Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

Nyeri Pada Saat Buang Air Besar


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Program Kepaniteraan Umum
Bagian Ilmu Bedah di RSUD Tugurejo Semarang

Pembimbing:
dr. Bondan Prasetyo, Sp.B
Disusun Oleh :
Laela Apriliana

H2A012039

Syahrizon Thomas

H2A012067

Ellen Wulandari

H2A012068

Eka Oktaviani S

H2A012013

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.


Hemoroid sangat umum terjadi. Hemoroid atau wasir merupakan vena
varikosa pada kanalis ani dan dibagi menjadi 2 jenis yaitu, hemoroid interna
dan eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis
superior dan media, sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena
hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, hemoroid eksterna
timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid interna timbul disebelah
atas (atau disebelah proksimal) sfingter.1,2
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada
sekitar 35% penduduk yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan
ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat
tidak nyaman. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh
gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor
etiologi yaitu konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada
kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati
kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena
vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain
itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran
balik.3,5
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak
ditemukan pada praktek dokter sehari hari. Di RSCM selama 2 tahun. Dari
414 kali pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108(26,09%) kasus hemoroid.
Berdasarkan data yang diambil di ruang paviliun mawar RSUD Kabupaten
jombangangka kejadian hemoroid pada tahun 2012 terjadi sebanyak 30%
kejadian.sedangkanangka kejadian hemoroid pada tahun 2013 terjadi

sebanyak 45% kejadian. Dan sampai bulan desember pada tahun 2014 angka
kejadian hemoroid meningkat menjadi

sebanyak 50 (50.18%) kejadian.

Jumlah keseluruhan dari sampai desember 2014 yaitu 50 kasus.4


Penyebab meningkatnya angka kejadian hemoroid dikarenakan oleh
faktor mengedan pada buang besar yang sulit, pola buang besar yang salah
(lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil
membaca, merokok), peningkatan intra abdomen, kehamilan (disebabkan
tekanan janin pada abdomen, dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi
kronik, diare kronik atau diare akut, yang berlebihan, hubungan seks peranal,
kurang minum air putih, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah),
kurang olah raga/imobilisasi.4,5
Dampak dari hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi.
Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan
edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pemebekuan darah
dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan
nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid
ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.5

BAB II
STATUS PASIEN
I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS
Nama

: Tn. N

Umur

: 31 tahun

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Kuli bangunan

Alamat

: Kranggan, Polanharjo

No. CM

:-

Ruang

: Bangsal Kenanga

Tanggal Periksa

: 2 mei 2016

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 4 mei 2016 jam 15.00 WIB di bangsal
Anggrek
Keluhan Utama

: Nyeri pada saat BAB

Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri
pada saat BAB. Nyeri timbul karena terdapat benjolan pada anus pasien.
Dahulu benjolan ini mudah untuk di kembalikan tetapi sekarang sulit
untuk dimasukan kembali. Nyeri ini timbul perlahan dan membuat pasien
kadang susah untuk BAB dan tidak bisa duduk. Untuk memperingan

gejalanya pasien memberi salep ambeyen tetapi akhir-akhir ini tidak


kunjung sembuh. selain nyeri dan benjolan, pasien juga mengeluhkan
adanya lendir darah saat BAB, badan menjadi panas dan tidak nafsu
makan.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit yang sama
- Riwayat infeksi saluran kemih
- Riwayat operasi ginjal
- Riwayat Hiperttensi
- Riwayat DM

: Diakui sejak 4 th yang lalu


: disangkal
: disangkal
:disangkal
:disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


- Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa
- Riwayat Hipertensi
:disangkal
- Riwayat DM
:disangkal
Riwayat Kebiasaan
- Riwayat konsumsi air putih
- Riwayat makanan berserat
- Riwayat konsusmsi alkohol
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah

: Jarang, 4 gelas sehari


: diakui hampir setiap hari
: disangkal
seorang kuli bangunan. Pasien tinggal

bersama istri dan kedua anaknya. Saat ini, pasien berobat


menggunakan BPJS.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 4 mei 201
STATUS GENERALIS
1. Kesadaran
: Compos mentis
2. Keadaan umum : Tampak kesakitan
3. Vital sign
- Tekanan darah
: 120/80 mmHg
- Nadi
: 75x/menit, reguler (isi dan tegangan cukup)
- Respiratory rate
: 20x/menit, irama reguler, tipe nafas thorak
abdominal
- Suhu
4. Status Internus
a) Kepala

: 37oC (aksiler)

Kesan mesocephal
b) Mata

Konjungtiva palpebra anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil


isokor (3mm/3mm), reflek pupil direk (+/+), reflek pupil indirek
(+/+)
c) Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), pembesaran
KGB(-/-)
d) Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-),
deformitas (-)
e) Mulut
Bibir kering (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah
(-), Tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
f) Leher
Simetris, trakea di tengah, pembesaran KGB (-), tiroid
(Normal), nyeri tekan(-), JVP meningkat (-)
g)Thorax
Dextra

Sinistra

Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
Dinamis
2. Palpasi
Stem fremitus
Nyeri tekan
Pelebaran ICS
Arcus Costa
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan

Lateral

>Antero

Lateral

>Antero

posterior

posterior

Simetris

Simetris

Simetris

Simetris

Dextra = sinistra

Dextra = sinistra

(-)

(-)

(-)

(-)

Normal

Normal

Sonor

diseluruh Sonor

lapang paru

di

lapang paru

seluruh

Vesikuler

Vesikuler

Wheezing(-), ronki (-)

Wheezing(-), ronki (-)

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Simetris

Simetris

Dextra = sinistra

Dextra = sinistra

Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
2. Palpasi
Stem fremitus
Nyeri tekan
Pelebaran ICS

3. Perkusi
(-)
Suara
lapang
(-)
paru
Peranjakan paru
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan

(-)
(-)

Sonor

di

seluruh Sonor

di

seluruh

lapang paru

lapang paru

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Vesikuler

Vesikuler

Wheezing(-), ronki (-)

Wheezing(-), ronki (-)

Tampak anterior paru

Tampak posterior paru

SD : vesikuler

SD : vesikuler

ST : ronki (-), wheezing (-)

ST : ronki (-), wheezing (-)

Cor
-

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

: ictus cordis tidak tampak


: ictus cordis tidak teraba
:

Batas atas

: ICS II parasternal sinistra

Pinggang jantung

: ICS III parasternal sinistra

Batas kanan bawah

: ICS V linea sternalis dextra

Miri bawah

: ICS V linea midclavicula sinistra 1 cm


medial

Konfigurasi jantung
-

Auskultasi

: dalam batas normal

: reguler, Suara jantung murni: SI,SII (normal)

reguler. Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)


h) Abdomen
Inspeksi

: Permukaan datar, warna sama seperti kulit


di sekitar, ikterik (-), spider nevi (-), caput
medusa (-),

Auskultasi

: Bising usus (+) 10x / menit, bruit hepar(-),


bruit aorta abdominalis(-), bruit a. iliaca
dextra (-), bruit a. iliaca sinistra (-).

Perkusi

: Timpani seluruh regio abdomen, liver span


(10 cm), pekak sisi (+) normal, pekak alih
(-), ruang traube (timpani), garis scuffner = 0

Palpasi

: Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien


tidak teraba.

i) Ekstremitas
Superior
Akral dingin

Inferior
-/-

-/-

Oedem

-/-

-/-

Sianosis

-/-

-/-

Jaundice

-/-

-/-

j) Status Lokalis :
1. Inspeksi : Terdapat benjolan pada arah jam 12 dengan
diameter 2cm, hiperemis (+), berbatas tegas
2. Palpasi : Benjolan konsistensi lunak, nyeri tekan (+), dapat
dimasukkan
3. Pemeriksaan Rectal Toucher : Tonus sfingter ani cukup
kuat, mukosa rectum licin, ampula recti tidak kolaps, teraba
massa dengan diameter 2cm, konsistensi kenyal, nyeri
tekan (+), pada sarung tangan tidak terdapat darah, feses,
dan lendir

IV. Pemeriksaan Penunjang


a. Darah Rutin
Darah rutin
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit

Hasil
7,42
6,57
14,60 (L)
36,70
56,9
18,9
34,10
422,0
9

Nilai Normal
3,8-10,6
4.4 -5,9
13,2-17,3
40-52
80-100
26-34
32-36
150-400

RDW
Eosinofil absolute
Basofil absolute
Neutrofil absolute
Limfosit absolute
Monosit absolute
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Glukosa sewaktu
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Kalium
Natrium

12,90
0,22
0,01
5,22
1,59
0,38
3,00
0,10
70,40 (H)
21,40 (L)
5,10
101 mg/dL
16 U/L
14 U/L
16,0
0,72
3,8 U/L
146 U/L (H)

11,5-14,5
0,045-0,44
0-0,2
1,8-8
0,9-5,2
0,16-1
2-4
0-1
50-70
25-40
2-8
< 125 mg/Dl
0-35
0-35
10.0-50.0
0.60-0.90
3.5-5.0
135-145

b. anoskopi
V. Diagnosis Banding :
1. Prolaps Recti
2. Ca Colorectal
VI. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, diagnosis
kasus ini adalah Hemoroid Interna grade III.
VII. RENCANA PENGELOLAAN
Inisial Plan
a. IpDx : Hemoroid interna grade III
b. IpTx :

Infus RL 20 tpm
Injeksi fersobagt 2x1 amp
Injeksi Ketorolac 3x1 amp
Inj Ranitidin 2x1 amp

10

Hemoroidektomi
Rujuk Spesialis Bedah

c. IpMx
Mengecek keadaan umum dan tanda vital
d. IpEx
Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa pasien tentang

penyaikit dan penyebab penyakit


Menjelaskan kepada pasien komplikasi yang mungkin terjadi

apabila tidak dilakukan operasi


Menjelaskan tentang pola hidup sehat untuk mencegah benjolan
muncul kembali

VIII. Prognosis
-

Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad sanam
: dubia ad malam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam

11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Kanalis anal memiliki panjang sekitar 4 cm, yang dikelilingi
dengan mekanisme sfingter anus. Setengah bagian atas dari kanalis anal
dilapisi oleh mukosa glandular rektal. Mukosa bagian teratas dari kanalis
anal berkembang sampai 6-10 lipatan longitudinal, yang disebut columns
of Morgagni, yang masing masing memiliki cabang terminal dari arteri
rektal superior dan vena. Lipatan-lipatan ini paling menonjol di bagian
lateral kiri, posterior kanan dan kuadran anterior kanan, dimana vena
membentuk pleksus vena yang menonjol. Mukosa glandular relatif tidak
sensitif, berbeda dengan kulit kanalis, kulit terbawahnya lebih sensitif.6
Mekanisme spinter anal memiliki tiga unsur pembentuk, spinter
internal, spinter eksternal dan puborektalis. Spinter internal merupakan
kontinuasi yang semakin menebal dari muskular dinding ginjal. Spinter
eksternal dan puborektalis sling (yang merupakan bagian dari levator ani)
muncul dari dasar pelvis.6
Vaskularisasi rektum dan kanalis anal sebagian besar diperoleh
melalui arteri

hemoroidalis superior, media, dan inferior. Arteri

hemoroidalis superior merupakan

kelanjutan akhir arteri mesentrika

inferior. Arteri hemoroidalis media merupakan cabang ke anterior dari


arteri hipogastrika. Arteri hemoroidalis inferior dicabangkan oleh arteri
pubenda interna yang merupakan cabang dari arteri iliaca interna, ketika
arteri tersebut melewati bagian atas spina ischiadica. Sedangka n vena-

12

vena dari kanalis anal dan rektum mengikut i perjalanan yang sesuai
dengan perjalanan arteri.6
Vena-vena ini berasal dari 2 pleksus yaitu pleksus hemoroidalis
superior (interna) yang terletak di submukosa atas anorectal junction dan
pleksus hemoroidalis inferior (eksterna) yang terletak dibawah anorectal
junction dan di luar lapisan otot.
Perdarahan Arteri
Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.
Mesenterika inferior. Arteri ini membagi menjadi dua cabang utama, yaitu
kiri dan kanan. Cabang yang kanan bercabang lagi. Letak cabang terakhir
menjelaskan letak hemoroid interna yang khas yaitu dua buah di perempat
sebelah kanan dan sebua di perempat lateral kiri. 7

Perdarahan vena
Vena hemoroidalis superiior berasal dari plesksus hemoroidalis
internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam v. Mesenterika inferior dan
seterusnya mmelalui v. Lienalis ke vena porta.7
Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah kedalam vena
pudenda interna dan kedalam vena iliaka interna dan sistem kava.
Pembesaran vena hemooroidalis dapat menimbulkan keluhan hemoroid.6,7

13

Persarafan rektum terdiri atas sistem saraf simpatik dan


parsimpatik. Serabut saraf simpatik berasal dari pleksus mesentrikus
inferior dan dari sistem parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis
lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Persarafan parasimpatik (nervi
erigentes) berasal dari saraf sakral kedua, ketiga, dan keempat.6
B. Definisi Hemoroid
Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang,
yang terdiri dari pleksus arteri- vena, berfungsi sebagai katup didalam
saluran

anus

untuk

membantu

sistem

sfingter

anus,

mencegah

inkontinensia, flatus, dan cairan.1


Plexus hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak
pada mukosa rektum bagian distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid
terjadi ketika plexus vaskularini membesar. Sehingga kita dapatkan
pengertiannya dari hemoroid adalah Hemoroid adalah kumpulan dari
pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal.
Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih
kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah,
jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal.1,2
C. Etiologi Hemoroid
Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada
buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak
memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca,
merokok), peningkatan tekanan intra abdomen, karena tumor (tumor

14

usus,tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada


abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare
kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang
minum air, kurang makan- makanan berserat (sayur dan buah), kurang
olahraga/imobilisasi.2
Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi karena kebiasaan buang
air besar tidak tentu dan setiap kali berak mengedan terlalu keras, terlalu
lama duduk sepanjang tahun, infeksi, kehamilan dapat merupakan faktorfaktor penyebab hemoroid.2,5
Faktor predisposisi terjadinya hemoroid adalah herediter, anatomi,
makanan, pekerjaan, psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai faktor
presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.Umumnya
faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan.5
D. Patofisiologi
Anal canal memiliki lumen triradiate yang dilapisi bantalan
(cushion) atau alas dari jaringan mukosa. Bantalan ini tergantung di anal
canal oleh jaringan ikat yang berasal dari sfingter anal internal dan otot
longitudinal. Di dalam tiap bantalan terdapat plexus vena yang diperdarahi
oleh arteriovenosus. Struktur vaskular tersebut membuat tiap bantalan
membesar untuk mencegah terjadinya inkontinensia. Efek degenerasi
akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan bersamaan
dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta
mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang
akan mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang mengalami prolapsus akan
terganggu aliran balik venanya.3
Bantalan menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan,
konsumsi serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air besar,
serta kondisi seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra
abdominal. Perdarahan yang timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan
oleh trauma mukosa lokal atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di
bawahnya.3,8

15

Dapat

disimpulkan

bahwa

sel

mast

memiliki

peran

multidimensional terhadap patogenesis hemoroid, melalui mediator dan


sitokin yang dikeluarkan oleh granul sel mast. Pada tahap awal
vasokonstriksi terjadi bersamaan dengan peningkatan vasopermeabilitas
dan kontraksi otot polos yang diinduksi oleh histamin dan leukotrin.
Ketika vena submukosal meregang akibat dinding pembuluh darah pada
hemoroid melemah, akan terjadi ekstravasasi sel darah merah dan
perdarahan. Sel mast juga melepaskan platelet-activating factor sehingga
terjadi agregasi dan trombosis yang merupakan komplikasi akut
hemoroid.8,9
Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan
mengalami rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh
kandungan granul sel mast. Termasuk diantaranya tryptase dan
chymaseuntuk degradasi jaringan stroma, heparin untuk migrasi sel
endotel dan sitokin sebagai TNF-serta interleukin 4 untuk pertumbuhan
fibroblas dan proliferasi. Selanjutnya pembentukan jaringan parut akan
dibantu oleh basic fibroblast growth factor dari sel mast.3,8
E. Klasifikasi Hemoroid
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentate
line menjadi batas histologis. Klasifikasi hemoroid yaitu:1,5
a) Hemoroid eksternal, berasal dari dari bagian distal dentate line dan
dilapisi oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak
persarafan serabut saraf nyeri somatik.
b) Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan
dilapisi mukosa.
c) Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa di bagian superior
dan kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri.
F. Derajat Hemoroid
Derajat Hemoroid Internal diklasifikasikan menjadi beberapa
tingkatan yakni: 1,2
a) Derajat I : Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke
luar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.

16

b) Derajat II : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau


masuk sendiri ke dalam anus secara spontan.
c) Derajat III : Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke
dalam anus dengan bantuan dorongan jari.
d) Derajat IV : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung
untuk mengalami trombosis dan infark.

Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak
dapat didorong masuk. Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2
kategori yaitu:
1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut
sebagai hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor nyeri.
2) Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan
kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah.

17

gambar 1.4 : formation of hemorroidh


G. Gejala dan tanda
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid yaitu:
1,2

a) Hemoroid internal
1. Prolaps dan keluarnya mukus.
2. Perdarahan.
3. Rasa tak nyaman.
4. Gatal.
b) Hemoroid eksternal
1. Rasa terbakar.
2. Nyeri ( jika mengalami trombosis).
3. Gatal.
H. Diagnosis Banding
Selama evaluasi awal pasien, kemungkinan penyebab lain dari gejalagejala seperti perdarahan rektal, gatal pada anus, rasa tak nyaman, massa
serta nyeri dapat disingkirkan. Kanker kolorektal dan anal, dan melanoma
anorektal merupakan contoh penyebab gejala tersebut. Dibawah ini adalah
diagnosa banding untuk gejala gejala diatas:1,10
a. Nyeri
1) Fisura anal
2) Herpes anal
3) Proktitis ulseratif
4) Proctalgia fugax
b. Massa
1) Karsinoma anal
2) Perianal warts
3) Skin tags
18

c. Nyeri dan massa


1) Hematom perianal
2) Abses
3) Pilonidal sinus
d. Nyeri dan perdarahan
1) Fisura anal
2) proktitis
e. Nyeri, massa, dan perdarahan
Hematom perianal ulseratif
f. Massa dan perdarahan
Karsinoma anal
g. Perdarahan
1) Polips kolorektal
2) Karsinoma kolorektal
3) Karsinoma anal
I. Penegakkan diagnosis hemoroid
Diagnosis hemoroid dapat dilakukan dengan melakukan:
a. Anamnesis Hemoroid
Pada anamnesis biasanya didapati bahwa pasien menemukan
adanya darah segar pada saat buang air besar. Selain itu pasien juga
akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus. Pada derajat II
hemoroid internal pasien akan merasakan adanya masa pada anus dan
hal ini membuatnya tak nyaman. Pasien akan mengeluhkan nyeri pada
hemoroid derajat IV yang telah mengalami trombosis.1,2
Perdarahan yang disertai dengan nyeri dapat mengindikasikan
adanya trombosis hemoroid eksternal, dengan ulserasi thrombuspada
kulit. Hemoroid internal biasanya timbul gejala hanya ketika
mengalami prolapsus sehingga terjadi ulserasi, perdarahan, atau
trombosis. Hemoroid eksternal bisa jadi tanpa gejala atau dapat
ditandai dengan rasa tak nyaman, nyeri akut, atau perdarahan akibat
ulserasi dan trombosis.1
b. Pemeriksaan Fisik Hemoroid
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan
vena yang mengindikasikan hemoroid eksternal atau hemoroid internal
yang mengalami prolaps. Hemoroid internal derajat I dan II biasanya
tidak dapat terlihat dari luar dan cukup sulit membedakannya dengan
lipatan mukosa melalui pemeriksaan rektal kecuali hemoroid tersebut

19

telah mengalami trombosis. Daerah perianal juga diinspeksi untuk


melihat ada atau tidaknya fisura, fistula, polip, atau tumor. Selain itu
ukuran, perdarahan, dan tingkat keparahan inflamasi juga harus
dinilai.1,5
c. Pemeriksaan Penunjang Hemoroid
Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan
anoskopi dan sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai
mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid.1
Person, Person, dan Wexner (2007) menyatakan bahwa ketika
dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel, anoskopi mendeteksi
dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi di daerah anorektal.Gejala
hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal canaldengan
derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan
rektum dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding
untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal
dan fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker.1,2
Pemeriksaan dengan menggunakan barium enema X-ray atau
kolonoskopi harus dilakukan pada pasien dengan umur di atas 50 tahun
dan pada pasien dengan perdarahan menetap setelah dilakukan
pengobatan terhadap hemoroid.1
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hemoroid dapat dilakukan dengan beberapa cara
sesuai dengan jenis dan derajat daripada hemoroid.
a. Penatalaksanaan Konservatif 1,5
Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana
dengan pengobatan konservatif. Tatalaksana tersebut antara lain
koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti
kodein (Daniel, 2010) Penelitian meta-analisis akhir-akhir ini
membuktikan bahwa suplemen serat dapat memperbaiki gejala dan
perdarahan serta dapat direkomendasikan pada derajat awal hemoroid.9
Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi
cairan, menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang
20

air besar dilakukan pada penatalaksanaan awal dan dapat membantu


pengobatan serta pencegahan hemoroid, meski belum banyak
penelitian yang mendukung hal tersebut. Kombinasi antara anestesi
lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat mengurangi gejala gatalgatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan steroid yang
berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain
itu suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi tonus vena,
mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi meskipun
belum diketahui bagaimana mekanismenya.5
b. Pembedahan
Apabila hemoroid internal derajat I yang tidak membaik
dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan
pembedahan. HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan
indikasi tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain:2,5
a) Hemoroid internal derajat II berulang.
b) Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c) Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d) Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisur
e) Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f) Permintaan pasien.
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu:
a) Skleroterapi.
Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %,
vegetable oil, quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt
solution. Lokasi injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek injeksi
sklerosan tersebut adalah edema, reaksi inflamasi dengan
proliferasi fibroblast, dan trombosis intravaskular. Reaksi ini akan
menyebabkan fibrosis pada sumukosa hemoroid.1,2
Hal ini akan mencegah atau mengurangi prolapsus jaringan
hemoroid dalam Acheson dan Scholfield (2009) teknik ini murah
dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat
kegagalan yang tinggi.1
b) Rubber band ligation

21

Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band menyebabkan


nekrosis iskemia, ulserasi dan scarring yang akan menghsilkan
fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi prosedur ini
adalah nyeri dan perdarahan.1
c) Infrared thermocoagulation
Sinar infra merah masuk ke jaringan dan berubah menjadi
panas. Manipulasi instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengatur banyaknya jumlah kerusakan jaringan. Prosedur ini
menyebabkan koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan hemoroid.
Teknik ini singkat dan dengan komplikasi yang minimal.1
d) Bipolar Diathermy
Menggunakan energi listrik untuk mengkoagulasi jaringan
hemoroid dan pembuluh darah yang memperdarahinya. Biasanya
digunakan pada hemoroid internal derajat rendah.1,2
e) Laser haemorrhoidectomy1
f) Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan proktoskop yang
dilengkapi dengan doppler probe yang dapat melokalisasi arteri.
Kemudian arteri yang memperdarahi jaringan hemoroid tersebut
diligasi menggunakan absorbable suture. Pemotongan aliran darah
ini diperkirakan akan mengurangi ukuran hemoroid.1,5
g) Cryotherapy
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperatur yang
sangat rendah untuk merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan
kristal yang terbentuk di dalam sel, menghancurkan membran sel
dan jaringan. Namun prosedur ini menghabiskan banyak waktu dan
hasil yang cukup mengecewakan. Cryotherapyadalah teknik yang
paling

jarang

dilakukan

untuk

hemoroid

(American

Gastroenterological Association, 2004).1


h) Stappled Hemorrhoidopexy
Teknik dilakukan dengan mengeksisi jaringan hemoroid pada
bagian proksimal dentate line. Keuntungan pada stappled
hemorrhoidopexy adalah berkurangnya rasa nyeri paska operasi

22

selain itu teknik ini juga aman dan efektif sebagai standar
hemorrhoidectomy.1,2
K. Pencegahan
Pencegahan hemoroid dapat dilakukan dengan:5,10
a) Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buahbuahan, sayur-mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan feses
menyerap air di kolon. Hal ini membuat feses lebih lembek dan besar,
sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada vena anus.
b) Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari
c) Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat
merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras
feses. Hindari mengedan.

BAB IV

23

PEMBAHASAN

Pasien Tn. N, usia 31 tahun, Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah


sakit pasien mengeluh nyeri pada saat BAB. Nyeri timbul karena terdapat
benjolan pada anus pasien. Dahulu benjolan ini mudah untuk di
kembalikan tetapi sekarang sulit untuk dimasukan kembali. Nyeri ini
timbul perlahan dan membuat pasien kadang susah untuk BAB dan tidak
bisa duduk. Untuk memperingan gejalanya pasien memberi salep ambeyen
tetapi akhir-akhir ini tidak kunjung sembuh. selain nyeri dan benjolan,
pasien juga mengeluhkan adanya lendir darah saat BAB, badan menjadi
panas dan tidak nafsu makan.
Perdarahan yang disertai dengan nyeri dapat mengindikasikan adanya
trombosis hemoroid eksternal, dengan ulserasi thrombuspada kulit.
Hemoroid internal biasanya timbul gejala hanya ketika mengalami
prolapsus sehingga terjadi ulserasi, perdarahan, atau trombosis. Hemoroid
eksternal bisa jadi tanpa gejala atau dapat ditandai dengan rasa tak
nyaman, nyeri akut, atau perdarahan akibat ulserasi dan trombosis.
Dari tanda vital pasien di dapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
75x/menit, reguler (isi dan tegangan cukup), respiratory rate 20x/menit,
Suhu 370C. Pada pemeriksaan generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan lokalis terdapat benjolan pada arah jam 12 dengan diameter
2cm, hiperemis (+), berbatas tegas.dan benjolan konsistensi lunak, nyeri
tekan (+), dapat dimasukkan rectal toucher didapatkan tonus sfingter ani
cukup kuat, mukosa rectum licin, ampula recti tidak kolaps, teraba massa
dengan diameter 2cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+), pada sarung
tangan tidak terdapat darah, feses, dan lender.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi apakah terjadi anemia atau terjadi infeksi
pada pasien dan pemeriksaan anoskopi serta sigmoideskopi. Anoskopi

24

dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat


pembesaran hemoroid. Hasil anoskopi hemoroid interna yang tidak
mengalami prolaps biasanya terlihat gambaran vascular yang menonjol
keluar, dan apabila pasien diminta mengejan akan terlihat gambaran yang
lebih jelas. Sedangkan dengan menggunakan sigmoideskopi dapat
mengevaluasi kondisi lain sebagai diagnose banding untuk perdarahan
rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, colitis,
polip rectal, dan kanker.

DAFTAR PUSTAKA
1. De jong, sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta:
EGC.2011.
2. Sabitson C David. Sabiston Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC. 2011.
3. Price, Sylvia dan Lorrane M wilson. Patofisiologi konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit edisi 6. Jakarta: EGC. 2012
4. Long C, Barbara. Perawatan Medikal Bedah. Penerjemah:Yayasan
IAPK Padjajaran, Bandung. 1995
5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Brunner & Suddart Terjemahan edisi 8, Jakarta: EGC. 2007
6. Oswari, J. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa kedokteran. Edisi 3.
Bagian 2. Jakarta : EGC. 2009
7. Sadikin, V., Saputra, V. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.
2007

25

8. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22nd ed. Jakarta:


EGC, 2008.
9. Robbins, S.L., Cotran, R.S., Kumar, V. Robbins and Cotran
Pathologic Basis of Disease. 7thedition. Philadelphia : W.B.
Saunders Company. 2012
10. Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aeculapius. 2014

26

Anda mungkin juga menyukai