Anda di halaman 1dari 13

Asuhan Keperawatan Pada Diabetes Melitus (DM)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin bertambah usia manusia maka semakin tambah kemungkinan terkena penyakit.
Semakin bertambah usia maka sel-sel manusia bertambah tua dan berkurang fungsi serta
anatominya. Dengan demikian akan semakin dekat dan mudah terkena penyakit. Penyakit yang
mungkin muncul adalah salah satunya diabetes melitus. Meskipun diabetes melitus mungkin juga
terjadi pada usia anak dan muda tergantung jenis DM yang menjangkit.
Dari tahun ketahun penderita Diabetes Melitus sangat meningkat. Penyakit ini lebih banyak
terjadi pada orang dewasa. Makin tua umur makin tinggi resiko terkena penyakit. Diabetes
Melitus Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadargula (Glukosa) darah akibat kekurangan Insulin baik absolute maupun Relatif.
Diabetes Melitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan. Untuk
mengendalikan penyakit Diabetes Melitus diperlukan pengetahuan dan kemauan dari pasien.
Untuk itu pasien memerlukan bantuan dalam menghadapi penyakit Diabetes Melitus dengan
asuhan keperawatan yang komprehensif.
1.2 Rumusan Masalah
Apa konsep teori dari Diabetes Melitus dan bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan
perikarditis?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien Diabetes Melitus
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami definisi dari Diabetes Melitus
Mahasiswa mampu memahami etiologi dari Diabetes Melitus
Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinis dari Diabetes Melitus
Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostic yang dibutuhkan untuk Diabetes Melitus
Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari Diabetes Melitus
Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari Diabetes Melitus
Mahasiswa mampu memahami prognosis dari Diabetes Melitus
Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari Diabetes Melitus
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari Diabetes Melitus

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Diabetes melitus
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price,
1995)
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat
dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade kuatan penggunaan insulin (Barbara
Engram; 1999, 532)
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler,
mikro vaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1996).
2.2 Klasifikasi Diabetes melitus
Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and
Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:
1.
Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami obesitas , dan
b.
c.
2.
a.
b.

DMTTI dengan obesitas)


Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
Diabetes Kehamilan (GDM)
Klasifikasi risiko statistik
Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel pancreas yang secara normal menghasilkan hormon
insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan
untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan
mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat
produksi insulin.

penurunan jumlah

2.3
Etiologi
Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 1995 adalah :
a. DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)
Faktor genetik / herediter
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta terhadap
penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel

b.

beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel beta.


Faktor infeksi virus
Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang menentukan
proses autoimun pada individu yang peka secara genetik
DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu obesitas dapat
menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat

c.

insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.
DM Malnutrisi
Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga
klasifikasi pangkreas melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang

menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.


Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)
Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel Beta pancreas
d. DM Tipe Lain
Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll
Penyakit hormonal
Seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang merangsang sel-sel beta

pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan rusak


Obat-obatan
Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptozerin
Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide, phenothiazine dll.
2.4
Manifestasi Klinis
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila
menderita dua dari tiga gejala yaitu:
1) Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2) Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3) Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

Menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah:
Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun,
Bisul/luka, Keputihan.
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Kadar glukosa darah
Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatiksebagai patokan
penyaring
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah Sewaktu
DM
Belum Pasti DM
Plasma vena
>200
100-200
Darah kapiler
>200
80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah Puasa
DM
Belum Pasti DM
Plasma vena
>120
110-120
Darah kapiler
>110
90-110
2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).
3. TES LABORATORIUM DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes pemantauan terapi dan tes
untuk mendeteksikomplikasi.
4. TES SARING
Tes-tes saring pada DM adalah:
GDP
GDS
Tes Glukosa Urin:

Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)

Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase


5. TES DIAGNOSTIK
Tes-tes diagnostik pada DM adalah:1.GDP2.GDS3.GD2PP (Glukosa Darah 2 Jam Post
Prandial)4.Glukosa jam ke-2 TTGO
6. TES MONITORING TERAPI
Tes-tes monitoring terapi DM adalah:
GDP : plasma vena, darah kapiler
GD2 PP : plasma vena
A1c : darah vena, darah kapiler
7. TES UNTUK MENDETEKSI KOMPLIKASI
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:
a) Mikroalbuminuria : urin
b) Ureum, Kreatinin, Asam Urat

c) Kolesterol total : plasma vena (puasa)


d) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
e) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
f) Trigliserida : plasma vena (puasa)
2.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro
intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a) Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vaskular perifer
b)

dan vaskular selebral.


Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal
(nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik

komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.


c) Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah
seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
3. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0
: tidak ada luka
2) Grade I
: kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II
: kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III
: terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V
: Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa
terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:

1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1)
Memperbaiki kesehatan umum penderita
2)
Mengarahkan pada berat badan normal
3)
Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4)
Mempertahankan kadar KGD normal
5)
Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6)
Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7)
Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1)
Jumlah sesuai kebutuhan
2)
Jadwal diet ketat
3)
Jenis: boleh dimakan/tidak
c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.
1)
Diit DM I
: 1100 kalori
2)
Diit DM II
: 1300 kalori
3)
Diit DM III
: 1500 kalori
4)
Diit DM IV
: 1700 kalori
5)
Diit DM V
: 1900 kalori
6)
Diit DM VI
: 2100 kalori
7)
Diit DM VII
: 2300 kalori
8)
Diit DM VIII : 2500 kalori
Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
J I
: jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
J II
: jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
J III : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita,
penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR=
berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR =
X 100 %
TB (cm) 100
Keterangan Hasil:
Kurus (underweight)
:
BBR < 90 %
Normal (ideal)
:
BBR 90 110 %
Gemuk (overweight)
:
BBR > 110 %
Obesitas, apabila
:
BBR > 120 %
Obesitas ringan
:
BBR 120 130 %

Obesitas sedang
:
BBR 130 140 %
Obesitas berat
:
BBR 140 200 %
Morbid
:
BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja
biasa adalah:
kurus
:
BB X 40 60 kalori sehari
Normal :
BB X 30 kalori sehari
Gemuk
:
BB X 20 kalori sehari
Obesitas :
BB X 10-15 kalori sehari
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
b)
c)
d)
e)

menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan

f)

glikogen baru
Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak

menjadi lebih baik.


3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk
penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
4.
a.
1)

2)

misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
Mekanisme kerja sulfanilurea
kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
kerja OAD tingkat reseptor
Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat

meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:


a) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
Menghambat absorpsi karbohidrat
Menghambat glukoneogenesis di hati
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I

2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin
a. Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan
absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam
memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat
suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan
insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah
suntikan.
b. Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
c. Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan

intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.


Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi

apabila terdapat penurunan dari u 100 ke u 10 maka efek insulin dipercepat.


d. Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan
degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan
untuk terapi koma diabetik.
BAB III
KASUS

Ibu D (45 thn) masuk rumah sakit dengan keluhan luka di kaki yang lama tidak sembuh,
bahkan sekarang lukanya sangat dalam sampai terlihat tulangnya. Klien mengatakan merasa
lemas dan sering kencing, padahal sering sekali minum, dan inginnya makan terus. Dari hasil
pengkajian sementara didapatkan: kondisi umum klien: lemah, TTV TD: 170/90 mmHg, HR:
96x/menit, Suhu: 370C, RR: 20x/menit, sudah terjadi neuropati ekstremitas, kaki teraba dingin
dan terlihat pucat, gula darah sementara: 450 mg/dl, ada riwayat DM pada anggota keluarganya
(bapaknya ibu D meninggal karena komplikasi DM), sejak kecil ibu D mengalami gizi lebih
(obesitas), BB sekarang: 45 kg, TB: 155 Cm, sebelum sakit-sakitan BB nya pernah mencapai 80
Kg.

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki
yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
12. Pemeriksaan Diagnostik
a. Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada waktu puasa >
140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.
b. Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp >200 mg/dl.
c. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena, serum/plasma 1015% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa
deproteinisasi.
d. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka sekresi
dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada
orang tua.
e. Benda keton dalam urine.
f. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL,
Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody).
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doenges (2000), dan Brunner &
Suddarth (2002) ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral/
mual.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
4.3 Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka perencanaan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Kekurangan volume cairan berhubuntgan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :

Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat
diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar
elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
Pantau masukan dan pengeluaran
Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung
Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan
laboratorium (Ht, BUN, Na, K).
Rasional :
Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Untuk mengetahui suara nafas
Untuk mengetahui perubahan frekuensi dan kualitas pernafasan klien
Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.

Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari

terapi yang diberikan.


Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien

secara individual.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
masukan oral/ mual
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan
yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika
pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.

Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin,
denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
Kolaborasi dengan ahli diet.
Rasional :
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya)
Untuk mengetahui suara bising usus
Agar nutrisi klien terpenuhi

Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami


nutrisi pasien.
Untuk mengetahui perubahan tanda-tanda hipoglikemia
Untuk mengetahui gula darah klien

Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.
Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
Tujuan :
gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
Kaji tanda vital
Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional :
Untuk mengetahui luka, adanya epitelisas, perubahan warna, edema , discharge dan frekuensi
ganti balut.
Untuk mengetahui TTV klien
Untuk mengetahui lokasi nyeri dan kualitas nyeri
Agar klien merasa nyaman
Untuk mengatur kecepatan dan keefektifan gula darah
Untuk mengurangi neuropati perifer
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler,
mikro vaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1996).
Diabetes Melitus Suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadargula (Glukosa) darah akibat kekurangan Insulin baik absolute
maupun Relatif.
Diabetes Melitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan. Untuk
mengendalikan penyakit Diabetes Melitus diperlukan pengetahuan dan kemauan dari pasien.
Untuk itu pasien memerlukan bantuan dalam menghadapi penyakit Diabetes Melitus dengan
asuhan keperawatan yang komprehensif.
5.2 Saran
Setelah membaca dan memahami konsep dasar pada asuhan keperawatan Diabetes Melitus,
diharapkan kepada mahasiswa dapat melakukan dan melaksanakan perencanaan dengan
profesional pada pasien dengan Diabetes Melitus dan juga bagi setiap orang dapat menghindari
penyakit Diabetes Melitus dengan selalu menjaga dan membiasakan pola hidup sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2002
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati,
Jakarta : EGC, 1999.
Guyton, Arthur C, dan Hall John E. 2006.Fisiologi Kedokteran.Edisi Ke-9.Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai