Anda di halaman 1dari 17

Disusun Oleh :

Mochamad Nur Hadi


B06214013

Tafsir Tematik Komunikasi


(QS.21:107, QS.61:2-3,
QS.33:21)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Universitas Islam Negeri Sunan


Ampel
Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi
Jurusan Ilmu Komunikasi
Surabaya
2015
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul
1 | Ta f s i r Te m a t i k K o m u n i k a s i

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.ag
Dra. Ati Nursyafa'ah M.kom

sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

"Tafsir Tematik Komunikasi (QS.21:107, QS.61:23, QS.33:21)".Atas dukungan moral dan materi yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkanbanyak terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.ag selaku dosen,
yang memberikan bimbingan menenai studi
Tafsir Tematik Komunikasi.
2. Dra. Ati Nursyafa'ah M.kom selaku dosen
Pembimbing kami, yang memberikan dorongan,
masukan kepada penulis.

Surabaya, 5 september 2015

Mochamad Nur Hadi


B06214013

DAFTAR ISI
Halaman
Judul
. 1
2 | Ta f s i r Te m a t i k K o m u n i k a s i

Kesejukan ridhonya untuk senantiasa mencari


dan menggali ilmu yang masih banyak terkandung
dengan segala nestapa nya, yang mampu mendorong
saya untuk terus bekerja sesuai amanah, dan bisa
menyusun resume makalah yang menjadi suatu
kewajiban bagi saya, untuk mendapat nilai dan
pengetahuan yang sangat berarti tak kan pernah saya
lupakan .
Pembuatan makalah ilmiah ini sangat berarti
untuk saya, karena memberikan pengetahuan yang
lebih tentang karya ilmiah dan tentunya sangat
bermanfaat di suatu hari kelak untuk mendapatkan
yang lebih baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari dosen pembimbing rekan-rekan

BAB II

PEMBAHASAN

Kata

A. Tafsir QS. Al Anbiya : 107..


......6
B. Tafsir QS. As-Shaf : 2-3...

Pengantar
..2
Daftar

......8
C. Tafsir QS. Al-Azhab :

BAB III

21..

Isi

......12

...3

PENUTUP

BAB I

A. Kesimpulan
..
B. Saran
....
Daftar Pustaka...
.....

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
4
B. Rumusan
Masalah
.4
C. Tujuan
Masalah
.5

3 | Ta f s i r Te m a t i k K o m u n i k a s i

yang diangkat oleh penulis. Penulis akan mengulas


beberapa ayat yang berhubung dengan dakwah
sebagai penyejuk bagi semua etnis dan agama. Dan
perlunya ketauladanan oleh komunikator serta
perintah mengenai kesatuan kata dan tindakan.
Disisi yang lain, sebagian besar manusia
beranggapan bahwa agama menjadikan hidup mereka
sulit dan merekadibebani dengan kewajiban-kewajiban
yang berat. Sesungguhnya ini merupakan anggapan
yang sesat yang dibisikkan oleh setan kepada
manusia agar mereka tersesat. Sebagaimana telah
disebutkan terdahulu, agama itu mudah. Allah
menyatakan bahwa dia akan memberikan kemudahan
kepada
orang-orang
beriman
setelah
mereka
menghadapi kesulitan. Di samping itu, ajaran agama
seperti bertawakal kepada Allah dan meykini takdir
juga dapat menghilangkan semua beban, kesulitan,
dan penyebab penderitaan dan duka cita. Bagi
seseorang yang hidup dengan agama Allah, tidak ada
penderitaan dan duka cita, atau putus asa. Hidup
menjadi mudah dengan menjalankan agama Allah. 2

B. Rumusan Masalah
Mengenai pembahasan lebih dalam tentang
perintah dakwah penyejuk bagi semua etnis dan
agama serta perintah kesatuan kata dan tindakan dan
keteladanan oleh komunikator dakwah, maka akan
disusun rumusan masalah seperti berikut :
2 Beberapa rahasia al qur'an
4 | Ta f s i r Te m a t i k K o m u n i k a s i

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ada banyak ayat atau hadis yang menegaskan
tentang perlunya dakwah dilakukan dengan bijaksana
(hikmah). Dakwah yang dilakukan dengan kekerasan,
paksaan, tipu muslihat, tidak pernah terbukti menjadi
cara yang baik. Dakwah semacam itu, kalau pun
berhasil menggaet massa, tidak akan berumur
panjang. Sebab penerimaannya tidak benar-benar
bersumber dari hati.
Karena itulah, dibutuhkan pemahaman dan
pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan
dengan dakwah, manajemen dakwah, bahasa yang
digunakan, kondisi sosial, serta psikologi masyarakat
yang akan dituju, dan sebagainya.
Ada banyak definisi tentang bagaimana cara
berdakwah. Menurut Thoha Yahya, dakwah adalah
mengajak manusia dengan cara yang bijaksana ke
jalan yang sesuai dengan perintah Allah, demi
kemaslahatan dan kebahagiaan manusia di dunia
maupun di akhirat.1
Dalam pembahasan kali ini penulis akan sedikit
menerangkan dari apa yang penulis ketahui dari
berbagai macam sumber yang berkaitan dengan tema
1

1. Apa yang dimaksut perintah dakwah


penyejuk bagi semua etnis dan agama
(Rahmatan lil'alamin) ?
2. Kenapa komunikator diperintah sebagai
ketauladanan dalam dakwah serta penyatuan
kata dan tindakan dalam berdakwah ?
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini ialah untuk
membahas mengenai dakwah sebagai penyejuk bagi
semua etnis dan agama serta perlunya kesatuan kata
dan dan ketauladanan komunikator dakwah. Dan
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan topik yang
berkaitan.

5 | Ta f s i r Te m a t i k K o m u n i k a s i

"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang


yang telah menukar nikmat Allah dengan
kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke
lembah kebinasaan?.Yaitu neraka jahannam;
mereka masuk kedalamnya; dan itulah
seburuk-buruk tempat kediaman"
Sebagimana dalam Tafsir Ibnu Katsir karangan
Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi yang
telah diterjamahkan dalam bahasa Indonesia oleh
Bahrun Abu Bakar, L.C.3 menerangkan bahwasanya
Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah
menceritakan kepada kami Marwan Al-Fazzari, dari
Yazid Ibnu kaisan, dari Ibnu Abu Hazim, dari Abu
Hurairah yang mengatakan, bahwa pernah dikatakan
kepada Rasulullah Saw. " Wahai Rasulullah, berdo'alah
untuk kebinasaan orang-orang musyrik." Maka
Rasulullah Saw. menjawab:
"Sesungguhnya aku diutus bukan sebagai
pelaknat, melainkan aku diutus sebagai
pembawa rahmat.
Betapa mulia hati seorang Rasulullah, yang
mana dalam riwayat lain Allah menegaskan bahwa Dia
tidak akan menciptakan langit bumi serta isinnya
kecuali lantaran baginda Rasulullah Saw. Dalam
firman Allah Swt. Seperti yang telah dikemukakan
diatas, bahwasanya yang dimaksud dengan rahmat
3
6 | Ta f s i r Te m a t i k K o m u n i k a s i

BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir QS. Al Anbiya : 107
Di dalam Al-Qur'an, perintah dakwah sebagai
penyejuk bagi semua etnis dan agama (rahmatan
lil"alamin) tertuang dalam surat Al-Anbiya' ayat 107 :









"Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam"
Melalui ayat ini Allah Swt. Memberitahukan bahwa Dia
menjadikan Muhammad Saw. Sebagai rahmat buat
alam semesta. Dengan kata lain, Dia mengutusnya
sebagai rahmat buat mereka. Maka barang siapa yang
menerim
rahmat
ini
dan
mensyukurinya,
berbahagialah ia di dunia dan akhiratnya. Dan
barangsiapa yang menolak serta mengingkarinya,
maka merugilah ia di dunia dan akhiratnya, seperti
yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya
:

Anbiya' yang menguraikan kisah dan keistimewaan


enam belas orang diantara mereka, diakhiri dengan
keistimewaan Nabi Isa As. Dan ibu beliau, sangat
wajar pula bila keistimewaan Nabi terakhir, Baginda
Rasulullah Muhammad Saw dikemukakan pula disini.
Keistimewaan tersebut adalah kepribadian beliau yang
merupakan rahmat di samping ajaran-ajaran yang
beliau sampaikan dan terapkan.
Redaksi ayat diatas sangat singkat, tetapi ia
mengandung makna yang sangat luas. Hanya dengan
lima kata yang terdiri dari dua puluh lima huruf,
termasuk huruf penghubung yang terletak pada
awalnya, ayat ini menyebut empat hal pokok. 1).
Rasul / utusan Allah dalam hal ini Nabi Muhammad
Saw. 2). Yang mengutus beliau dalam hal ini Allah. 3).
Yang diutus kepada mereka (al-'alamin), serta 4).
Risalah, yang kesemuanya mengisyaratkan sifatsifatnya, yakni rahmat yang sifatnya sangat besar,
sebagaimana dipahami dari bentuk nakirah/indifinitife
dari
kata
tersebut.
Ditambah
lagi
dengan
menggambarkan ketercakupan sasaran dalam semua
waktu dan tempat. Rasulullah Muhammad Saw. adalah
rahmat, bukan saja kedatangan beliau membawa
ajaran, tetapi sosok dan kepribadian beliau adalah
rahmat yang dianugerahkan Allah Swt. Kepada beliau.
Ayat ini tidak menyatakan bahwa : "Kami tidak
mengutus engkau untuk membawa rahmat, tetapi
sebagai rahmat atau agar engkau menjadi rahmat
bagi seluruh alam."
yang

Tidak ditemukan dalam Al-Qur'an seorang pun


dijuluki dengan rahmat, kecuali Rasulullah

7 | Ta f s i r Te m a t i k K o m u n i k a s i

ialah diperuntukkan bagi orang yang beriman kepada


Allah dan hari kemudian dengan dipastikan-Nya
rahmat baginya di dunia dan akhirat, sedangkan bagi
orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya,
terbebaskan dari azab yang pernah dialami oleh umatumat sebelumnya yang durhaka. Ibnu Abbas
mengatakan bahwa orang-orang yang mengikutinya
beroleh rahmat di dunia ini dan akhirat kelak.
Sedangkan orang-orang yang tidak mengikutinya
dapat terhindar dari cobaan berupa ditenggelamkan
ke bumi, dikutuk dan ditimpa azab yang pernah
dialami oleh umat-umat lain sebelumnya mereka.4
Serupa dengan M. Quraish Sihab dalam bukunya Tafsir
Al-Mishbah5, menerangkan sebagaimana ayat yang
lalu menegaskan bahwa Al-Qur'an merupakan
peringatan atau bekal menuju kebahagiaan abadi
serta kecukupan bagi siapa yang siap utnuk menjadi
pengabdi yang tulus kepada Allah Swt. Al-Qur'an turun
kepada Baginda Rasulullah Muhammad Saw. untuk
beliau sampaikan kepada umat manusia. Atas dasar
itulah agaknya maka Allah menegaskan disini bahwa :
Dan tidaklah kami mengutusmu, wahai Nabi
Muhammad, melainkan menjadi rahmat bagi semesta
alam.
Dapat juga dikatakan karena tema utama surat ini
tentang kenabian. Dan namanya pun adalah Al4
5

untuk mengimbangi perbuatan orang-orang kafir


terhadap kaum muslimin. Sedangkan jalan-jalan untuk
menghapuskan perbudakan disediakan, baik dengan
cara memberi imbalan yang besar bagi orang yang
memerdekakan budak maupun dengan mengaitkan
kafarat/hukuman
dengan
pembebasan
budak.
Perbaikan-perbaikan tentang kedudukan perempuan
yang waktu itu hampir sama dengan binatang, dan
pengakuann terhadap kedudukan anak yatim,
perhatian
terhadap
fakir
miskin,
perintah
melakukanjihad untuk memerangi kebodohan dan
kemiskinan, semuanya diajarkan oleh Al-Qur'an dan
Hadis. Dengan demikian seluruh umat manusia
memperoleh rahmat, baik yang langsung maupun
tidak langsung dari agama yang dibawa Rasulullah
Muhammad Saw. akan tetapi kebanyakan manusia
masih mengingkari padahal rahmat yang mereka
peroleh adalah rahmat dan nikmat Allah Swt.
Hal tersebut juga diperjelas oleh Prof. DR. Haji
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah dalam bukunya Tafsir
Al-Azhar,7 menyatakan sistem ajaran yang dibawa
oleh Rasulullah Muhammad Saw. adalah sistem yang
membawa bahagia bagi manusia seluruhnya, dan
memimpinnya kepada kesempurnaan yang telah
dijangkakan baginya dalam hidup ini. Rahmatnya
yang lebih penting lagi adalah dengan adanya
kemerdekaan berfikir, sehingga akal tidak takut akan
maju. Diakui pula bahwa hasil pemikiran tidaklah
selalu mesti, tepat, asal niat sejak dari permulaan
7
8 | Ta f s i r Te m a t i k K o m u n i k a s i

Muhammad Saw. dan tidak juga satu makhluk pun


yang disifati dengan sifat Allah ar-Rahim kecuali
Rasulullah Muhammad Saw. Allah berfirman :





"Sungguh
telah
datang
kepadamu
seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa
olehnya
penderitaanmu,
sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin"
Selaras dengan Tafsir Al-Qur'an Kemenag RI,6
bahwasanya tujuan Allah mengutus Rasululullah
Muhammad Saw. yang membawa agama-Nya, tidak
lain adalah memberi petunjuk dan peringatan agar
mereka bahagia di dunia dan akhirat. Rahmat Allah
bagi seluruh alam meliputi perlindungan, kedamaian,
kasih sayang dan sebagainya, yang diberikan Allah
terhadap makhluk-Nya. Baik yang beriman maupun
yang tidak beriman, termasuk binatang dan tumbuhtumbuhan.
Jika dilihat sejarah manusia dan kemanusiaan, maka
agama islam adalah agama yang berusaha sekuat
tenaga menghapuskan pembudakan dan penindasan
oleh manusia terhadap manusia yang lain. Seandainya
pintu perbudakan masih terbuka, itu hanyalah sekedar
6

"Wahai
orang-orang
yang
beriman,
kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan. Amat besar kebencian di
sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan"
Diterangkan dalam Tafsir Ibnu Katsir karangan
Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi yang
telah diterjamahkan dalam bahasa Indonesia oleh
Bahrun Abu Bakar, L.C.9 menerangkan bahwasanya,
Ibnu Abbas r.a. berkata, bahwa dahulu ada orangorang yang mengatakan. "sungguh kami ingin
andaikan Allah menunjukkan pada kami amal apakah
yang sangat disukai oleh Allah untuk kita kerjakan,
tiba-tiba Allah menunjukkan bahwa amal yang amat
disukai oleh Allah ialah beriman kepada Allah yang
tidak dihinggapi keraguan, dan berjihad (berjuang)
berperang melawan orang yang menentang agama.
Maka ketika diturunkanayat yang mewajibkan jihad,
tiba-tiba banyak juga orang yang merasa keberatan
dan
enggan
melakukannya,
sehingga
Allah
menurunkn ayat yang ke-2 ini.
M. Quraish Sihab dalam bukunya Tafsir AlMishbah10 menambahkan, bahwa ayat-ayat diatas
merupakan
kecaman.
Sementara
ulama
memahaminya sebagai kecaman kepada orang-orang
munafik, bukan orang-orang muslim, karena sifat

berfikir tetap benar, yaitu mendekati kebenaran.


Apabila hasil pemikiran itu benar, dapatlah dua
pahala: yakni pahala berfikir dan pahala mendapat
kebenaran. Tetapi kalau hasilnya tidak tepat, pahala
satu tetap ada, yaitu pahala kepayahan berfikir, atau
kepayahan mengadakan penyelidikan.
Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an8 karangan Sayyid
Quthb,
menyempurnakan
lagi
ayat
diatas,
bahwasanya banyak bukti lain menujukkan bahwa
risalah Rasulullah Muhammad Saw. merupakan
rahmat bagi seluruh semesta alam, dan bahwasanya
Rasulullah Muhammad Saw. dutus sebagai rahmat
bagi seluruh alam semesta, baik yang beriman
kepadanya maupun yang tidak beriman kepadanya
secara sama-sama. Manusia telah terpengaruh
dengan manhaj yang dibawa Rasulullah Muhammad
Saw. itu baik dengan sadar maupun tanpa kesadaran.
Sesungguhnya naungan rahmat itu akan terus
dibentangkan bagi orang yang berlindung dibawah
naungannya.

B. Tafsir QS. As-Shaf : 2-3


Dalam berdakwah perlunya dalam menyatukan
kata dan tindakan, sebagimana firman Allah Swt. :

9a

10

9 | Ta f s i r Te m a t i k K o m u n i k a s i

persoalan peperangan yang akan disinggung pada


ayat berikutnya.
Dalam
Tafsir
Al-Qur'an
Kemenag
RI,11
memperjelas lagi setelah Allah menerangkan sifatsifat kesempurnaan-Nya, ia mengingatkan kaum
muslimin akan kekurangan-kekurangan yang ada pada
mereka, yaitu mereka mengatakan suatu perkataan,
tetapi
mereka
tidak
merealisasikan
atau
mengerjakannya.
Ada dua macam kelemahan manusia yang
dikemukakan dalam ayat ini, yaitu :
1. Ketidaksesuaian antara perkataan dan
perbuatan
mereka.
Kelemahan
ini
kelihatannya muda diperbaiki, tetapi sukar
dilaksanakan. Sangat banyak manusia
yang
pandai
berbicara,
suka
menganjurkan suatu perbuatan baik dan
mengingatkan agar orang lain menjauhi
larangan-larangan Allah, tetapi ia sendiri
tidak melaksanakannya.
2. Tidak menepati janji yagn telah mereka
buat. Suka menepati janji yang telah
ditetapkan merupakan salah satu ciri dari
ciri-ciri orang-orang yang beriman. Jika ciri
itu tidak dipunyai oleh orang yang
mengaku beriman kepada Allah dan rasul11
10 | T a f s i r T e m a t i k K o m u n i k a s i

orang-orang mukmin sedemikian tinggi sehingga


mereka tidak perlu dikecam. Hemat penulis, pendapat
ini benar, tetapi kita juga tidak dapat mengatakan
bahwa yang dikecam itu bukan hanya orang-orang
munafik. Karena itu, ayat diatas menggunakan kata
alladzina amanu bukan alladzina mu'minun. Melalui
ayat-ayat inilah mereka dididik sehingga akhirnya
mencapai peringkat keimanan yang tinggi. Mereka
yang tidak menyucikan Allah Swt. Menyimpang dari
system yang berlaku dan menyendiri padahal semua
menyucikan-Nya. Sungguh sikap mereka itu harus
diluruskan. Kaum beriman telah menyadari hal
tersebut, bahkan ada yang telah menyatakan siapnya
untuk berjuang dalam rangka menyucikan Allah,
tetapi ketika tiba saatnya, mereka mengingkari janji.
Ayat diatas mengecam mereka dengan memanggil
mereka dengan panggilan keimanan sambil menyindir
bahwa dengan keimanan itu mestinya tidak berlaku
demikian.
Sayyid Quthb mengomentari ayat diatas dengan
menyatakan bahwa disana terlihat penyatuan akhlak
pribadi dengan kebutuhan masyarakat dibawah
naungan akidah keagamaan. Kedua ayat pertama
(ayat 2-3) mengandung sanksi dari Allah Swt. Serta
kecaman terhadap orang beriman yang mengucapkan
apa yang mereka tidak kerjakan. Ini menggambarkan
sisi pokok dari kepribadian seorang muslim, yakni
kebenaran dan istiqomah konsistensi serta kelurusan
sikap dan bahwa batinnya sama dengan lahirnya.
Pengamalannya sesuai dengan ucapannya, secara
mutlak dan dalam proses yang sangat jauh, yaitu

Sebaliknya, perbuatan menyalahi janji tanda iman


yang lemah, serta tingkah laku yang jelek dan sikap
yang tidak berperikemanusiaan. akan menimbulkan
saling mencurigai dan dendam di dalam masyarakat.
Oleh karena itulah, agama islam sangat mencela
orang yang suka berdusta dan menyalahi janjinya.
Agar sifat tercela itu idak dipunyai oleh orang-orang
beriman, alangkah baiknya jika menepati janji dan
berkata benar itu dijadikan tujuan pendidikan yang
utama yang diajarkan kepada anak-anak disamping
beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan melatih diri
mengerjakan
berbagai
bentuk
ibadah
yang
diwajibkan.
Sehubungan dengan itu, Prof. DR. Haji
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah dalam bukunya Tafsir
Al-Azhar,12 menjelaskan sedikit dari ayat 2. Mula sekali
dipanggil nama yang patuh, yaitu orang-orang yang
beriman! Panggilan itu adalah panggilan yang
mengandung penghormatan yang tinggi. Tetapi
panggilan itu diiringi dengan pertanyaan, dan
pertanyaan
itu
mengandung
keheranan
dan
keingkaran: kamu telah mengaku diri orang yang
beriman, dan Tuhan pun telah memanggil kamu
dengan panggilan yang penuh penghormatan itu.
Tetapi kamu kedapatan mengatakan dengan mulut
apa yagn tidak pernah kamu kerjakan. Sebab
mengatakan dengan mulut apa yang tidak pernah
dikerjakan tidaklah patut timbul dari orang yang telah
12

11 | T a f s i r T e m a t i k K o m u n i k a s i

Nya, berarti
munafik

ia

telah

menjadi

orang

Namun tidak berarti bahwa orang-orang tidak


boleh mengatakan kebenaran bila ia sendiri belum
mampu melaksanakannya. Mengatakan kebenaran
wajib,
sedangkan
melaksanakannya
tergantung
kemampuan.
Allah berfirman :














"Maka bertakwalah kamu kepada Allah
menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta
taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik
untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung"
Allah memperingatkan bahwa sangat besar
dosanya orang mengatakan sesuatu, tetapi ia sendiri
tidak melaksanakannya. Hal ini berlaku baik dalam
pandangan
Allah
maupun
dalam
pandangan
masyarakat.
Menepati janji merupakan perwujudan iman
yang kuat. Budi pekerti yang agung, dan sikap yang
berperikemanusiaan pada seseorang, menimbulkan
kepercayaan
dan
penghormatan
masyarakat.

peringatan kepada orang-orang yang beriman supaya


dia bertakwa. Firman Allah Swt :





"Hai
orang-orang
yang
beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam"
Di surat itu juga ayat 156 diperingatkan supaya
mereka janga serupa dengan orang-orang yagn kafir.











"Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang
munafik) itu, yang mengatakan kepada
saudara-saudara
mereka
apabila
mereka
mengadakan perjalanan di muka bumi atau
mereka berperang: "Kalau mereka tetap
bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati
dan tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan
keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah
menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di

12 | T a f s i r T e m a t i k K o m u n i k a s i

mengaku beriman kepada Allah. Syaikh Jamaluddin alQasimi menulis dalam tafsirnya: "mengatakan barang
yang tidak pernah dikerjakan adalah berdusta, dan
berdusta sangatlah jauh daripada orang yang
mempunyai muruah, yaitu yang tahu harga diri.
Sedang muruah itu adalah dasar yang utama yang
menyebabkan Iman. Karena iman yang asli ialah
kembali kepada fithrah yang pertama, yaitu
kemurnian jiwa dan agama yang benar itulah dia.
Kalau Iman asli itu telah tumbuh, dengan sendirinya
dia akan menumbuhkan pula berbagai dahan dan
ranting perangai-perangai yang utama dalam
berbagai ragamnya, yang diantaranya ialah iffah,
artinya dapat mengendalikan diri. Kesanggupan
mengendalikan diri menyebabkan timbulnya pula tahu
akan harga diri, dan itulah dia muruah. Dan seseorang
yang berbohong tanda muruahnya telah luntur.
Artinya imannya yang luntur. Karena suatu ucapan
lidah adalah khabar berita yang mengandung arti. Arti
yang terkandung ditunjukkan susunan kata. Arti
terletak didalam batin, dusta adalah kata-kata ucapan
mulut yang berbeda diantara yang terucap dengan
yang sebenarnya di dalam hati. Dengan demikian
maka pelakunya telah masuk ke dalam perangkap
syaitan."
Iman itu mesti selalu dijaga. Kalau dilihat sepintas lalu
saja tidaklah mungkin orang yang beriman diberi
nasihat supaya jangan berbohong, jangan berdusta,
tetapi
tidak
jarang
kejadian,
karena
kurang
pemeliharaan Iman itu jadi rusak karena dusta. Sebab
itu kita dapatilahdi dalam Al-Qur'an beberapa

"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah


aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang
ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.
(Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum
menurut yang dikehendaki-Nya"
Dan banyak lagi ayat-ayat yang lain, yang
semuanya itu membuktikan bahwa pengakuan
beriman belum cukup kalau tidak ada pemeliharaan
dan
pelambukan,
ibarat
menanam
tanaman
hendaklah selalu disiram, supaya jangan mati,
dipupuk supaya selalu subur.
Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an13 karangan Sayyid
Quthb, melengkapi lagi ayat diatas, bahwa sangat keji
dan buruk bila seorang mukmin telah menyatakan
kesungguhannya untuk berjihad kemudian dia
mengundurkan diri darinya, sebagaimana yang terjadi
pada sebagian kelompok orang-orang Islam seperti
disinggung oleh beberapa riwayat hadits. Oleh karena
itu, dalam bagian pembukaan dari surah ini setelah
pemaklumatan tentang tasbih alam semesta dan
seluruh isinya kepada Allah.
C. Tafsir QS. Al-Azhab : 21
Tindakan serta ketauladanan oleh komunikator
dakwah memanglah diperlukan,
13
13 | T a f s i r T e m a t i k K o m u n i k a s i

dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan


mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu
kerjakan"
Dalam surat An-Nisa' ayat 136 diperingatkan
dengan jelas :








" Wahai orang-orang yang beriman,
tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada
Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauhjauhnya"
Di surat Al-Maidah ayat 1 orang-orang yang
beriman diperingatkan supaya mereka memenuhi
janji.

Diterangkan pula M. Quraish Sihab dalam


bukunya Tafsir Al-Mishbah15. Meski ayat ini berbicara
dalam konteks perang Khandaq, ia mencakup
kewajiban atau anjuran meneladani beliau walau di
luar konteks tersebut. Ini karena Allah Swt. telah
mempersiapkan tokoh agung ini untuk menjadi
teladan bagi semua. Yang mahakuasa itu sendiri yang
mendidik beliau. "Addabani Rabbi, fa ahsana ta'dibi"
(Tuhanku mendidikku, maka sungguh baik hasil
pendidikanku). Demikian sabda Rasulullah Muhammad
Saw.

firman Allah Swt :






"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah"

Pakar
tafsir
dan
hukum,
al-Qurthubi,
mengemukakan bahwa dalam soal-soal agama,
keteladanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam
soal-soal keduniaan maka ia merupakan anjuran.
Dalam soal keagamaan, beliau wajib diteladani
selama tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ia
adalah anjuran. Sementara ulama berpendapat bahwa
dalam persoalan-persoalan keduniaan, Rasulullah
Muhammad Saw. telah menyerahkan sepenuhnya
kepada para pakar di bidang masing-masing sehingga
keteladanan terhadap beliau yang dibicarakan ayat ini
bukanlah dalam hal-hal yang berkaitan dengan soalsoal keduniaan. Ketika beliau menyampaikan bahwa
pohon kurma tidak perlu "dikawinkan" untuk
membuahkannya dan ternyata informasi tidak terbukti
di kalangan sekian banyak sahabat. Rasulullah
Muhammad Saw. menyampaikan bahwa : "Apa yang
kusampaikan menyangkut ajaran agama, maka

Diterangkan dalam Tafsir Ibnu Katsir karangan


Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi yang
telah diterjamahkan dalam bahasa Indonesia oleh
Bahrun Abu Bakar, L.C.14 Allah Swt. berfirman :
"Mengapa kamu tidak berteladan kepada Rasulullah
Muhammad Saw. betapa ia menghadapi musuh dan
perang khandaq (Ahzab) dengan penuh kesabaran,
ketetapan hati, keberanian dan kepercayaan penuh
akan pertolongan Allah Swt. yang dijanjikan. Bukanlah
Allah Swt. telah menjadikan dalam diri Rasulullah
Muhammad Saw. suri tauladan yang baik bagi para
pengikutnya,
orang-orang
mukmin
yang
mengharapkan rahmat dan ridha Allah Swt. dan
beriman kepada hari qiamat serta selalu ingat kepada
Allah Swt".

15

14

14 | T a f s i r T e m a t i k K o m u n i k a s i

Akan tetapi, perbuatan dan tingkah laku mereka


menunjukkan bahwa mereka tidak mengharapkan
keridhaan Allah Swt. dan segala macam bentuk
kebahagiaan hakiki itu.
menurut Prof. DR. Haji Abdulmalik Abdulkarim
Amrullah
dalam
bukunya
Tafsir
Al-Azhar,17
mengatakan Ummi Salamah r.a., isteri Rasulullah
Muhammad Saw. yang telah banyak pengalamannya
sebagai isteri dari Rasulullah Muhammad Saw. yang
turut menyaksikan beberapa peperangan yang
dihadapi
Rasulullah
Muhammad
Saw.
pernah
mengatakan tentang hebatnya keadaan kaum
muslimin ketika peperangan Khandaq itu. Beliau
berkata : "Aku telah menyaksikan di samping
Rasulullah Muhammad Saw. beberapa peperangan
yang hebat dan ngeri, peperangan di Almuraisiya',
Khaibar dan kami pun telah menyaksikan pertemuan
dengan musuh di Hudaibiyah, dan saya pun turut
ketika menaklukan Makkah dan peperangan di Hunain
tidak ada pada semua peperangan yang saya turut
menyaksikan itu yang lebih membuat lelah Rasulullah
Muhammad Saw. dan lebih membuat kami-kami jadi
takut, melebihi peperangan khandaq. Karena kaum
muslimin benar-benar terdesak dan terkepung pada
waktu itu, sedang Bani Quraizhah (yahudi) tidak lagi
percaya karena sudah belot, sampai madinah dikawal
sejak siang sampai waktu shubuh, sampai kami
dengar takbir kaum muslimin untuk melawan rasa
takut mereka. Yang melepaskan kami dari bahaya
17
15 | T a f s i r T e m a t i k K o m u n i k a s i

terimalah, sedang
keduniaan kamu".

kamu

lebih

tahu

persoalan

Dan perlu digaris bawahi ayat yang berbicara


tentang uswah dirangkai dengan kata Rasulillah I: (


) laqad kana lakum fi




Rasulillah, sesungguhnya telah dada buat kamu pada
diri Rasulullah. Namun demikian, tidak mudah
memisahkan atau memilah mana pekerjaan/ucapan
yang bersumber dari keududukan beliau sebagai
Rasul dan manapula dalam kedudukan-kedudukan
lainnya. Bukankah Allah juga berfirman :






"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang
rasul."
Dalam
Tafsir
Al-Qur'an
Kemenag
RI,16.
Menerangkan, pada ayat ini, Allah memperingatkan
orang-orang munafik bahwa sebenarnya mereka
dapat memperoleh teladan yang baik dari Rasulullah
Muhammad Saw. beliau adalah orang yang kuat
imannya, berani, sabar, dan tabah menghadapi segala
macam cobaan, percaya sepenuhnya kepada segala
ketentuan Allah, dan mempunyai akhlak yang mulia.
Jika mereka bercita-cita ingin menjadi manusia yang
baik berbahagia hidup di dunia dan di akhirat,
tentulah mereka akan mencontoh dan mengikutinya.
16

penelusuran
sikap
dan
pendirian
Rasulullah
Muhammad Saw. dalam peristiwa perang Ahzab yang
dahsyat ini, merupakan gambaran bagi para
pemimpin
jamaah
dan
pergerakan
dalam
merumuskan jalur-jalur perjuangannya. Di dalamnya
terdapat teladan yang baik bagi orang-orang yang
menginginkan ridha Allah dan mengutamakan
kehidupan akhirat. Mereka mencari untuk dirinya
teladan yang baik. Mereka mengingat Allah dengan
berzikir kepada-Nya dan tidak melupakan-Nya

ialah karena musuh-muuh itu telah diusir sendiri oleh


Allah Swt. dari tempatnyamengepung itu dengan rasa
sangat kesal dan sakit hati, karena maksud mereka
tidak tercapai." Demikianriwayat Ummi Salamah.
Namun di dalam saat-saat yang pernah
mendebarkan hati itu, contoh teladan yang patut
ditiru,
tidak
ada
lain,
melainkan
Rasulullah
Muhammad Saw. sendiri. Tepat sekali apa yang
dikatakan oleh ayat 21 ini : "Sesungguhnya adalah
bagi kamu pada Rasulullah Muhammad Saw. itu
teladan yang baik". Memang ada orang yang
bergoncang
fikirannya,
berpenyakit
jiwanya,
pengecut, munafik, tidak berani bertanggung jawab,
bersedia-sedia hendak lari jadi Badwi kembali ke
dusun-dusun, tenggelam dalam ketakutan melihat
dari jauh betapa besa jumlah musuh yang akan
menyerbu. Tetapi masih ada lagi orang-orang yang
mempunyai pendirian tetap, yang tidak putus
harapan, tidak kehilangan akal. Sebab mereka melihat
sikap dan tingkah laku pemimpin besar mereka sendiri
Rasulullah Muhammad Saw.
Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an18 karangan Sayyid
Quthb,
menambahkan,
walaupun
menghadapi
kegoncangan yang luar biasa menakutkan dan
tekanan yang menegangkan, namun Rasulullah
Muhammad Saw. tetap menjadi pelindung yang
menenangkan orang-orang yang beriman. Juga
sebagai
sumber
kepercayaan,
harapan,
dan
kedamaian.
Sesungguhnya
penelitian
dan
18

16 | T a f s i r T e m a t i k K o m u n i k a s i

A. Kesimpulan
B. Saran

17 | T a f s i r T e m a t i k K o m u n i k a s i

BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai