OLEH :
NAMA
: Andik Setyawan
GOLONGAN
: E/2
KELAS KULIAH
:B
HARI PRAKTIKUM
TUJUAN
Untuk mengetahui antagonisme dari setiap agen hayati pada media padat
dengan cara pengujian antagonisme agen hayati terhadap patogen secara biakan
ganda (dual culture), uji bakteri AH lawan bakteri patogen dengan pengujian dual
culture, dan ujian untuk jamur patogen dngan bakteri antagonis atau endofit
dengan metode dual culture.
BAB 1. CARA KERJA
Cara kerja:
1. Pengujian antagonisme agens hayatiterhadap patogen secara biakan
ganda (dual culture)
1. Mengambil masing-masing membiakan AH dan pathogen dengan bor gabus
dan meletakkan dengan jarak 3 cm di cawan Petri yang berisi media Potato
dextrose
agar.
(Skema
penempatan
jamur
patogen
dan
agens
hayatisepertipadagambar).
2. Persentase hambatan agens hayati terhadap patogen diukur pada hari ke 4
setelah inokulasi dengan rumus (Darmaputra, 1999):
B
Contoh : Uji penghambatan Penicillium purpurescens terhadap Phytophthora
palmivora pada biakan ganda (7 hsi). A. Penicillium purpurescens, B.
Phytophthora palmivora, C. Zona bening atau daerah hambatan
P = persentase hambatan
r1 = jari-jari koloni patogen yang menjauhi koloni agen hayati (dihitung dari pusat
titik tumbuh), dan r2 = jari-jari koloni patogen yang mendekati koloni agens
hayati (Dharmaputra 1999).
Data setiap dua hari sekali tentang pertambahan diameter koloni dan
persentase hambatan jamur agens hayati dianalisa dengan sidik ragam dan apabila
terdapat perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjut dengan BNJ 5%.
2. Uji Bakteri AH lawan bakteri pathogen denganpengujian dual culture
(misal, Pseudomonas fluorescens vs Xanthomonas spp.).
Cara kerja:
1. Menyiapkan kertas saring yang dibentuk lingkaran kecil (diplong), sterilkan.
2. Dengan pinset steril, potongan kertas dicelupkan pada suspensi bakteri
tersebut dengan tujuan agar bakteri menempel pada kertas,
P
3
cm
Perlakuan/Gambar
Presentase
Hambatan
-
Keterangan
1. Media yang digunakan
PDA
2. Jamur tumbuh, akan
tetapi terkontaminasi oleh
Bakteri.
Kontrol Jamur
(Fusarium)
Perlakuan kontrol yang menggunakan jamur Fusarium terlihat bahwa
jamur membentuk hifa berwarna putih disekelilingnya, di pusat berwarna
kuning, dan berdiameter 4,4 cm. Namun, terjadi kontaminasi oelh bakteri.
Menurut (Budi dkk, 2010) bahwa karakteristik dari jamur Fusarium yang
ditumbuhkan pada media PDA yaitu berkoloni dan yang harus diamati dari
isolat Fusarium tersebut warna, aerial miselium, dan rata-rata pertumbuhan
diameter pada cawan petri.
2
1. Menggunakan media
Kings,B
2. PF tumbuh dan berhasil,
akan tetapi belum
sempurna menyebarnya
yaitu hanya 5 cm.
Kontrol
Pseudomonas f.
Kings B
(Fahy dan Hayward dalam Salendra, 2013) yang menunjukkan bahwa ciri-ciri
dari Pseudomonas fluorescens yaitu koloni berwarna kuning.
3
Bakteri Endofit tumbuh,
akan tetapi terkontaminasi
oleh bakteri.
Kontrol
Bakteri Endofit
PDA
Berdasarkan hasil pengamatan, jamur endofit yang dibiakkan didalam
media berhasil tumbuh, namun terdapat kontaminan yang terbawa masuk
kedalam media sehingga menyebabkan persaingan dengan jamur endofit
dalam perebutan nutrisi dan tempat. Akibat dari hal tersebut terjadi hambatan
pertumbuhan jamur endofit yang dibiakkan.
4
50 %
Bakteri vs Jamur
(PF vs Fusarium)
NA
Perlakuan bakteri Pseudomonas fluorescens terlihat menghambat
patogen jamur Fusarium. Jamur Fusarium terlihat berwarna kuning,
sedangkan kedua bakteri berwarna abu-abu. Persentase hambatan yang
dikendalikan oleh bakteri terhadap patogen jamur Fusarium yaitu 50%.
83,34 %
Jamur vs Jamur
(Trichoderma vs Fusarium)
PDA
Jamur Trichoderma sp. dan Fusarium mengalami pertumbuhan tidak
sama, hanya Trichoderma menutupi patogen jamur Fusarium sehingga
menekan pertumbuhan patogen, sehingga patogen tidak dapat tumbuh.
Trichoderma terlihat berwarna bening disekelilingnya dan pada pusat
berwarna hijau dengan diameter 4,5 cm, sedangkan pada Fusarium terlihat
bahwa disekeliling jamur berwarna putih dan membentuk hifa dengan
diameter 3,4 cm, pada pusat berwarna kuning. Trichoderma menutupi
Fusarium dengan panjang 1 cm. Persentase penghambatan yang dikendalikan
oleh agen hayati Trichoderma terhadap Fusarium yaitu 83,43%.
2.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, perlakuan yang
terbaik terdapat pada perlakuan Trichoderma sp., dimana pada perlakuan tersebut
mempunyai daya hambat tertinggi. Agen hayati yang pada saat praktikum
digunakana untuk menghambat pertumbuhan Fusarium sp. yang ditumbuhkan di
media PDA menunjukkan hasil terbaik. Hasil tersebut dibuktikan dengan
hambatan yang terjadi pada pertumbuhan jamur Fusarium sp. yaitu sebesar
83,34%. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Alfizar dkk. (2013) yang
menunjukkan Trichoderma sp. dapat menghambat pertumbuhan cendawan
patogen C. capsici, Fusarium sp., dan S. rolfsii secara in vitro. Daya hambat
Trichoderma sp. yang paling tinggi terdapat pada patogen C. capsici, diikuti
dengan daya hambat terhadap patogen Fusarium sp. dan S. rolfsii.
Secara umum kemampuan bakteri dalam menekan penyakit yang
disebabkan oleh patogen tular tanah dilakukan dengan empat cara yaitu
menghambat
patogen
dengan
cara
berkompetisi
dalam
memanfaatkan
pengganggu
tumbuhan.
Agen
hayati
tidak
hanya
meliputi
mikroorganisme, tetapi juga organisme yang ukurannya lebih besar dan dapat
dilihat secara kasat mata seperti predator atau parasitoid untuk membunuh
serangga. Pengendalian hayati jamur penyakit tanaman sering dilakukan dengan
menggunakan mikroba seperti jamur dan bakteri.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kemampuan
bakteri dalam menghambat jamur patogen, seperti penelitian Soesanto dkk. (2014)
yang memanfaatan bakteri antagonis pseudomonas fluorescens p60 terhadap
fusarium oxysporum F.sp. Lycopersici Pada tanaman tomat in vivo. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Pseudomonas fluorescens P60, baik
dalam bentuk supernatan maupun suspensi, mampu meningkatkan senyawa fenol
(tanin, saponin, dan glikosida) di dalam jaringan tanaman, menurunkan intensitas
penyakit layu Fusarium. Penelitian lain juga dilakukan oleh Suryadi (2009) yang
penelitian
lain
juga
dilakukan
antara
lain
dengan
BAB 3. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, perlakuan yang terbaik
DAFTAR PUSTAKA
Alfizar, Marlina, dan Fitri S. 2013. Kemampuan Antagonis Trichoderma sp.
terhadap Beberapa Jamur Patogen In Vitro. Floratek, 8 (1) : 45-51.
Hartal, Misnawaty, dan I. Budi. 2010. Efektifitas Trichoderma sp. dan Gliocldium
sp. dalam Pengendalian Layu Fusarium pada Tanaman Krisan. Ilmuilmu Pertanian Indonesia, 12 (1) : 7-10.
Saylendra, A, dan D. Firnia. 2013. Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. Asal Endofit
Akar Jagung (Zea mays L.) yang Berpotensi sebagai Pemacu
Pertumbuhan Tanaman. Ilmu Pertanian dan Perikanan, 2 (1) : 19-27.
Soesanto, L., E. Mugiastuti., R. F. Rahayuniati, dan R. S. Dewi. 2013. Uji
Kesesuaian Empat Isolat Trichoderma spp. dan Daya Hambat In Vitro
terhadap Beberapa Patogen Tanaman. HPT Tropika, 13 (2) : 117-123.
Soesanto, L., Endang M., dan Ruth F.R. 2013. Kajian Mekanisme Antagonis
Pseudomonas Flourencens P60 terhadap Fusarium Oxysporum F.SP.
Lycopersici pada Tanaman Tomat In Vitro. HPT, 10 (2) : 108-115.
Zereough, M.M., Bouzid D. and Mezaache A.S. 2011. Effect of Bacillus
Megaterum Filtrates on The Growth and Spore Germination of
Ascochyta Rabiei. Algaria, 8 (9) : 1-3.