PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Obat merupakan sebuah subtansi yang diberikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan dan pengobatan, bahkan sebagai pencegahan terhadap
gangguan kesehatan. Pemberian obat pada pasien dapat dilakukan dengan beberapa
cara diantaranya Oral, intrakutan, subkutan, intravena, intramuscular. Pemberian obat
yang baik menggunakan prinsip 6 yang benar yaitu:
1. Benar Pasien : Benar pasien dapat dipastikan dengan memeriksa identitas pasien
dan harus dilakukan setiap akan memberikan obat.
2. Benar Obat : memastikan pasien setuju dengan obat yang telah diberikan
berdasarkan kategori perintah pemberian obat yaitu perintah tetap (standing
order), perintah satu kali (single order ), perintah PRN (jika perlu), perintah segera
3. Benar dosis obat : Dosis yang diberikan pada pasien tertentu sesuai dengan
penyakit dan kebutuhan penyembuhan
4. Benar cara pemberian obat: Saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan
pada waktu yang telah dianjurkan untuk diminum oleh pasien.
5. Benar waktu pemberian obat (rute) : Disesuaikan dengan tingkat penyerapan
tubuh pada obat yang telah diresepkan.
6. Benar dokumentasi meeliputi nama, tanggal, waktu, rute, dosis, dan tanda tangan
atau initial petugas.
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain
merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan
sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan
berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau
farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat diatas, maka peran
obat secara umum adalah sebagai Penetapan diagnosa, Untuk pencegahan penyakit,
Menyembuhkan penyakit, Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan, Mengubah fungsi
normal tubuh untuk tujuan tertentu, Peningkatan kesehatan dan mengurangi rasa sakit.
Pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan
cara dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini
dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk
menusuk syaraf. Misalnya pada bokong dan kaki bagian atas, atau pada lengan bagian
atas. Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan dilepas secara berkala
dalam bentuk depot obat. Tujuan pemberian obat secara intramuskular yaitu agar obat
diabsorbsi tubuh dengan cepat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Rute Pemberian Obat Melalui Intramuskular ?
2. Bagaimana Teknik Pemberian Obat Secara Intramuskular?
3. Bagaimana Anatomi Fisiologi Lokasi Injeksi Intramuskular ?
4. Faktor Apasaja Yang Mempengaruhi Absorbsi Obat Di jaringan ?
5. Ada Berapa Macam Formulasi Sediaan Intramuskular ?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Rute Pemberian Obat Melalui Intramuskular ?
2. Untuk Mengetahui Teknik Pemberian Obat Secara Intramuskular?
3. Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologi Lokasi Injeksi Intramuskular ?
4. Untuk Mengetahui Faktor Apasaja Yang Mempengaruhi Absorbsi Obat Di
jaringan ?
5. Untuk Mengetahui Macam Formulasi Sediaan Intramuskular ?
BAB II
PEMBAHASAN
cairan lambung.
Kekurangan :
a. Butuh keahlian khusus dan alat khusus dalam menggunakannya
b. Rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah (Clotting
time),
c. Bioavibilitas bervariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.
d. Jika terjadi kekeliruan dosis atau obat tidak mungkin diperbaiki.
pelepasan obat dari jaringan otot (im) anatar lain : rheologi produk,
konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, bahan pembawa,
volume injeksi, tonisitas produk dan bentuk fisik dari produk. Persyaratan pH
sebaiknya diperhatikan, karena masalah iritasi, tetapi dapat dibuat pH antara 35 kalau bentuk suspensi ukuran partikel kurang dari 50 mikron.
Pemberian obat melalui intramuskular terdapat indikasi dan kontra
indikasi yaitu:
Indikasi
kontra indikasi
1) cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu
letakkan dalam bak injeksi.
4) Periksa tempat yang akan di lakukan penyuntikan (perhatikan lokasi
penyuntikan).
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
6) Lakukan Penyuntikan
7) Pada daerah paha ( vastus lateralis) anjurkan pasien untuk berbaring terlentang
dengan lutut sedikit fleksi. Pada ventrogluteal , anjurkan pasien untuk miring ,
tengkurap, atau terlentang dengan lutut dan pinggul dan panggul pada sisi
yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi. Pada daerah dorso
gluteal anjurkan pasien untuk tengkurap denagn lutut diputar kearah dalam
atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan pada
tungkai bawah. Pada daerah deltoid (lengan atas) anjurkan pasien untuk duduk
atau berbaring mendatar dengan lengan atau fleksi
8) Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
9) Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah yang tertarik
dalam spuit, maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara perlahan-lahan
hingga habis.
10) Setelah selesai, tarik spuit dan tekan sambuil di masase daerah penyuntikan
dengan kapas alcohol, kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam
bengkok.
11) Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
12) Cuci tangan.
dengan baik dan sesuai fungsinya. Berikut ini gambar-gambar area penyuntikan
Intramuskular yang biasa dilakukan oleh para medis.
Beberapa lokasi yang lazim digunakan untuk injeksi intra muscular adalah
pada daerah paha (vastus lateralis) dengan posisi ventrogluteal (posisi berbaring),
dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid) dan rektus femoralis. areaarea tersebut digunakan karena massa otot yang besar,vaskularisasi baik dan jauh dari
saraf. untuk menghindari obat salah masuk pada jaringan sub cutan maka jarum diatur
dalam posisi tegak lurus 90.
1. Otot Vastus lateralis
Gamba
posisi
ventrogluteal
(posisi
Otot
berbaring)
ventrogluteal
meliputi gluteus medius dan minimus. Klien berbaring diatas salah satu
sisi tubuh dengan menekuk lutut, perawat kemudian mencari otot dengan
menempatkan telapak tangan diatas trokanter mayor dan jari telunjuk pada
spina iliaka superior anterior panggul, paha klien. Tangan kanan digunakan
untuk panggul kiri dan tangan kiri digunakan untuk panggul kanan.
Perawat menunjukkan ibu jarinya kearah lipat paha klien dan jari lain
kearah kepala klien. Tempat injeksi terpajan ketika perawat melebarkan
jari tengah kebelakang sepanjang krista iliaka kearah bokong. Jari
telunjuk, jari tengah dan krista iliaka membentuk sebuah segitiga dan
tempat injeksi terletak ditengah segitiga tersebut. Klien dapat berbaring
miring/tengkurap. Memfleksi lutut dan panggul membantu klien
merelaksasi otot ini.
3. Otot Dorsogluteal
Otot dorsogluteal merupakan tempat yang biasa digunakan untuk
injeksi IM. Namun, insersi jarum yang tidak disengaja kedalam saraf siatik
dapat menyebabkan paralisis permanen atau sebagian pada tungkai yang
bersangkutan. Pembuluh darah utama dan tulang juga dekat tempat injeksi.
Pada klien yang jaringannya kendur, tempat injeksi. Pada klien yang
jaringannya kendur, tempat injeksi sulit ditemukan. Daerah dorsogluteal
dapat ditemukan diatas luar kuadran atas luar bokong, kira-kira 5-8 cm
4. Otot Deltoid
kompartemen yang
Difusi pasif : Tergantung pada, ukuran dan bentuk molekul obat, kelarutan obat
dalam lemak, derajat ionisasi obat
angka
kelengkapan absorbsi. Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan
mengendap di tempat suntikan sehingga absorbsinya berjalan lambat, tidak
lengkap dan tidak teratur. Obat yang larut dalam air lebih cepat diabsorbsi. Tempat
suntikan yang sering dipilih adalah gluteus maksimus dan deltoid.
E. KARAKTERISTIK FARMASETIKA INJEKSI
Beberapa karakteristik farmasetik mempengaruhi metoda, rute pemberian,
kecepatan dan ketercapaian ketersediaan hayati obat-obat yang diberikan secara
parenteral. Faktor-faktor itu antara lain kelarutan obat dan volume injeksi;
karakteristik pembawa; pH dan osmolalitas larutan injeksi, bentuk sediaan injeksi dan
komponen formulasi.
1. Kelarutan Obat dan Volume Injeksi
sebab, misalnya banyak obat-obat yang tidak stabil pada pH netral (pH cairan
biologis). Karena itu banyak obat diformulasikan dalam bentuk sediaan injeksi
pada pH stabilitasnya yang tidak sama dengan pH cairan biologis. Sebagai
contoh diazoxide (turunan benzotiadiazin non diuretik) diformulasikan sebagai
sediaan injeksi pada pH stabilitasnya yaitu 11,6. Banyak senyawa obat yang
merupakan basa lemah banyak diformulasikan sebagai sediaan injeksi dalam
bentuk garamnya (misalnya tetrasiklin HCl) pada pH stabilitasnya yaitu sekitar
2,0. Atau senyawa obat yang merupakan asam lemah banyak diformulasikan
sebagai sediaan injeksi dalam bentuk garamnya (misalnya Dilantin) pada pH
stabilitasnya yaitu sekitar 12,0. Sediaan injeksi dengan pH ekstrem (berbeda
jauh dari pH cairan biologis) harus diinjeksikan dengan kecepatan yang
terkontrol untuk menghindari terjadinya nyeri dan iritasi pada pasien serta
terjadinya kerusakan jaringan di sekitar lokasi penyuntikan.
Beberapa formulasi sediaan injeksi merupakan sediaan yang hiperosmotik
atau hipertoni dibandingkan dengan cairan biologis dengan tujuan untuk
mencapai ketersediaan hayati yang diinginkan. Sebagai contoh adalah
golongan anestetik spinal, diaxozide dan golongan diuretik osmotik, dan obat
tetes mata sulfasetamide. Produk nutrisi parenteral mengandung asam amino
dan dekstrosa dengan konsentrasi tinggi sehingga hipertoni. Larutan ini
disebut larutan hiperalimentasi dan harus diberikan melalui vena yang besar
seperti vena subclavian. Darah dari vena ini langsung menuju jantung sehingga
larutan yang hipertoni itu langsung diencerkan dengan volume darah yang
besar.
intraokular
karena
dapat
menimbulkan
toksisitas.
Surfaktan
kadang
e. Bahanpenambahkelarutan(Kosolven)
Digunakan:Etilalkohol,Gliserin,Polietilenglikol,Propilenglikol,
Lecithin.
f. Surfaktan
Polioksietilen,Sorbitanmonooleat.
g. Bahanpengisotonis
Dekstrosa,NaCl.
3. Pembawa
a. Pembawaair
Menggunakan air untuk injeksi. Air yang digunakan untuk injeksi
harusmemenuhisyaratkimiadanfisikayaitu:
Bebasmikroba
Bebaspirogen
pH=5,07,0
Jernih
Tidakberwarna
Tidakberbau
Bebaspartikel
b. Pembawanonairdancampuran
Minyaknabati:
Minyakjagung
Minyakbijikapas
Minyakkacang
Minyakwijen
Pelarutbercampurair
Gliserin
Etilalkohol
Propilenglikol
Polietilenglikol300
sangat berguna untuk penglihatan, terutama di malam hari. Juga bermanfaat untuk kekebalan
tubuh, pembentukan dan pemeliharaan sel-sel kulit, saluran pencernaan dan selaput kulit.
Meski tak banyak orang yang tahu, vitamin A sebenarnya ikut mempengaruhi pertumbuhan
gigi dan tulang belulang yang sehat.
Vitamin A dibuat dalam bentuk sediaan injeksi dan digunakan oleh pasien yang
memerlukan efeknya secara cepat. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan kedalam kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa larutan,
emulsi, suspensi atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan.
Depo Provera
Depo-provera ialah 6-alfa-metroksiprogesteron yang digunakan untuk
tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesterone yang kuat dan
sangat efektif. Obat ini termasuk obat depot. Noristerat termasuk dalam
golongan kontrasepsi ini. Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama seperti
kontrasepsi hormonal lainnya. Depo-provera sangat cocok untuk program
postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi.
Cara kerja :
Berdasarkan penghambatan pelepasan LH dan perintangan ovulasi serta
pengentalan lender servik.
Interaksi obat :
lewat
hati
dengan
medroxyprogesterone
dalam
darah
dan
menurunkan
memungkinkan
konsentrasi
pengurangan
efektivitas medroxyprogesterone.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Intramuskular adalah Pemberian obat melalui intra muskular merupakan
pemberian obat dengan memasukkannya ke dalam jaringan otot. Pemberian obat
secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan cara dimasukkan langsung
kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian
tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf.
Misalnya pada bokong dan kaki bagian atas, atau pada lengan bagian atas. Pemberian
obat seperti ini memungkinkan obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk depot
obat. Tujuan pemberian obat secara intramuskular yaitu agar obat diabsorbsi tubuh
dengan cepat.
Rute pemberian obat secara intramuskular biasanya diberikan dengan cara
injeksi. Pemberian obat secara intra muscular ditunjukkan untuk memberikan obat
dalam jumlah yang besar dibandingkan obat yang diberikan secara sub cutan.
Absorbsi juga lebih cepat dibanding sub cutan karena lebih banyak suplai darah diotot
tubuh
http://nikenprawesti.blogspot.co.id/2012/09/cara-pemberian-obat.html
http://anatomi28.blogspot.co.id/2013/05/kdm-ii-pemberian-obat.html
- Ambarwati, Eny Retna dan Tri Sunarsih. 2009. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi
Yogyakarta: Nuha Medika.
- Uliyah, Musrifatul dan Azis Alimul Hidayat. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
- Saifudin, Abdul Bani. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
- Tjay, T.H. 2009. Faktor Patofisiologi Tubuh. Http://liew.267.wordpress.com/ pengaruh cara
pemberian terhadap absorbs obat/ diakses tanggal 26 Agustus 2011.