Anda di halaman 1dari 25

Pendahuluan

Corpus alienum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda asing
dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari luar tubuh) dan
benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda asing eksogen terdiri dari
benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik
seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang
berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti,
batu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang
bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan
dengan pH 7,4. Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau
bekuan darah, nanah, krusta.1,2
Benda asing pada telinga, hidung, dan tenggorok (THT) merupakan masalah
kesehatan keluarga, yang sering terjadi pada anak-anak. Pada anak-anak
cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang berlubang,
termasuk telinga, hidung, dan mulut. Benda-benda asing yang sering
ditemukan pada anak-anak antaranya kacang hijau, manik, mainan, karet
penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang relatif sering
ditemukan adalah kapas cattonbud yang tertinggal saat membersihkan telinga,
potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil
seperti kecoa, semut, atau nyamuk.3
Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya tidak
terlihat, dan gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan diagnosis
pada awalnya. Sebagian besar benda asing pada telinga dan hidung dapat
dikeluarkan oleh dokter yang sudah terlatih dengan komplikasi yang minimal.
Pengeluaran benda asing lazim dilakukan dengan forceps, irigasi dengan air,
dan kateter hisap. Benda asing pada faring atau trakea merupakan keadaan
yang darurat dan memerlukan konsultasi bedah. Hasil pemeriksaan radiografi
biasanya normal. Endoskopi lunak ataupun kaku sering digunakan untuk
memperkuat diagnosis dan untuk mengeluarkan benda asing.2
Pengeluaran benda asing harus dilakukan sedini mungkin untuk
menghindari komplikasi yang dapat ditimbulkan misalnya terjadi gangguan

pendengaran, perdarahan pada hidung, gangguan menelan dan lain-lain. Usaha


mengeluarkan benda asing seringkali malah mendorongnya lebih ke dalam
sehingga harus dilakukan secara tepat dan hati-hati. Bila kurang hati-hati atau
bila pasien tidak kooperatif, berisiko trauma yang dapat merusak struktur organ
yang lain. Pada anak-anak harus dipegang sedemikian rupa sehingga tubuh dan
kepala tidak dapat bergerak bebas.3
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2014, corpus alienum
merupakan salah satu masalah kesehatan dengan kategori 4A. Hal tersebut
mewajibkan setiap dokter umum mampu menguasai dan dapat menangani
secara mandiri dan tuntas, baik diagnosis maupun tatalaksananya. Oleh karena
itu, perlu pembahasan lebih lanjut mengenai masalah penegakan diagnosis
cepat dan tepat yang berhubungan dengan corpus alienum untuk mencegah
komplikasi yang berlanjut.

Corpus Alienum
Definisi
Corpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam tubuh
yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh1.
Jenis-jenis Corpus Alienum
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen,
biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam
tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda
padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organic seperti
kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal
dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, dan
lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,
seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda
asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta, perkijuan, membran difteri, bronkolit. Cairan amnion, mekonium dapat
masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan1,2.

Corpus Alienum pada Telinga


Corpus alienum pada telinga adalah keadaan dimana terdapatnya suatu benda
asing yang terjepit atau tersangkut didalam liang telinga 2. Kadang-kadang benda
asing tersebut dapat masuk ke dalam liang telinga dengan disengaja ataupun tidak,
bila kemasukan benda asing di telinga bisa menjadi suatu keluhan berupa
penurunan pendengaran3.
Pada anak, anak biasanya seringkali tidak melaporkan keluhannya sebelum
timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya bisa
mengeluarkan bau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai
akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena bisa-bisa
benda yang masuk malah semakin masuk lebih dalam lagi karena anatomi liang
telinga yang berlekuk. Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka.
Benda yang masuk biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dengan menggunakan
peralatan dan keahlian khusus.
Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu 4 :
a. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
b. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan
alat-alat pembersih telinga misalnya catton bud, tangkai korek api atau lidi
yang tertinggal di dalam telinga.
c. Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam
telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.

Predileksi benda asing di dalam telinga

Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga:5


a. Air
Sering kali saat kita mandi, berenang atapun keramas, bisa membuat air
masuk ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar
dengan sendirinya. Tetapi jika didalam telinga kita ada kotoran, air justru
bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air sendiri
menjadi terperangkap di dalamnya.
b. Cotton Bud
Cotton bud tidak dianjurkan secara medis untuk membersihkan telinga.
Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat
menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya.
c. Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam
telinganya. Misalnya, manik-manik mainan.
d. Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan
bagian dalam telinga.

Manifestasi klinik
Efek dari masukya benda asing kedalam telinga dapat tanpa gejala atau dengan
gejala sampai berupa gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.5
a. Merasa tidak enak ditelinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga
merasa tidak enak ataupun tidak nyaman.
b. Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja
membuat telinga terasa tersumbat.
c. Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
d. Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis atau

ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang


komplikasi telinga akibat benda asing.
e. Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing
Patofisiologi
Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius
eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga pasien
akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang pasien
lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut sering kali berakibat semakin
terdorongnya benda asing ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga
menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane timpani. Akibat dari laserasi
kulit dan lukanya membran timpanai, akan menyebabkan gangguan pendengaran,
rasa nyeri telinga/otalgia dan kemungkinan adanya resiko terjadinya infeksi.6
Diagnosis
a. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya:6
1) Bersihkan serumen
2) Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi:
1) Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
2) Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang
gendang.
3) Kemungkinan gendang mengalami robekan.

Gambar : pemeriksaan dengan otoskopi

Gambar : benda asing pada liang telinga


b. Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
Test penyaringan sederhana :
1. Lepaskan semua alat bantu dengar
2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
3. Berdirilah dengan jarak 30 cm
4. Bisikan angka secara acak
5. Untuk nada frekuensi tinggi : lakukan dengan suara jam
Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
1. Uji weber
2. Uji Rine
3. Uji Swabach
Penatalaksanaan

Jika terdapat benda yang sangat kecil di dalam liang telinga dapat dicoba
dengan mengoyangkannya secara hati-hati. Menarik daun telinga kearah posterior
meluruskan liangtelinga dan benda asing dapat keluar dengan goncangan lembut
pada telinga. Jika benda asing masuk lebih dalam maka perlu diangkat oleh
dokter yang kompeten. Tidak dianjurkan untuk mengorek telinga sendiri karena
dapat mendorong lebih kedalam dan menyebabkan ruptur membran timpani atau
dapat melukai liang telinga.5
Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di teinga:5,6
a. Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk mengambil benda
dengan bantuan otoskop
b. Suction dapat digunakan untuk menghisap benda
c. Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat membuat
benda-benda keluar dari liang telinga serta membersihkan debris.
d. Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari logam
e. Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa sakit
dan takut.
6

f. Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain atau minyak, lalu
diirigasi dengan air hangat.
Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima hari sampai
seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.

Pencegahan

a. Usaha pencegahan: 5,6


Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk membersihkan
telinga sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek
samping: kulit teling kita yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang berguna
untuk membuat gerakan menyapu kotoran di telinga kita akan rusak,
sehingga mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika kulit kita
lecet dapat terjadi infeksi telinga luar yang sangat tidak nyaman dan
kemungkinan lain bila anda terlalu dalam mendorong Cottonbud, maka
dapat melukai atau menembus gendang telinga.
Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak, dapat
tejadi bahaya di atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat
menyumbat jalan nafas.
Corpus Alienum Pada Hidung
Corpus alienum di hidung adalah benda asing yang berasal dari luar tubuh atau
dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak terdapat pada hidung tersebut.7

Epidemiologi

Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama usia 1-4
tahun. Pada usia 1-4 tahun, anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama
daerah yang berlubang termasuk hidung. Mereka dapat memasukkan benda asing
sebagai upaya mengeluarkan sekret atau benda asing yang sebelumnya ada di
dalam hidung, atau untuk mengurangi gatal atau perih akibat iritasi yang
sebelumnya sudah terjadi. Benda asing paling sering ditemukan adalah sisa
makanan, permen, manik-manik, dan kertas. 7
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing dalam hidung
antara lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial dan
tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan tidur, penurunan
kesadaran, alkoholisme, dan epilepsi), ukuran, bentuk, serta sifat benda asing,
serta faktor kecerobohan. 7
Benda asing dapat dapat menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas bila
masuk ke saluran nafas bawah. 7
Etiologi
Berdasarkan jenis bendanya, etiologi corpus alienum di hidung dapat dibagi
menjadi. 7
a. Benda asing hidup (benda organik)
1) Lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia
dan hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssomya
bezziana. Lalat dewasa meletakkan telurnya pada pada jaringan hidup misalnya
pada luka, lubang-lubang pada tubuh seperti hidung, mata, telinga, dan traktus
urogenital.
2) Lintah
Lintah merupakan hewan penghisap darah. Pada saat menghisap darah,
lintah mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti
pembekuan darah sehingga darah pada pasien tidak akan membeku. Setelah
selesai menghisap darah, lintah akan menjatuhkan diri.
3) Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi
masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi port
dentry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk mendapatkan
oksigen yang lebih banyak.

b. Benda asing tak hidup (benda anorganik)


Benda asing tak hidup yang tersering adalah manic-manik, baterai logam,
dan kancing baju.

Kasus baterai logam di hidung merupakan salah satu

kegawatan yang harus segera dikeluarkan karena kandungan zat kimianya yang
dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.
Patofisiologi

Corpus alienum

Masuk ke dalam cavum


nasi
Bertahan di dalam
cavum nasi
Respon pertahanan pada
hidung
Sel goblet epitel
respiratorius
Keluar mukus
Medium yang baik
untuk pertumbuhan
bakteri
Sekret
mukopurulen

Terjadi iritasi
Kerusakan dan
kematian sel

Pembusukan selsel jaringan yang


nekrosis oleh
bakteri
Foeter Ex Nasi

Manifestasi Klinis
Hidung tersumbat oleh secret mukopurulen yang banyak dan berbau di salah
satu rongga hidung tempat adanya benda asing. Kadang disertai nyeri, demam,
epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan tampak mukosa edema dengan inflamasi
mukosa hidung unilateral, serta dapat juga terjadi ulserasi. 8,9
Bila benda asing berupa lintah, terdapat epistaksis berulang yang sulit berhenti
meskipun sudah diberikan koagulan. Pada rinoskopi posterior tampak benda asing

berwarna coklat tua, lunak, dan melekat erat pada mukosa hidung atau nasofaring.
8,9

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.7
Gejala yang timbul pada anak akibat adanya benda asing di hidung adalah
hidung tersumbat, rinore unilateral yang kental dan berbau. Dapat disertai demam
dan nyeri. Gejala lain bervariasi sesuai patogenesisnya. Misalnya benda asing
seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan secret yang berbau busuk. Baterai
logam di dalam hidung dapat menimbulkan keluhan rasa terbakar atau panas di
hidung. 7
Benda asing hidup yang terdapat di dalam hidung kebanyakan menimbulkan
sensasi benda yang bergerak-gerak. Epitaksis tanpa rasa nyeri sering menjadi
keluhan utama pada pasien dengan lintah di dalam hidungnya. 7
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, selain benda asing yang dapat dilihat
langsung, akan tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral, dan
dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutup mukous sehingga disangka
sinusitis. Lintah biasanya sulit dilihat dengan rinoskopi anterior, sehingga kadang
memerlukan pemeriksaan endoskopi. Bila terlihat, maka akan tampak benda asing
berwarna coklat tua dengan perabaan lunak dan melekat pada mukosa. Pada
miasis, hidung tampak bengkak, kemerahan di sekita mata dan sebagian muka
atas. Mukosa hidung nekrotik, kadang-kadang perforasi septum nasi, serta hidung
berbau busuk. 7
Penatalaksanaan
Benda asing pada hidung yang harus diperlakukan sebagai kasus gawat
sehingga harus dikeluarkan secepatnya antara lain baterai dan kapur barus. Cara
mengeluarkan benda asing di hidung ialah memakai pengait (hook) yang
dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sampai
menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan.
Dengan cara ini benda asing akan ikut terbawa keluar. Dapat juga menggunakan
forsep alligator, cunam Nortman atau wire loop. Bila benda asing berbentuk
bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul.9,10

10

Cara lain yaitu dengan menggunakan kateter dengan balon ukuran 5 atau 6 F
yang dimasukkan ke dalam hidung melewati benda asing yang terperangkap,
kemudian balon dikembangkan, sehingga benda asing diharapkan akan keluar ke
nares anterior dan mudah diekstraksi. Sebelum tindakan dilakukan, terlebih
dahulu diberikan fenilefrin 0,5% untuk mengurangi edema mukosa dan lidokain
topikal atau spray sebagai analgetik. Hindari mendorong benda asing dari hidung
kearah nasofaring karena akan menyebabkan masuknya benda asing tersebut ke
dalam laring sehingga menyebabkan sumbatan saluran nafas10,11.
Benda asing hidup sebaiknya dimatikan terlebih dahulu dengan tetes minyak
parafin atau alkohol sebelum diangkat. Untuk lintah dapat diteteskan tembakau.
Untuk miasis hidung, dianjurkan pemberian reagen tertentu (misalnya kloroform,
premium) yang dapat melemahkan larva, kemudian larva tersebut diambil satu per
satu. Tindakan operatif dengan melakukan nekrotomi merupakan tindakan
alternatif lain yang dilakukan dengan cara memberikan tetes kloroform terlebih
dahulu.11
Pemberian antibiotik sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus
benda asing di hidung yang telah menimbulkan infeksi pada hidung maupun
sinus.10,11

Komplikasi

Perdarahan merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada corpus


alienum di hidung. Edema pada mukosa dapat menyebabkan obstruksi pada
drainase sinus dan tuba eustachius sehingga mengakibatkan sinusitis dan
otitis media akut. Rinolith dapat timbul bila benda asing bertahan selama
bertahun-tahun. Infeksi struktur jaringan di sekitar hidung juga dapat terjadi,
seperti selulitis periorbital, meningitis, epiglositis, difteri, dan tetanus.11

Corpus Alienum pada Tenggorokan

11

Aspirasi

benda asing merupakan hal yang paling sering ditemukan dan

ditangani di unit gawat darurat. Secara statistik, presentase aspirasi benda asing
berdasarkan letaknya di hipofaring ssebesar 5%, laring/trakea 12 % dan bronkus
sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi benda asing terjadi pada anak usia <
15 tahun, 75% aspirasi benda asing terjadi pada anak usia 1 - 3 tahun. Benda asing
di bronkus paling sering pada bronkus kanan, karena bronkus kanan lebih besar,
mempunyai aliran udara lebih besar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap
trakea dibandingkan dengan bronkus kiri.12,13
Gejala Corpus Alienum didalam Saluran Nafas
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran nafas tergantung pada lokasi
benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran
benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut dihidung,
nasofaring, laring, trakea dan bronkus.
Tiga stadium aspirasi benda asing yang menimbulkan gejala sebagai berikut :
a. Stadium pertama, batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of
coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan
obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera.
b. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis.
c. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau
infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing sehingga timbul batukbatuk, hemoptosis, pneumonia dan abses paru.14
1) Benda Asing di Laring
Terjadi di antara pita suara, sub glotis dan dapat terjadi sumbatal total
maupun sumbatan sebagian.
a) Sumbatan total
Hal ini dapat menyebabkan keadaan gawat yang berakibat
asfiksia dalam waktu singkat. Memiliki gejala disfonia afonia,
apneu dan sianosis.
b) Sumbatan tidak total :
Sumbatan tipe ini memiliki gejala :
(1) Suara parau (disfonia)
(2) Afonia
(3) Batuk disertai sesak (croupy cough)
(4) Odinofagi, mengi, sianosis
(5) Hemoptisis
(6) Dispneu dengan derajat bervariasi

12

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala sumbatan laring yang dibagi


dalam 4 stadium (jackson).
a. Stadium pertama, cekungan sedikit pada inspirasi didaerah
suprasternal, kadang-kadang belum ada stridor
b. Stadium kedua, Cekungan di suprasternal dan epigastrium, stridor
mulai terdengar
c. Stadium ketiga, Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium,
intercostal dan supraclavicula. Stridor jelas terdengar dan pasien
tampak gelisah.
d. Stadium keempat, Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien
yang mula-mula gelisah mulai lemah dan akhirnya kesadaran
menurun.
2) Benda Asing di Trakea
Benda asing di trakea ini dapat menimbulkan gejala batuk yang
tiba - tiba berulang dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di
tenggorok (gagging), terdapat gejala patognomonik :
(a) Audible slap (batuk dengan mulut terbuka)
(b) Palpatory thud (teraba di trakea pars servikal)
(c) Asthmatoid wheeze ( bunyi saat ekspirasi inspirasi dengan
mulut terbuka )
(d) Tracheal flutter (getaran teraba pada benda asing yang kecil)
3) Benda Asing di Bronkus
Lebih banyak terjadi masuk ke dalam bronkus kanan. Gejala yang
ditimbulkan diantaranya :
(a) Sputum haemoragis
(b) Rasa logam / aroma khusus
(c) Emfisema, atelektasis
(d) Febris
(e) Dapat terlihat gambaran bronkiektasis, bronkopneumonia
dan abses paru
Jackson (1936) membagi sumbatan bronkus dalam 4 tingkat :
1. By-pass Valve Obstruction
a. Sumbatan sebagian
b. Udara dapat lewat waktu inspirasi dan ekspirasi tetapi
salurannya sempit bunyi napas (mengi)
c. Biasanya benda asing diam dan kecil
Penyebab :
a. Benda asing dalam bronkus
b. Penekanan bronkus dari luar
c. edema
13

d. Tumor intraluminer
2. Expiratory Check Valve Obstruction
a. Udara inspirasi dapat lewat
b. Udara ekspirasi terhambat (oleh karena kontraksi otot
bronkus)
c. Emfisema paru obstruktif
d. Benda asing diam
Penyebab :
a. Benda asing di bronkus
b. Edema dinding bronkus pada bronkitis
3. Inspiratory Check-Valve Obstruction
4. Inspirasi terhambat
5. Ekspirasi masih dapat terlaksana
6. Benda asing mobile
Penyebab :
a. Benda asing dalam bronkus
b. Mucous plug (gumpalan ingus)
c. Tumor yang berttangkai
4. Stop Valve Obstruction
a. Inspirasi dan ekspirasi terhambat
b. Terjadi atelektasis tanpa pneumothorax (udara yang sisa
diresorbsi)
Penyebab :15
a. Benda asing menyumbat lumen
b. Trauma dinding bronkus dan peradangan berat.

Diagnosa Corpus Alienum didalam Saluran napas

a. Anamnesis
Gejala dan tanda sumbatan yang tampak fase awal (gejala sesaat sesudah
teraspirasi):
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Batuk tiba-tiba
Rasa tercekik (choking)
Rasa tersumbat di tenggorokan ( gasping)
Menahan nafas (gagging)
Bicara gagap (sputtering)
Obstruksi jalan nafas yang terjadi segera

b. Pemeriksaan fisik
1) Fase asimtomatis :
a) Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurang / menghilang,
b) Refleks-refleks melemah akibat benda asing yang tersangkut.
14

2) Fase komplikasi
Tanda dan gejala sesuai lokasi tersangkutnya benda asing
a) Laring
(1) Batuk paroksimal
(2) Parau
(3) Disfoni-Afoni
(4) Sesak nafas
(5) Stridor inspirasi dan ekspirasi
(6) Retraksi otot pernafasan
(7) Gelisah
(8) Sianosis
b) Trakea
(1) Batuk hilang timbul
(2) Asthmatoid wheezing
(3) Palpatory thud
(4) Audible snap
(5) Dispnea
(6) Retraksi otot pernafasan
(7) Stridor ekspirasi
(8) Gelisah
(9) Sianosis
c) Bronkus
(1) Batuk tidak produktif hingga produktif
(2) Mengi (wheezing)
(3) Perkusi : normal / redup / hipersonor sisi ipsilateral
(4) Auskultasi : vesikuler / melemah hipersonorsisi ipsilateral
c. Pemeriksaan radiologi leher-thorax
1) Benda asing radioopak/metal selanjutnya dilakukan foto polos PA dan
leteral (dapat dilakukan segera)
2) Benda asing radiolusen dapat dilakukan foto rontgen setelah 24 jam ( untuk
mengetahui adanya atelektasis/ emfisema)
3) Video fluoroscopy
(a) Cara terbaik melihat saluran napas keseluruhan
(b) Evaluasi saat inspirasi dan ekspirasi
(c) Adanya obstruksi parsial
Jika 1 tahapan disamping menunjukkan hasil positif

dilanjutkan

pemeriksaan endoskopi
d. Pemeriksaan endoskopi (diagnosa pasti)
1) Laringoskopi
2) Bronkoskopi

15

(a) bronkoskop kaku


(b) bronkoskop fleksibel

Penatalaksanaan

Penanggulangan pada obstruksi saluran nafas atas pada prinsipnya supaya jalan
napas lancar kembali.
a. Tindakan konservatif : pemberian antiinflamasi, amti alergi, antibiotika serta
pemberian oksigen intermitten yang dilakukan pada obstruksi laring stadium 1.
b. Tindakan operatif/resusitasi : memasukkan pipa endotrakeal melalui mulut
(intubasiorotrakea) atau melalui hidung (intubasinasotrakea), membuat
trakeostoma yang dilakukan pada obstruksi laring stadium ii,iii, atau
melakukan krikotirotomi yang dilakukan pada obstruks laring stadium IV.
Untuk menanggulangi obstruksi saluran napas atas :
a. Intubasi
Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat mulut atau
hidung. Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamatan dan dapat
dilakukan tanpa atau dengan analgetika.
1) Membantu ventilasi
2) Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.
3) Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal dari
lambung.
b. Laringotomi (Krikotirotomi)
Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran tirokrikoid
(krikotirotomi).
c. Trakeostomi
Merupakan suatu tindakan bedah dengan mengiris atau membuat lubang
sehingga terjadi hubungan langsung lumen trakea dengan dunia luar untuk
mengatasi gangguan pernapasan atas.
d. Perasat Heimlich
Suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total
atau benda asing yang berukuran besar yang terletak di hipofaring. Prinsip
perasat Heimlich adalah memberikan tekanan pada paru-paru.14
Pada perasat Heimlich lakukanlah tekanan ke dalam dan ke atas rongga
perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong ke atas. Tenaga dorongan ini
akan mendesak udara dalam paru-paru ke luar. Tata cara pelaksanaannya

16

adalah penolong berdiri dibelakang penderita sambil memeluk badannya.


Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan kiri, kedua tangan diletakkan
pada perut bagian atas, kemudian dilakukan penekanan rongga perut ke arah
dalam dan ke atas dengan hentakan beberapa kali.14

e. Back blow
1) Pada pemeriksa yang sadar.
Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut, Lakukan tiga
sampai empat kali pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan
abdomen atau dada dan ulangi usaha-usaha pembersihan. Tindakan terakhir
yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotiroidotomi, dan ini hanya dapat
dilakukan oleh tenaga terlatih.14
2) Pada bayi :
a) Pegang bayi dengan muka menghadap ke bawah
b) Topang dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan.
c) Lakukan pemukulan ringan pada punggung secara lembut antara kedua
tulang belikat.
Komplikasi

a. Infeksi paru
b. Bronkiektasis
c. Asma. 15

17

Corpus Alienum di Esofagus


Benda asing esophagus adalah benda yang tajam ataupun tumpul atau makanan
yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena tertekan, baik secara sengaja
maupun tidak sengaja.
Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama
anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap
lokasi di esophagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun ptologis dan
dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esophagus dapat dibagi
dalam golongan anak dan dewasa. Penyebab pada anak antara lain, anomaly
congenital termasuk stenosis kongenital, web, fistel trakeoesofagus, dan
pelebaran pembuluh darah.
Faktor predisposisi antara lain : 16,17
a
b

Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik


Koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada

c
d

kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun.


Retardasi mental
Gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang

mendasarinya.
Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau
pemakai gigi palsu yang kehilangan sensasi rasa (taktil sensation) dari palatum,
pada pasien gangguan mental dan psikosis.
Faktor predisposisi lian ialah adanya penyakit-penyakit esophagus yang
menimbulkan gejala disfagia kronis, yaitu esofagitis refluks, striktur pasca
esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esophagus atau lambung, cara
mengunyah yang salah dengan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya,
mabuk (alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).

Epidemiologi

18

Mati lemas karena sumbatan jalan nafas (suffocation) akibat tertelan atau
teraspirasi benda sing, merupakan penyebab ketiga kematian mendadak pada anak
dibawah umur 1 tahun dan penyebab kematian keempat pada anak usia 1-6 tahun
(National Safety Council 1984). Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung
pada komplikasi yang terjadi. Benda asing di esophagus sering ditemukan di
daerah penyempitan fisiologis esophagus. Benda sing yang bukan makanan
kebanyakan tersangkut di servikal esophagus, biasanya di otot krikofaring atau
arkus aorta, kadang-kadang di daerah penyilangan esophagus dengan bronkus
utama kiri pada sfingter krdio esophagus. 70% dari 2394 kasus benda asing
esophagus ditemukan di daerah servikal, dibawah sfingter kriko faring, 12 %
didaerah hipofaring dan 7,7% didaerah esophagus torakal. Dilaporkan 48% kasus
benda sing yang tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis
tekanan atau infeksi lokal. Pada orang dewasa benda asing yang tersangkut dapat
berupa makanan atau bahan yang tidak dapat dicerna seperti biji buah-buahan,
gigi palsu, tulang ikan, atau potongan daging yang melekat pada tulang. 16,17
Patogenesis
Ketika benda asing masuk ke oesofagus, dapat membentuk suatu peradangan
pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus. Kemudian
menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lenjut adalah
terjadi penumpukan makanan, rasa penuh di leher dan kemudian dapat
mengganggu sistem pernafasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi
trakea, dimana trakea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus. 16,17
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dengan gejala dan tanda,
pemeriksaa radiologik dan endoskopik. Tindakan endoskopik dilakukan untuk
diagnostik dan terapi.
Diagnosis tertelan benda asing, harusnya dipertimbangkan pada setiap anak
dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gangging), batuk,
muntah. Gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan menurun, demam,

19

gangguan pernafasan. Harus diketahui dengan baik ukuran, bentuk dan jenis
benda asing, dan apakah mempunyai bagian yang tajam. 16,17
Manifestasi Klinis
Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk, jenis benda asing, lokasi
tersangkutnya komplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula timbul nyeri
didaerah leher, kemudian timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri di
punggung. Terdapat rasa tercekik, gejala permulaan benda asing esophagus adalah
rasa nyeri di daerah leher bila benda asing tersangkut di servikal.
Bila benda asing tersangkut di esophagus distal, timbul rasa tidak enak di
substernal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi tergantung, pada
ukuran benda asing, disfagia lebih berat bila telah terjadi edema mukosa yang
memperberat sumbatan sehingga timbul rasa sumbatan esophagus yang persisten,
gejala yang lain adalah odinofagia, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah, kadangkadang mudah berdarah. Nyeri di punggung menunjukkan adanya tanda perforasi
atau mediastinitis. Gangguan napas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis
terjadi akibat penekanan trakea atau benda asing. 16,17
Pemeriksaan Fisik
Terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing terjepit akibat edema yang
timbul progresif . Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut,
didapatkan tanda-tanda pneumo-mediastinum, emfisema leher dan pada auskultasi
terdengar suara getaran di daerah pre cordial dan inter scapula.
Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat
dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumothoraks jarang terjadi
tetapi dapat timbul sebagai komplikas tindakan endoskopi.
Pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk, disebabkan oleh aspirasi ludah
atau minuman. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronkhi, wheezing, demam,
abses leher atau tanda empisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan menurun dan
gangguan pertumbuhan. Benda asing yang terdapat di daerah servikal esophagus
dan bagian distal krikofaring, dapat menimbulkan obstruksi saluran napas dengan

20

stridor karena menekan dinding trakea bagian (posterior trachea esophageal party
wall) 16,17
Komplikasi
Laserasi mukosa perdarahan, perforasi local dengan abses leher atau
mediastinitis. Perforasi dapat menyebabkan selulitis local, dan fistel esofagus.
Benda asing bulat atau tumpul dapat menimbulkan perforasi sebagai akibat
sekunder dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda asing
timbul bila benda asing berada di seofagus dalam waktu yang lama.
Gejala dan tanda perforasi esophagus servikal dan torakal oleh karena benda
asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau mediastinum, krepitasi di
daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan menggigil,
gelisah, nadi dan pernapasan cepat, nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal
dan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat menimbulkan
pneumothoraks atau pyotoraks. 16,17
Pemeriksaan Penunjang
a Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esofagus servikal

dan torakal

anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga
b

tertelan benda asing.


Esofagogram pakai barium enema dilakukan untuk benda asing radiolusen
akan memperlihatkan filling defect persistent. Pemeriksaan ini sebaiknya tidak
dilakukan untuk benda asing radioopak, karena densitas pada bahan asing sama
dengan zat kontras, sehingga akan menyulitka penilaian ada tidaknya benda

asing.
Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan (enhancement) pada

d
e

daerah pinggir benda asing.


CT Scan dapat menunjukkan gambaran inflamasi dan jaringan lunak
MRI dapat memperlihatkan semua gambaran semua keadaan patologik
esophagus. 16,17

Penatalaksaan

Dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar benda asing
tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi ulang untuk

21

menilai kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Untuk benda


asing tajam yang tidak bisa dilakukan dengan esofagoskopi harus segera
dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut, yaitu servikotomi,
torakotomi atau esofagotomi.
Bila dicurigai perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak
menelan dan diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum luar selama 7-10 hari
agar tidak terjadi sepsis. Benda asing tajam yang telah masuk ke dalam lambung
dapat menyebabkan perforasi di pylorus. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi
sebaik-baiknya untuk mendapatkan tanda perforasi dini. Bila letak benda asing
menetap selama 2x24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara
pembedahan (laparatomi). 16,17

Gambar Koin dalam esophagus pada foto Rontgen AP

Gambar Koin dalam esophagus pada foto Rontgen lateral

22

Gambar Koin dalam esophagus pada pemeriksaan endoskopi


Kesimpulan
Benda asing adalah masalah yang lazim pada bidang THT, khususnya pada
bidang THT anak, seringkali diikuti berbagai komplikasi, beberapa mengalami
keparahan. Pada tahun awal kehidupan anak mengalami penjelajahan dan
interaksi dengan lingkungan. Ketika anak mulai dapat merangkak dan berjalan,
anak mulai berinteraksi dengan banyak benda yang biasanya anak suka
memasukan benda-benda tersebut ke dalam lubang mulut, telinga, hidung, dan
sampai tenggorokan.
Pada pasien dewasa masalah benda asing biasanya terjadi akibat
kesengajaan atau tidak sengaja yang biasanya dapat diakibatkan oleh serangga,
ataupun benda asing lainnya. Karena benda asing bisa menjadi suatu keadaan
yang darurat maka perlu segera dilakukan tindakan untuk mengangkat benda
asing tersebut. Namun terkadang terjadi kesulitan dalam pengangkatan benda
asing dalam THT. Pengangkatan benda asing bergantung pada faktor-faktor dari
benda asing sendiri, dokter yang kompeten dengan alat-alat yang memadai, dan
kerjasama dari pasien.
Daftar Pustka
1. Medical

dictionary.

Corpus

Alienum.

http://medical-

dictionary.thefreedictionary.com/Corpus+alienum.

23

2. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Napas. In: Soepardi EA, Iskandar N.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher
edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 259-65.
3. Boies. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorokan, ed 6, Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta, 1994: 78 - 80. 28.
4. Maqbool M. Shambaugh GE. Surgery of the Ear, 4h ed, Tokyo ; WB
Saunders Company, 1990:5-7,210-1.
5. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat.
University of Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am
Fam Physician. 2007, Oct 15; 76(8): 1185-89
6. Cunha
JP.
Objects
or

insects

in

Ear.

http://www.medicinenet.com/objects_or_insects_in_ear/article.htm.
7. Ballenger J. 2002. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok dan Kepala Leher.
Edisi 13. Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
8. Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
9. George, L., Adams. 1997. BOEIS : Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorok. Edisi 6. Jakarta: EGC
10. Rukmin, S., Herawati, S., 1999. Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung
Tenggorok. Jakarta: EGC
11. Fischer, J.I., et al.

2013.

Nasal

Foreign

Bodies.

http:

http://emedicine.medscape.com/article/763767
12. Perkasa, M.F., 2009. Ekstraksi Benda Asing Laring (Rotan) dengan
Neuroleptic Anesthesia. Medicinus , 22(2): 58-60.
13. Junizaf, M.H., 2001. Benda asing di saluran napas. Dalam: Soepardi, E.A.,
danIskandar, N., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher, edisi kelima, Balai penerbit FK UI, Jakarta, 218-23
14. Ballenger J. Penyakit THT dan kepala leher. Ed.13. jlid II. FKUI. Jakarta.
2007, H:305-325
15. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Aose, and
Throat. UniVersity of Virginia School of Medicine, Charlottesville,
virginia. Am Fam Phisician 2007, oct 15 . 76 (8)
16. Yunizaf M. Benda Asing di Esofagus. In: Soepardi EA, Iskandar N. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher edisi
6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 301.
24

17. Adams GL., Penyakit Jalan Nafas Bagian Bawah, Esofagus dan
Mediastinum : Buku Ajar Penyakit THT. Ed Keenam EGC

25

Anda mungkin juga menyukai