Anda di halaman 1dari 57

FRAKTUR KOMPRESI

Disusun Oleh
Nafila
111 2015 0124
Pembimbing
dr. Moch. Erwin Rachman,Sp.S., M.Kes
Dibawakan Dalam Rangka Persyaratan Kepaniteraan Klinik
Bagian Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Laporan Kasus
Desember 2015

STATUS PASIEN

A. Identitas pasien

Nama
: Tn. S
Umur
: 66 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Bugis-Makassar
Alamat
: Jln. Recing Sinrijala, No. 6A
Tanggal Pemeriksaan
: 05 November 2015
OlehAsisten/dr. Bangsal
: dr. ER
Bangsal/Kamar
: Lantai 2 Aisyah, Kamar 05.
Masuk RS Tgl
: 05 November 2015

B. ANAMNESA
Keluhan utama:
Nyeri punggung bawah.
Anamnesa terpimpin:
Informasi mengenai keluhan utama:
Nyeri punggung bawah dialami sejak 4 jam SMRS. Akibat jatuh dari
ketinggian 5 meter. Nyeri punggung bertambah jika berubah posisi dan
membaik saat istirahat. Pasien juga merasakan kram di perut bagian
atas.

Anamnesa sistematis:
Demam (-), Nyeri kepala (-),Trauma kepala (-), sesak (+), mual (+),
muntah (+), BAB: biasa, BAK: lancar.
Informasi riwayat penyakit terdahulu (penyakit yang mungkin
mendasari keluhan umum dan penyakit-penyakit yang pernah
diderita):
Riwayat berobat dengan keluhan yang sama tidak ada, riwayat
tekanan darah tinggi (+), riwayat penyakit gula (-), riw. Penyakit
jantung dan gangguan pendengaran disangkal.
Anamnesa tentang pekerjaan/keluarga/hobi, dan sebagainya:
Pasien sudah tidak bekerja
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.

Anamnesa sistematis:
Nyeri

kepala (-), Demam (-), Trauma kepala (-), mual (+), muntah (-), BAB:
biasa, BAK: biasa.

Anamnesa tentang pekerjaan/keluarga/hobi, dan sebagainya:


Pasien

seorang pekerja serabutan

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.

C. PEMERIKSAAN FISIS
Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan fisis
TORAKS
Paru-Paru

Kesan

: Sakit Sedang

Kesadaran
Gizi

: Compos mentis

: Cukup

Tekanan Darah : 240/100 mmHg


Nadi

: 98 x/menit

Suhu

: 36.50C

Inpeksi : Simetris (ka=ki), tidak menggunakan otot


bantu napas, jejas (-/-), jaringan sikatrik (-)
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), vocal fremitus
(ka=ki), krepitasi (-)
Perkusi :

Sonor kiri kanan.

Batas paru hepar ICS VI dextra anterior

Pernapasan: 24 x/menit

Batas kanan paru belakang vertebra thorakal X.

Anemi

: -/-

Batas kiri paru belakang vertebra thorakal XI.

Ikterus

: -/-

Sianosis : -/-

Auskultasi

Bunyi Pernapasan: Vesikuler

Bunyi Tambahan:

Rhonki (Rh)

:-/Wheezing (Wh) : - / -

Jantung :

Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba

Perkusi : Pekak relatif

Batas jantung :

Kanan atas : ICS II linea parasternalis


dextra
Kiri atas : ICS II linea parasternalis
sinistra
Kanan bawah
dextra

: ICS V linea parasternalis

Kiri bawah : ICS V linea midclavicula


sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni
regular, bising jantung (-).

Abdomen :
Inspeksi

Palpasi

: Datar, ikut gerak napas, jejas (-).

: Lemas/Tegang (-), Massa tumor (-), nyeri


tekan (-), Hepar (ttb),
Lien (ttb)

Auskultasi

Perkusi

: Timpani

: Peristaltik ada, Kesan Normal.

Pemeriksaan Psikiatris
Emosi dan afek : Baik
Proses berfikir : Baik
Kecerdasan : Baik
Penyerapan : Baik
Kemauan : Baik
Psikomotor : Baik

Status Neurologis : GCS : E4 M6 V5


Kepala

Posisi : Di tengah

Penonjolan : -

Bentuk/ukuran: Normocephal

Auskultasi

:-

Urat saraf kranial:


N.I (Olfaktorius) : Penghidu
N.II (Optikus) :
OD
OS
Ketajaman penglihatan :
6/6
6/6
Lapangan penglihatan :
N
N
Funduskopi :
Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N.III, IV, VI:


OD OS
Celah kelopak mata
Ptosis:
- Exoftalmus :
Ptosis bola mata:
- Pupil :
Ukuran/bentuk :
Bulat, 2,5 mm
Isokor/anisokor:IsokorIsokor
Refleks cahaya langsung/
Tak langsung :
+/+ +/+
Refleks akomodasi :
+
Gerakan bola mata
Parese kearah
Nistagmus
-

Bulat 2,5 mm

N.V (Trigeminus):
Sensibilitas
N.VI : +/+
N.V2 : +/+
N. V3 : +/+
Motorik
Inspeksi/palpasi(istirahat/menggigit) : Tidak Dilakukan
Refleks dagu/masseter
: Tidak dilakukan
Refleks kornea : Tidak dilakukan
N. VII (Facialis):
Motorik :
m. frontalis
m. orbikularis okuli
Istirahat :
N
N
Gerakan mimik:
N
N
Pengecap 2/3 lidah bagian depan : N

m. orbikularis oris
N
N

N.VIII (Auskultasi):
Pendengaran
: Normal
Tes Rinne/weber
: Tidak dilakukan
Fungsi vestibularis: Normal
N. IX/X (Glossopharingeus/vagus):
Posisi arkus pharinks (istirahat/AAH) : Di tengah
Reflex telan/muntah
: Tidak dilakukan
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang
: Tidak dilakukan
Suara : Normal
Takikardi/bradikardi
: Tidak dilakukan

N. XI (Accecorius):
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : Normal
Angkat bahu
: Dapat dilakukan

N. XII (Hypoglosus):
Deviasi lidah
: Tidak Ada
Fasciculasi : Tidak Ada
Atrofi
: Tidak Ada
Tremor
: Tidak Ada
Ataxia
:-

Leher:
Tanda-tanda perangsangan selaput otak :
Kaku kuduk : Kernigs sign
: -/Kelenjar limfe : Tidak teraba
Arteri karotis
:
Palpasi
: Normal
Auskultasi : Tidak Dilakukan
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
Abdomen:
Refleks kulit dinding perut : +

Kolumna vertebralis :
Inspeksi
: Tampak pembengkakan pada punggung bawah
Pergerakan : Terganggu
Palpasi
: Nyeri tekan punggung bawah
Perkusi
: Tidak dilakukan

Ekstremitas
1. Motorik

Superior

inferior

Kanan

Kiri

Kanan

Kiri

Pergerakan

Kekuatan

Tonus Otot

Bentuk otot

Biceps

Triceps

Refleks fisiologis

Klonus :
Lutut : Tidak Dilakukan
Kaki : Tidak Dilakukan
ka
ki ka
Refleks Patologik :
Hoffman-Tromner :
Babinski
:
Oppenheim :

ki

Sensibilitas

Ekstremitas Superior

Ekstremitas inferior

1. Eksteroseptif

Kanan

Kiri

Kanan

Kiri

Nyeri

Suhu

Tidak
dilakukan

Tidak
dilakukan

Tidak
dilakukan

Tidak
dilakukan

Gerakan halus

2. Proprioseptif

Rasa Sikap

Rasa Nyeri dalam

3. Fungsi Kortikal

Rasa diskriminasi

Stereognosis

Pergerakan abnormal yang spontan : Gangguan koordinasi


Tes jari hidung
: Tidak dilakukan
Tes pronasi supinasi : Tidak dilakukan
Tes tumit
: Tidak dilakukan
Tes pegang jari
: Tidak dilakukan
Gangguan keseimbangan
Tes Romberg
: Tidak dilakukan
Tes Gait
: Tidak dilakukan
Pemeriksaan fungsi luhur :

Pemeriksaan fungsi luhur :

Memori

Fungsi bahasa

: Baik

Visuospasial

: Baik

Fungsi eksekutif : Baik

Fungsi psikomotorik (praksia): Baik

Kalkulasi : Baik

: Baik

Gnosis

: Baik

RESUME

Seorang laki-laki, 66 tahun MRS dengan low back pain sejak 4 jam
yang lalu akibat jatuh dari ketinggian 5 meter. Pasien juga merasakan
parastesia di abdomen. Chepalgia (-), Febris (-), Trauma capitis(-),
dispneu (+), naucea (+), vomiting (+), BAB: biasa, BAK: lancar. Riwayat
berobat dengan keluhan yang sama tidak ada, riwayat hipertensi (+),
riwayat DM (-), PJK dan hearing lose disangkal. Pemeriksaan umum
sakit sedang/gizi cukup/composmentis. TD : 240/100 mmHg, nadi : 98
x/menit, pernapasan 24x/menit. Semua pemeriksaan fisik dalam batas
normal, kecuali nampak kemerahan dan bengkak dan nyeri tekan pada
vertebrae lumbal,serta terbatas geraknya pada regio tersebut.
Pemeriksaan neurologis GCS E4M6V5, fungsi kortikal luhur dalam batas
normal. Nn. Cranialis dalam batas normal. Fungsi motorik dan sensorik
normal, otonom dalam batas normal.

PEMERIKSAAN PENJUNJANG
Darah Rutin WBC : 9,9 (normal )
Lym : 0,8 ()
Gra :8,6 (H)
RBC : 3,55 ()
Hb : 11 (normal)
PLT :11,9 ()
GDS 148 mg/dl
Foto Lumbosacral AP+L

Hasil foto Lumbosacral AP+L :


Pemipihan anterior daricorpus vertebrae L2
Osteofit pada aspek anterior vertebrae lumbal dengan sclerotik marginal.
SI joint/shentons line intak
Soft tissue baik
Kesan : Fraktur kompresi L2
Spondyloarthrosis lumbalis dengan osteoporosis senile.

DIAGNOSA
Kalau dapat ditetapkan
:
Diagnosa klinis
: Low Back Pain
Topis
: Fraktur Lumbal II
Etiologis
: Fraktur kompresi L2+ Osteoporosis
senile

PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa

Bed rest 5 hari dan perubahan posisi setiap 2 jam untuk


menghindari terjadinya dekubitus.
Diet rendah garam

Medikamentosa

IVFD RL 20 TPM

Ketorolac 30 mg/8 jam/iv

Methylprednisolon 125 mg/8 jam/iv

Ranitidin /12 jam/iv

Neurobion/24 jam/drips

Valsartan 80 mg (1-0-0)

Amlodipin 10 mg(0-0-1)

PROGNOSA DAN ANJURAN


PROGNOSA
qua ad vitam
: Dubia ad Bonam
qua ad sanationem : Dubia

ANJURAN:
Hindari aktivitas fisik yang berat.
Fisioterapi untu menghindari kontrakur
Pasang korset.

DISKUSI
Teori

Pasien

fraktur
kompresi biasanya
bersifat
insidental,
menunjukkan gejala nyeri tulang belakang ringan sampai
berat.
Fraktur ini dapat disebabkan oleh kecelakaan jatuh dari
ketinggian dengan posisi terduduk ataupun mendapat
pukulan di kepala, osteoporosis dan adanya metastase kanker
dari tempat lain ke vertebra kemudian membuat bagian
vertebra tersebut menjadi lemah dan akhirnya mudah
mengalami fraktur kompresi.

Seorang laki-laki, 66 tahun MRS dengan


keluhan low back pain sejak 4 jam yang lalu

nyeri tulang belakang ringan sampai berat.


Pada pasien ini juga Jatuh dari ketinggian 5
meter.

Pasien

Teori

Rasa nyeri pada fraktur disebabkan oleh banyak gerak,


dan pasien biasanya merasa lebih nyaman dengan
beristirahat.
pasien menunjukkan gejala-gejala pada abdomen seperti
rasa perut tertekan, rasa cepat kenyang, anoreksia dan
penurunan berat badan. Gejala pada sistem pernafasan
dapat terjadi akibat berkurangnya kapasitas paru.

Nyeri dirasakan bertambah berat jika berubah


posisi dan membaik jika beristirahat.
Pasien juga merasakan parastesia di abdomen

Teori

Pasien

Kompresi akibatnya sering menyebabkan iskemia otot.


Gejala dan tanda yang menyertai peningkatan tekanan
kompartemental mencakup nyeri, kehilangan sensasi dan
paralisis.
persarafan yang terganggu mengakibatkan terjadinya
gangguan sensoris pada regio yang disarafi oleh segmen yang
cedera tersebut.

Semua pemeriksaan fisik dalam batas normal,


kecuali nampak kemerahan dan bengkak dan
nyeri tekan pada
vertebrae lumbal,serta
terbatas geraknya pada regio tersebut
Pemeriksaan neurologis GCS E4M6V5, fungsi
kortikal luhur dalam batas normal. Nn.
Cranialis dalam batas normal. Fungsi motorik
dan sensorik normal, otonom dalam batas
normal.

Pasien

Teori

bahaya dari bedrest yang terlalu lama pada orang tua adalah,
meningkatkan kehilangan densitas tulang, deconditioning,
thrombosis, pneumonia, ulkus dekubitus, disorientasi dan
depresi.
Pada pasien hipertensi diet rendah garam untuk menurunkan
kadar Na dalam darah.

bed rest 5 hari

diet rendah garam

Teori

Pasien

Analgetik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, biasa


diberikan sebagai terapi awal untuk menghindari dari bedrest
yang terlalu lama
Immunosupresan yang menekan proses inflamasi
sebagai reseptor anti histamin dua (AH2), yang dimaksudkan
sebagai protektor tambahan terhadap lambung, dikarenakan
pada pasien ini diberikan analgetik sehingga sebagai
pencegahan.

Ketorolac 30 mg/8 jam/iv

Methylprednisolon 125 mg/8 jam/iv

Ranitidin /12 jam/iv

Pasien

Teori

vitamin untuk melindungi sel saraf. Memperbaiki


metabolisme tubuh dan memenuhi kebutuhan sehari-hari
akan vitamin B complex, khususnya vit B6 dan B12
dibutuhkan dalam proses pembentukan dan pematangan sel
darah merah.

Angiotensin reseptor blocker

Calsium Channel Blocker

Neurobion /24 jam/drips : Vit. B1, B6, B12.

Valsartan 80 mg (1-0-0)

Amlodipin 10 mg(0-0-1)

Pasien

Teori

Bracing merupakan terapi yang biasa dilakukan pada


manajemen akut non operatif. Ortose membantu dalam
mengontrol rasa nyeri dan membantu penyembuhan dengan
menstabilkan tulang belakang. Dengan mengistirahatkan
pada posisi fleksi, maka akan mengurangi takanan pada
kolumna anterior dan rangka tulang belakang.

pemasangan korset

Hari/tgl
5.11.2015
1
1

Terapi

Pemeriksaan

S: Nyeri punggung bawah (+), VAS

1.

IVFD RL 16 Tpm

O: TD : 240/100 mmHg.
GCS : E4M6V5
FKL : dbn
Nn. Cranialis :dbn
Motorik :

2.

Ketorolac 30 mg/8 jam/iv

3.

Methylprednisolon 125 mg/8

P:

n n

K: 5

n n

RF : n

jam/iv
4.

Ranitidin/12 jam/iv

T:n

5.

Neurobion/24 jam/drips

6.

Valsartan 80 mg (1-0-0)

7.

Amlodipin 10 mg (0-0-1)

n RP : -

n
n
Sensorik : dbn
Otonom :dbn
Lab :
WBC : 9,9 (normal )
Lym : 0,8 ()
Gra :8,6 (H)
RBC : 3,55 ()
Hb : 11 (normal)
PLT :119 ()
Urid Acid : 6,16 (H)
GDS :148 (H)
Creatinin : 1,4 (H)

A: LBP ec. Susp. Fraktur kompresi


DD : Spondilolstesis, Osteoporosis.

6.11.2015

S: Nyeri punggung bawah (+)

1.

Ketorolac 30 mg/8 jam/iv

O: TD : 160/90 mmHg.

2.

Methylprednisolon

125

mg/8

jam/iv

GCS : E4M6V5
FKL : dbn

3.

Ranitidin/12 jam/iv

Nn. Cranialis :dbn

4.

Neurobion/24 jam/drips

Motorik :

5.

Valsartan 80 mg (1-0-0)

6.

Amlodipin 10 mg (0-0-1)

7.

Ceftriaxon 1gr/12 jam/ iv (Skin

P: n

K: 5

RF : n
n

5 T: n
5

n RP : -

Sensorik : dbn
Otonom :dbn
A: LBP ec. Susp. Fraktur kompresi
DD : Spondilolstesis, Osteoporosis
.

Test).

7.11.2015

S : Nyeri punggung bawah (+)

1.

O : TD : 160/100 mmHg

2.

Ketorolac 30 mg/8 jam/iv


Methylprednisolon

125

mg/8 jam/iv

GCS : E4M6V5
FKL : dbn

3.

Ranitidin/12 jam/iv

Nn. Cranialis :dbn

4.

Neurobion/24 jam/drips

Motorik :

5.

Valsartan 80 mg (1-0-0)

P: n

K: 5

T:n

6.

Amlodipin 10 mg (0-0-1)

7.

Ceftriaxon 1gr/12 jam/ iv

8.

Chlorpromazin

RF : n

RP : -

Sensorik : dbn
Otonom :dbn
A: LBP ec. Susp. Fraktur kompresi
DD :Osteoporosis senile

1x1(bila cegukan)

25

mg

10.11.2015

S : Nyeri punggung berkurang

O : TD : 150/90 mmHg
6

1.

Methylprednisolon

125

mg/8 jam/iv

GCS : E4M6V5

2.

Ranitidin/12 jam/iv

FKL : dbn

3.

Neurobion/24 jam/drips

Nn. Cranialis :dbn

4.

Valsartan 80 mg (1-0-0)

Motorik :

5.

Amlodipin 10 mg (0-0-1)

6.

Ceftriaxon 1gr/12 jam/

P: n

K: 5

T:n

RF : n

RP : -

Sensorik : n

Otonom :dbn
A: LBP ec. Fraktur kompresi
DD : Osteoporosis senile
P:
-

Beddrest selama 5 hari

iv (H5)
7.

Chlorpromazin 25 mg
1x1(bila cegukan)

14.11.2015

S : Nyeri punggung berkurang

1.

IVFD RL 20 tpm

10

O : TD : 130/80 mmHg

2.

Methylprednisolon 125

10

mg/8 jam/iv

GCS : E4M6V5
FKL : dbn

3.

Ranitidin/12 jam/iv

Nn. Cranialis :dbn

4.

Neurobion/24
jam/drips

Motorik :
P: n

K: 5

T:n

RF : n

RP : -

Sensorik : dbn
Otonom :dbn
A: LBP ec. Fraktur kompresi
DD : Osteoporosis senile

5.

Valsartan 80 mg (1-00)

6.

Amlodipin 10 mg (0-01)

7.

STOP Ceftriaxone

16.11.2015

S : Nyeri punggung menghilang,

12

kesemutan pada kaki sebelah kiri.

Methylprednisolon

O : TD : 140/90 mmHg

mg 2x1

12

1.

Meloxicam

7,5

mg,
2

GCS : E4M6V5

2.

Neurodex 1x1

FKL : dbn

3.

Valsartan 80 mg (0-01)

Nn. Cranialis :dbn


4.

Motorik :
P: n

K: 5

T:n

RF : n

RP : -

Sensorik : dbn
Otonom :dbn
A: LBP ec. Fraktur kompresi
Osteoporosis senile
P: Fisisoterapi (minta stagen)

Amlodipin 10 mg (1-00)

5.

Alpentin

100

mg,

Amitriptilin 2x1
6.

Omeprazole 1x1 tab

17.11.2015 S : Nyeri punggung berkurang, 1.

Meloxicam

13

kesemutan pada kaki berkurang.

Methylprednisolon 2 mg

O : TD : 130/70 mmHg

2x1

13

7,5

mg,

GCS : E4M6V5

2.

Neurodex 1x1

FKL : dbn

3.

Valsartan 80 mg (0-0-1)

Nn. Cranialis :dbn

4.

Amlodipin 10 mg (1-0-0)

Motorik :

5.

Alpentin

P: n

K: 5

T:n

RF : n

RP : -

Sensorik : dbn
Otonom :dbn
A: LBP ec. Fraktur kompresi
Osteoporosis senile

100

Amitriptilin 2x1
6.

Omeprazole 1x1 tab

mg,

18.11.2015

S : Nyeri punggung berkurang.

14

O : TD : 100/60 mmHg

Methylprednisolon

GCS : E4M6V5

2 mg 2x1

14

1.

Meloxicam 7,5 mg,

FKL : dbn

2.

Neurodex 1x1

Nn. Cranialis :dbn

3.

Valsartan 80 mg
(0-0-1)

Motorik :
P: n

K: 5

T:n

RF : n

RP : -

Sensorik : dbn
Otonom :dbn
A: LBP ec. Fraktur kompresi
Osteoporosis senile

4.

Amlodipin

mg

(1-0-0)
5.

Alpentin 100 mg,


Amitriptilin 2x1

6.

Omeprazole
tab

1x1

19.11.2015

S : Nyeri punggung berkurang.

15

O : TD : 110/60 mmHg

Methylprednisolon 2 mg

GCS : E4M6V5

2x1

15

1.

Meloxicam

7,5

mg,

FKL : dbn

2.

Neurodex 1x1

Nn. Cranialis :dbn

3.

Valsartan 80 mg (0-0-1)

Motorik :

4.

Amlodipin 5 mg (1-0-0)

5.

Alpentin 100 mg, Amitriptilin

P: n n

K: 5

n n

RF : n
n

T: n

n RP : -

Sensorik : dbn
Otonom :dbn
A: LBP ec. Fraktur kompresi
Osteoporosis senile

2x1
6.

Omeprazole 1x1 tab

20.11.2015

S : Nyeri punggung hilang/membaik

1.

Neurodex 1x1

16

O : TD : 120/70 mmHg

2.

Valsartan 80 mg (0-0-1)

GCS : E4M6V5

3.

Amlodipin 5 mg (1-0-0)

FKL : dbn

4.

Alpentin 100 mg, Amitriptilin

16

2x1

Nn. Cranialis :dbn


5.

Motorik :
P: n n

K: 5

n n

RF : n
n

T:n

n RP : -

Sensorik : dbn
Otonom :dbn
A: LBP ec. Fraktur kompresi
Osteoporosis senile
P: Boleh rawat jalan

Omeprazole 1x1 tab

KAJIAN TEORI
Fraktur kompresi (wedge fractures) merupakan kompresi pada
bagian depan corpus vertebralis yang tertekan dan membentuk
patahan irisan. Fraktur kompresi adalah fraktur tersering yang
mempengaruhi kolumna vertebra.
Fraktur ini dapat disebabkan oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian
dengan posisi terduduk ataupun mendapat pukulan di kepala,
osteoporosis dan adanya metastase kanker dari tempat lain ke
vertebra kemudian membuat bagian vertebra tersebut menjadi
lemah dan akhirnya mudah mengalami fraktur kompresi. Vertebra
dengan fraktur kompresi akan menjadi lebih pendek ukurannya
daripada ukuran vertebra sebenarnya. Trauma vertebra yang
mengenai medula spinalis dapat menyebabkan defisit neorologis
berupa kelumpuhan.4

EPIDEMIOLOGI
Fraktur kompresi vertebra merupakan jenis fraktur yang sering
terjadi dan merupakan masalah yang serius. Setiap tahun sekitar
700.000 insidensi di Amerika Serikat,
prevalensinya meningkat 25% pada wanita yang berumur diatas
50tahun. Satu dari dua wanita dan satu dari empat laki-laki
berumur lebih dari 50 tahun menderita osteoporosis berhubungan
dengan fraktur. Insidensi fraktur kompresi vertebra meningkat
secara progresif berdasarkan semakin bertambahnya usia, dan
prevalensinya sama antara laki-laki (21,5%) dan wanita
(23,5%), yang diukur berdasarkan suatu studi pemeriksaan
radiologi

ETIOLOGI
Trauma langsung
Trauma tidak langsung

PATOFISIOLOGI
Trauma pada tulang belakang dapat mengenai :
Jaringan lunak pada tulang belakang, yaitu ligamen, diskus dan
faset.
Tulang belakang sendiri
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)

MEKANISME TRAUMA
Hiperekstensi
Kompresi
Fleksi

Pembagian trauma vertebra menurut BEATSON (1963)


membedakan atas 4 grade:
Grade I = Simple Compression Fraktur
Grade II
= Unilateral Fraktur Dislocation
Grade III =
Bilateral Fraktur Dislocation
Grade IV
= Rotational Fraktur Dislocation

Klasifikasi derajat kerusakan medulla spinalis :


Frankel A = Complete, fungsi motoris dan sensoris hilang sama
sekali di bawah level lesi.
Frankel B = Incomplete, fungsi motoris hilang sama sekali, sensoris
masih tersisa di bawah level lesi.
Frankel C = Incomplete, fungsi motris dan sensoris masih
terpelihara tetapi tidak fungsional.
Frankel D = Incomplete, fungsi sensorik dan motorik masih
terpelihara dan fungsional.
Frankel E = Normal, fungsi sensoris dan motorisnya normal tanpa
deficit neurologisnya.

DIAGNOSIS
Pemeriksaan

PENATALAKSANAAN

PENCEGAHAN FRAKTUR TAMBAHAN

Sebagian besar pasien dengan fraktur akibat osteoporosis


akut harus diberikan terapi osteoporosis secara agresif.
Pemeriksaan bone densitometry sebaiknya dilakukan pada pasien
dengan fraktur kompresi dan sebelumnya diduga mengalami
kehilangan massa tulang.
National Osteoporosis Foundation menganjurkan semua wanita
yang mengalami fraktur spiral dan densitas mineral tulang
harus diberikan terapi seperti osteoporosis.
Diet
suplemen vitamin D dan kalsium harus optimal.
Bisphosponates (alendronate, risendronate) mengurangi insidensi
terjadinya fraktur vertebra baru sampai lebih dari 50%.

PENCEGAHAN FRAKTUR TAMBAHAN


Raloxifene,
merupakan
modulator
estrogen
selektif,
menunjukkan dapat mengurangi terjadi fraktur vertebra 65%
pada tahun pertama dan sekitar 50% pada tahun ketiga.
Kalsitonin menunjukkan penurunan resiko terjadinya fraktur
vertebra baru sekitar 1 dari 3 wanita yang mengalami fraktur
vetebra.
Teriparatide (fortoe), merupakan preparat hormon paratiroid
rekombinan diberikan secara subkutan. Obat ini juga
menunjukkan rendahnya resiko terjadinya fraktur vertebra dan
meningkatkan densitas tulang pada wanita postmenopause
dengan osteoporosis. Obat ini bekerja pada osteoblast untuk
menstimulasi pembentukan tulang baru.

KOMPLIKASI
Biomekanik

PROGNOSIS

Nyeri dan fraktur yang dialami akan membaik dengan


dukungan terapi farmakologis dan farmakologis, namun
dengan semakin bertambahnya usia, fungsi dan struktur
fisiologi tulang akan semakin menurun, diperlukan upaya
kewaspadaan agar tetap menjaga stabilitas tulang belakang dan
pencegahan trauma pada usia lanjut.

PENCEGAHAN
Hindari

aktifitas fisik berat


Olah raga seperti jogging dan berjalan cepat
Jaga asupan kalsium (sayuran hijau, susu tinggi kalsium dll)
Hindari defisiensi vitamin D
Nutrisi dengan diet tinggi protein
Berjemur pada pagi dan sore hari
Diperlukan pendamping untuk usia lanjut
Memperhatikan lingkungan dan berbagai penyebab untuk
menghindari berulangnya jatuh

DAFTAR PUSTAKA
1.Jong WD, Samsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 2005. Hal 870-874
2.Andrew L Sherman, MD, MS; Chief Editor: Rene Cailliet, MD. Lumbar Compression Fracture.
(diakses tanggal 17 Juli 2014). Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/309615- overview
3.Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Jakarta : PT. Yarsif Watampone. 2007.
4.Young W. Spinal cord injury level and classification (serial online) 2000 (diakses 10 desember 2015);
Diunduh dari: URL: http://www.neurosurgery.ufl.edu/Patients/fracture.shtml
5.Hanna J, Letizia M. Kyphoplasty: A treatment for osteoporotic vertebral compression fractures.
nursing journal center (serial online) 2007 ( diakses 10 Desember 2015); Dunduh dari: URL:
http://www.nursingcenter.com/library/journalarticle.asp?article_id=755899.
6.Pearce, Evelyn C., Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
2006. Hal 89
7. Philips W. Ballinger, M.S., R.T.(R). (1995), Merrills Atlas of Radiographic Positions and Radiologic
Prosedures. Ohio : Mosby-Year Book.
8.Apley graham and Solomon Louis. Ortopedi Fraktur System Apley; edisiketujuh. Jakarta: Widya
medika, 1995.
9.Aron B, Walter CO. Vertebral compreesion fractures : treatment and evaluation (serial online)
2006
(
diakses
10
desember
2015);
Diunduh
dari:
URL:
http://bjr.birjournals.org/cgi/reprint/75/891/207.pdf.

Anda mungkin juga menyukai