Anda di halaman 1dari 37

I.

PENDAHULUAN
A. Judul
Produk Minuman
B. Tujuan
1.
Mengetahui hasil uji pengamatan kemasan pada produk Buavita Sirsak, Mirai
2.

Ocha, Zoda Lemonade, dan Marimas Jeruk.


Mengetahui hasil uji pengamatan organoleptik pada produk Buavita Sirsak, Mirai

3.

Ocha, dan Zoda Lemonade.


Mengetahui hasil uji %TAT dan hubungannya dengan pH pada produk Buavita

4.

Sirsak, Mirai Ocha,dan Zoda Lemonade.


Mengetahui kadar sukrosa pada produk Buavita Sirsak, Mirai Ocha, dan Zoda

5.

Lemonade.
Mengetahui hasil uji pemanis sintetik pada minuman sachet Marimas Jeruk serta
perbandingannya dengan kadar pada kemasan.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Minuman ringan merupakan minuman yang tidak mengandung alkohol,


yaitu minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan
makanan maupun bahan tambahan lainnya baik alami atau sintetis yang dikemas
dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari dua jenis
yaitu minuman ringan dengan karbonasi dan minuman ringan tanpa karbonasi
(non-karbonasi). Minuman ringan dengan karbonasi adalah minuman yang dibuat
dengan menambahkan karbondioksida dalam air minum sedangkan minuman
ringan tanpa karbonasi adalah minuman selain minuman ringan dengan karbonasi
(Cahyadi, 2009).
Karbondioksida menyebabkan adanya sifat yang bertindak sebagai
pengawet ringan yang sesuai untuk pembuatan minuman ringan yang sifatnya
inert sehingga dapat bertahan dalam cairan pada suhu ruang, dan karakteristik
minuman mengandung karbondioksida adalah jika dikocok secara perlahan gas
tersebut akan melepaskan gelembung dalam minuman. Karbondioksida dapat
meningkatkan cita rasa pada minuman sehingga orang menikmati saat
mengonsumsinya, pada saat larut dalam air CO 2 memberikan rasa asam sehingga
dapat menurunkan pH menjadi sekitar 3,2 3,7. Rasa asam tersebut merupakan
rasa khas soda yang membuat orang teringat terus akan rasanya. Salah satu
keunggulan minuman berkarbonasi adalah aman dari kontaminasi bakteri,
terutama bakteri yang bersifat patogen (penyebab penyakit). Gas karbondioksida
yang larut dalam air, bukan hanya menghasilkan rasa yang spesifik, tetapi juga
dapat berfungsi sebagai antibakteri untuk mengawetkan minuman secara alami
(Suharto, 2008).
Kelarutan gas karbondioksida sedemikan rupa, sehingga dapat bertahan
dalam cairan pada suhu ruang. Jika dikocok secara perlahan, gas tersebut akan
melepaskan gelembung dalam minuman. Keberadaan karbondioksida pada
minuman

dapat

diibaratkan

seperti

rempah-rempah

pada

makanan.

Karbondioksida dapat meningkatkan citarasa pada minuman sehingga orang


menikmati saat mengonsumsinya. Pada saat larut dalam air, CO2 memberikan rasa
asam sehingga dapat menurunkan pH menjadi sekitar 3,2 3,7 (Suharto, 2008).

Rasa asam tersebut merupakan rasa khas soda yang membuat orang
teringat terus akan rasanya. Salah satu keunggulan minuman berkarbonasi adalah
aman dari kontaminasi bakteri, terutama bakteri yang bersifat patogen (penyebab
penyakit). Gas karbondioksida yang larut dalam air, bukan hanya menghasilkan
rasa yang spesifik, tetapi juga dapat berfungsi sebagai antibakteri untuk
mengawetkan minuman secara alami (Suharto, 2008).
Minuman ringan terdiri dari lebih kurang 94% air berkarbonasi, dan
bahan utama minuman ringan adalah gula, dengan kandungan 7-12%. Rasa
keseluruhan minuman ringan tergantung pada tingkat kemanisan, kepahitan, dan
keasaman (pH). Asam yang paling umum dalam minuman ringan adalah sifat
asam sitrat. Asam juga menurunkan pH sehinga dapat mengawetkan minuman.
Komposisi minuman ringan yang lain yaitu flavor/ pemberi aroma adalah kesan
sensorik dari makanan atau minuman yang tidak proses secara kimia (sintesis)
agar menyerupai rasa dari bahan lainnya (Jelen, 1985).
Zat pemanis sintetik merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis
atau dapat mempertajam penerimaan rasa terhadap rasa manis tersebut, sedangkan
kalori yang dihasilkan jauh lebih rendah dari gula. Pada umumnya zat pemanis
sintetik mempunyai struktur kimia yang berbeda dari struktur polihidrat gula
asam, contohnya garam Ca- atau Na-sakarin. Penggunaan sakarin tergantung dari
intensitas kemanisan yang dikehendaki karena sakarin memiliki tingkat
kemanisan lebih besar 10% dari larutan sukrosa, namun sakarin akan
menimbulkan rasa pahit-getir (nimbrah) pada konsentrasi tinggi. Beberapa
monosakarida dan oligosakarida mempunyai rasa manis sehingga seringkali
digunakan

sebagai

pemanis,

yang

sering

digunakan

adalah

sukrosa

(kristal),glukosa (dalam sirup jagung), dan dektrosa (kristal D-glukosa) (Winarno,


2002).
Menurut Jelen (1985), struktur sakarin dapat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 1. Gambar Struktur Sakarin (Jelen, 1985)

Kandungan air, yang merupakan komponen penyusun penting, dalam


minuman berkarbonasi regular yaitu sekitar 92 persen sementara untuk minuman
berkarbonasi diet bisa mencapai 99 persen. Air yang digunakan untuk proses
pembuatan minuman berkarbonasi bukan air minum biasa tetapi telah mengalami
proses penjernihan lebih lanjut. Syarat lainnya, air tersebut harus jernih dan steril,
harus bebas dari kontaminasi, garam mineral, rasa, bau, dan bahan organik, dan
semua komponen yang dapat bereaksi dengan komponen minuman ringan harus
dinetralisasi atau dihilangkan seluruhnya (Astawan, 2007).
Pengemasan merupakan salah satu cara dalam memberikan kondisi yang
tepat bagi bahan pangan untuk menunda proses kimia dalam jangka waktu yang
diinginkan. Fungsi pengemasan adalah untuk melindungi produk dari pencemaran
dan gangguan fisik, pengaruh sinar, dan penurunan atau peningkatan kadar air.
Syarat kemasan yang baik adalah selain dapat melindungi produk dari
kontaminasi, juga harus praktis, menarik, memenuhi ketepatan ukuran, tercantum
perusahaan yang memproduksi beserta nomor produksi, serta mengandung
informasi penting seperti tanggal kadaluarsa (Syarief dkk., 1989).
Pada bagian luar kemasan biasanya dilengkapi dengan etiket (label) dan
hiasan (dekorasi) yang bertujuan untuk: a) memberikan kemudahan dalam
mengidentifikasikan produk yang dikemas, seperti jenis dan kuantitasnya, b)
memberikan informasi tentang merek dagang dan kualitasnya, c) menarik
perhatian pembeli, d) memberikan keterangan pada pembeli tentang cara
menggunakan produk yang dikemas (Sacharow dan Griffin, 1980).
Pengujian organoleptik atau biasa disebut evaluasi sensori berperan
penting dalam pengembangan produk dengan meminimalkan resiko dalam
pengambilan keputusan, yaitu melalui identifikasi sifat-sifat sensori yang akan
membantu mendeskripsikan produk. Parameter yang dapat diuji dalam uji
organoleptik meliputi warna, penampakan, rasa, keasaman, dan tekstur. Tingkat
keakuratan pengujian organoleptik akan lebih rendah dibandingkan pengujian lain
melalui metode yang telah ditetapkan atau alat yang sesuai, karena pengujian
organoleptik bersifat subyektif serta dipengaruhi oleh kepekaan penguji, selain itu

dibutuhkan penguji yang ahli dan tidak mengalami cacat sensori ketika pengujian
dilakukan (Setiawan, 2006).
Sukrosa atau gula tebu merupakan disakarida dari glukosa dan fruktosa
yang tidak mengandung atom karbon monomer bebas karena karbon monomer
kedua komponen unit monosakarida pada sukrosa berikatan satu dengan lainnya.
Rasa manis pada sukrosa ini membuat sukrosa menjadi bahan tambahan pemanis
untuk beberapa produk pangan. Salah satu uji sukrosa yang dapat dilakukan
adalah dengan alat refraktometer yaitu alat yang terdiri dari kaca prisma, penutup
kaca prisma, sekrup pemutar skala, grip pegangan, serta lubang teropong. Satuan
skala pembacaan refraktometer adalah oBrix (Purwono, 2002).
Menurut Sudarmadji dkk. (1997), Total Asam Titrasi (TAT) ditentukan
dengan prinsip titrasi asam basa yang merupakan parameter penting dalam
penentuan mutu produk fermentasi yang dihasilkan. Uji TAT berhubungan dengan
pengukuran derajat keasaman dengan alat pH-meter, karena nilai pH menentukan
konsentrasi H+ dalam larutanyaitu jika pH semakin tinggi maka ion H+ semakin
banyak. Apabila nilai pH menurun maka total asam titrasi justru akan meningkat.
Nilai persentase TAT dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
ml NaOH x N NaOH
% TAT=

x 100%
Voluma Sampel (ml)

Pada uji asam titrasi digunakan titrasi alkalimetri dengan menggunakan


larutan NaOH 0,1 N sebagai titran dan phenolphthalein sebagai indikator.
Alkalimetri merupakan suatu teknik analisis untuk mengetahui kadar keasaman
suatu zat dengan menggunakan larutan standar basa; basa yang digunakan
biasanya adalah natrium hidroksida (NaOH). Titrasi alkalimetri adalah suatu
proses titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu asam dengan menggunakan
larutan basa sebagai standar. Reaksi yang terjadi pada prinsipnya adalah reaksi
netralisasi, yaitu pembentukan garam dan H2O netral (pH = 7) hasil reaksi antara
H+ dari suatu asam dan OH - dari suatu basa. Natrium hidroksida paling sering
digunakan karena murah dan kemurniannya tinggi (Sudarmadji dkk., 1997).

Uji pemanis sintetik termasuk uji kuantitatif karena perhitungan kadar


pemanis menggunakan rumus dan didaptkan data berupa angka. Uji pemanis
sintetik berfungsi kualitas kadar gula pada produk yang dikandungnya. Dalam uji
ini dilakukan ekstraksi pelarut dengan prinsip kelarutan adalah like dissolve like.
Prinsip ini memiliki pengertian, yaitu pelarut polar akan melarutkan senyawa
polar, demikian juga sebaliknya pelarut nonpolar akan melarutkan senyawa
nonpolar (Sastrohamidjojo, 2005).
Ekstraksi pelarut dilakukan antara sifat pelarut yang berbeda maka larutan
tersebut tidak saling bercampur yaitu polar dan non-polar. Ekstraksi pelarut
merupakan langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murni itu
dalam laboratorium organik, anorganik, atau biokimia. Dalam ekstraksi pelarut
diperlukan corong pemisah (Day dan Underwood, 1996). Prinsip utama yang
melandasi teknik pemisahan ekstraksi adalah like dissolve like, yakni senyawa
polar akan larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar akan larut didalam
pelarut non polar. Melalui perbedaan kepolaran tersebut maka zat akan dapat
dipisahkan (Khopkar, 1990).
Prinsip dari ekstraksi cair-cair, merupakan pemisahan komponen kimia
diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen
larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang
mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan
sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah
ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan
perbandingan konsentrasi yang tetap (Chang, 2005).
Menurut Lucas dkk. (1984), proses ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Jenis Pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah solute yang
terekstrak dan kecepatan ekstraksi. Dalam dunia farmasi dan produk bahan
obat alam, pelarut etanol, air, dan campuran keduanya lebih sering dipilih
karena dapat diterima oleh konsumen.
2. Temperatur

Secara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat


terlarut ke dalam pelarut. Temperatur pada proses ekstraksi memang terbatas
hingga suhu titik didih pelarut yang digunakan.
3. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula
jumlah senyawa yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin
meningkat. Akan tetapi semakin banyak pelarut, proses ekstraksi juga
semakin lama.
4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin
kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran
partikel semakin kecil.
Kloroform (CHCl3) merupakan suatu cairan tak berwarna dan berbau
manis yang merupakan pematirasa yang kuat dan pernah digunakan sebagai
anastesi umum. Dalam industri, cairan ini digunakan dalam pembuatan
klorofluorokarbon yang merupakan senyawa penting sebagai refrigerant dan gas
dorong untuk semprot aerosol. Kloroform berat jenisnya 1,49 g/cm -3 . Larutan eter
(aether anastheticus) dengan rumus molekul C4H10O merupakan cairan transparan
yang memiliki bau khas dan sangat mudah terbakar. Larutan eter merupakan
cairan yang mudah menguap sehingga harus disimpan dalam wadah yang tertutup
rapat. Eter dapat melarutkan minyak, resin, alkaloid, Br, dan Iod. Larutan eter
memiliki berat jenis 0,713-0,716 g/ml (Ditjen POM, 1879).
Minuman berkarbonasi adalah minuman yang mengandung gas CO2
murni. Minuman ini diproses dengan cara penyerapan CO 2 oleh air atau larutan
didalam sebuah tangki dengan temperatur rendah yang bertujuan untuk
memberikan rasa segar, mengembangkan aroma dan mencegah pertumbuhan
mikroorganisme didalam minuman tersebut. Sedangkan minuman non-karbonasi
adalah minuman selain minuman ringan dengan karbonasi (Cahyadi, 2009).
Menurut BSN (1998), SNI 01-0222-2005 mengenai minuman berkarbonasi
ada pada tabel 1.
Tabel 1. SNI Minuman berkarbonasi (Minuman Squash) (SNI 01-2984-1998)

No.
1.
1.1
1.2
1.3
2.
3.
3.1
3.2
3.3
4.

Jenis Uji
Keadaan
Bau
Rasa
Warna
Gula (dihitung sebagai
sakarosa), (b/b)
Bahan Tambahan Makanan
Pemanis buatan (sakarin,
siklamat)
Pewarna tambahan
Pengawet

Satuan

Persyaratan

Normal
Normal
Normal
6 15

Tidak boleh ada

Sesuai SNI 01-0222-1995


Sesuai SNI 01-0222-1995

Psi

20 70

5.
5.1
5.2
5.3
5.4

Tekanan gas CO2 (pada suhu


ruang 20-30C)
Cemaran logam :
Timbal (Pb)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Timah (Sn)

mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg

Maks. 0,2
Mkas. 2,0
Maks 5.0
Maks. 40,0/250,0*

6.

Arsen (As)

mg/kg

Maks. 0,1

7.
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
7.8

Cemaran mikroba
Angka lempeng total
Bakteri coliform
E. coli
Salmonella
S. Aureus
Vibrio sp.
Kapang
Khamir

kalori/ml
APM/ml
APM/ml
Per 25 ml
Koloni/ml
Koloni/ml
Koloni/ml

Maks. 2,0 x 102


Maks. 20
Negatif 25 ml
Negatif 25 ml
Maks. 50
Maks. 50
(BSN, 1998)

Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari bahan sari
buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan
makanan yang diijinkan (Jelen, 1985). Menurut BSN (19958, sari buah
merupakan minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau
tanpa penambahan gula dan tambahan makanan yang diijinkan. Sari buah
merupakan hasil pengepresan atau ekstraksi buah yang sudah disaring. Pembuatan
sari buah ditujukan untuk meningkatkan ketahanan simpan serta daya guna buah-

buahan. Menurut Ultrajaya Milk Industry (2012), Buavita minuman buah terbuat
dari buah asli yang menyegarkan dan diproses dengan teknologi UHT serta
dikemas secara aseptik sehingga kuatitas dan gizi Buavita tetap terjaga.
Menurut Badan Standarisasi Nasional (1999), SNI minuman sari buah ada
pada tabel 2.
Tabel 2. SNI Minuman Sari Buah (SNI 01-6019-1999)
No. Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
1.
Keadaan:
1.1 Warna
Normal
1.2 Bau
Normal, khas jeruk
1.3 Rasa
Normal, khas jeruk
2.
pH
Maks. 4
3.
Padatan terlarut
b/b,%
Min. 10,0/11,0
4.
Gula (sukrosa)
b/b,%
Maks. 5
5.
Etanol
b/b,%
Maks. 0,3
6.
Minyak atsiri
ml/kg
Maks. 0,4
7.
Asam yang mudah menguap
b/v,%
Trace
(sebagai asam asetat)
8.
Sulfur dioksida (SO2)
mg/kg
Maks. 10
9.
Bahan tambahan makanan:
9.1 Pengawet
Sesuai SNI 01-0222-1995
9.2 Pewarna makanan
Sesuai SNI 01-0222-1995
10.

11.
12.

Cemaran logam
10.1 Timbal (Pb)
10.2 Tembaga
10.3 Seng
10.4 Timah
10.5 Besi
10.6 Jumlah Cu, Zn, dan Fe
Cemaran Arsen
Cemaran mikroba
12.1 Angka Lempeng Total
12.2. Bakteri bentuk Coli
12.3 E. coli
12.4 Kapang
12.5 Khamir

mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg

Mkas. 0,3
Maks. 5,0
Maks. 5,0
Maks. 40,0/250**
Maks. 15,0
Maks. 15,0

mg/kg

Maks. 0,2

Koloni/m
Maks. 2.102
l
Maks. 20
APM/ml
<3
APM/ml
Maks. 50
Koloni/m
Maks. 50
l
Koloni/m
l
(Badan Standarisasi Nasional, 1999)

Menurut Badan Standarisasi Nasional (2014), SNI mengenai padatan


terlarut untuk minuman sari buah ada pada tabel 3.
Tabel 3. Padatan Terlarut dan Keasaman Minuman Sari Buah (SNI 3719-2014)
No Jenis Buah
Padatan terlarut
Keasaman* (%)
(oBrix)
1
Anggur (Vitis vinifera)
Minimal 12,0
Minimal 0,25
2
Apel (Pyrus malus)
Minimal 10,5
Minimal 0,30**
3
Asam (Tamarindus indica)
Minimal 13,0
Minimal 0,3
4
Delima (Punica granatum)
Minimal 12,0
Minimal 0,24
5
Jambu biji merah (Psidium
Minimal 8,5
Minimal 0,2
guajaya var. Pink Guava)
6
Jeruk (Citrus sinensis)
Minimal 11,2
Minimal 0,35
7
Leci (Litchi chinensis)
Minimal 10,0
Minimal 0,15
8
Mangga (Mangifera indica)
Minimal 11,0
Minimal 0,20
9
Markisa (Pasiflora edulis)
Minimal 11,0
Minimal 0,19
10 Melon (Cucumis melo L.)
Minimal 12,0
Minimal 0,15
11 Nanas (Ananas comosus)
Minimal 10,0
Minimal 0,6
12 Sirsak (Annona muricata L.)
Minimal 12,0
Minimal 0,45
13 Strawberi (Fragaria x.
Minimal 7,5
Minimal 0,2
Ananassa)
14 Mengkudu (Morinda citrifolia)
Minimal 16,0
Minimal 0,9
CATATAN
*) nilai keasaman berasal dari sari buah dan dapat ditambahkan asidulan
**) sebagai asam malat
***) sebagai asam tartarat
(Badan Standarisasi Nasional, 2014)
Teh merupakan minuman yang mengandung kafein, sebagai infuso yang
dibuat dengan cara menyeduh daun Teh, pucuk daun, atau tangkai daun. Teh yang
berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok yaitu teh hitam, teh oolong,
teh hijau, dan teh putih (Spillane, 1992). Ocha atau teh hijau merupakan teh yang
tidak mengalami proses fermentasi dan banyak dikonsumsi orang karena nilai
medisnya. Teh hijau kerap digunakan untuk membantu proses pencernaan dan
juga karena kemampuannya dalam membunuh bakteri. Kandungan polifenol yang
tinggi dalam teh hijau dimanfaatkan untuk membunuh bakteri-bakteri perusak dan
juga bakteri yang menyebabkan penyakit di rongga mulut (penyakit periodontal)
Konsumsi teh hijau juga dipercayai memiliki efek untuk menurunkan angka
mortalitas pasien- pasien dengan penyakit pneumonia (Watanabe, 2009).

Menurut Badan Standarisasi Nasional (1992), SNI minuman teh dalam


kemasan ada pada tabel 4.
Tabel 4. SNI Minuman Teh Dalam Kemasan (SNI 01-3143-1992)
No
Kriteria uji
Satuan
persyaratan
1
Keadaan
1.1 Penampakan
Jernih
1.2 Bau dan Rasa
Khas teh
2
Kafeina
Positif
3
Tanin
Positif
4
Gula total sebagai
%, b/b
Min. 6
sakarosa,
5
Bahan Tambahan
Makanan
5.1 Pengawet
Sesuai SNI 0222-M dan
Peraturan MenKes No.
722/Men.Kes/per/IX/88
6. Cemaran Logam
6.1 Timbal (Pb)
mg/kg
Maks. 0,2
6.2 Tembaga (Cu)
mg/kg
Maks. 2,0
6.3 Seng (Zn)
mg/kg
Maks. 5,0
6.4 Timah (Sn)
mg/kg
Maks.40,0
6.5 Raksa (Hg)
mg/kg
Maks.0,03
7. Cemaran Arsen (As)
mg/kg
Maks.0,1
8
Cemaran Mikrobia
8.1 Angka Lempeng Total
Koloni/ml
Maks. 2 x102
APM/100 ml
8.2 Koliform
Koloni/mL
<2,2
7.3 E.coli
APM/mL
Negatif/100mL
7.4 Salmonella sp.
Negatif/100mL
7.5 C.perfringens
Negatif/100mL
(Badan Standarisasi Nasional, 1992)
Zoda adalah minuman soda rasa original yang menyegarkan. Untuk
campuran susu atau aneka kreasi minuman lainnya. Dengan kualitas soda dan
kemasan yang baik dan menarik, sehingga Sangat cocok untuk kebutuhan
hidangan di restoran dan kafe atau pun untuk kreasi minuman di rumah. Zoda
memiliki rasa dan kemasan dalam dua jenis yaitu Zoda Can Rasa Original 250 ml,
Zoda OWB Rasa Original 250 ml, dan Zoda Can Lemonade 330 ml (Rejeki
Jayaco, 2012).

Minuman bubuk atau serbuk bisa diartikan sebagai produk pangan yang
berbentuk butiran-butiran (serbuk/tepung) yang dalam penggunaannya dengan
mudah larut dalam air dingin atau air panas. Pembuatan minuman serbuk atau
bubuk ini berawal dari bahan baku yang berbentuk cair hingga menjadi berbentuk
tepung/serbuk dengan butiran-butiran halus yang kering (Prasta, 2012).
Menurut Prasta (2012), marimas adalah minuman serbuk rasa buah generasi
kedua yang didirikan sejak 19 Oktober 1995 di Semarang, Jawa Tengah . Namun
Minuman ini mengandung Gula, Pemanis Buatan dll. Minuman ini kini hadir 26
rasa buah Indonesia. Informasi nilai gizi yang terdapat pada marimas menyatakan
bahwa tidak terkandung lemak total, kolesterol, vitamin A, vitamin C, kalsium,
dan zat besi. Namun marimas jeruk mengandung natrium sebanyak 65 mg dengan
%AKG sebesar 3%, serta mengandung gula sebesar 7 gram.
Menurut Badan Standarisasi Nasional (1996), SNI minuman serbuk ada
pada tabel 5.
Tabel 5. SNI Minuman Serbuk (SNI 01-4320-1996)
No
Kriteria Uji
Satuan
1
Keadaan
1.1
Bau
1.2
Rasa
1.3
Warna
2
Air
%
3
Abu
%
4
Jumlah Gula
%
5
Bahan Tambahan Pangan
5.1
Pemanis Buatan
5.1. Sakarin
1
5.1. Siklamat
2
6
Cemaran Logam
6.1
Timbal (Pb)
mg/kg
6.2
Tembaga (Cu)
mg/kg
6.3
Seng (Zn)
mg/kg
6.4
Timah (Sn)
mg/kg
7
Cemaran Arsen (As)
mg/kg
8
Cemaran Mikrobia
8.1
Angka Lempeng Total
Koloni/mL
8.2
Koliform
AMP/g

Persyaratan
Khas, Normal
Khas, Normal
Normal
Maks. 3,0
Maks. 1,5
Maks. 85,0
Tidak Boleh Ada
Tidak Boleh Ada
Maks. 0,2
Maks 2,0
Maks 5,0
Maks 40,0
Maks 0,1
Maks. 3x103
<3

(Badan Standarisasi Nasional, 1996)


Mirai Ocha adalah minuman teh asli Jepang pertama di Indonesia dalam
kemasan botol yang dibuat dengan menggunakan daun teh berkualitas. Pembuatan
ocha atau teh jepang tidak melalui proses fermentasi sehingga kandungan
epigallocatechin 3 gallate (EGCG) tidak hilang, EGCG merupakan antioksidan
yang memerangi radikal bebas yang merupakan salah satu penyebab kanker.
Selain itu Mirai Ocha juga mengandung vitamin C, serta bermanfaat membantu
menurunkan berat badan (Maitra, 2013).

III.
METODE PERCOBAAN
A. Alat
1. Gelas beker 100 ml
10. Sendok Kecil
2. Erlenmeyer 250 ml
11. Refraktometer
3. Timbangan elektrik
12. Tissue
4. Buret
13. pH-meter
5. Statif
14. Cawan Porselen
6. Pro pipet
15. Waterbath
7. Pipet Ukur
16. Eksikator
8. Corong
17. Masker
9. Corong Pemisah
B. Bahan
6. NaOH 0,1 N
6. Produk Zoda
7. Indikator PP
7. Produk Mirai Ocha Sakura
8. Kloroform murni
8. Produk Marimas Jeruk Segar
9. Eter murni
9. Produk Buavita SIrsak
10. Aquades
C. Cara Kerja
1. Pengamatan Kemasan
Kemasan produk diamati, kemudian kode produksi, nama produk,
nama perusahaan, tanggal kadaluarsa, dan kondisi kemasan diamati dan
dicatat.
2. Uji Organoleptik
Produk minuman dicicipi dan diamati, kemudian warna dan rasa
dicatat. Setelah itu pH produk minuman diukur dengan pH meter lalu nilai
pH produk dicatat.
3. Uji Kadar Sukrosa
Sampel diambil menggunakan sendok kecil secukupnya dan
diteteskan pada permukaan refraktometer, kemudian nilai kadar sukrosa
diamati melalui lubang teropong. Lalu kadar sukrosa produk minuman
dicatat.
4. Uji % TAT
Larutan kontrol disiapkan berupa larutan produk murni yang
dituang dalam erlenmeyer. Kemudian sampel diambil sebanyak 10 ml
dengan pro pipet dan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
lain, lalu aquades sebanyak 15 ml dan indikator PP semanyak 3 tetes
ditambahkan ke dalam erlenmeyer. Larutan tersebut kemudian dititrasi
dengan NaOH 0,1 N sampai warna menjadi merah muda, kemudian

volume titran yang digunakan dicatat dan %TAT dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
ml NaOH x N NaOH
% TAT=

x 100%

Voluma Sampel (ml)


5. Uji Pemanis Sintetik
Sampel minuman sachet diencerkan ke dalam 50 ml akuades dan
dimasukkan ke dalam corong pemisah. Kemudian larutan diekstraksi
dengan kloroform sebanyak 50 ml dan eter sebanyak 50 ml. Setelah itu
cawan porselen kosong ditimbang terlebih dulu dengan timbangan
elektrik, lalu eter dimasukkan ke dalam cawan porselen dan dipanaskan
dengan waterbath hingga eter teruap. Setelah itu cawan porselen
dimasukkan ke dalam eksikator selama 10 menit, kemudian berat cawan
dan isi ditimbang kembali dan persentase kadar glukosa dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
( Berat Beker + Isi )Berat Beker Kosong
% KG=
berat sampel

X 100%

B. Pembahasan
Minuman ringan merupakan minuman yang tidak mengandung alkohol,
yaitu minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan
makanan maupun bahan tambahan lainnya baik alami atau sintetis yang
dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan terdiri dari
dua jenis yaitu minuman ringan dengan karbonasi dan minuman ringan tanpa
karbonasi (non-karbonasi). Minuman ringan dengan karbonasi adalah minuman
yang dibuat dengan menambahkan karbondioksida dalam air minum sedangkan
minuman ringan tanpa karbonasi adalah minuman selain minuman ringan
dengan karbonasi (Cahyadi, 2009).
Percobaan yang dilakukan meliputi uji pengamatan kemasan, uji
organoleptik, uji total asam titrasi, dan uji pemanis sintetik. Sampel yang
digunakan dalam uji total asam titrasi dan uji organoleptik adalah Buavita
Sirsak, Mirai Ocha Sakura, dan Zoda Lemonade. Pada uji pemanis sintetik
digunakan sampel Marimas Jeruk. Zoda Lemonade merupakan minuman
karbonasi

karena

dalam

pembuatannya

ditambahkan

karbondioksida,

sedangkan Mirai Ocha Sakura, Marimas Jeruk, dan Buavita Sirsak Juice
merupakan minuman non karbonasi karena dalam pembuatannya tidak
ditambahkan karbondioksida dan bahan dasarnya berasal dari susu, buahbuahan, dan teh.
Pada percobaan ini dilakukan beberapa uji, berikut adalah hasil beserta
pembahasan uji yang telah dilakukan:
1. Uji Pengamatan Kemasan
Kemasan produk sebagai pelindung produk, kemasan yang baik
harus bisa memberikan daya tarik bagi konsumen. Pengamatan kemasan
produk merupakan uji kualitatif karena hanya melihat komponen kemasan
produk dari luarnya saja, yang bertujuan untuk membandingkan kemasan
.keempat produk.
Pada percobaan pengamatan kemasan ini dilakukan pada 3 produk
minuman, yaitu Mirai Ocha, Zoda Lemonade, dan Buavita Sirsak.
Parameter yang diamati meliputi kode produksi, nama produk, nama
perusahaan, tanggal kadaluarsa, dan kondisi kemasan. Tujuan pengamatan

ini pada beberapa parameter yang tertera pada produk kemasan bertujuan
untuk memudahkan dalam menentukan produk dengan kemasan paling
baik dalam 3 produk minuman yang diamati.
Berdasarkan hasil uji pengamatan kemasan pada tabel 1 diketahui
bahwa sampel pertama yang diamati memiliki nama produk Mirai Ocha
yang diproduksi oleh PT Suntory Garuda dengan kode produksi BJ2,
memiliki tanggal kadaluarsa pada tanggal 18 Desember 2016, dan kondisi
kemasannya dalam keadaan baik. Sampel kedua memiliki nama produk
Buavita Sirsak diproduksi oleh PT Ultrajayaa Milk Industry and Tranding
Company, Tbk, memiliki kode produksi 8999999038137, memiliki tanggal
kadaluarsa pada tanggal 25 Desember 2016, dan kondisi kemasannya
dalam keadaan baik.
Sampel ketiga memiliki nama produk Zoda Lemonade yang
diproduksi oleh PT Kusnadi Mas Inc., dengan kode produksi ZDL,
memiliki tanggal kadaluarsa pada tanggal 23 November 2016, dan kondisi
kemasannya dalam keadaan baik. Pada sampel produk minuman lainnya
adalah Marimas Jeruk yang diproduksi oleh PT Marimas Putera Kencana
yang tidak tertera kode produksinya, dan memiliki bulan kadaluarsa pada
Agustus 2017.
Menurut Harris dan Fadli (2014), kode produksi merupakan alat
yang dapat menjelaskan tentang proses produksi makanan yang diproduksi
pada kondisi dan waktu yang sama. Kode produksi biasanya dapat disertai
dengan atau berupa tanggal produksi yang meliputi tanggal, bulan, dan
tahun pembuatan.
Tanggal kadaluarsa merupakan bagian yang wajib dicantumkan
pada kemasan produkkarena produk olahan pangan memiliki batas waktu
penggunaan atau konsumsi yang cukup singkat, terutama pada produk
pangan yang memiliki kadar air tinggi seperti produk minuman. Jika
tanggal

kadaluarsa

pada

kemasan

produk

tidak

tersedia

akan

mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk olahan


pangan tersebut. Apabila tanggal kadaluarsa tidak tertera pada kemasan

produk maka produk tersebut tidak boleh diproduksi atau diperdagangkan.


(Harris dan Fadli, 2014).
Nama produk sangat penting untuk dicantumkan, karena
merupakan faktor paling penting dan menjual dalam suatu produk pangan.
Selain itu juga dibutuhkan informasi berat bersih produk karena selain
memperhatian

kualitas

produk,

sebagian

konsumen

juga

mempertimbangkan kuantitas produk pada setiap kemasan makanan. Asalusul produsen maupun distributor produk menjadi salah satu hal yang
banyak ditanyakan oleh calon konsumen. Biasanya untuk produk dalam
negeri, nama dan alamat produsen yang dicantumkan pada label makanan.
Pada produk makanan yang diimport dari luar negeri, perlu dicantumkan
nama atau perusahaan yang menjadi distributor atau importir produk
tersebut (Harris dan Fadli, 2014).
Pencantuman nama perusahaan berfungsi agar dapat memberitahu
konsumen darimana produk tersebut berasal, nama perusahaan yang
terkenal akan membuat konsumen menjadi lebih yakin dan percaya
terhadap

produk

tersebut.

Tanggal

kadaluarsa

bertujuan

untuk

memberitahu batas waktu suatu produk dapat dikonsumsi oleh konsumen


sehingga tidak menyebabkan sakit ataupun keracunan pada konsumen,
sedangkan kode produksi bertujuan memberitahu kejelasan mengenai
produk tersebut diproduksi. Nama produk dan kemasan produk sangat
berpengaruh terhadap ketertarikan konsumen terhadap produk tersebut,
semakin unik nama dan kemasan produk akan semakin diingat oleh
konsumen dan kalangan masyarakat.
Pada produk-produk yang diamati, baik Mirai Ocha, Buavita
Sirsak, dan Zoda Lemonade memiliki kemasan yang baik karena sangat
informatif mengandung informasi nama produk, nama perusahaan, tanggal
kadaluarsa, dan kode produksi. Namun pada produk Marimas tidak tertulis
kode produksi dan tanggal kadaluarsa (hanya bulan kadaluarsa saja)
sehingga memiliki validitas yang kurang baik dari segi kemasannya, yang
akan mempengaruhi kepercayaan konsumen.

2. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik bertujuan untuk menganalisis produk
minuman dengan cara mencicipi produk tersebut berdasarkan aroma dan
rasa. Uji organoleptik merupakan uji kualitatif karena bertujuan untuk
mengetahui aroma dan rasa dari produk tanpa perlu perhitungan/rumus.
Pada pengujian ini produk minuman dicicipi dan diamati, kemudian warna
dan rasa dicatat. Setelah itu pH produk minuman diukur dengan pH meter
lalu nilai pH

produk dicatat. Menurut Setiawan (2006), pengujian

organoleptik harus dilakukan oleh lebih dari satu orang untuk menghindari
adanya kesalahan pengamatan indera dan subjektivitas dari panelis.
Pada uji organoleptik ini dilakukan dengan keempat produk
minuman yaitu Mirai Ocha, Zoda Lemonade, dan Buavita Sirsak, dicicipi
dan diamati. Kemudian warna dan rasa dicatat. Setelah itu pH produk
minuman diukur dengan pH meter lalu nilai pH produk dicatat. Menurut
Marlina dkk. (2012), pengujian secara organoleptik ini merupakan
pengujian menggunakan indera manusia sebagai alat utama pengukuran
daya penerimaan terhadap produk sehingga uji organoleptik merupakan uji
yang sangat penting dalam penerapan mutu.
Berdasarkan hasil uji organoleptik pada tabel 1 diketahui bahwa
warna sampel Mirai Ocha adalah jingga dengan aroma bunga sakura, dan
rasa produk minuman tersebut manis. Pada produk Buavita Sirsak
diketahui bahwa warna sampelnya kuning kecoklatan dengan aroma buah
sirsak dan rasanya manis disertai asam. Pada produk Zoda Lemonade
diketahui tidak berwarna (bening) dengan aroma limun dan rasanya asam
berkarbonasi.
Berdasarkan komposisi pada pengamatan kemasan, produk Mirai
Ocha mengandung air, gula, sirup, teh hijau bubuk (0,096 ml), zat
tambahan aroma sakura, antioksidan asam askorbat, pengatur keasaman,
dan kalsium bikarbonat. Keberadaan gula dalam informasi nilai gizi yang
tertera pada kemasan Mirai Ocha sebesar 38 gram, sehingga dapat
disimpulkan keakuratan hasil uji organoleptik mengenai rasa Mirai Ocha
yang manis yaitu karena komposisi gula dalam produk cukup tinggi dan

tidak ada penambah rasa asam didalamnya; serta aroma yang terasa seperti
bunga sakura, sehingga hasil uji organoleptik yang menyatakan bau Mirai
Ocha seperti bunga sakura adalah benar. .
Berdasarkan SNI minuman teh dalam kemasan (SNI 01-31431992) pada tabel 4, diketahui bahwa bau dan rasanya khas teh.
Berdasarkan SNI minuman berkarbonasi (SNI 01-2984-1998) pada tabel 1,
keadaan bau dan rasanya normal. Berdasarkan SNI minuman sari buah
(SNI 3719-2014) pada tabel 2, diketahui keadaan baud an rasanya normal
khas buah. Berdasarkan SNI minuman serbuk (SNI 01-4329-1996) pada
tabel 5, keadaan bau dan rasanya khas dan normal. Berdasarkan hasil yang
diperoleh pada tabel 6, dapat diketahui bahwa hasil uji organoleptik telah
sesuai dengan keadaan produk berdasarkan SNI yang berlaku.
Pada produk Zoda Lemonade mengandung komposisi air
berkarbonasi, gula, pengatur keasaman (asam sitrat, natrium sitrat), perisa
identic alami lemonade, pengawet kalium sorbet, dan ekstrak jeruk lemon
(0,005%). Komposisi Zoda Lemonade tersebut menjelaskan bahwa rasa
yang dihasilkan dari uji organoleptik sesuai dengan komposisi produk
Zoda, yaitu rasa asam berkarbonasi disebabkan adanya ekstrak jeruk
lemon.
Pada pengujian pH produk minuman menggunakan pH meter
diketahui bahwa pH Mirai Ocha sebesar 5,5 ; Buavita Sirsak sebesar 3,5;
sedangkan produk Zoda Lemonade adalah 2,6. Perbandingan nilai pH dari
pH meter yang diperoleh tersebut dengan %TAT dapat dilihat pada poin
pembahasan bagian %TAT.
3. Uji Kadar Sukrosa
Uji kadar sukrosa bertujuan untuk mengetahui kandungan sukrosa
(gula) dalam produk minuman tersebut. Pada percobaan digunakan
refraktometer. Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
kadae/ konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dll.
Prinsip kerja dari refraktometer adalah memanfaatkan refraksi cahaya
(Mulyono, 1997). Percobaan ini bersifat kuantitatif karena bertujuan untuk
mencari nilai kadar sukrosa dari beberapa sampel minuman yang diuji
menggunakan refraktormeter.

Pengujian kadar sukrosa pada praktikum ini dilakukan pada produk


Mirai Ocha, Buavita Sirsak, dan Zoda Lemonade. Pertama-tama sampel
diambil menggunakan sendok kecil secukupnya dan diteteskan pada
permukaan refraktometer lalu ditutup dengan penutup layar refraktometer.
Kemudian nilai kadar sukrosa diamati melalui lubang teropong. Menurut
Mulyono (1997), produk uji kadar sukrosa biasa menggunakan
refraktometer yang merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi zat terlarut.
Berdasarkan hasil pengujian sukrosa pada tabel 1 diketahui bahwa
pada produk Mirai Ocha mengandung kadar sukrosa sebesar 8 gram.
Berdasarkan SNI minuman teh dalam kemasan (SNI 01-3143-1992) pada
tabel 4, kadar gula total sebagai sakarosa minimal adalah 6. Hal ini
menunjukkan bahwa produk Mirai Ocha yang diamati telah sesuai dengan
SNI teh dalam kemasan yang berlaku. Pada produk Buavita Sirsak
mengandung sukrosa sebesar 11 gram, sedangkan berdasarkan standar SNI
minuman sari buah (SNI 3719-2014) pada tabel 2, diketahui bahwa kadar
gula yang seharusnya terkandung dalam sari buah maksimal 5.
Hal ini menunjukkan bahwa kadar gula (sukrosa) yang terhitung
lebih tinggi dari yang seharusnya, ketidaksesuaian ini bisa disebabkan
karena volume sampel yang diteteskan pada alat refraktometer terlalu
banyak sehingga kadar sukrosa yang teruji semakin tinggi. Selain itu dan
produk Zoda Lemonade mengandung sukrosa dengan kadar 9,6 gram.
Berdasarkan standar SNI minuman berkarbonasi (SNI 01-2984-1998) pada
tabel 1 diketahui bahwa kadar gula yang seharusnya terkandung pada
minuman berkarbonasi adalah 6-15. Hal ini berarti bahwa kadar sukrosa
yang terhitung pada alat refraktometer sesuai atau masih dalam range
kadar sukrosa normal pada minuman berkarbonasi sesuai SNI 01-29841998. Selain itu menurut Winarno (2002), sukrosa memang kerap
ditambahkan oleh perusahaan karena paling ekonomis dan stabil pada
keadaan padat, cair, maupun mengkristal, serta dapat mengawetkan buahbuahan dan sebagai sumber kalori.

4. Uji %TAT
Uji total asam titrasi adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui
kadar asam yang terdapat dalam produk minuman tersebut (Mulyono,
1997). TAT merupakan penduga pengaruh keasaman terhadap rasa dan
aroma yang lebih baik dibandingkan dengan pH (Sadler dan Murphy 1998).
Nilai TAT meliputi pengukuran total asam yang terdisosiasi dan tidak
terdisosiasi, sedangkan pH hanya mengukur total asam dalam kondisi
terdisosiasi (Harris 2000). Uji penghitungan persen asam total titrasi ini
bersifat kuantitatif karena ditujukan untuk mencari angka asam titrasi
dalam sampel melalui metode titrasi alkalimetri.
Uji ini dilakukan dengan penuangan larutan NaOH 0,1 N ke dalam
buret, yang kemudian digunakan untuk titrasi. Fungsi larutan NaOH 0,1 N
ini adalah sebagai penitran basa yaitu sebagai titran untuk meningkatkan
nilai pH pada larutan. Penentuan total asam dilakukan dengan titrasi
alkalimeter menggunakan indikator PP yang digunakan sebagai penanda
titik akhir dari titrasi yang ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah
muda.
Uji ini mula-mula karutan kontrol disiapkan berupa larutan
produk murni yang dituang dalam erlenmeyer, tujuan pembuatan larutan
kontrol ini adalah untuk membandingkan larutan yang telah berubah
warna akibat titrasi dengan warna larutan sebelumnya. Kemudian sampel
diambil sebanyak 10 ml dengan pro pipet dan pipet ukur dan dimasukkan
ke dalam erlenmeyer lain, lalu aquades sebanyak 15 ml dan indikator PP
semanyak 3 tetes ditambahkan ke dalam erlenmeyer. Fungsi penambahan
aquades adalah sebagai pelarut sedangkan indikator PP berfungsi untuk
memberi indikasi titik akhir titrasi dengan adanya perubahan warna.
Titrasi yang dilakukan disebut titrasi alkalimetri, karena NaOH
0,1 Nmerupakan suatu basa kuat. Jika basa kuat direaksikan dengan asam
pada larutan sampel secara sempurna akan membentuk air dan garam.
Penambahan aquadest pada sampel yaitu sebagai pengencer. Fungsi
perlakuan penggojogan yaitu agar larutan menjadi homogen m. Larutan
tersebut kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna menjadi

merah muda, kemudian volume titran yang digunakan dicatat dan %TAT
dihitung.
Pada uji ini, sampel dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi
perubahan warna menjadi pink. Fungsi larutan NaOH adalah sebagai
penitran basa. Penentuan total asam dilakukan dengan titrasi asam basa
dengan

indikator

PP.

Indikator

PP

yang

digunakan

sebagai

indikator/penanda titik akhir titrasi yang ditunkukkan dengan terbentuknya


warna pink.
Titrasi ini disebut juga titrasi alkalimetri, karena NaOH
merupakan suatu basa kuat. Jika basa kuat direaksikan dengan asam pada
larutan sampel secara sempurna akan membentuk air dan garam.
Penambahan aquadest pada sampel yaitu sebagai pengencer. Fungsi
perlakuan penggojogan yaitu agar larutan menjadi homogen.
Pada pengujian pH produk minuman menggunakan pH meter
diketahui bahwa pH Mirai Ocha sebesar 5,5 ; Buavita Sirsak sebesar 3,5;
sedangkan produk Zoda Lemonade adalah 2,6. Berdasarkan hasil
penghitungan %TAT pada tabel 6, diketahui bahwa nilai %TAT Mirai
Ocha adalah 0,2, sedangkan pada Buavita sirsak adalah 3,1; dan pada
produk Zoda Lemonade memiliki nilai %TAT sebesar 3,7. Berdasarkan
hasil tersebut dapat diketahui bahwa produk yang memiliki pH dari rendah
ke tinggi adalah Zoda Lemonade, Buavita Sirsak, dan Mirai Ocha;
sedangkan pada produk dengan %TAT dari rendah ke tinggi adalah Mirai
Ocha, Buavita Sirsak, dan Zoda Lemonade.
Menurut Sudarmadji dkk. (1997), total Asam Titrasi (TAT)
ditentukan dengan prinsip titrasi asam basa yang merupakan parameter
penting dalam penentuan mutu produk fermentasi yang dihasilkan. Uji
TAT berhubungan dengan pengukuran derajat keasaman dengan alat pHmeter, karena nilai pH menentukan konsentrasi H + dalam larutan yaitu jika
pH semakin tinggi maka ion H + semakin banyak. Apabila nilai pH
menurun maka total asam titrasi justru akan meningkat.
Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui

bahwa

hasil

pengamatan sesuai dengan teori Sudarmadji dkk. (1997) bahwa semakin

tinggi pH justru nilai %TAT nya akan semakin rendah karena nilai pH
sangat berpengaruh pada konsentrasi ion H+.
5. Uji Pemanis Sintetik
Uji pemanis sintetik bersifat kuantitatif, yang bertujuan untuk
mengetahui kualitas produk minuman tersebut berdasarkan kadar gula yang
dikandungnya. Semakin tinggi nilai kadar gulanya, maka semakin banyak
pemanis sintetik yang ditambahkan pada produk minuman tersebut dan
menyebabkan produk minuma tersebut kurang baik bagi kesehatan.
Pada uji ini juga dilakukan ekstraksi berulang sebanyak 3x
dengan jumlah pelarut yang sedikit. Hal tersebut bertujuan untuk
mendapatkan hasil yang baik/ valid karena ekstraksi yang berulang dengan
jumlah pelarut yang sedikit lebih baik hasilnya dibandingkan ekstraksi
sekali dengan jumlah pelarut yang banyak. Uji menggunakan sampel mirai
ocha dan big cola.
Uji ini dilakukan

dengan

memasukkan

sampel

pada

amilumminuman sachet diencerkan ke dalam 50 ml akuades di dalam


gelas beker dan dimasukkan ke dalam corong pemisah. Penambahan
akuades sebanyak 50 ml ini ditujukkan untuk melarutkan sampel agar
pengamatan lebih mudah dilakukan.
Kemudian cawan porselen yang kosong ditimbang menggunakan
timbangan elektrik untuk mengetahui berat kosong (awal) cawan
porselennya. Setelah itu larutan diekstraksi dengan 50 ml kloroform,
larutan kloroform berfungsi untuk mengikat pemanis buatan, serta
menurut (Setiawan, 2000) larutan kloroform dan eter berfungsi untuk
melarutkan senyawa yang bersifat non polar, seperti zat pemanis yang
terdapat pada minuman sehingga yang terekstrak adalah minuman murni.
Kemudian campuran larutan digojog, tujuan penggojogan pada
proses ekstraksi dengan larutan kloroform ini supaya larutan menjadi
homogen yaitu pemanis buatan yang terkandung pada produk Marimas
Jeruk terikat oleh kloroform. Menurut Sudarmadji dkk. (1997), kloroform
(CHCl3) merupakan suatu cairan tak berwarna dan berbau manis yang
berat jenisnya 1,49 g/cm-3. Hal ini menyebabkan hasil penggojogan

terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan kloroform berada di bawah lapisan


sampel.
Selama penggojogan, udara dalam corong pemisah harus
dikeluarkan secara kontinyu dengan kran supaya tekanan yang di dalam
corong pemisah tidak terlalu tinggi sehingga cairan tidak tumpah dari
corong. Setelah itu larutan kloroform dikeluarkan dari kran corong
pemisah dan dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah ditimbang
sebelumnya, kemudian ke dalam corong pemisah yang masih berisi larutan
sampel, ditambah dengan larutan eter sebanyak 50 ml kemudian digojog.
Menurut Sudarmadji dkk. (1997), berat jenis eter adalah 0,713-0,716 g/
ml. Hal ini menyebabkan larutan eter berada diatas lapisan sampel karena
berat jenis eter lebih kecil dari berat jenis air sebagai pelarut yaitu 1 g/ml.
Larutan sampel kemudian dikeluarkan lewat kran corong pemisah
dan dimasukkan ke dalam gelas beker, diikuti dengan larutan eter
dikeluarkan dan dituang ke dalam cawan porselen yang telah berisi
kloroform sebelumnya. Campuran kloroform dan eter tersebut kemudian
dipanaskan menggunakan waterbath untuk menguapkan larutan eter yang
diindikasikan dengan terbentuknya bercak cair atau serabut. Setelah di
waterbath, cawan porselen dimasukkan ke dalam eksikator selama 10
menit, tujuannya adalah agar uap hasil pemanasan larutan dapat terserap
oleh silica gel yang ada pada eksikator.
Selanjutnya cawan porselen yang telah berisi eter dan kloroform
yang telah diuapkan tersebut ditimbang kembali lalu data berat cawan
porselen sebelum dan sesudah pengamatan dihitung untuk memperoleh
%KG.
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang
dituju dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut
yang tidak saling campur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase
yang lain adalah pelarut organik. Senyawa-senyawa yang bersifat polar
akan ditemukan di dalam fase air, sementara senyawa-senyawa yang
bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut organik. Analit yang
terekstraksi ke dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali

dengan cara penguapan pelarut, sementara analit yang masuk ke dalam fase
air seringkali diinjeksikan secara langsung ke dalam kolom Disamping itu,
ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam
sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau
menyulitkan untuk deteksi atau kuantifikasinya.
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa hasil penghitungan kadar
pemanis sintetik produk Marimas Jeruk adalah sebesar 5,6875% sedangkan
kadar sukrosa yang tertulis pada kemasan adalah sebesar 1,94%. Hasil
perhitungan yang dilakukan menunjukkan kadar pemanis sintetik lebih
tinggi dari kadar pemanis sintetik yang terhitung berdasarkan data dari
kemasannya, hal ini menandakan terdapat kesalahan selama proses
pengujian. Menurut Purwono (2002), kesalahan ini bisa berupa
penambahan kloroform atau eter yang terlalu banyak yang menyebabkan
zat pengikat pemanis sintetik juga semakin tinggi, akibatnya kloroform dan
eter yang telah dibuang dari corong dan yang telah di waterbath juga
mengandung kadar pemanis sintetik yang terlalu tinggi.
Berdasarkan SNI Minuman Serbuk (SNI 01-4320-1996) pada tabel
5, diketahui bahwa kadar pemanis buatan seharusnya tidak boleh ada pada
minuman serbuk, baik kandungan aspartam maupun siklamat, padahal pada
kemasan Marimas tertulis terdapat kandungan aspartam dan siklamat
didalamnya. Hal ini tidak sesuai dengan SNI, yang dapat dikarenakan
penambahan pemanis buatan yang seharusnya dilarang oleh pihak pabrik
Marimas. Penambahan pemanis buatan sering dilakukan oleh beberapa
perusahaan, karena menurut Winarno (2002) pemanis buatan sering
ditambahkan ke dalam pangan dan minuman sebagai pengganti gula karena
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pemanis alami yaitu lebih
manis, membantu mempertajam penerimaan rasa manis, tidak mengandung
kalori atau kalori jauh lebih rendah sehingga cocok untuk penderita
penyakit gula.
Aspartam memiliki rumus kimia C14H18N2O5 dan memiliki tingkat
kemanisan 220 kali lebih tinggi daripada sukrosa, sedangkan siklamat yang
memiliki rumus kimia C6H13O3S memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi

daripada sukrosa. Aspartam berbahaya bagi penderita fenilketonuria karena


dapat menyebabkan resiko penurunan fungsi otak, dapat menimbulkan
gangguan tidur dan migrain bagi yang sensitif. Siklamat dapat
menyebabkan tumor kandung kemih, paru, hati dan limpa (Silalahi, 2011).
Selain itu kesalahan lain juga dapat disebabkan kesalahan saat
membuka kran untuk mengeluarkan kloroform dari corong pemisah,
larutan sampel terikut keluar ke dalam cawan porselen bersama dengan
kloroform. Akibatnya, di dalam cawan langsung mengandung kadar
pemanis yang sangat tinggi.
Berdasarkan keseluruhan percobaan dan pengamatan yang telah
dilakukan, apabila seluruh produk diurutkan dari yang paling baik berdasarkan
nilai gizi yang terkandung dalam produk tersebut, yaitu dari minuman Buavita
Sirsak, Mirai Teh Ocha, Zoda Lemonade, dan Marimas Jeruk. Hal ini
dikarenakan produk Buavita Sirsak mengandung vitamin A sebanyak 15%,
vitamin C sebanyak 45%, vitamin B1 sebanyak 15%, vitamin B2 sebanyak
15%, vitamin B3 sebanyak 25%, dan vitamin B6 sebanyak 10%, serta
mengandung 30 gram karbohidrat dan hanya mengandung sedikit gula yaitu 60
miligram, tanpa adanya lemak total. Sedangkan pada Mirai Ocha hanya
mengandung karbohidrat sebanyak 38 gram, gula 38 gram, dengan energi total
per sajian adalah 38 gram. Pada produk Zoda Lemonade diketahui
mengandung 42 gram karbohidrat total, gula sebanyak 33 gram, dan energi
total tiap sajiannya 130 kkal. Pada produk Marimas Jeruk total karbohidrat
yang terkandung hanya 8 gram dengan total gula 7 gram, serta mengandung
pemanis buatan aspartame 26,4 mg/saji dan siklamat sebanyak 128,8 mg/saji
Minuman Buavita Sirsak lebih baik dibanding minuman Mirai Ocha
karena pada Mirai Ocha tidak ditambahkan senyawa-senyawa vitamin yang
diperlukan tubuh, melainkan hanya berguna untuk menambah kalori dan
karbohidrat dalam tubuh. Buavita mengandung sedikit gula yaitu 60 miligram
sedangkan Mirai Ocha mengandung 32 gram gula, kandungan gula yang tinggi
tersebut banyak dihindari oleh konsumen karena dapat meningkatkan resiko
diabetes.

Selain itu menurut (Fauzan, 2014), pada produk Mirai Ocha yang
merupakan teh hijau memiliki efek samping pada tubuh, karena akan
menyebabkan naiknya asam lambung akibat kandungan tannin pada teh hijau.
Selain itu teh hijau juga menghambat laju hormonal dalam tubuh dan
mengganggu penyerapan zat besi akibat tannin yang menaikkan asam lambung.
Sedangkan menurut Widowati dkk. (2013), sari buah sirsak memiliki manfaat
yang baik bagi tubuh karena mengandung vitamin A yang tinggi untuk
kesehatan mata serta vitamin C untuk daya tahan tubuh. Selain itu buah sirsak
dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) serta meningkatkan kadar
kolesterol baik (HDL) karena sirsak mengandung zat niacin yang membantu
meningkatkan kadar kolesterol HDL serta mencegah penumpukan kolesterol
LDL pada dinding pembuluh darah.
Produk Mirai Ocha lebih baik daripada produk Zoda Lemonade,
meskipun total karbohidrat yang terkandung pada Zoda Lemonade lebih
banyak yaitu 42 gram sedangkan pada Mirai Ocha hanya mengandung 38 gram
total karbohidrat. Menurut Buxton (2012), total energi berfungsi menggantikan
energi yang hilang untuk aktivitas sehingga dapat meningkatkan kemampuan
aktivitas tubuh serta mencegah kelelahan, meningkatkan performa fisik,
psikologi, dan kinerja kognitif. Teori tersebut menunjukkan bahwa total energi
penting bagi kinerja tubuh, sehingga Mirai Ocha lebih baik daripada produk
Zoda Lemonade karena kemampuan untuk menggantikan energi tubuh yang
hilang lebih tinggi.
Perbandingan kedua produk ini juga berdasarkan jenis produknya, Zoda
Lemonade

merupakan

minuman

berkarbonasi

yang

memerlukan

karbondioksida pada proses pembuatannya. Menurut Eviliananingtyas (2014),


minuman berkarbonasi dapat menyebabkan perut buncit, merusak ginjal,
kandungan karbonasi dalam minuman dapat membuat gigi menjadi rusak,
selain itu pada minuman berkarbonasi sama sekali tidak mengandung vitamin
melainkan hanya mengandung kafein serta penambah rasa buah. Kandungan
karbondioksida yang tidak terdapat pada teh Mirai Ocha menyebabkan Mirai
Ocha lebih aman dikonsumsi oleh konsumen selama tidak berlebihan dan
sesuai dengan aturan konsumsi pada kemasan.

Produk Zoda Lemonade lebih baik daripada produk Marimas Jeruk, hal
ini dikarenakan total karbohidrat yang terkandung dalam Marimas sangat
sedikit yaitu 8 gram serta mengandung pemanis buatan yaitu aspartam dan
siklamat. Menurut Silalahi (2011), aspartam berbahaya bagi penderita
fenilketonuria karena dapat menyebabkan resiko penurunan fungsi otak, dapat
menimbulkan gangguan tidur dan migrain bagi yang sensitif. Siklamat dapat
menyebabkan tumor kandung kemih, paru, hati dan limpa.
Teori tersebut menunjukkan bahwa konsumsi produk Marimas lebih
terbatas bagi beberapa konsumen seperti penderita fenilketonuria dan pada
sebagian orang yang memiliki riwayat penyakit tumor. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa produk Zoda Lemonade lebih baik meskipun memiliki
kandungan karbondioksida, tetapi total karbohidrat yang diberikan juga lebih
besar sehingga lebih bisa memberikan energi pengganti pada tubuh konsumen
setelah beraktivitas.
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut secara keseluruhan dapat
diketahui bahwa produk Buavita Sirsak lebih baik dibanding produk lainnya
karena Buavita mengandung sari buah asli dan menurut Unilever Indonesia
(2013), karena buavita siap minum memberikan kesegaran buah asli tanpa
adanya bahan pengawet. Selain itu karena pembuatanya melalui proses UHT
menyebabkan Buavita Sirsak aman dikonsumsi karena bebas bakteri dan
pengawet, masa penyimpanannya lebih lama tanpa perlu bahan pengawet,
praktis dan mudah dikonsumsi, serta nutrisi tidak hilang selama proses
pemanasan.
Berdasarkan informasi nilai gizi pada produk kemasan dapat diketahui
bahwa Buavita Sirsak mengandung vitamin C dengan kadar tertinggi yaitu
45%, dan kandungan vitamin B3 sebesar 25%, selain itu Buavita juga
mengandung serat pangan yang tinggi yaitu 23%. Menurut Padayatty (2003). ,
vitamin C merupakan vitamin yang disintesis dari glukosa dalam hati dari
semua jenis mamalia kecuali manusia karena manusia tidak memiliki enzim
gulonolaktone oksidase yang penting untuk sintesis prekusor vitamin C yaitu 2
keto 1 gulonolakton, sehingga manusia membutuhkan vitamin C setiap harinya
untuk menjaga sistem kekebalan tubuhnya.

Vitamin C merupakan suatu donor elektron dan agen pereduksi. Disebut


anti oksidan, karena dengan mendonorkan elektronnya, vitamin ini mencegah
senyawa-senyawa lain agar tidak teroksidasi. Walaupun demikian, vitamin C
sendiri akan teroksidasi dalam proses antioksidan tersebut, sehingga
menghasilkan asam dehidroaskorbat (Padayatty, 2003).
Vitamin B3 merupakan vitamin B niasin yang penting bagi tubuh
manusia. Vitamin B kompleks ini merupakan kofaktor dalam berbagai reaksi
enzimatik yang terdapat dalam tubuh manusia. Kelarutannya menyebabkan
vitan B akan diekskresikan ke dalam urindan dengan demikian jarang
tertimbun dalam konsentrasi yang toksik. Vitamin B3 berperan dalam
metabolisme karbohidrat menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan
protein. Apabila kandungan vitamin B3 dalam tubuh tidak tercukupi
menyebabkan tubuh mengalami kekejangan, kram otot, gangguan pencernaan,
dan mual (Sediaoetama, 1989).
Serat pangan dari buah-buahan atau sayuran disebut dietary fiber
memberikan banyak keuntungan untuk kesehatan tubuh yaitu menjaga
kesehatan saluran pencernaan, membantu diet karena penyerapan tubuh
terhadap serat lama, serta mencegah berbagai penyakit (Sediaoetama, 1989)
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan
1.

sebagai berikut:
Pada uji pengamatan kemasan sampel pertama memiliki nama produk Mirai Ocha
yang diproduksi oleh PT Suntory Garuda dengan kode produksi BJ2 dengan
tanggal kadaluarsa pada tanggal 18 Desember 2016, lalu pada sampel kedua
memiliki nama produk Buavita Sirsak diproduksi oleh PT Ultrajayaa Milk
Industry and Tranding Company, Tbk dengan kode produksi 8999999038137
dan memiliki tanggal kadaluarsa 25 Desember 2016, lalu pada sampel ketiga
memiliki nama produk Zoda Lemonade yang diproduksi oleh PT Kusnadi Mas
Inc., dengan kode produksi ZDL dan tanggal kadaluarsanya adalah 23
November 2016, sedangkan pada Marimas Jeruk diproduksi oleh PT Marimas
Putera Kencana yang tidak tertera kode produksinya, dan memiliki bulan
kadaluarsa pada Agustus 2017.

2.

Pada uji organoleptik sampel Mirai Ocha adalah jingga dengan aroma bunga
sakura, dan rasa produk minuman tersebut manis. Pada produk Buavita Sirsak
diketahui bahwa warna sampelnya kuning kecoklatan dengan aroma buah
sirsak dan rasanya manis disertai asam. Pada produk Zoda Lemonade diketahui

3.

tidak berwarna (bening) dengan aroma limun dan rasanya asam berkarbonasi.
Berdasarkan hasil pengujian sukrosa pada Mirai Ocha mengandung kadar sukrosa
sebesar 8 gram, Buavita Sirsak mengandung sukrosa sebesar 11 gram,
sedangkan produk Zoda Lemonade mengandung sukrosa dengan kadar 9,6

4.

gram.
Pada uji %TAT diketahui bahwa nilai %TAT Mirai Ocha adalah 0,2, sedangkan
pada Buavita sirsak adalah 3,1; dan pada produk Zoda Lemonade memiliki
nilai %TAT sebesar 3,7; sedangkan pH produk berdasarkan pengukuran dengan
pH meter diketahui pH Mirai Ocha sebesar 5,5; Buavita Sirsak sebesar 3,5;
sedangkan produk Zoda Lemonade adalah 2,6; sehingga disimpulkan semakin

5.

tinggi %TAT maka pH suatu produk semakin asam.


Hasil penghitungan kadar pemanis sintetik produk Marimas Jeruk adalah sebesar
5,6875% sedangkan kadar pemanis sintetik yang tertulis pada kemasan adalah
sebesar 1,94%.

LAMPIRAN
A. Perhitungan
1. Total Asam Titrasi (TAT)
Mirai Ocha
%TAT

=
=

Volume NaOHx N NaOH


x 100%
Volume Sampel
0,2 x 0,1
x 100%
10

= 0,2 %
Buavita Sirsak
%TAT

Volume NaOHx N NaOH


x 100%
Volume Sampel

3,1 x 0,1
x 100%
10

=3,1%
Zoda Lemonade
%TAT

Volume NaOHx N NaOH


x 100%
Volume Sampel

3,7 x 0,1
x 100%
10

= 3,7%
2. Kadar Gula
Marimas Jeruk Berdasar Perhitungan
% Kadar Gula =
=

( Berat beker + gula )Berat beker kosong


x 100%
Volume Sampel
61,06360 , 608
x 100%
8 gram

= 5,6875 %
Marimas Jeruk Berdasar Kemasan
128,8 mg + 26,4 mg = 155,2 mg 0,15529 gram : 8 x 100% = 1,94%

B. Gambar

Gambar 1. Produk Marimas Sebagai Sampel Minuman Serbuk (Dokumentasi


Pribadi, 2016)

Gambar 2. Produk mirai Ocha sebagai Minuma Teh Dalam Kemasan


(Dokumentasi Pribadi, 2016)

Gambar 3. Produk Zoda Lemonade Sebagai Sampel Minuman Berkarbonasi


(Dokumentasi Pribadi, 2016)

Gambar 4. Produk Buavita Sirsak Sebagai Sampel Minuman Sari Buah


(Dokumentasi Pribadi, 2016)

Gambar 5. Proses Ekstraksi Uji Pemanis Sintetik Pada Marimas Jeruk


(Dokumentasi Pribadi, 2016)

Gambar 6. Hasil Titrasi Uji Asam Total Titrasi Pada Buavita Sirsak (Dokumentasi
Pribadi, 2016)

Gambar 7. Hasil Titrasi Uji Pemanis Sintetik Pada Marimas Mirai Ocha
(Dokumentasi Pribadi, 2016)

Gambar 5. Hasil Titrasi Uji Angka Asam Total Titrasi Pada Zoda Lemonade
(Dokumentasi Pribadi, 2016)

DAFTAR PUSTAKA
Astawan, J. 2007. Pengawasan Minuman Pasteurisasi di Pedesaan Aergale
Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan. Skripsi, Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas Hasanudin, Makassar.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-3143-1992 (SNI Minuman Teh dalam
Kemasan). www.sisni.bsn.go.id. 4 April 2016.
Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-2984-1998 (SNI Minuman
Berkarbonasi). www.sisni.bsn.go.id. 4 April 2016.
Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI 01-4320-1996 (SNI Minuman Serbuk).
www.sisni.bsn.go.id. 4 April 2016.
Badan Standarisasi Nasional. 2014. SNI 3719-2014 (SNI Minuman Sari Buah).
www.sisni.bsn.go.id. 4 April 2016.
Badan Standarisasi Nasional. 2014. SNI 3719-2014 (Padatan Terlarut dan
Keasaman Minuman Sari Buah). www.sisni.bsn.go.id. 1 April 2016.
Buxton, P. K. 2005. ABC of Dermatology. BMJ Publishing Group, London.
Cahyadi, W. 2009. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi
Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti Jilid I. Erlangga, Jakarta.
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Depkes RI, Jakarta.
Evaliananingtyas, E. 2014. Pengaruh minuman Berkarbonasi Terhadap Kadar
Ureum
Darah
Mencit
(Mus
musculus).
http://eprints.ums.ac.id/29567/12/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. 3 April
2016.
Fauzan, F. 2014. Potensi Teh Hijau (Camelia sinensis L.) dalam Berbagai
Minuman Kemasan. Buletin Anatomi dan Fisiologi 20(2):15-23.
Harris, H. dan Fadli, M. 2014. Penentuan Umur SImpan Pundang Seluarng
(Rasbora sp.) yang Dikemas Menggunakan Kemasan Vakum. Jurnal
Saintek Perikanan 9(2):53-62.
Jelen, P. 1985. Introduction to Food Processing. Reston Publishing Company.
Virginia.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta.

Maitra,

B. 2013. Produk Mirai


page_id=5147. 1 April 2016.

Ocha.

http://www.garudafood.com/?

Marlina, E. T., Balia, R. L., dan Hidayati, Y. A. 2012. Uji Organoleptik Daging
Ayam yang Diberi Ransum Mengandung Lumpur Susu Terfermentasi oleh
Aspergillus niger. Jurnal Ilmu Ternak 12(1):20-23.
Padayatty, S. J. Vitamin C as an antioxidant : Evaluation of its Role in Disease
Prevention. Lippincott Williams and Wilkins, New York.
Prasta, D. 2012. Pengendalian Mutu Kemasan Minuman Serbuk Rasa Jeruk di PT
Marimas Putera Kencana. etd.repository.ugm.ac.id/.../D3-2015-327893abstract. 1April 2016.
Purwono. 2002. Penggunaan Ukuran Brix untuk Menduga Rendemen Nyata
Pabrik Gula Putih Mataram. Jurnal Gizi dan Pangan 10(2):28-36.
Rejeki

Jayaco.
2012.
Produk
Zoda.
http://rejekijayaco.indonetwork.co.id/product/minuman-zoda-5349923. 1 April 2016.

Sastrohamidjojo, H. 2005. Dasar-dasar Spektroskopi. Liberty, Yogyakarta.


Sediaoetama, A. D. 1989. Ilmu Gizi. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Setiawan, B. 2006. Pengujian Organoleptik dalam Industri Pangan.
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/PengujianOrganoleptik-dalam-Industri-Pangan.pdf . 1 April 2016.
Spillane, J.1992. Komoditi Teh Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia.
Kanisius. Yogyakarta.
Sudarmadji, S., Bambang H., dan Suhardi, 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Penerbit Angkasa. Bandung.
Suharto,
T.
2008.
Minuman
Berkarbonasi.
http://titosuharto.wordpress.com/2008/02/25/minuman-berkarbonasi/.
1
April 2016.
Syarief, R. S., Santausa, dan Isyana, S. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Pusat Universitas Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Ultrajaya
Milk
Industry.
2012.
Annual
Report
http://www.ultrajaya.co.id/uploads/AR2012.pdf. 1 April 2016.

2012.

Unilever
Indonesia.
2013.
Laporan
Tahunan
2013.
https://www.unilever.co.id/id/Images/laporan-tahunan-2013_tcm1310459601_id.pdf. 3 April 2016.

Widowati, E., Anam, C., dan Farikha, N. I. 2013. Pengaruh jenis dan Konsentrasi
Bahan Penstabil Alami Terhadap Karakteristik Fisikokimia Sari Buah
Sirsak Selama Penyimpanan. Jurnal Teknosains Pangan 2(1):30-38.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai