Corpus alienum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda asing
dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar tubuh) dan
benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda asing eksogen terdiri dari
benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik
seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang
berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti,
batu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang
bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan
dengan pH 7,4. Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau
bekuan darah, nanah, krusta.1,2
Benda asing pada telinga, hidung, dan tenggorok (THT) merupakan masalah
kesehatan keluarga, yang sering terjadi pada anak-anak. Pada anak-anak
cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang berlubang,
termasuk telinga, hidung, dan mulut. Benda-benda asing yang sering
ditemukan pada anak-anak antaranya kacang hijau, manik, mainan, karet
penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang relatif sering
ditemukan adalah kapas cattonbud yang tertinggal saat membersihkan telinga,
potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil
seperti kecoa, semut, atau nyamuk.3
Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya tidak
terlihat, dan gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan diagnosis
pada awalnya. Sebagian besar benda asing pada telinga dan hidung dapat
dikeluarkan oleh dokter yang sudah terlatih dengan komplikasi yang minimal.
Pengeluaran benda asing lazim dilakukan dengan forceps, irigasi dengan air,
dan kateter hisap. Benda asing pada faring atau trakea merupakan keadaan
yang darurat dan memerlukan konsultasi bedah. Hasil pemeriksaan radiografi
biasanya normal. Endoskopi lunak ataupun kaku sering digunakan untuk
memperkuat diagnosis dan untuk mengeluarkan benda asing.2
Pengeluaran benda asing harus dilakukan sedini mungkin untuk
menghindari komplikasi yang dapat ditimbulkan misalnya terjadi gangguan
Corpus Alienum
Definisi
Corpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam tubuh
yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh1.
Jenis-jenis Corpus Alienum
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen,
biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam
tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda
padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organic seperti
kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal
dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan
lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,
seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda
asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta, perkijuan, membran difteri, bronkolit. Cairan amnion, mekonium dapat
masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan1,2.
Manifestasi klinik
Efek dari masukya benda asing kedalam telinga dapat tanpa gejala atau dengan
gejala sampai berupa gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.5
a. Merasa tidak enak ditelinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga
merasa tidak enak ataupun tidak nyaman.
b. Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja
membuat telinga terasa tersumbat.
c. Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
d. Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis atau
Jika terdapat benda yang sangat kecil di dalam liang telinga dapat dicoba
dengan mengoyangkannya secara hati-hati. Menarik daun telinga kearah posterior
meluruskan liangtelinga dan benda asing dapat keluar dengan goncangan lembut
pada telinga. Jika benda asing masuk lebih dalam maka perlu diangkat oleh
dokter yang kompeten. Tidak dianjurkan untuk mengorek telinga sendiri karena
dapat mendorong lebih kedalam dan menyebabkan ruptur membran timpani atau
dapat melukai liang telinga.5
Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di teinga:5,6
a. Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk mengambil benda
dengan bantuan otoskop
b. Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
c. Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat membuat
benda-benda keluar dari liang telinga serta membersihkan debris.
d. Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari logam
e. Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa sakit
dan takut.
6
f. Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain atau minyak, lalu
diirigasi dengan air hangat.
Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima hari sampai
seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.
Pencegahan
Epidemiologi
Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama usia 1-4
tahun. Pada usia 1-4 tahun, anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama
daerah yang berlubang termasuk hidung. Mereka dapat memasukkan benda asing
sebagai upaya mengeluarkan sekret atau benda asing yang sebelumnya ada di
dalam hidung, atau untuk mengurangi gatal atau perih akibat iritasi yang
sebelumnya sudah terjadi. Benda asing paling sering ditemukan adalah sisa
makanan, permen, manik-manik, dan kertas. 7
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing dalam hidung
antara lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial dan
tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan tidur, penurunan
kesadaran, alkoholisme, dan epilepsi), ukuran, bentuk, serta sifat benda asing,
serta faktor kecerobohan. 7
Benda asing dapat dapat menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas bila
masuk ke saluran nafas bawah. 7
Etiologi
Berdasarkan jenis bendanya, etiologi corpus alienum di hidung dapat dibagi
menjadi. 7
a. Benda asing hidup (benda organik)
1) Lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia
dan hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssomya
bezziana. Lalat dewasa meletakkan telurnya pada pada jaringan hidup misalnya
pada luka, lubang-lubang pada tubuh seperti hidung, mata, telinga, dan traktus
urogenital.
2) Lintah
Lintah merupakan hewan penghisap darah. Pada saat menghisap darah,
lintah mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti
pembekuan darah sehingga darah pada pasien tidak akan membeku. Setelah
selesai menghisap darah, lintah akan menjatuhkan diri.
3) Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi
masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi port
dentry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan
oksigen yang lebih banyak.
kegawatan yang harus segera dikeluarkan karena kandungan zat kimianya yang
dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.
Patofisiologi
Corpus alienum
Terjadi iritasi
Kerusakan dan
kematian sel
Manifestasi Klinis
Hidung tersumbat oleh secret mukopurulen yang banyak dan berbau di salah
satu rongga hidung tempat adanya benda asing. Kadang disertai nyeri, demam,
epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan tampak mukosa edema dengan inflamasi
mukosa hidung unilateral, serta dapat juga terjadi ulserasi. 8,9
Bila benda asing berupa lintah, terdapat epistaksis berulang yang sulit berhenti
meskipun sudah diberikan koagulan. Pada rinoskopi posterior tampak benda asing
berwarna coklat tua, lunak, dan melekat erat pada mukosa hidung atau nasofaring.
8,9
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.7
Gejala yang timbul pada anak akibat adanya benda asing di hidung adalah
hidung tersumbat, rinore unilateral yang kental dan berbau. Dapat disertai demam
dan nyeri. Gejala lain bervariasi sesuai patogenesisnya. Misalnya benda asing
seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan secret yang berbau busuk. Baterai
logam di dalam hidung dapat menimbulkan keluhan rasa terbakar atau panas di
hidung. 7
Benda asing hidup yang terdapat di dalam hidung kebanyakan menimbulkan
sensasi benda yang bergerak-gerak. Epitaksis tanpa rasa nyeri sering menjadi
keluhan utama pada pasien dengan lintah di dalam hidungnya. 7
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, selain benda asing yang dapat dilihat
langsung, akan tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral, dan
dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutup mukous sehingga disangka
sinusitis. Lintah biasanya sulit dilihat dengan rinoskopi anterior, sehingga kadang
memerlukan pemeriksaan endoskopi. Bila terlihat, maka akan tampak benda asing
berwarna coklat tua dengan perabaan lunak dan melekat pada mukosa. Pada
miasis, hidung tampak bengkak, kemerahan di sekita mata dan sebagian muka
atas. Mukosa hidung nekrotik, kadang-kadang perforasi septum nasi, serta hidung
berbau busuk. 7
Penatalaksanaan
Benda asing pada hidung yang harus diperlakukan sebagai kasus gawat
sehingga harus dikeluarkan secepatnya antara lain baterai dan kapur barus. Cara
mengeluarkan benda asing di hidung ialah memakai pengait (hook) yang
dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai
menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan.
Dengan cara ini benda asing akan ikut terbawa keluar. Dapat juga menggunakan
forsep alligator, cunam Nortman atau wire loop. Bila benda asing berbentuk
bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul.9,10
10
Cara lain yaitu dengan menggunakan kateter dengan balon ukuran 5 atau 6 F
yang dimasukkan ke dalam hidung melewati benda asing yang terperangkap,
kemudian balon dikembangkan, sehingga benda asing diharapkan akan keluar ke
nares anterior dan mudah diekstraksi. Sebelum tindakan dilakukan, terlebih
dahulu diberikan fenilefrin 0,5% untuk mengurangi edema mukosa dan lidokain
topikal atau spray sebagai analgetik. Hindari mendorong benda asing dari hidung
kearah nasofaring karena akan menyebabkan masuknya benda asing tersebut ke
dalam laring sehingga menyebabkan sumbatan saluran nafas10,11.
Benda asing hidup sebaiknya dimatikan terlebih dahulu dengan tetes minyak
parafin atau alkohol sebelum diangkat. Untuk lintah dapat diteteskan tembakau.
Untuk miasis hidung, dianjurkan pemberian reagen tertentu (misalnya kloroform,
premium) yang dapat melemahkan larva, kemudian larva tersebut diambil satu per
satu. Tindakan operatif dengan melakukan nekrotomi merupakan tindakan
alternatif lain yang dilakukan dengan cara memberikan tetes kloroform terlebih
dahulu.11
Pemberian antibiotik sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus
benda asing di hidung yang telah menimbulkan infeksi pada hidung maupun
sinus.10,11
Komplikasi
11
Aspirasi
ditangani di unit gawat darurat. Secara statistik, presentase aspirasi benda asing
berdasarkan letaknya di hipofaring ssebesar 5%, laring/trakea 12 % dan bronkus
sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi benda asing terjadi pada anak usia <
15 tahun, 75% aspirasi benda asing terjadi pada anak usia 1 - 3 tahun. Benda asing
di bronkus paling sering pada bronkus kanan, karena bronkus kanan lebih besar,
mempunyai aliran udara lebih besar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap
trakea dibandingkan dengan bronkus kiri.12,13
Gejala Corpus Alienum didalam Saluran Nafas
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran nafas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran
benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut dihidung,
nasofaring, laring, trakea dan bronkus.
Tiga stadium aspirasi benda asing yang menimbulkan gejala sebagai berikut :
a. Stadium pertama, batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of
coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan
obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera.
b. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis.
c. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau
infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing sehingga timbul batukbatuk, hemoptosis, pneumonia dan abses paru.14
1) Benda Asing di Laring
Terjadi di antara pita suara, sub glotis dan dapat terjadi sumbatal total
maupun sumbatan sebagian.
a) Sumbatan total
Hal ini dapat menyebabkan keadaan gawat yang berakibat
asfiksia dalam waktu singkat. Memiliki gejala disfonia afonia,
apneu dan sianosis.
b) Sumbatan tidak total :
Sumbatan tipe ini memiliki gejala :
(1) Suara parau (disfonia)
(2) Afonia
(3) Batuk disertai sesak (croupy cough)
(4) Odinofagi, mengi, sianosis
(5) Hemoptisis
(6) Dispneu dengan derajat bervariasi
12
d. Tumor intraluminer
2. Expiratory Check Valve Obstruction
a. Udara inspirasi dapat lewat
b. Udara ekspirasi terhambat (oleh karena kontraksi otot
bronkus)
c. Emfisema paru obstruktif
d. Benda asing diam
Penyebab :
a. Benda asing di bronkus
b. Edema dinding bronkus pada bronkitis
3. Inspiratory Check-Valve Obstruction
4. Inspirasi terhambat
5. Ekspirasi masih dapat terlaksana
6. Benda asing mobile
Penyebab :
a. Benda asing dalam bronkus
b. Mucous plug (gumpalan ingus)
c. Tumor yang berttangkai
4. Stop Valve Obstruction
a. Inspirasi dan ekspirasi terhambat
b. Terjadi atelektasis tanpa pneumothorax (udara yang sisa
diresorbsi)
Penyebab :15
a. Benda asing menyumbat lumen
b. Trauma dinding bronkus dan peradangan berat.
a. Anamnesis
Gejala dan tanda sumbatan yang tampak fase awal (gejala sesaat sesudah
teraspirasi):
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Batuk tiba-tiba
Rasa tercekik (choking)
Rasa tersumbat di tenggorokan ( gasping)
Menahan nafas (gagging)
Bicara gagap (sputtering)
Obstruksi jalan nafas yang terjadi segera
b. Pemeriksaan fisik
1) Fase asimtomatis :
a) Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurang / menghilang,
b) Refleks-refleks melemah akibat benda asing yang tersangkut.
14
2) Fase komplikasi
Tanda dan gejala sesuai lokasi tersangkutnya benda asing
a) Laring
(1) Batuk paroksimal
(2) Parau
(3) Disfoni-Afoni
(4) Sesak nafas
(5) Stridor inspirasi dan ekspirasi
(6) Retraksi otot pernafasan
(7) Gelisah
(8) Sianosis
b) Trakea
(1) Batuk hilang timbul
(2) Asthmatoid wheezing
(3) Palpatory thud
(4) Audible snap
(5) Dispnea
(6) Retraksi otot pernafasan
(7) Stridor ekspirasi
(8) Gelisah
(9) Sianosis
c) Bronkus
(1) Batuk tidak produktif hingga produktif
(2) Mengi (wheezing)
(3) Perkusi : normal / redup / hipersonor sisi ipsilateral
(4) Auskultasi : vesikuler / melemah hipersonorsisi ipsilateral
c. Pemeriksaan radiologi leher-thorax
1) Benda asing radioopak/metal selanjutnya dilakukan foto polos PA dan
leteral (dapat dilakukan segera)
2) Benda asing radiolusen dapat dilakukan foto rontgen setelah 24 jam ( untuk
mengetahui adanya atelektasis/ emfisema)
3) Video fluoroscopy
(a) Cara terbaik melihat saluran napas keseluruhan
(b) Evaluasi saat inspirasi dan ekspirasi
(c) Adanya obstruksi parsial
Jika 1 tahapan disamping menunjukkan hasil positif
dilanjutkan
pemeriksaan endoskopi
d. Pemeriksaan endoskopi (diagnosa pasti)
1) Laringoskopi
2) Bronkoskopi
15
Penatalaksanaan
Penanggulangan pada obstruksi saluran nafas atas pada prinsipnya supaya jalan
napas lancar kembali.
a. Tindakan konservatif : pemberian antiinflamasi, amti alergi, antibiotika serta
pemberian oksigen intermitten yang dilakukan pada obstruksi laring stadium 1.
b. Tindakan operatif/resusitasi : memasukkan pipa endotrakeal melalui mulut
(intubasiorotrakea) atau melalui hidung (intubasinasotrakea), membuat
trakeostoma yang dilakukan pada obstruksi laring stadium ii,iii, atau
melakukan krikotirotomi yang dilakukan pada obstruks laring stadium IV.
Untuk menanggulangi obstruksi saluran napas atas :
a. Intubasi
Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat mulut atau
hidung. Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamatan dan dapat
dilakukan tanpa atau dengan analgetika.
1) Membantu ventilasi
2) Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.
3) Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal dari
lambung.
b. Laringotomi (Krikotirotomi)
Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran tirokrikoid
(krikotirotomi).
c. Trakeostomi
Merupakan suatu tindakan bedah dengan mengiris atau membuat lubang
sehingga terjadi hubungan langsung lumen trakea dengan dunia luar untuk
mengatasi gangguan pernapasan atas.
d. Perasat Heimlich
Suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total
atau benda asing yang berukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsip
perasat Heimlich adalah memberikan tekanan pada paru-paru.14
Pada perasat Heimlich lakukanlah tekanan ke dalam dan ke atas rongga
perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong ke atas. Tenaga dorongan ini
akan mendesak udara dalam paru-paru ke luar. Tata cara pelaksanaannya
16
e. Back blow
1) Pada pemeriksa yang sadar.
Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut, Lakukan tiga
sampai empat kali pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan
abdomen atau dada dan ulangi usaha-usaha pembersihan. Tindakan terakhir
yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotiroidotomi, dan ini hanya dapat
dilakukan oleh tenaga terlatih.14
2) Pada bayi :
a) Pegang bayi dengan muka menghadap ke bawah
b) Topang dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan.
c) Lakukan pemukulan ringan pada punggung secara lembut antara kedua
tulang belikat.
Komplikasi
a. Infeksi paru
b. Bronkiektasis
c. Asma. 15
17
c
d
mendasarinya.
Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau
pemakai gigi palsu yang kehilangan sensasi rasa (taktil sensation) dari palatum,
pada pasien gangguan mental dan psikosis.
Faktor predisposisi lian ialah adanya penyakit-penyakit esophagus yang
menimbulkan gejala disfagia kronis, yaitu esofagitis refluks, striktur pasca
esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esophagus atau lambung, cara
mengunyah yang salah dengan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya,
mabuk (alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).
Epidemiologi
18
Mati lemas karena sumbatan jalan nafas (suffocation) akibat tertelan atau
teraspirasi benda sing, merupakan penyebab ketiga kematian mendadak pada anak
dibawah umur 1 tahun dan penyebab kematian keempat pada anak usia 1-6 tahun
(National Safety Council 1984). Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung
pada komplikasi yang terjadi. Benda asing di esophagus sering ditemukan di
daerah penyempitan fisiologis esophagus. Benda sing yang bukan makanan
kebanyakan tersangkut di servikal esophagus, biasanya di otot krikofaring atau
arkus aorta, kadang-kadang di daerah penyilangan esophagus dengan bronkus
utama kiri pada sfingter krdio esophagus. 70% dari 2394 kasus benda asing
esophagus ditemukan di daerah servikal, dibawah sfingter kriko faring, 12 %
didaerah hipofaring dan 7,7% didaerah esophagus torakal. Dilaporkan 48% kasus
benda sing yang tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis
tekanan atau infeksi lokal. Pada orang dewasa benda asing yang tersangkut dapat
berupa makanan atau bahan yang tidak dapat dicerna seperti biji buah-buahan,
gigi palsu, tulang ikan, atau potongan daging yang melekat pada tulang. 16,17
Patogenesis
Ketika benda asing masuk ke oesofagus, dapat membentuk suatu peradangan
pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus. Kemudian
menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lenjut adalah
terjadi penumpukan makanan, rasa penuh di leher dan kemudian dapat
mengganggu sistem pernafasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi
trakea, dimana trakea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus. 16,17
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dengan gejala dan tanda,
pemeriksaa radiologik dan endoskopik. Tindakan endoskopik dilakukan untuk
diagnostik dan terapi.
Diagnosis tertelan benda asing, harusnya dipertimbangkan pada setiap anak
dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gangging), batuk,
muntah. Gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan menurun, demam,
19
gangguan pernafasan. Harus diketahui dengan baik ukuran, bentuk dan jenis
benda asing, dan apakah mempunyai bagian yang tajam. 16,17
Manifestasi Klinis
Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk, jenis benda asing, lokasi
tersangkutnya komplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula timbul nyeri
didaerah leher, kemudian timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri di
punggung. Terdapat rasa tercekik, gejala permulaan benda asing esophagus adalah
rasa nyeri di daerah leher bila benda asing tersangkut di servikal.
Bila benda asing tersangkut di esophagus distal, timbul rasa tidak enak di
substernal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi tergantung, pada
ukuran benda asing, disfagia lebih berat bila telah terjadi edema mukosa yang
memperberat sumbatan sehingga timbul rasa sumbatan esophagus yang persisten,
gejala yang lain adalah odinofagia, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah, kadangkadang mudah berdarah. Nyeri di punggung menunjukkan adanya tanda perforasi
atau mediastinitis. Gangguan napas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis
terjadi akibat penekanan trakea atau benda asing. 16,17
Pemeriksaan Fisik
Terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing terjepit akibat edema yang
timbul progresif . Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut,
didapatkan tanda-tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi
terdengar suara getaran di daerah pre cordial dan inter scapula.
Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat
dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumothoraks jarang terjadi
tetapi dapat timbul sebagai komplikas tindakan endoskopi.
Pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk, disebabkan oleh aspirasi ludah
atau minuman. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronkhi, wheezing, demam,
abses leher atau tanda empisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan menurun dan
gangguan pertumbuhan. Benda asing yang terdapat di daerah servikal esophagus
dan bagian distal krikofaring, dapat menimbulkan obstruksi saluran napas dengan
20
stridor karena menekan dinding trakea bagian (posterior trachea esophageal party
wall) 16,17
Komplikasi
Laserasi mukosa perdarahan, perforasi local dengan abses leher atau
mediastinitis. Perforasi dapat menyebabkan selulitis local, dan fistel esofagus.
Benda asing bulat atau tumpul dapat menimbulkan perforasi sebagai akibat
sekunder dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda asing
timbul bila benda asing berada di seofagus dalam waktu yang lama.
Gejala dan tanda perforasi esophagus servikal dan torakal oleh karena benda
asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi di
daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil,
gelisah, nadi dan pernapasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal
dan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat menimbulkan
pneumothoraks atau pyotoraks. 16,17
Pemeriksaan Penunjang
a Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esofagus servikal
dan torakal
anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga
b
asing.
Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan (enhancement) pada
d
e
Penatalaksaan
Dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar benda asing
tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk
21
22
dictionary.
Corpus
Alienum.
http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/Corpus+alienum.
23
2. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Napas. In: Soepardi EA, Iskandar N.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher
edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 259-65.
3. Boies. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorokan, ed 6, Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta, 1994: 78 - 80. 28.
4. Maqbool M. Shambaugh GE. Surgery of the Ear, 4h ed, Tokyo ; WB
Saunders Company, 1990:5-7,210-1.
5. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat.
University of Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am
Fam Physician. 2007, Oct 15; 76(8): 1185-89
6. Cunha
JP.
Objects
or
insects
in
Ear.
http://www.medicinenet.com/objects_or_insects_in_ear/article.htm.
7. Ballenger J. 2002. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok dan Kepala Leher.
Edisi 13. Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
8. Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
9. George, L., Adams. 1997. BOEIS : Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorok. Edisi 6. Jakarta: EGC
10. Rukmin, S., Herawati, S., 1999. Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung
Tenggorok. Jakarta: EGC
11. Fischer, J.I., et al.
2013.
Nasal
Foreign
Bodies.
http:
http://emedicine.medscape.com/article/763767
12. Perkasa, M.F., 2009. Ekstraksi Benda Asing Laring (Rotan) dengan
Neuroleptic Anesthesia. Medicinus , 22(2): 58-60.
13. Junizaf, M.H., 2001. Benda asing di saluran napas. Dalam: Soepardi, E.A.,
danIskandar, N., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher, edisi kelima, Balai penerbit FK UI, Jakarta, 218-23
14. Ballenger J. Penyakit THT dan kepala leher. Ed.13. jlid II. FKUI. Jakarta.
2007, H:305-325
15. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Aose, and
Throat. UniVersity of Virginia School of Medicine, Charlottesville,
virginia. Am Fam Phisician 2007, oct 15 . 76 (8)
16. Yunizaf M. Benda Asing di Esofagus. In: Soepardi EA, Iskandar N. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher edisi
6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 301.
24
17. Adams GL., Penyakit Jalan Nafas Bagian Bawah, Esofagus dan
Mediastinum : Buku Ajar Penyakit THT. Ed Keenam EGC
25