Anda di halaman 1dari 15

ANATOMI SISTEM UROPOETIKA

Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masingmasing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan
terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan
adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11
(vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.
Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari
krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari
batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan
ginjal kiri.
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:

Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus


renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan tubulus
kontortus distalis.
Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau
duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix
minor.
Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara
calix major dan ureter.
Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi
(yaitu glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle,
tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal
tersebut terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan menuju
glomerulus) serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkan
letakya nefron dapat dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus
renalisnya terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian
lengkung Henle yang terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di
mana korpus renalisnya terletak di tepi medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh
ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa
rekta.
Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta
abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah memasuki
ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang akan
memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-superior,
anterior-inferior, inferior serta posterior.

Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis


ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus
dan n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan
persarafan simpatis melalui n.vagus.
Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal
(filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang
ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major,
lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara posteroinferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai
vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki
kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu
peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica
urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis,
a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen
T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior
dan inferior.
Vesica urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat
untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan
ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica
urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti
rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan
saraf.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga
bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan
inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan
sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal,
sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae.
Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari
orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak
memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada
perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis.
Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus
lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4,
yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria

memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan
dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu,
Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor
dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat
volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari
kandung kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa
dan pars spongiosa.
Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal
yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar
prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.
Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital.
Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah
kendali volunter (somatis).
Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari
pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus
spongiosum di bagian luarnya.
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria.
Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara
klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di
bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki
fungsi reproduktif.

Organa Genitalia Maskulina

1. Testis

Testis adalah organ genitalia pria yang pada orang normal jumlahnya ada 2 yang
masing-masing terletak di dalam skrotum kanan dan kiri. Kedua buah testis terbungkus
oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar tunika albuginea
terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan visceralis dan parietalis, serta tunika
dartos. Otot kremaster yang berada di sekitar testis memungkinkan testis dapat
digerakkan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar
tetap stabil. Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu (1) arteri
spermatika interna (cabang dari aorta), (2) arteri deferensialis (cabang dari arteri
vesikalis inferior), dan (3) arteri kremasterika (cabang dari arteri epigastrika). Pembuluh
vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus pampiniformis. Pleksus
ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai varikokel. (Purnomo,
2012)

2. Epididimis
Epididimis adalah organ yang berbentuk seperti sosis, terdiri atas kaput, korpus,
dan kauda epididimis. Korpus epididimis dihubungkan dengan testis melalui duktuli
eferentes. Vaskularisasi epididimis berasal dari arteri testikularis dan arteri deferensialis.
Di sebelah kaudal, epididimis berhubungan dengan vas deferens. (Purnomo, 2012)
3. Vas deferens
Vas deferens adalah organ berbentuk tabung kecil dan panjangnya 30-35 cm,
bermula dari kauda epididimis dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra posterior.
Duktus deferens dibagi dalam beberapa bagian, yaitu (1) pars tunika vaginalis, (2) pars
skrotalis, (3) pars inguinalis, (4) pars pelvikum, dan (5) pars ampularis. Pars skrotalis ini
merupakan bagian yang dipotong dan diligasi saat vasektomi. Duktus ini terdiri atas otot
polos yang mendapatkan persarafan dari sistem simpatetik sehingga dapat berkontraksi
untuk menyalurkan sperma dari epididimis ke uretra posterior. (Purnomo, 2012)
4. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis terletak di dasar buli-buli dan di sebelah kranial dari kelenjar
prostat. Vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan bagian dari semen.
Cairan ini diantaranya adalah fruktosa, berfungsi dalam memberi nutrisi pada sperma.

Bersama-sama dengan vas deferens, vesikula seminalis bermuara di dalam duktus


ejakulatorius. (Purnomo, 2012)
5. Kelenjar prostat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli di
depan rektum dan membungkus uretra posterior. Prostat mendapatkan inervasi otonomik
simpatetik dan parasimpatetik dari pleksus prostatikus atau pleksus pelvikus yang
menerima masukan serabut parasimpatetik dari korda spinalis S 2-4 dan simpatetik dari
nervus hipogastrikus (T10-L2). Rangsangan parasimpatetik meningkatkan sekresi kelenjar
pada epitel prostat, sedangkan rangsangan simpatetik menyebabkan pengeluaran cairan
prostat ke dalam uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi. Sistem simpatetik
memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsula prostat, dan leher buli-buli.
(Purnomo, 2012)
6. Penis
Penis terdiri atas 3 buah korpora berbentuk silindris, yaitu 2 buah korpora
kavernosa yang saling berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berada di
sebelah ventralnya. Korpora kavernosa dibungkus oleh tunika albuginea sehingga
merupakan satu kesatuan, sedangkan di sebelah proksimal terpisah menjadi 2 sebagai
krura penis. Setiap krus penis dibungkus oleh otot ischiocavernosus yang kemudian
menempel pada rami ossis ischii. Korpus spongiosum membungkus uretra mulai dari
diafragma urogenitalis hingga muara uretra eksterna. Sebelah proksimal korpus
spongiosum dilapisi oleh otot bulbocavernosus. Korpus spongiosum ini berakhir pada
sebelah distal sebagai glans penis. Ketiga korpora, yakni 2 buah korpora kavernosa dan
sebuah korpus kavernosum dibungkus oleh fascia Buck dan lebih superficial lagi oleh
fascia Colles atau fascia Dartos yang merupakan lanjutan dari fascia Scarpa. (Purnomo,
2012)
7. Scrotum
Lapisan scrotum dari superficial ke profunda antara lain:
a. Kulit
b. Tunika dartos, terdiri atas muskulus dartos yang akan berkontraksi ketika
suhu dingin sehingga akan menyebabkan testis terangkat ke atas,
mendekati temperatur tubuh sehingga suhunya naik. Sedangkan saat panas

akan relaksasi sehingga menjauhkan testis dari tubuh, sehingga suhu testis
turun.
c. Fascia spermatica eksterna
d. Musculus cremasterica
e. Fascia spermatica interna
8. Funikulus spermaticus
Funikulus spermaticus merupakan penggantung dari testis. Funikulus spermaticus
sinister lebih panjang daripada dexter, oleh karenanya testis sinister lebih turun daripada
testis dexter. Struktur yang terdapat pada funikulus spermaticus yaitu A. Testicularis, A.
Deferentialis, A. Spermatica externa, V. Testicularis, plexus spermaticus, R. Genitalis N.
Genitofemoralis, dan duktus deferens.

Histologi
1. Testis
Setiap testis dikelilingi oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen, yaitu tunica
albuginea. Tunica albuginea menebal pada permukaan posterior testis dan membentuk
mediastinum testis, tempat septa fibrosa tersebut mempenetrasi organ tersebut dan
membagi kelenjar menjadi sekitar 250 kompartemen pyramid atau lobulus testis. Setiap
lobulus dihuni satu sampai empat tubulus seminiferus yang dikelilingi jaringan ikat
longgar interstisial yang banyak mengandung pembuluh darah dan limfe, saraf, dan sel
interstisial (sel Leydig) endokrin yang menyekresi testosterone. Tubulus seminiferus
menghasilkan sel reproduksi pria, yaitu spermatozoa, sedangkan sel interstisial
menyekresikan androgen testis. Testis berkembang secara retroperitoneal pada dinding
dorsal rongga abdomen embryonal. Testis bergerak selama perkembangan fetus dan
akhirnya tertahan di kedua sisi skrotum pada ujung funiculus spermaticus. Karena
bermigrasi dari rongga abdomen, setiap testis membawa serta suatu kantong serosa,
yakni tunica vaginalis, yang berasal dari peritoneum. Tunika ini terdiri terdiri atas lapisan
parietal di luar dan lapisan visceral di sebelah dalam, yang membungkus tunica
albuginea pada sisi anterior dan lateral testis.
2. Tubulus Seminiferus

Sperma dihasilkan dalm tubulus seminiferus dengan laju sekitar 2 x 10 8 per hari
pada pria dewasa. Setiap testis memiliki 250-1000 tubulus seminiferus di lobulusnya,
dengan setiap tubulus seminiferus yang berdiameter sekitar 150-250m dan panjang 3070 cm. panjang gabungan seluruh tubulus pada satu testis mencapai sekitar 250 m. Setiap
tubulus ini merupakan suatu gulung berkelok yang dihubungkan oleh suatu segmen
pendek dan sempit, yaitu tubulus rektus, dengan rete testis, yakni suatu labirin aluran
berlapis-epitel yang tertanam di mediastinum testis. Sepuluh hingga dua puluh ductus
efferent menghubungkan rete testis dengan caput epididymis. Setiap

tubulus

seminiferus dilapisi suatu epitel berlapis khusus dan kompleks yang disebut epitel
germinal atau epitel seminiferus. Membrane basal epitel ini dilapisi jaringan ikat fibrosa,
dengan suatu lapisan terdalam yang mengandung sel-sel mioid gepeng dan menyerupai
otot polos yang memungkinkan kontraksi lemah tubulus. Sel-sel interstisial pada jaringan
ikat tubuli seminiferus. Epitel tubulus seminiferus terdiri atas dua jenis sel: sel
penyokong atau sustentakuler (sel Sertoli) dan sel-sel proliferatif dan garis keturunan
spermatogenik. Bagian produksi sperma yang mencakup pembelahan yang mencakup
pembelahan

sel

melalui

mitosis

dan

meiosis

disebut

spermatogenesis

dan

spermiogenesis.
3. Ductus intratesticularis
Ductus genital intratestis adalah tubulus lurus (tubuli recti), rete testis, dan ductuli
efferentes. Duktus-duktus tersebut membawa spermatozoa dan cairan dari tubulus
seminiferus ke ductus epididymis. Kebanyakan tubulus sminiferus terdapat dalam bentuk
lengkungan, dan kedua ujungnya berhubungan dengan rete testis oleh tubulus rektus
yang pendek. Tubulus ini dikenali oleh hilangnya sel spermatogenik secara berangsur,
dengan bagian awal dengan dinding yang hanya dilapisi oleh sel sertoli, yang diikuti ruas
utama yang terdiri atas epitel kuboid yang ditunjang oleh selubung jaringan ikat padat.
Semua tubulus rektus mencurahkan isinya ke dalam rete testis, suatu jalinan saluran yang
saling terhubung dan dilapisi epitel kuboid. Saluran di rete testis terbenam dalam
jaringan ikat mediastinum. Rete testis bermuara ke dalam sekitar 20 ductuli efferentes.
Ductuli efferentes dilapisi epitel khas dengan kelompok sel kuboid tak bersilia yang
diselingi sel bersilia yang lebih tinggi.
4. Duktus Genital Ekskretorik

Duktus genital ekskretorik mencakup ductus epididymis, ductus deferens (vas


deferens) dan uretra. Saluran-saluran tersebut mengangkut sperma dari epididymis ke
penis selama ejakulasi. Ductus epididymis adalah saluran tunggal yang sangat berkelok
dengan anjang sekitar 4-5m. bersama dengan simpai jaringan ikat dan pembuluh darah di
sekitarnya. Sperma disimpan pada epididymis dan memperoleh karakteristik akhirnya di
tempat tersebut termasuk motilitas, reseptor membrane untuk protein zona pellucida,
pematangan akrosom, dan kemampuan membuahi. Ductuli efferntes bergabung dengan
ductus pada caput epididymis dan bermuara ke dalam ductus (vas) deferens di cauda.
Ductus epididymis dilapisi epitel kolumnar bertingkat yang terdiri atas sel basal bulat
dan sel kolumnar dengan mikrovili panjang irregular bercabang yang disebut stereosilia.
Sel epitel ductus epididymis menyerap air dan berperan pada ambilan dan pencernaan
badan residu yang dihasilkan selama spermiogenesis. Sel-sel ini ditunjang pada lamina
basal yang dikelilingi oleh sel otot polos, dengan kontraksi peristaltisnya menggerakkan
sperma di sepanjang duktus tersbut, dan oleh jaringan ikat longgar yang kaya akan
kapiler. Dari epididymis, ductus (vas) deferens, suatu tubulus lurus panjang berdinding
otot tebal, berlanjut ke arah urethra pars prostatica dan bermuara ke dalamnya. Ductus
deferens ditandai dengan lumen yang sempit dan lapisan otot polos tebal. Mukosanya
terlipat memanjang dan sebagian besar dilapisi epitel bertingkat kolumnar dengan
sebaran stereosilia. Lamina propia banyak mengandung serat elastin dan lapisan
muskularis yang terdiri atas lapisan longitudinal luar dan dalam dan lapisan sirkular.
Selama ejakulasi otot-otot menghasilkan kontraksi peristaltic kuat yang secara cepat
menggerakkan sperma di sepanjang duktus ini dari epididymis. Setelah melalui kandung
kemih, ductus deferens melebar membentuk ampula, dengan epitel yang lebih tebal dan
berlipat-lipat. Di bagian akhir ampula ini, vesicula seminalis bergabung dengan duktus.
Dari tempat ini, ductus deferens memasuki kelenjar prostate dan bermuara ke dalam
urethra pars prostatica. Segmen yang memasuki prostate disebut ductus ejaculatorius.
Mukosa ductus deferens berlanjut melalui ductus ejaculatorius, tetapi lapisan otot
menghilang di belakang ampula.
5. Kelenjar Tambahan
Kelenjar tambahan

saluran reproduksi

pria menghasilkan

secret yang

ditambahkan ke dalam sperma selama ejakulasi untuk menghasilkan semen dan penting
untuk reproduksi. Kelenjar genital tambahan meliputi vesicula seminalis, kelenjar
prostate, dan kelenjar bulbouretra. Kedua vesicular seminalis terdiri atas saluran

sepanjang 15 cm yang sangat berkelok. Mukosa khas memperlihatkan sejumlah besar


lipatan tipis kompleks yang mengisi sebagian besar lumen. Lipatan ini dilapisi selapis
epitel kolumnar atau epitel kolumnar bertingkat yang banyak memiliki granula
sekretoris. Lamina propia mengandung serat elastin dan dikelilingi otot polos dengan
lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar. Tinggi sel epitel vesicula seminalis dan
derajat aktivitas sekresinya bergantung pada kadar testosterone yang adekuat.
Kelenjar prostate merupakan suatu organ padat yang mengelilingi urethra di
bawah kandung kemih. Kelenjar tersbut tersusun berupa lapisan konsentris di sekitar
urethra: lapisan internal kelenjar mukosa, lapisan intermedia kelenjar submukosa, dan
lapisan perifer dengan kelenjar utama prostate. Prostate mempunyai tiga zona yang
sesuai dengan lapisan kelenjar:

Zona transisi: mengelilingi urethra prostatica dan memiliki kelenjar mukosa yang
bermuara langsung ke dalam urethra.

Zona sentral: memiliki kelenjar submukosa dengan duktus yang lebih panjang.

Zona perifer: memiliki kelanjar utama dan merupakan tempat tersering timbulnya
peradangan dan kanker.
Kelenjar tubuloalveolar prostate dibentuk oleh selapis epitel silindris atau epitel
bertingkat silindris. Pada lumen kelenjar prostate sering dijumpai corpora amylaceum
atau konkramen prostate dan terutama mengandung deposit glikoprotein dan
glikosaminoglikan sulfat (GAG), terutama keratin sulfat.
Pasangan kelenjar bulbourethra (kelenjar Cowper) terletak pada diafragma
urogenital. Setiap kelenjar memiliki sejumlah lobulus dengan unit sekretoris
tubuloalveolar yang dilapisi epitel kolumnar selapis penyekresi-mukus yang bergantung
pada testosterone. Septa di antara tubulus mengandung sel otot polos.
6. Penis
Komponen utama penis adalah tiga massa silindris dari jaringan erektil dan
urethra penis, yang terbungkus kulit. Dua di antara silinder-silinder ini corpora
cavernosa terletak di dorsal. Yang lain corpus spongiosus terletak di urethra dan
mengelilingi urethra. Corpus spongoisum urethra melebar di bagian ujung, yang
membentuk glans penis. Sebagian besar urethra penis dilapisi oleh epitel bertingkat
silindris. Pada glans, epitel ini menjadi epitel berlapis gepeng dan bersambung dengan
epitel epidermis tipis yang melapisi glans. Kelenjar urethra kecil penyekresi-mukus

(kelenjar Littre) terdapat di sepanjang urethra penis. Pada pria yang tidak disunat,
permukaan glans dilapisi oleh prepusium, suatu lipatan retraktil kulit tipis dengan
kelenjar sebasea pada lipatan internal. Corpora cavernosa dibungkus oleh lapisan
jaringan ikat padat kuat, yaitu tunica albugenia. Corpora cavernosa dan corpus
spongiosum terdiri atas jaringan erektil, yang mengandung sejumlah besar ruang
kavernosa bervena yang dilapisi sel-sel endotel dan dipisahkan oleh trabekula yang
terdiri atas serat jaringan ikat dan sel otot polos (Mescher, 2011).

HISTOLOGI SISTEM UROPOETIKA


A. GINJAL
Ginjal dibagi atas daerah luar yaitu korteks dan daerah dalam yaitu medulla. Korteks
ditutup oleh simpai jaringan ikat dan jaringan ikat perirenal dan jaringan lemak. Di dalam
korteks terdapat tubuli kontortus, glomeruli, tubuli lurus dan berkas medulla. Korteks juga
mengandung korpuskulum renal, tubuli kontortus proksimal dan distal nefron di dekatnya,
arteri interlobular dan vena interlobular. Berkas medular mengandung bagian-bagian lurus
nefron dan duktus koligens. Berkas medulla tidak meluas ke dalam kapsul ginjal karena ada
zona sempit tubuli kontorti. (Eroschenko, 2003)
Medula dibentuk oleh sejumlah pyramid renal. Dasar setiap pyramid menghadap ke
korteks dan apeksnya mengarah ke dalam. Apeks pyramid renal membentuk papilla yang
terujulur ke dalam kaliks minor. Medulla juga mengandung ansa henle dan duktus koligens.
Duktus koligens bergabung di medulla membentuk duktus papilaris yang besar. (Eroschenko,
2003)
Papila biasanya ditutupi epitel selapis silindris. Saat epitel ini berlanjut ke didnding
luar kaliks, epitel ini menjadi epitel epitel transisional. Di bawah epitel, terdapat selapis tipis
jaringan ikat dan otot polos yang kemudian menyatu dengan jaringan ikat sinus renalis.
(Eroschenko, 2003)
B.

URETER
Ureter yang tidak diregangkan memiliki lumen berkelok karena adanya lipatan
memanjang. Dinding ureter terdiri atas mukosa, muskularis dan adventisia. Mukosa terdiri
atas epitel transisional dan lamina propria lebar. Epitel transisional terdiri atas beberapa lapis
sel, lapisan terluar ditandai sel-sel kuboid besar. Sel-sel intermediate berbentuk polyhedral
karena sel di basal berbentuk kuboid atau silindris rendah. Permukaan basal epitel ini licin,
tanpa lekukan papil-papil jaringan ikat.
Lamina propria terdiri atas jaringan ikat fibroelastis dengan fibroblast lebih padat di
bawah epitel dibandingkan dengan fibroblast di dekat muskularis yang lebih longgar.
Jaringan limfoid difus dan kadang-kadang limfonodus kecil mungkin terlihat di lamina
propria.
Pada ureter bagian atas, muskularis terdiri atas lapisan otot polos longitudinal dalam dan
sirkular luar. Lapisan-lapisan ini tidak selalu jelas. Lapisan longitudinal luar tambahan
terdapat pada sepertiga ureter bagian bawah. Adventisia menyatu dengan jaringan ikat
fibroelastis dan jaringan lemak di sekitarnya yang mengandung banyak aretri, venul dan saraf
kecil.

C.

VESICA URINARIA
Lapisan otot polos dinding vesica urinaria serupa dengan lapisan otot di ureter, kecuali
ketebalannya. Dinding vesica urinaria terdiri atas mukosa, muskularis dan serosa pada
permukaan superior vesica urinaria. Permukaan inferiornya ditutupi adventisia yang menyatu
dengan jaringan ikat struktur-struktur di dekatnya.
Mukosa vesica yang kosong tampak berlipat-lipat namun lipatan ini hilang sewaktu
vesica diregangkan. Epitel transisional mengandung lebih banyak lapisan sel dan lamina
propria lebih lebar daripada ynag di ureter. Jaringan ikat longgar di bagian lebih dalam
megandung lebih banyak serat elastin.
Muskularisnya tebal dan ketiga lapisan dil bagian leher vesica tersusun dalam berkas
yang saling beranastoosis dengan jaringan ikat longgar di antaranya. 1.

Organa Genitalia Maskulina


Testis
Setiap testis dikelilingi oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen, yaitu tunica
albuginea. Tunica albuginea menebal pada permukaan posterior testis dan membentuk
mediastinum testis, tempat septa fibrosa tersebut mempenetrasi organ tersebut dan
membagi kelenjar menjadi sekitar 250 kompartemen pyramid atau lobulus testis. Setiap
lobulus dihuni satu sampai empat tubulus seminiferus yang dikelilingi jaringan ikat
longgar interstisial yang banyak mengandung pembuluh darah dan limfe, saraf, dan sel
interstisial (sel Leydig) endokrin yang menyekresi testosterone. Tubulus seminiferus
menghasilkan sel reproduksi pria, yaitu spermatozoa, sedangkan sel interstisial
menyekresikan androgen testis. Testis berkembang secara retroperitoneal pada dinding
dorsal rongga abdomen embryonal. Testis bergerak selama perkembangan fetus dan
akhirnya tertahan di kedua sisi skrotum pada ujung funiculus spermaticus. Karena
bermigrasi dari rongga abdomen, setiap testis membawa serta suatu kantong serosa,
yakni tunica vaginalis, yang berasal dari peritoneum. Tunika ini terdiri terdiri atas lapisan
parietal di luar dan lapisan visceral di sebelah dalam, yang membungkus tunica
albuginea pada sisi anterior dan lateral testis.
2. Tubulus Seminiferus
Sperma dihasilkan dalm tubulus seminiferus dengan laju sekitar 2 x 10 8 per hari
pada pria dewasa. Setiap testis memiliki 250-1000 tubulus seminiferus di lobulusnya,

dengan setiap tubulus seminiferus yang berdiameter sekitar 150-250m dan panjang 3070 cm. panjang gabungan seluruh tubulus pada satu testis mencapai sekitar 250 m. Setiap
tubulus ini merupakan suatu gulung berkelok yang dihubungkan oleh suatu segmen
pendek dan sempit, yaitu tubulus rektus, dengan rete testis, yakni suatu labirin aluran
berlapis-epitel yang tertanam di mediastinum testis. Sepuluh hingga dua puluh ductus
efferent menghubungkan rete testis dengan caput epididymis. Setiap

tubulus

seminiferus dilapisi suatu epitel berlapis khusus dan kompleks yang disebut epitel
germinal atau epitel seminiferus. Membrane basal epitel ini dilapisi jaringan ikat fibrosa,
dengan suatu lapisan terdalam yang mengandung sel-sel mioid gepeng dan menyerupai
otot polos yang memungkinkan kontraksi lemah tubulus. Sel-sel interstisial pada jaringan
ikat tubuli seminiferus. Epitel tubulus seminiferus terdiri atas dua jenis sel: sel
penyokong atau sustentakuler (sel Sertoli) dan sel-sel proliferatif dan garis keturunan
spermatogenik. Bagian produksi sperma yang mencakup pembelahan yang mencakup
pembelahan

sel

melalui

mitosis

dan

meiosis

disebut

spermatogenesis

dan

spermiogenesis.
3. Ductus intratesticularis
Ductus genital intratestis adalah tubulus lurus (tubuli recti), rete testis, dan ductuli
efferentes. Duktus-duktus tersebut membawa spermatozoa dan cairan dari tubulus
seminiferus ke ductus epididymis. Kebanyakan tubulus sminiferus terdapat dalam bentuk
lengkungan, dan kedua ujungnya berhubungan dengan rete testis oleh tubulus rektus
yang pendek. Tubulus ini dikenali oleh hilangnya sel spermatogenik secara berangsur,
dengan bagian awal dengan dinding yang hanya dilapisi oleh sel sertoli, yang diikuti ruas
utama yang terdiri atas epitel kuboid yang ditunjang oleh selubung jaringan ikat padat.
Semua tubulus rektus mencurahkan isinya ke dalam rete testis, suatu jalinan saluran yang
saling terhubung dan dilapisi epitel kuboid. Saluran di rete testis terbenam dalam
jaringan ikat mediastinum. Rete testis bermuara ke dalam sekitar 20 ductuli efferentes.
Ductuli efferentes dilapisi epitel khas dengan kelompok sel kuboid tak bersilia yang
diselingi sel bersilia yang lebih tinggi.
4. Duktus Genital Ekskretorik
Duktus genital ekskretorik mencakup ductus epididymis, ductus deferens (vas
deferens) dan uretra. Saluran-saluran tersebut mengangkut sperma dari epididymis ke
penis selama ejakulasi. Ductus epididymis adalah saluran tunggal yang sangat berkelok

dengan anjang sekitar 4-5m. bersama dengan simpai jaringan ikat dan pembuluh darah di
sekitarnya. Sperma disimpan pada epididymis dan memperoleh karakteristik akhirnya di
tempat tersebut termasuk motilitas, reseptor membrane untuk protein zona pellucida,
pematangan akrosom, dan kemampuan membuahi. Ductuli efferntes bergabung dengan
ductus pada caput epididymis dan bermuara ke dalam ductus (vas) deferens di cauda.
Ductus epididymis dilapisi epitel kolumnar bertingkat yang terdiri atas sel basal bulat
dan sel kolumnar dengan mikrovili panjang irregular bercabang yang disebut stereosilia.
Sel epitel ductus epididymis menyerap air dan berperan pada ambilan dan pencernaan
badan residu yang dihasilkan selama spermiogenesis. Sel-sel ini ditunjang pada lamina
basal yang dikelilingi oleh sel otot polos, dengan kontraksi peristaltisnya menggerakkan
sperma di sepanjang duktus tersbut, dan oleh jaringan ikat longgar yang kaya akan
kapiler. Dari epididymis, ductus (vas) deferens, suatu tubulus lurus panjang berdinding
otot tebal, berlanjut ke arah urethra pars prostatica dan bermuara ke dalamnya. Ductus
deferens ditandai dengan lumen yang sempit dan lapisan otot polos tebal. Mukosanya
terlipat memanjang dan sebagian besar dilapisi epitel bertingkat kolumnar dengan
sebaran stereosilia. Lamina propia banyak mengandung serat elastin dan lapisan
muskularis yang terdiri atas lapisan longitudinal luar dan dalam dan lapisan sirkular.
Selama ejakulasi otot-otot menghasilkan kontraksi peristaltic kuat yang secara cepat
menggerakkan sperma di sepanjang duktus ini dari epididymis. Setelah melalui kandung
kemih, ductus deferens melebar membentuk ampula, dengan epitel yang lebih tebal dan
berlipat-lipat. Di bagian akhir ampula ini, vesicula seminalis bergabung dengan duktus.
Dari tempat ini, ductus deferens memasuki kelenjar prostate dan bermuara ke dalam
urethra pars prostatica. Segmen yang memasuki prostate disebut ductus ejaculatorius.
Mukosa ductus deferens berlanjut melalui ductus ejaculatorius, tetapi lapisan otot
menghilang di belakang ampula.
5. Kelenjar Tambahan
Kelenjar tambahan

saluran reproduksi

pria menghasilkan

secret yang

ditambahkan ke dalam sperma selama ejakulasi untuk menghasilkan semen dan penting
untuk reproduksi. Kelenjar genital tambahan meliputi vesicula seminalis, kelenjar
prostate, dan kelenjar bulbouretra. Kedua vesicular seminalis terdiri atas saluran
sepanjang 15 cm yang sangat berkelok. Mukosa khas memperlihatkan sejumlah besar
lipatan tipis kompleks yang mengisi sebagian besar lumen. Lipatan ini dilapisi selapis
epitel kolumnar atau epitel kolumnar bertingkat yang banyak memiliki granula

sekretoris. Lamina propia mengandung serat elastin dan dikelilingi otot polos dengan
lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar. Tinggi sel epitel vesicula seminalis dan
derajat aktivitas sekresinya bergantung pada kadar testosterone yang adekuat.
Kelenjar prostate merupakan suatu organ padat yang mengelilingi urethra di
bawah kandung kemih. Kelenjar tersbut tersusun berupa lapisan konsentris di sekitar
urethra: lapisan internal kelenjar mukosa, lapisan intermedia kelenjar submukosa, dan
lapisan perifer dengan kelenjar utama prostate. Prostate mempunyai tiga zona yang
sesuai dengan lapisan kelenjar:

Zona transisi: mengelilingi urethra prostatica dan memiliki kelenjar mukosa yang
bermuara langsung ke dalam urethra.

Zona sentral: memiliki kelenjar submukosa dengan duktus yang lebih panjang.

Zona perifer: memiliki kelanjar utama dan merupakan tempat tersering timbulnya
peradangan dan kanker.
Kelenjar tubuloalveolar prostate dibentuk oleh selapis epitel silindris atau epitel
bertingkat silindris. Pada lumen kelenjar prostate sering dijumpai corpora amylaceum
atau konkramen prostate dan terutama mengandung deposit glikoprotein dan
glikosaminoglikan sulfat (GAG), terutama keratin sulfat.
Pasangan kelenjar bulbourethra (kelenjar Cowper) terletak pada diafragma
urogenital. Setiap kelenjar memiliki sejumlah lobulus dengan unit sekretoris
tubuloalveolar yang dilapisi epitel kolumnar selapis penyekresi-mukus yang bergantung
pada testosterone. Septa di antara tubulus mengandung sel otot polos.
6. Penis
Komponen utama penis adalah tiga massa silindris dari jaringan erektil dan
urethra penis, yang terbungkus kulit. Dua di antara silinder-silinder ini corpora
cavernosa terletak di dorsal. Yang lain corpus spongiosus terletak di urethra dan
mengelilingi urethra. Corpus spongoisum urethra melebar di bagian ujung, yang
membentuk glans penis. Sebagian besar urethra penis dilapisi oleh epitel bertingkat
silindris. Pada glans, epitel ini menjadi epitel berlapis gepeng dan bersambung dengan
epitel epidermis tipis yang melapisi glans. Kelenjar urethra kecil penyekresi-mukus
(kelenjar Littre) terdapat di sepanjang urethra penis. Pada pria yang tidak disunat,
permukaan glans dilapisi oleh prepusium, suatu lipatan retraktil kulit tipis dengan
kelenjar sebasea pada lipatan internal. Corpora cavernosa dibungkus oleh lapisan

jaringan ikat padat kuat, yaitu tunica albugenia. Corpora cavernosa dan corpus
spongiosum terdiri atas jaringan erektil, yang mengandung sejumlah besar ruang
kavernosa bervena yang dilapisi sel-sel endotel dan dipisahkan oleh trabekula yang
terdiri atas serat jaringan ikat dan sel otot polos.

Sumber :
Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.
Eroschenko, Victor P. 2003. Atlas Histologi Di Fiore dengan Korelasi
Fungsional Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mescher, Anthony L. 2011. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai