkan zakat berupa harga dari zakat yang diwajibkan tidak
boleh, melainkan yang wajib adalah mengeluarkan benda yang wajib dizakatkan.
Membayar zakat itu tidak boleh kepada orang kafir, hamba sahaya, orang yang
kaya harta dan mata pencaharian dan tidak pula kepada orang yang wajib ia
nafkahi, selama ia bukan amil zakat, tentara perang, muallaf, hamba mukattab,
ibnu sabil dan orang yang punya hutang untuk kepentingan perbaikan sesuatu
84
yang nyata. Dan tidak boleh juga istri membayar zakat kepada suaminya, begitu
pula sebaliknya, juga tidak boleh membayar zakat itu kepada Bani Hasyim. 6
Menurut Mazhab Syafii mengenai syarat Ibnu Sabil adalah musafir
yang pergi dari negeri tempat zakat (balad al-zakah), atau melewati negeri
tersebut, maka ia boleh diberi zakat sebatas cukup untuk sampai ke tujuan, atau
sebatas cukup untuk sampai ke tempat ia miliki harta bila ada, dengan syarat ia
membutuhkannya ketika melakukan perjalanan atau ketika ia melewati negeri
tempat zakat tadi dan hendaklah perjalanannya itu bukan untuk kemaksiatan
melainkan untuk tujuan yang benar secara syara.
Untuk mengambil zakat tersebut bagi delapan golongan ashnaf yang
berhak menerima zakat, ada lima syarat sebagai tambahan dari ketentuan syaratsyarat khusus bagi setiap golongan tadi, yaitu :
1. Islam
2. Merdeka penuh, kecuali ia hamba mukatab.
3. Bukan dari keturunan Bani Hasyim, Bani Muthalib dan bukan pula yang
dimerdekakan dari mereka (Bani Hasyim dan Muthalib), sekalipun haknya
untuk memperoleh dari Baitul Maal terhalang, yang dikecualikan dari hal itu
adalah tukang bawanya, tukang timbangnya, dan pengawas zakat. Mereka ini
boleh mengambil bagian dari zakat tersebut sekalipun ia orang kafir.
4. Biaya nafkahnya itu bukan kewajiban orang yang mengeluarkan zakat.
85
5. Ia layak menerima zakat tersebut, dalam arti telah akil-baligh dan mempunyai
budi pekerti yang baik.
Apabila seseorang mengkhususkan diri mencari ilmu, maka boleh diberi
zakat sekedar memenuhi kebutuhan membeli buku-buku dan untuk kepentingan
agama dan dunianya. Orang yang mencari ilmu patut diberi zakat karena dia
melaksanakan fardhu kifayah dan juga faedah ilmunya itu tidak hanya untuk
dirinya tapi juga untuk seluruh ummat. Ia berhak untuk ditolong dengan harta
zakat karena termasuk kategori orang yang membutuhkan pertolongan kaum
muslimin atau orang yang dibutuhkan kaum muslimin itu sendiri.
Sebagian orang ada yang memberi syarat dengan pemberian zakat untuk
golongan pencari ilmu, yaitu kepandaian yang dapat dimanfaatkan untuk
kemashlahatan masyarakat, khususnya kaum muslimin. Pendapat ini dianut oleh
Negara-negara modern, di mana pemerintah atau lembaga-lembaga memberikan
beasiswa atau tugas belajar di dalam atau di luar Negeri bagi mahasiswa dan
pegawai yang pandai.
Niat zakat itu disyaratkan ketika zakat itu diserahkan kepada Imam
(pemimpin) atau kepada para mustahik (secara langsung) atau ketika zakat itu
dipisahkan. Bagi pemilik tidak boleh menyalurkan zakat dari satu negeri ke negeri
lain sekalipun negeri itu dekat bila di negerinya terdapat mustahik zakat.
Sedangkan bagi Imam boleh menyalurkan ke negeri lain. Yang dimaksud balad
al-zakah adalah tempat zakat itu sempurna satu tahun dan tempat harta tersebut
berada. Ini berlaku untuk yang disyaratkan satu tahun, seperti emas. Sedangkan
86
yang tidak disyaratkan satu tahun, seperti tanaman, maka yang dimaksud balad
al-zakah adalah tempat dikeluarkannya zakat dimana tanaman itu berada.
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), hlm
265.
87
88
makanan pokok atau 85 gram emas. Sebagian pendapat yang lain kekayaan yang
diukur adalah ukuran nishab uang dari segala macam harta apa saja. Kedua, orang
yang memilki harta banyak dari kebutuhan hidupnya yang nilainya mencapai 200
dirham (sekarang 85 gram emas), tetapi tidak terkena wajib zakat karena harta
tersebut tidak produktif misalnya perabot rumah tangga, rumah, kendaraan dan
lain-lain.
Hanafiyah juga mendefinisikan Ibnu Sabil sebagai musafir yang
kehabisan dana perjalanan, yang boleh menerima zakat sebatas kebutuhannya
saja. Sedangkan makna fisabilillah adalah orang-orang fakir yang tidak bias lagi
berperang di jalan Allah. Namun, secara lebih luas melihat konteks sekarang baik
Ibnu Sabil maupun Fisabilillah dimasukkan dalam dua golongan, yaitu orang
yang mengadakan perjalanan di tanah airnya sendiri dan orang yang mengadakan
perjalanan di negeri orang lain dalam melakukan ketaatan, seperti mencari ilmu
dan tidak dalam kemaksiatan.
Dari uraian di atas dapat dilihat, bahwa jika menurut Imam Hanafi Ibnu
Sabil dan Fisabilillah dikelompokan menjadi dua golongan, yang masing-masing
boleh menerima zakat, maka BAZIS menjadikan dua golongan ini dalam satu
makna. Maka ssecara substansi, antara Mazhab Hanafi dan BAZIS berpandangan
sama, yaitu bagi semua orang yang menempuh jalan Allah, memperjuangkan
agama-Nya, baik melalui menuntut ilmu-Nya maupun dengan mengangkat
pedang, sama-sama memiliki kewenangan menerima zakat. BAZIS juga
mengkonotasikan Ibnu Sabil dengan semua orang yang belajar mencari ilmu baik
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah meneliti, membahas dan menguraikan tentang masalah
bagaimana penyaluran dana zakat untuk pendidikan pada bab-bab sebelumnya,
maka pada bab ini penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pendapat Imam Hanafi terhadap penyaluran dana zakat untuk pendidikan
adalah
hanafiyah
mendefinisikan
Ibnu
Sabil,
apabila
seseorang
90
91
b.
c.
Adanya perubahan penerimaan gaji, kesra dan TPP pegawai dan guru dari
Bendahara Unit kepada/melalui Bank, sehingga menyulitkan dalam
pemotongan ZIS yang berdampak pada hasil pengumpulan ZIS.
d.
B. Saran-saran
Skripsi ini jauh dari kesempurnaan sebagai sebuah karya ilmiah yang
membahas tentang penyaluran dana zakat untuk pendidikan, karena masih banyak
kekurangan dalam penulisannya. Namun terlepas dari hal itu penulis mencoba
untuk memberikan saran-sarannya :
1. Dalam kondisi BAZIS saat ini, perlu ditingkatkan profesioanalisme para
Petugas Operasional BAZIS Kota, Kecamatan dan Kelurahan dalam rangka
peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta memberikan informasi secara
92
transparan
dan
professional
atas
hasil
pengumpulan
ZIS
dan
pendayagunannya.
2. Meningkatkan kesejahteraan bagi para Petugas Operasional BAZIS disemua
tingkatan.
3. Mengupayakan untuk merealisir permohonan kendaraan operasional dalam
rangka menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
4. Untuk lebih suksesnya rencana program kerja kantor BAZIS Kota
Administrasi Jakarta Selatan pada tahun 2010, mohon kiranya mendapat
bantuan dan dukungan sepenuhnya dari BAZIS Provinsi DKI Jakarta.
5. Pemberian hadiah penghargaan kepada Pembina, petugas Operasional BAZIS
Kota, Kecamatan dan Kelurahan agar terus dilaksanakan sebagai penghargaan
atas usaha dan kerja keras mereka dalam hal pengumpulan ZIS di wilayah
masing-masing.
6. Perlu diadakannya pembinaan administrasi pembukuan keuangan ZIS bagi
para Petugas Operasional BAZIS Kecamatan dan Kelurahan.
7. Perlu dipercepat dalam hal pembuatan check agar program/kegiatan dapat
dilaksanakan sesuai jadwal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Muhaimmin Abdul Wahab, Hukum Pranata Sosial, Ahkam Jurnal Syariah
Nomor 09/IV/2002.
Al-Kaaf Abdullah Zaky, Ekonomi Dalam Perspektif Islam, Bandung : Pustaka Setia
2002.
Ali Nurudin Mhd, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.
Ali Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta : Universitas
Indonesia, 2006.
93
Ash Shiddiqiey Hasbi, Pedoman Zakat, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 1999.
Ash Shiddieqy Tengku Muhammad Hasbi, Pedoman Zakat, Semarang : PT. Pustaka
Rizki Putra, 1999.
Asy-Syannawi Abdul Aziz, Ketika Harta Berbicara, Jakarta : Putaka Azzam, 2004.
Company Profil, Kantor BAZIS Kota Administrasi Jakarta Selatan, Jakarta 2010.
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta : CV. Pustaka Amri, 2005.
Qadir Abdurrahman, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1998.
Rahmadi Setia, Kasubbag Tata Usaha, Wawancara Pribadi, Jakarta, 30 Juni 2010.
94
Rusyd Ibnu, Bidayatul Mujtahid I, Analisa Fiqih Para Mujtahid, Jakarta : Pustaka
Amani, 1989.
Saragih Hayati, Staf Seksi Pengumpulan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 12 Juli 2010.
Sarbeni Beni, Panduan Zakat Al-Quran dan Sunnah, Bogor : Pustaka Ibnu Katsir,
2005.
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2005.
Wardhana Tatang, Staf Seksi Penyaluran, Wawancara Pribadi, Jakarta, 7 Juli 2010.
Zuhdi Masjfuk, Masail Fiqhiyyah, Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 1987.
95