Anda di halaman 1dari 5

Bab VIII

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dalam bab-bab terdahulu, kesimpulankesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan penemuan baru batuan Eosen di daerah Luk Ulo utara, penelitian ini
menghasilkan peta geologi dan stratigrafi baru daerah Karangsambung. Stratigrafi
baru ini memunculkan tiga satuan batuan baru yang diusulkan sebagai Formasi
Bulukuning berumur Eosen Awal, Komplek Larangan berumur Eosen
Akhir, dan Anggota Breksi Mondo Formasi Totogan berumur Oligosen.
Ketiga satuan batuan baru ini oleh peneliti terdahulu dipetakan sebagai bagian
dari Komplek Melange Luk Ulo.
2. Hadirnya Formasi Bulukuning yang berumur Eosen Awal menunjukkan bahwa
pada saat formasi ini diendapkan proses subduksi yang menghasilkan Komplek
Melange Luk Ulo sudah tidak aktif dan daerah bagian utara berubah menjadi
cekungan laut dangkal dimana Formasi Bulukuning diendapkan, sementara di
bagian yang lain, terutama di bagaian selatan,

masih terdapat daerah bekas

palung subduksi Kapur yang berupa cekungan sempit dan dalam dimana Formasi
Karangsambung dan Komplek Larangan diendapkan.
3. Kenampakan terdeformasi dari Komplek Larangan dan Formasi Karangsambung
serta kondisi Formasi Bulukuning yang merupakan satuan batuan metasedimen
menunjukkan bahwa setelah pengendapan Formasi Karangsambung dan Komplek
Larangan di daerah Luk Ulo terjadi proses deformasi kompresional yang cukup
signifikan. Deformasi ini diinterpretasikan terjadi pada Eosen Akhir-Oligosen
Awal.
4. Dengan kemiringan struktur umumnya ke arah selatan, Komplek Melange Luk
Ulo diinterpretasikan sebagai bagian dari akresi buritan (rear accretion). Zona
subduksi Lesser Antilles di Amerika Tengah dapat dianggap sebagai salah satu
analog moderen dari model ini. Berdasarkan model ini Komplek akresi Luk Ulo

310

diinterpretasikan sebagai bagian rear accretion dari prisma akresinya. Di bagian


utara Komplek Melange Luk Ulo, di daerah Larangan, dijumpai hubungan
struktur antara endapan slope basin dan Komplek akresinya yang mirip dengan
yang digambarkan oleh model rear accretion. Di daerah ini untuk pertama
kalinya dijumpai terdapatnya endapan slope basin (oliostromal) berumur Eosen
Akhir yang terdeformasi (diusulkan sebagai Komplek Larangan) dan memiliki
kontak dengan batuan metamorf Komplek Melange Luk Ulo berupa sesar naik
dengan kemiringan ke selatan.
5. Batuan Pra-Tersier Komplek Bayat berbeda dengan Komplek Melange Luk Ulo,
Karangsambung. Batuan Pra-Tersier Luk Ulo, merupakan melange tektonik
Komplek akresi, produk khas subduksi lempeng samudera, dicirikan oleh
percampuran secara tektonik blok berbagai ukuran dan berbagai jenis batuan
dalam masadasar lempung tergerus. Disamping itu himpunan batuannya
mencerminkan oceanic plate stratigraphy (OPS). Disamping batuan metamorf
derajat rendah, subduksi di palung Karangsambung ini juga menghasilkan
himpunan batuan metamorf derajat tinggi seperti sekis glaukofan dan eklogit yang
sekarang dijumpai sebagai sebagai blok-blok.

Sedangkan Komplek

Bayat

didominasi oleh batuan metamorf yang umumnya berderajat rendah-menengah.


Filit dan sekis Komplek Bayat ada yang komposisinya mengandung kalsit 1560% (calc phyllite dan calc schist), disamping kuarsa dan mika. Sementara
himpunan batuan yang menunjukkan urutan OPS tidak dijumpai di Bayat.
Komplek Bayat, yang tidak menunjukkan struktur melange tektonik dan tanpa
kehadiran OPS, dapat diinterpretasikan sebagai Komplek konvergen yang lebih
berciri asal-kontinen. Terdapatnya calc phyllite dan calc schist, yang tidak
dijumpai di Komplek Luk Ulo, menunjukkan batuan asal (protolit) Komplek
Bayat adalah batuan sedimen yang mengandung karbonat yang berasosiasi
dengan batuan sedimen terigen (asal darat) yang berasosiasi dengan lingkungan
kontinen.

311

6. Berdasarkan plot komponen Qm yang berpemadaman bergelombang dan yang


tak-bergelombang, serta Qp dengan jumlah kristal 2-3 dan yang jumlah kristal
lebih banyak dari 3 pada diagram Tartosa dkk. (1991) menunjukkan bahwa
batuan asal sebagian besar batupasir yang dianalisis titik-titik plot-nya jatuh di
bidang low-rank metamorph rock dan sebagian kecil ada yang masuk di bidang
granite. Batuan metamorf sebagai batuan sumber juga ditunjukkan oleh hadirnya
berbagai jenis fragmen batuan metamorf yang mendominasi komponen L
disebagian besar sampel batupasir yang dianalisis dan juga oleh kehadiran kuarsa
berpemadaman bergelombang yang dominan diantara komponen kuarsanya.
Kontribusi batuan sumber lainnya juga mungkin terjadi, terutama dari batuan
sumber batuan beku volkanik. Sebagian kecil sampel-sampel batupasir dari
daerah Karangsambung dan Nanggulan komponen fragmen batuan basaltnya
dijumpai dalam jumlah yang cukup berarti, diantaranya ada yang berkisar antara
40% sampai 70%.
7. Berdasarkan analisis provenan batupasir, tatanan tektonik batupasir daerah Luk
Ulo, Karangsambung sebagian besar adalah daerah recycled orogen, sub-zona
foreland uplift dan collision. Tatanan tektonik batupasir Nanggulan termasuk
daerah recycled orogen, sub-zona foreland uplift

sampai daerah continental

block, sub-zona craton interior. Batupasir Bayat sebagian besar provenannya dari
daerah recycled orogen, sub-zona foreland uplift sampai continental block,
subzona craton interior. Batupasir dari daerah Cekungan Jawa Timur bertataan
tektonik foreland uplift, recycled orogen dan sub-zona craton interior,
continental block. Dari keempat kelompok batupasir tersebut, hanya batupasir
Karangsambung yang tidak menunjukkan tataan tektonik continental block,
subzona craton interior. Hal ini mendukung bahwa daerah Karangsambung
merupakan daerah komplek akresi sedangkan daerah lainnya lebih berasosiasi ke
tatanan tektonik continental block, subzona craton interior.
8. Fase regangan Eosen Tengah di daerah penelitian dicirikan oleh berkembangnya
dua jenis cekungan, yakni cekungan laut dalam di daerah Karangsambung dan
cekungan laut dangkal sampai transisi di daerah Nanggulan, Bayat dan Jawa

312

Timur. Provenan batupasir menunjukkan adanya dua daerah provenan yang


berbeda, yakni daerah recycled orogen di Karangsambung dan daerah craton
interior di daerah Nanggulan, Bayat, dan Cekungan Jawa Timur. Karakteristik
sedimen dan provenan batupasir Eosen Karangsambung yang berbeda
dibandingkan dengan daerah Nanggulan, Bayat, dan Jawa Timur menunjukkan
kekhasan daerah Karangsambung sebagai daerah subduksi yang sudah tidak aktif
dimana pada fase regangan ini cekungan pada komplek akresi atau palung terus
berkembang menghasilkan endapan olistostrom Formasi Karangsambung dan
Komplek Larangan.
9. Perbedaan kondisi cekungan dan provenan yang mencolok ini menunjukkan
terdapatnya batas struktur dan stratigrafi diantara daerah Karangsambung dan
Nanggulan-Bayat. Karangsambung terletak di daerah berbatuan dasar komplek
akresi sedangkan Nanggulan-Bayat terletak di daerah berbatuan dasar kontinental
bagian dari mikrokontinen Jawa Timur (Smyth dkk, 2005). Nanggulan dan Bayat
diinterpretasikan berada di daerah paparan tepi barat mikrokontinen Jawa Timur
dan ke arah barat berbatasan dengan Cekungan Karangsambung. Perbatasan
dengan Cekungan Karangsambung diindikasikan juga oleh struktur lipatan batuan
Eosen di Nanggulan dan Bayat yang berarah Meratus, yakni timurlaut-baratdaya.
Struktur lipatan ini merupakan inversi endapan yang mengisi struktur graben
yang berarah sama. Struktur graben dengan arah lain, yakni berarah barat-timur,
diisi oleh endapan syn-rift

Formasi Pra-Ngimbang dan Ngimbang. Ke arah

selatan, ke arah daerah yang sekarang ditempati oleh Zona Kendeng, cekungan
ini mengalami pendalaman sehingga dalaman ini dapat diinterpretasikan sebagai
batas antara mikrokontinen Jawa Timur di selatan dan mikrokontinen Pasternoster
di utara. Karena cekungan ini merupakan batas mikrokontinen

maka secara

genesa struktur graben barat-timur ini merupakan struktur yang lebih tua
dibandingkan dengan graben berarah timurlaut-baratdaya.
10. Evolusi tektonik daerah penelitian sejak Kapur hingga Oligosen diinterpretasikan
berlangsung dalam tiga periode utama:

313

Periode pertama berlangsung pada Kapur Akhir sampai Paleosen ketika


subduksi lempeng samudera Indo-Australia pada zona subduksi CiletuhKarangsambung-Meratus tidak aktif karena tumbukan mikrokontinen
Pasternoster. Pada saat itu mikrokontinen Jawa Timur, yang berada di selatan
mikrokontinen Pasternoster, belum dalam tahapan tumbukan dan di depan
mikrokontinen Jawa Timur ini masih terdapat sisa morfologi palung di daerah
Karangsambung. Periode ini ditandai dengan terjadinya pengangkatan pada
Paleosen yang membentuk ketidakselarasan regional antara batuan Pra-Tersier
dengan batuan Tersier.

Periode kedua berlangsung pada Eosen ditandai dengan periode regangan di


sebagian besar daerah tepian Daratan Sunda akibat dari menurunnya secara
mencolok kecepatan pergerakan ke utara benua India karena benturannya
dengan zona subduksi di selatan Asia. Periode ini ditandai dengan
terbentuknya cekungan-cekungan Paleogen. Di daerah penelitian cekungan
terbentuk di daerah komplek akresi Karangsambung dan di bekas palung yang
menghasilkan endapan olistostrom Formasi Karangsambung dan Komplek
Larangan. Didaerah tepian selatan mikrokontinen Pasternoster terbentuk
Cekungan Ngimbang dan di tepian mikrokontinen Jawa Timur berkembang
Cekungan Nanggulan dan Bayat.

Periode ketiga terjadi pada Oligosen, ketika di daerah Luk Ulo, endapan
olistostrom Formasi Karangsambung dan Komplek Larangan mengalami
deformasi akibat tumbukan mikrokontinen Jawa Timur. Tumbukan ini juga
menandai terjadinya subduksi di selatan mikrokontinen Jawa Timur yang
dipicu oleh meningkatnya kecepatan pergerakan ke utara benua Australia.
Disamping mengakibatkan gejala tumbukan di daerah Luk Ulo, secara
regional subduksi ini menghasilkan busur volkanik Oligosen di Jawa.

314

Anda mungkin juga menyukai