Anda di halaman 1dari 130

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek


Jalan raya merupakan sarana transportasi darat yang membentuk
jaringan jalan transportasi untuk menghubungkan daerah-daerah, sehingga
roda perekonomian dan pembangunan dapat berputar dengan baik. Seiring
dengan bertambahnya kepemilikan kendaraan serta kemajuan dibidang
industri dan perdagangan, serta distribusi barang dan jasa menyebabkan
meningkatnya volume lalu lintas. Terkadang peningkatan volume lalu lintas
ini tidak diikuti dengan peningkatan jalan yang ada. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya kerusakan jalan yang berakibat tersendatnya arus
lalu lintas, bahkan mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.
Penanganan pemeliharaan atau peningkatan jalan pada ruas jalan
nasional merupakan prioritas dari pemerintah pusat, utamanya Ditjen Bina
Marga

Kementerian

Pekerjaan

Umum,

terlebih

dengan

semakin

meningkatnya yang berakibat pada pergerakan mobilitas para pelaku


pengguna jalan raya yang semakin bertambah.
Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Kalimantan Selatan,
Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum telah menetapkan agenda
kegiatan yaitu Proyek Pelebaran Jalan Pelabuhan Trisakti Liang Anggang
2 (Trisakti Port - Liang Anggang 2 Road Widening Project) yang bertujuan
mengurangi kepadatan lalu lintas dan meningkatkan pelayanan jalan dan
kenyamanan bagi pengguna jalan.
1.2.

Ruang Lingkup Kerja


Adapun ruang lingkup pelaksanaan pekerjaan Paket Pelebaran Jalan
Pelabuhan Trisakti Liang Anggang 2 (Trisakti Port - Liang Anggang 2
Road Widening Project) adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan Persiapan
a. Mobilisasi
b. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
c. Pengamanan Lingkungan Hidup
d. Manajemen Mutu
2. Pekerjaan Drainase
a. Galian untuk Section Drainase dan Saluran Air
b. Pasangan Batu dengan Mortar
3. Pekerjaan Tanah
a. Galian Biasa
b. Timbunan Biasa dari Sumber Galian
c. Timbunan Pilihan dari Sumber Galian
d. Penyiapan Badan Jalan
e. Pembersihan dan Pengupasan Lahan
f. Geotextile Separator Kelas 1
4. Pekerjaan Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
a. Lapis Pondasi Agregat Kelas S
5. Pekerjaan Perkerasan Berbutir
a. Lapis Pondasi Agregat Kelas A
6. Pekerjaan Perkerasan Aspal
a. Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair
b. Lapis Perekat Aspal Cair
c. Bahan Anti Pengelupasan
d. Laston Lapis Aus (AC-WC)
e. Laston Lapis antara(AC-BC)
f. Laston Lapis Pondasi (AC-Base)
7. Pekerjaan Struktur
a. Beton Mutu Sedang dengan fc=20 Mpa
b. Beton Mutu Rendah dengan fc=10 Mpa
c. Baja Tulangan U24 Polos
d. Pondasi Cerucuk, Pengadaan dan Pemasangan
8. Pekerjaan Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor
a. Marka Jalan Termoplatik
b. Rambu Jalan Tunggal dengan Permukaan Pemantul Engineer Grade
c. Kebutuhan Pracetak Jenis 1 (Peninggi/Mourtable)
Adapun penyusunan laporan lebih memfokuskan pada masalah
pekerjaan perkerasan berbutir dan perkerasan aspal yang meliputi :
1. Perkerasan Berbutir
a. Lapis Pondasi Agregat Kelas A (LPA Kelas A)
2. Perkerasan Aspal
a. Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair
b. Lapis Perekat Aspal Cair
2

c. Bahan Anti Pengelupasan


d. Laston Lapis Aus (AC-WC)
e. Laston Lapis antara(AC-BC)
f. Laston Lapis Pondasi (AC-Base)
1.3.

Maksud dan Tujuan Proyek


Maksud dan tujuan Proyek Pelebaran Jalan Pelabuhan Trisakti Liang
Anggang 2 (Trisakti Port - Liang Anggang 2 Road Widening Project) adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan kapasitas jalan supaya tercipta kenyamanan untuk
pengguna jalan.
b. Mendukung tercapainya target RPJMN dan Renstra Kementerian
Pekerjaan Umum.
c. Meningkatkan kualitas transportasi dan mendorong sektor ekonomi
masyarakat serta sektor lainnya.

1.4.

Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


a. Mengetahui produksi pekerjaan harian rata-rata, maximum dan
minimum serta penyebabnya.
b. Mengetahui kemajuan pekerjaan minngguan dan bulanan.
c. Mengetahu kendala pelaksanaan yang terjadi, penyebabnya dan
solusinya.
d. Mengetahui penyebab deviasi (rencana terhadap realisasi) kemunduran
atau kemajuan pekerjaan yang terjadi.
e. Mengetahui kesesuaian atau ketidaksesuaian dari kegiatan monitoring
bahan, alat, dan metode kerja dilapangan terhadap syarat-syarat khusus
pekerjaan /RKS.
f. Mengetahui kerja sama team pekerja secara umum (kinerja dan tugas
sesuai keahlian pekerja).

1.5.

Data Umum Proyek


1.5.1. Data Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu
a. Pemilik Kegiatan

Nama Satuan Kerja Non


: PPK Pel Trisakti Liang
Anggang-Martapura + Jl Dalam
Kota Ds. Tungkap

Nama Paket

Pelebaran Jalan Pelabuhan Trisakti-

Nama PPK
Alamat Kantor dan Telp

Liang Anggang 2
: Ir. Yuni Syafriansyah, MT.
: Jl. Yos Sudarso N0. 36 Banjarmasin
70119,

Telp.

(0511)

7473442.
b. Jasa Konsultan Supervisi
- Konsultan Supervisi

: PT. Global Profex Synergy Jl.


A.Yani Km.16,800 Komp. Alam
Indah

Subur Rt. 25 Rw. 09 No. 04

Gambut Kab.Banjar.
:

Nomor Kontrak

HK.02.03/P2JN KS/PW19/1805/03
Tanggal Kontrak
: 18 Mei 2015
No. Paket Pengawasan
: PW-19

Tanggal Mobilisasi

c. Jasa Konstruksi
1. Nama Paket

: 18 Mei 2015
: Pelebaran Jalan Pelabuhan

Trisakti
2. Sumber Dana
3. No Kontrak/Tanggal
4. No SPL/Tanggal

Liang Anggang 2
: APBN
: KU.08.08/01/PJN.WIL.II/
PPK.001/2015 Tanggal 08 Mei 2015
:
46/SPL/PJN.WIL.II/PPK

001/2015
5. No SPMK/Tanggal

Tanggal 11 Mei 2015


: KU.08.09/47/PJN.WIL.II/
PPK.001/2015

Tanggal 12 Mei
2015
4

6. Nilai Kontrak Awal


7. Lokasi Proyek

: Rp.34.241.135.000,- (Termasuk
PPN)
: Km Bjm, 23 + 300

sampai 25 + 300
8. Tanggal Kontrak
9. Mulai Pekerjaan
10. Waktu Pelaksanaan
11. Waktu Pemeliharaan
12. Rencana PHO
13. Rencana FHO
14. Target Efektif
15. Kontraktor Pelaksana
16. Konsultan Pengawas

: 08 Mei 2015
: 11 Mei 2015
: 210 Hari Kalender
: 730 Hari Kalender
: 17 November 2015
: 17 November 2017
: 2,00 Km
: PT. Hasrat Jaya Utama
: PT. Global Profek Synergy

1.5.2. Struktur Organisasi PPK

Gambar 1.1 Struktur Organisasi PPK

1.5.3. Struktur Organisasi Kontraktor

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Kontraktor

1.5.4. Struktur Organisasi Konsultan Supervisi

Gambar 1.3 Struktur Organisasi Konsultan Suvervisi

1.5.5

Peta Lokasi Kegiatan dan Quarry

Gambar 1.4 Peta Lokasi Kegiatan dan Quarry

1.5.6

Gambar Sketsa Lokasi Kegiatan Pelebaran Jalan Pelabuhan Trisakti Liang Anggang 2

Gambar 1.5 Sketsa Lokasi Kegiatan Pelebaran Jalan Pelabuhan Trisakti Liang-Anggang 2

10

1.5.7

Gambar Sketsa Lokasi Quarry / AMP Pelabuhan Trisakti Liang Anggang 2

2
Gambar 1.6 Sketsa Lokasi Quarry/AMP Pelebaran Jalan Pelabuhan Trisakti Liang-Anggang 2

11

BAB II
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT (RKS)
2.1 Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK)
A. Ketentuan Umum
1. Definisi
Istilah-istilah yang digunakan dalam Syarat-Syarat Umum kontrak
selanjutnya disebut SSUK harus mempunyai arti atau tafsiran seperti yang
dimaksudkan sebagai berikut :
1.1. Pekerjaan konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud
fisik lainnya.
1.2.
Kontrak harga satuan adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu,
berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap
satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang
volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan
pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas
volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia
barang/jasa.
1.3. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah pejabat
pemegang

kewenangan

pengguna

anggaran

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat


yang disamakan pada Institute Pengguna APBN/APBD.
1.4. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah
pejabat yang ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan
APBD.
1.5. Pejabat Pembuatan Komitmen yang selanjutnya disebut PPK
adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan
Pelaksanaan Konstruksi.

12

1.6. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat


yang ditetapkan oleh KPA yang bertugas memeriksa dan menerima
hasil pekerjaan.
1.7. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada
institusi lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang
melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan,
dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaran tugas dan
fungsi organisasi.
1.8. Penyedia adalah badan usaha yang menyediakan/melaksanakan
pekerjaan kostruksi.
1.9. Subpenyedia adalah penyedia yang mengadakan perjanjian kerja
dengan penyedia penanggung jawab kontrak, untuk melaksanakan
sebagian pekerjaan (Subkontrak).
1.10. Kemitraan/KSO adalah kerjasama usaha antar penyedia baik
penyedia nasional maupun penyedia asing, yang masing-masing
pihak mempunyai hak, kewajiban dan tanggung jawab yang jelas
berdasarkan perjanjian tertulis.
1.11. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan, adalah jaminan
tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat
(unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum / Perusahaan
Penjamin / Perusahaan asuransi yang diserahkan oleh penyedia
kepada PPK / Pokja ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban
penyedia.
1.12. Kontrak Pengadaan Barang / Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak
adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan penyedia yang
mencakup Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK) dan Syarat-Syarat
Khusus Kontrak (SSKK) serta dokumen lain yang merupakan bagian
dari kontrak.
1.13. Nilai Kontrak adalah total harga pelaksanaan pekerjaan yang
tercantum dalam kontrak.
1.14. Hari adalah hari kalender.
1.15. Direksi lapangan adalah tim pendukung yang dibentuk/ditetapkan
oleh PPK (dapat dijabat oleh PPK atau pejabat lain dan diberitahukan
secara tertulis kepada Penyedia), terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih,

13

yang ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontrak untuk mengelola


administrasi kontrak dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan.
1.16. Direksi teknis adalah tim pendukung yang ditunjuk/ditetapkan oleh
PPK yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
1.17. Daftar kuantitas dan harga adalah daftar kuantitas yang telah diisi
harga satuan dan jumlah biaya keseluruhannya yang merupakan
bagian dari penawaran.
1.18. Harga perkiraan sendiri (HPS) adalah perhitungan perkiraan biaya
pekerjaan yang disusun oleh PPK, dikalkulasi secara keahlian
berdasarkan data yang dapat dipertanggung jawabkan serta
digunakan oleh Pokja ULP untuk menilai kewajaran penawaran
termasuk rinciannya.
1.19. Pekerjaan Utama adalah jenis pekerjaan yang secara langsung
menunjang terwujudnya dan berfungsinya suatu konstruksi sesuai
peruntukannya yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam LDP.
1.20. Harga satuan pekerjaan (HSP) adalah harga satuan jenis pekerjaan
tertentu per satu satuan tertentu.
1.21. Metode pelaksanaan pekerjaan adalah metode / cara kerja yang
layak, realistik dan dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan

dan

diyakini

menggambarkan

penguasaan

dalam

penyelesaian pekerjaan dengan tahap pelaksanaan yang sistematis


dari awal sampai akhir dan dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis berdasarkan sumber daya yang dimiliki penawar.
1.22. Personil inti adalah tenaga ahli atau tenaga teknis yang akan
ditempatkan secara penuh sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam penawaran serta posisinya dalam
manajemen

pelaksanaan

pekerjaan

sesuai

dengan

organisasi

pelaksanaan yang diajukan untuk melaksanakan pekerjaan.


1.23. Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan adalah pekerjaan spesialis
atau bagian pekerjaan bukan pekerjaan utama yang ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam penawaran, yang pelaksaannya
diserahkan kepada penyedia lain dan disetujui terlebih dahulu oleh
PPK.

14

1.24. SPMK adalah surat perintah mulai kerja yang diterbitkan oleh PPK
kepada

penyedia

barang/jasa

untuk

memulai

melaksanakan

pekerjaan.
1.25. Masa Kontrak adalah jangka waktu berlakunya kontrak ini
terhitung sejak tangggal penandatanganan kontrak sampai dengan
masa pemeliharaan berakhir.
1.26. Masa pelaksanaan (jangka waktu pelaksanaan) adalah jangka
waktu untuk melaksanakan pekerjaan dihitung berdasarkan SPMK
sampai dengan serah terima pertama pekerjaan.
1.27. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah kerangka waktu yang sudah
terinci

berdasarkan

masa

pelaksanaan,

setelah

dilaksanakan

pemeriksaan lapangan bersama dan disepakati dalam rapat persiapan


pelaksanaan kontrak.
1.28. Tanggal Mulai Kerja adalah tanggal yang dinyakan dalam Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) yang diterbitkan oleh PPK untuk
memulai melaksanakan pekerjaan.
1.29. Tanggal Penyelesaian Pekerjaan adalah tanggal penyerahan
pertama pekerjaan selesai (Provisional Hand Over/PHO), dinyatakan
dalam berita acara penyerahan pertama pekerjaan yang diterbitkan
oleh Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.
1.30. Masa pemeliharaan adalah kurun waktu kontrak yang ditentukan
dalam syarat-syarat khusus kontrak, dihitung sejak tanggal
penyerahan pertama pekerjaan sampai dengan tanggal penyerahan
akhir pekerjaan.
1.31. Kegagalan Konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan yang tidak
sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam
kontrak baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan
pengguna atau penyedia dalam periode pelaksanaan kontrak.
1.32. Kegagalan Bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah
diserahterimakan oleh penyedia kepada PPK dan terlebih dahulu
diperiksa serta diterima oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan, menjadi tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun
sebagian dan tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
15

kontrak, dari segi teknis, manfaat, keselamatan, dan kesehatan kerja,


atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan penyedia atau
pengguna jasa.
2. Penerapan
Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK) diterapkan secara luas dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi ini tetap tidak dapat bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Kontrak yang lebih tinggi
berdasarkan urutan hirarki dalam surat perjanjian.
3. Bahasa dan Hukum
3.1. Bahasa kontrak harus dalam Bahasa Indonesia kecuali dalam
rangka pinjaman/hibah luar negeri menggunakan Bahasa Indonesia
dan bahasa nasional pemberi pinjaman/hibah tersebut dan bahasa
inggris.
3.2. Hukum yang digunakan adalah hukum yang yang berlaku di
Indonesia.
3.3. Apabila sumber dana berasal dari pinjaman/hibah luar negeri,
menggunakan

hukum

yang

berlaku

di

negara

pemberi

pinjaman/hibah (tergantung kesepakatan antara pemerintah dan


negara pemberi pinjaman/hibah), pilihan hukum yang digunakan
agar dicantumkan dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak yang
selanjutnya disebut SSKK.
4. Larangan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), Penyalahgunaan
wewenang Serta Penipuan.
4.1. Berdasarkan etika pengadaan barang/jasa pemerintah, dilarang
untuk :
a.Menawarkan, menerima atau menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah atau imbalan berupa apa saja atau melakukan
tindakan lainnya untuk mempengaruhi siapapun yang diketahui
atau patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaan ini.
b. Mendorong terjadinya persaingan tidak sehat.

16

c. Membuat atau menyampaikan secara tidak benar dokumen atau


keterangan lain yang disyaratkan untuk penyusunan dan
pelaksanaan kontrak ini.
4.2. Penyedia menjamin bahwa yang bersangkutan (termasuk semua
anggota Kemitraan/KSO apabila berbentuk Kemitraan/KSO) dan sub
penyedianya (jika ada) tidak pernah dan tidak akan melakukan
tindakan yang dilarang diatas.
4.3. Penyedia yang menurut penilaian PPK terbukti melakukan
larangan-larangan diatas dapat dikenakan sanksi-sanksi administratif
oleh PPK sebagai berikut:
a. Pemutusan kontrak.
b. Jaminan pelaksanaan dicairkan dan disetorkan sebagaimana
ditetapkan dalam SSKK.
c. Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia.
d. Sanksi pengenaan daftar hitam.
[catatan : Sanksi pengenaan dafftar

hitam,

diterbitkan oleh KPA atau usulan PPK.


KPA mengirimkan dokumen penetapan

sanksi

daftar hitam kepada :


1. Penyedia yang dikenakan daftar hitam, dan
2. Kepala LKPP].
4.4. Pengenaan sanksi admministratif diatas dilaporkan oleh PPK/KPA
kepada Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi.
4.5. PPK yang terlibat dalam KKN dan penipuan dikenakan sanksi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Asal Material/Bahan
5.1. Penyedia harus menyampaikan asal material/bahan yang terdiri dari
rincian komponen dalam negeri dan komponen impor.

5.2. Asal material/bahan merupakan tempat material/bahan diperoleh,


antara lain tempat material/bahan ditambang, tumbuh, atau
diproduksi.
6. Korespondensi

17

6.1. Semua korespondensi dapat berbentuk surat, e-mail dan/atau


faksimili dengan alamat tujuan para pihak yang tercantum dalam
SSKK.

6.2. Semua pemberitahuan, permohonan, atau persetujuan berdasarkan


kontrak ini harus dibuat secara tertulis dalam Bahasa Indonesia, dan
dianggap telah diberitahukan jika disampaikan secara langsung
kepada wakil sah para pihak dalam SSUK, atau jika disampaikan
melalui surat tercatat dan/atau faksimili ditujukan ke alamat yang
tercantum dalam SSKK.
7. Wakil Sah Para Pihak
Setiap tindakan yang disyaratkan atau diperbolehkan untuk
dilakukan, dan setiap dokumen yang disyaratkan atau diperbolehkan untuk
dibuat berdasarkan kontrak ini oleh PPK atau penyedia hanya dapat
dilakukan atau dibuat oleh pejabat yang disebutkan dalam SSKK.
8. Pembukuan
Penyediaan diharapkan untuk melakukan pencatatan keuangan yang
akurat dan sistematis sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini
berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.

9. Perpajakan
Penyedia, sub penyedia (jika ada), dan personil yang bersangkutan
untuk membayar semua pajak, bea, retribusi, dan pungutan lain yang
dibebankan oleh peraturan perpajakan atas pelaksanaan kontrak ini. Semua
pengeluaran perpajakan ini dianggap telah termasuk dalam nilai kontrak.
10. Pengalihan dan/atau subkontrak
10.1. Penyedia dilarang untuk mengalihkan sebagian atau seluruh
kontrak ini. Pengalihan seluruh kontrak hanya diperbolehkan dalam

18

hal pergantian nama penyedia, baik sebagai akibat peleburan


(merger) maupun akibat lainnya.
10.2. Penyedia dilarang untuk mensubkontrakkan sebagian/seluruh
pekerjaan utama dalam kontrak ini.
10.3. Subkontrak sebagian pekerjaan utama hanya diperbolehkan kepada
penyedia spesialis setelah mendapat persetujuan tertulis dari PPK.
Penyedia tetap bertanggung jawab atas bagian pekerjaan yang
disubkontrakkan.
10.4. Jika ketentuan diatas dilanggar maka kontrak diputuskan dan
penyedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam SSKK.
11. Pengabaian
Jika terjadi pengabaian oleh satu pihak terhadap pelanggaran
ketentuan tertentu kontrak oleh pihak yang lain maka pengabaian tersebut
tidak menjadi pengabaian yang terus menerus selama masa kontrak atau
seketika menjadi pengabaian terhadap pelanggaran ketentuan yang lain.
Pengabaian hanya dapat mengikat jika dapat dibuktikan secara tertulis dan
ditanda tangani oleh wakil sah pihak yang melakukan pengabaian.
12. Penyedia Mandiri
Penyedia berdasarkan kontrak ini bertanggung jawab penuh terhadap
personil dan subpenyedianya (jika ada) serta pekerjaan yang dilakukan
oleh mereka.
13. Kemitraan/KSO
Kemitraan/KSO memberi kuasa kepada salah satu anggota yang
disebut dalam surat perjanjian untuk bertindak atas nama Kemitraan/KSO
dalam pelaksanaan hak dan kewajiban terhadap PPK berdasarkan kontrak
ini.
14. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan
14.1. Selama berlangsungnya pelaksanaan

pekerjaan,

PPK

jika

dipandang perlu dapat mengangkat pengawas pekerjaan (Direksi


Pekerjaan/Direksi Teknis) yang berasal dari personil PPK atau

19

konsultan

pengawas.

Pengawas

pekerja

berkewajiban

untuk

mengawasi pelaksanaan pekerjaan.

14.2.

Dalam melaksanakan kewajibannya, pengawas pekerjaan

selalu bertindak untuk kepentingan PPK. Jika tercantum dalam


SSKK, pengawas pekerjaan dapat bertindak sebagai wakil sah PPK.

15. Persetujuan atau Pernyataan Tidak Berkeberatan Dari Pengawas


Pekerjaan

15.1.

Semua gambar yang digunakan melaksanakan pekerjaan

sesuai kontrak, untuk pekerjaan permanen maupun pekerjaan


sementara harus mendapatkan persetujuan dari pengawas pekerjaan.
15.2.
Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan terlebih
dahulu ada pekerjaan sementara yang tidak tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga didalam kontrak maka penyedia berkewajiban
untuk menyerahkan spesifikasi dan gambar usulan pekerjaan
sementara

tersebut

untuk

mendapatkan

pernyataan

tidak

berkeberatan (no objection), untuk dilaksanakan dari pengawas


pekerjaan.
Pernyataan tidak berkeberatan atas rencana pekerjaan sementara ini tidak
melepaskan penyedia dari tanggung jawabnya sesuai kontrak.

16. Perintah
Penyedia

berkewajiban

untuk

melaksanakan

semua

perintah

pengawas pekerjaan yang sesuai dengan kewenangan pengawas pekerjaan


dalam kontrak ini.
17. Akses ke Lokasi Kerja
Penyedia wajib memberitahukan kepada PPK dan kepada pihak yang
berwenang semua penemuan benda/barang yang mempunyai nilai sejarah
atau penemuan kekayaan dilokasi pekerjaan yang menurut peraturan
perundang-undangan dikuasi oleh negara.
20

18. Akses ke Lokasi Kerja


18.1. Penyedia berkewajiban untuk menjamin akses PPK, wakil sah
PPK, pengawas pekerjaan dan/atau pihak yang mendapat izin dari
PPK ke lokasi kerja dan lokasi lainnya dimana pekerjaan ini sedang
atau akan dilaksanakan.
18.2. Penyedia harus dianggap

telah

menerima

kelayakan

dan

ketersediaan jalus akses menuju lapangan. Penyedia harus berupaya


menjaga setiap jalan atau jembatan dari kerusakan akibat pengguna/
lalu lintas penyedia atau akibat personil penyedia. Kecuali ditentukan
lain maka :
a. Penyedia harus bertanggung jawab atas pemeliharaan yang
mungkin diperlukan akibat pengguna jalur akses.
b. Penyedia harus menyediakan rambu atau petunjuk sepanjang
jalur

akses,

dan

mendapatkan

perizinan

yang

mungkin

disyaratkan oleh otoritas terkait untuk pengguna jalur, rambu, dan


petunjuk.
c. Biaya ketidaklayakan atau tidak tersedianya jalur akses untuk
digunakan oleh penyedia, harus ditanggung penyedia.
d. PPK tidak bertanggung jawab atas klaim yang mungkin timbul
akibat pengguna jalur akses.
18.3. PPK tidak bertanggung jawab atas klaim yang mungkin timbul
selain pengguna jalur akses tersebut.
B. Pelaksanaan, Penyelesaian, Adendum, dan Pemutusan Kontrak
19. Masa Pelaksanaan (Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan)
19.1. Kontrak ini berlaku efektif pada tanggal penandatanganan surat
perjanjian oleh para pihak atau tanggal yang ditetapkan dalam
SSKK.
19.2. Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu yang ditentukan
dalam syarat-syarat khusus kontrak dihitung sejak tanggal mulai
kerja yang tercantum dalam SPMK.
19.3. Penyedia harus menyelesaiakan pekerjaan sesuai dengan masa
pelaksanaan yang ditentukan dalam SSKK.
19.4. Apabila penyedia berpendapat tidak dapat menyelesaikan pekerjaan
sesuai masa pelaksanaan karena keadaan diluar pengendaliannya

21

yang dapat dibuktikan demikian, dan penyedia telah melaporkan


kejadian tersebut kepada PPK, dengan disertai bukti-bukti yang
dapat disetujui PPK, maka PPK dapat melakukan penjadwalan
kembali pelaksanaan tugas penyedia dengan membuat adendum
kontrak.
19.5. Jadwal pelaksanaan pekerjaan disepakati bersama dalam rapat
persiapan pelaksanaan kontrak, jadwal pelaksanaan pekerjaan tidak
boleh melebihi dari masa pelaksanaan.
.1

Pelaksanaan Pekerjaan

20. Penyerahan Lokasi Kerja


20.1. PPK berkewajiban untuk menyerahkan lokasi kerja sesuai dengan
kebutuhan penyedia yang tercantum dalam rencana kerja yang telah
disepakati oleh para pihak untuk melaksanakan pekerjaan tanpa ada
hambatan kepada penyedia sebelum SPMK diterbitkan. Penyerahan
dilakukan setelah sebelumnya dilakukan pemeriksaan lapangan
bersama. Hasil pemeriksaan dan penyerahan dituangkan dalam berita
acara penyerahan lokasi kerja.
20.2. Jika dalam pemeriksaan lapangan bersama ditemukan hal-hal yang
dapat mengakibatkan perubahan isi kontrak maka perubahan tersebut
harus dituangkan dalam adendum kontrak.
20.3. Jika PPK tidak dapat menyerahkan lokasi kerja sesuai kebutuhan
penyedia yang tercantum dalam rencana kerja (sesuai angka 20.1)
untuk melaksanakan pekerjaan dan terbukti merupakan suatu
hambatan,

maka

kondisi

ini

ditetapkan

sebagai

peristiwa

kompensasi.
21. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
21.1. PPK menerbitkan SPMK selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
sejak tanggal penandatanganan kontrak.
21.2. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya
pelaksanaan kontrak oleh penyedia.
22. Program Mutu

22

22.1. Penyedia berkewajiban untuk menyerahkan program mutu pada


rapat persiapan pelaksanaan kontrak untuk disetujui oleh PPK.
22.2. Program mutu disusun paling sedikit berisi :
a. Informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan
b. Organisai kerja penyedia
c. Jadwal pelaksanaan pekerjaan
d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan
e. Prosedur instruksi kerja, dan
f. Pelaksana kerja
22.3. Program mutu dapat direvisi sesuai dengan kondisi lokasi
pekerjaan.
22.4. Penyedia berkewajiban untuk memutakhirkan program mutu jika
terjadi adendum kontrak dan peristiwa kompensasi.
22.5. Pemutakhiran program mutu harus menunjukan perkembangan
kemajuan setiap pekerjaan dan dampaknya terhadap penjadwalan
sisa pekerjaan, termasuk perubahan terhadap urutan pekerjaan.
Pemutakhiran program mutu harus mendapatkan mutu persetujuan
PPK.
22.6. Persetujuan PPK terhadap program mutu tidak mengubah
kewajiban kontraktual penyedia.
23. Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi(RK3K)
23.1. Penyedia berkewajiban untuk menyerahkan RK3K pada rapat
persiapan pelaksanaan kontrak untuk disetujui oleh PPK.
23.2. RK3K disusun paling sedikit berisi :
a. Kebijakan K3 Proyek
b. Organisasi K3
c. Perencanaan K3
d. Pengendalian dan Program K3
e. Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3
f. Tinjauan Ulang Kinerja K3
23.3. RK3K dapat direvisi sesuai dengan kondisi lokasi pekerjaan.
23.4. Penyedia berkewajiban memutakhirkan RK3K jika terjadi adendum
kontrak dan peristiwa kompensasi.
23.5. Pemutakhirkan RK3K harus mendapat persetujuan PPK.
23.6. Persetujuan PPK terhadap RK3K tidak mengubah kewajiban
kontraktual penyedia.
24. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak

23

24.1. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterbitkannya SPMK dan


sebelum pelaksanaan pekerjaan, PPK bersama dengan penyedia,
unsur

perencanaan,

dan

unsur

pengawasan,

harus

sudah

menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan kontrak.


24.2. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan
pelaksanaan kontrak meliputi :
a. Program mutu
b. Rencana k3 kontrak
c. Organisai kerja
d. Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan
e. Jadwal pelaksanaan pekerjaan, yang diikuti uraian tentang
metode kerja yang memperhatikan keselamatan dan kesehatan
kerja
f.
Jadwal pengadaan bahan/material, mobilisasi peralatan dan
personil
g. Penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lokasi
pekerjaan.
25. Mobilisai
25.1. Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitka SPMK.
25.2. Mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan, yaitu :
a. Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
b. Mempersiapkan fasilitas

seperti

kantor,

rumah,

gedung

labolatorium, bemgkel, gudang dan sebagainya, dan/atau

c. Mendatangkan personil-personil.
25.3. Mobilisasi peralatan dan personil dapat dilakukan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhan.
26. Pemeriksaan Bersama
26.1. Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, PPK bersama-sama dengan
penyedia

melakukan

pemeriksaan

lokasi

pekerjaan

dengan

melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lokasi


pekerjaan untuk setiap rencana mata pembayaran (Mutual Check
0%).

24

26.2. Untuk pemeriksaan bersama ini, KPA dapat membentuk panitia


peneliti pelaksanaan kontrak atas usul PPK.
26.3. Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam berita acara. Apabila
dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak,
maka harus dituangkan dalam adendum kontrak (Berita Acara
Mutual Check 0%).
26.4. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa personil dan / atau
peralatan ternyata belum memenuhi persyaratan kontrak maka
penyedia tetap dapat melanjutkan pekerjaan dengan syarat personil
dan / atau peralatan yang belum memenuhi syarat harus segera
diganti dalam jangka waktu yang disepakati bersama.
27. Pengguna Produksi Dalam Negeri
27.1. Penggunaan produk dalam negeri dilakukan sesuai besaran
komponen dalam negeri pada setiap barang/jasa yang ditunjukkan
dengan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada saat
penawaran.
27.2. Penyedia wajib membuat laporan penggunaan produksi dalam
negeri secara periodik.
27.3. Apabila didalam penggunaan produksi dalam negeri berbeda
dengan yang ditunjukkan dengan nilai TKDN pada saat penawaaran
akan dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden No. 70
tahun 2012 dan Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 beserta
petunjuk teknisnya, dan ditetapkan dalam SSKK.
.2 Pengendalian waktu
28. Waktu Penyelesaian Pekerjaan
28.1. Kecuali kontrak diputuskan lebih awal, penyedia berkewajiban
untuk memulai pelaksanaan pekerjaan pada tanggal mulai kerja, dan
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program mutu, serta
menyelesaikan

pekerjaan

selambat-lambatnya

pada

tanggal

penyelesaian yang ditetapkan dalam SPMK.

25

28.2. Jika pekerjaan tidak selesai pada tanggal penyelesaian bukan akibat
keadaan kahar atau peristiwa kompensasi atau karena kesalahan atau
kelalaian penyedia maka penyedia dikenakan denda.
28.3. Jika kelambatan tersebut semata-mata disebabkan oleh peristiwa
kompensasi maka PPK dikenakan kewajiban pembayaran ganti rugi.
Denda atau ganti rugi tidak dikenakan jika tanggal penyelesaian
disepakati oleh para pihak untuk diperpanjang.
28.4. Tanggal penyelesaian yang dimaksud dalam pasal ini adalah
tanggal penyelesaian semua pekerjaan.
29. Perpanjangan Waktu
29.1. Jika terjadi peristiwa kompensasi sehingga penyelesaian pekerjaan
akan melampaui tanggal penyelesaian maka penyedia berhak untuk
meminta perpanjangan tanggal penyelesaian berdasarkan data
penunjang. PPK berdasarkan pertimbangan pengawas pekerjaan
memperpanjang tanggal penyelesaian pekerjaan secara tertulis.
Perpanjangan tanggal

penyelesaian harus dilakukan melalui

adendum kontrak.
29.2. PPK berdasarkan pertimbangan pengawas pekerjaan harus telah
menetapkan ada tidaknya perpanjangan dan untuk berapa lama,
dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari setelah penyedia
meminta perpanjangan. Jika penyedia lalai untuk memberikan
peringatan dini atas keterlambatan atau tidak dapat bekerja sama
untuk

mencegah

keterlambatan

sesegera

mungkin,

maka

keterlambatan seperti ini tidak dapat dijadikan alasan untuk


memperpanjang tanggal penyelesaian.
30. Penundaan Oleh Pengawas Pekerjaan
Pengawas pekerjaan dapat memerintahkan secara tertulis penyedia
untuk menunda pelaksanaan pekerjaan. Setiap perintah penundaan ini
harus segera ditembuskan kepada PPK.
31. Rapat Pemantauan

26

31.1. Pengawas pekerjaan atau penyedia dapat menyelenggarakan rapat


pemantauan, dan meminta satu sama lain untuk menghadiri rapat
tersebut. Rapat diselenggarakan untuk membahas perkembangan
pekerjaan dan perencanaan atas sisa pekerjaan serta untuk
menindaklanjuti peringatan dini.
31.2. Hasil rapat pemantaun akan dituangkan oleh pengawas pekerjaan
dalam berita acara rapat, dan rekamannya diserahkan kepada PPK
dan pihak-pihak yang menghadiri rapat.
31.3. Mengenai hal-hal dalam rapat yang perlu diputuskan, pengawas
pekerjaan dapat memutuskan baik dalam rapat atau setelah rapat
melalui pernyataan tertulis kepada semua pihak yang menghadiri
rapat.
32. Peringatan Dini
32.1. Penyedia berkewajiban untuk memperingati sedini mungkin
pengawas pekerjaan atas peristiwa atau kondisi tertentu yang dapat
mempengaruhi mutu pekerjaan, menaikkan nilai kontrak atau
menunda penyelesaian pekerjaan. Pengawas pekerjaan dapat
memerintahkan kepada penyedia untuk menyampaikan

secara

tertulis pekerjaan dampak peristiwa atau kondisi tersebut diatas


terhadap nilai kontrak dan tanggal penyelesaiaan. Pernyataan
perkiraan ini harus sesegera mungkin disampaikan oleh penyedia.
32.2. Penyedia berkewajiban untuk bekerja sama dengan pengawas
pekerjaan untuk mencegah atau mengurangi dampak peristiwa atau
kondisi tersebut.
.3

Penyeslesaian kontrak

33. Serah Terima Pekerjaan


33.1.
Setelah pekerjaan

selesai 100% (seratus perseratus),

penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk


penyerahan pekerjaan.
33.2.
Dalam rangka hasil penilaian hasil pekerjaan, PPK
menugaskan panitia penerima hasil pekerjaan. Apabila memerlukan

27

keahlian teknis khusus dapat dibantu oleh tim/tenaga ahli untuk


membantu pelaksanaan tugas pantia penerima hasil pekerjaan.
33.3.
Panitia penerima hasil pekerjaan melakukan penilaian
terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh penyedia.
Apabila terdapat kekurangan-kekurangan dan / atau cacat hasil
pekerjaan, penyedia wajib memperbaiki / menyelesaikannya, atas
perintah PPK.
33.4.
PPK menerima penyerahan pertama pekerjaan setelah
seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
kontrak sejak tanggal berita acara penyerahan pekerjaan dan telah
diterima oleh panitia penerima hasil pekerjaan.
33.5.
Pembayaran dilakukan sebesar 95% (Sembilan puluh lima
perseratus) dari nilai kontrak, sedangkan yang 5% (lima perseratus)
merupakan retensi selama masa pemeliharaan, atau pembayaran
dilakukan sebesar 100% (seratus perseratus) dari nilai kontrak dan
penyedia harus menyerahkan jaminan pemeliharaan sebesar 5%
(lima perseratus) dari nilai kontrak.
33.6.
Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa
pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan
pertama pekerjaan.
33.7.
Setelah masa pemeliharaan berakhir, penyedia mengajukan
permintaan secara tertulis kepada PPK untuk menyerahkan akhir
pekerjaan.
33.8.
PPK
penyedia

menerima

melaksankan

penyerahan
semua

akhir

pekerjaan

kewajibannya

selama

setelah
masa

pemeliharaan dengan baik, PPK wajib melakukan pembayaran sisa


nilai kontrak yang belum dibayar atau mengembalikan jaminan
pemeliharaan.
33.9.
Apabila

penyedia

pemeliharaan sebagaimana
menggunakan

uang

tidak

melaksanakan

kewajiban

mestinya, maka PPK berhak


retensi

untuk

membiayai

perbaikkan/pemeliharaan atau mencairkan jaminan pemeliharaan.

28

33.10.

Serah terima pekerjaan dapat dilakukan perbagian pekerjaan

(secara parsial) yang ketentuannya ditetapkan dalam SSKK.


33.11. Dalam hal dilakukan serah terima pekerjaan secara parsial,
maka cara pembayaran dan kewajiban pemeliharaan tersebut diatas
disesuaikan.
33.12. Kewajiban pemeliharaan diperhitungkan setelah penyerahan
bagian pekerjaan tersebut dilaksankan pertama kali.

33.13.

Umur konstruksi bangunan hasil dari pelaksanaan pekerjaan

ditetapkan dalam SSKK.

34. Pengambilalihan
PPK akan mengambil alih lokasi dan hasil pekerjaan dalam jangka
waktu tertentu setelah dikeluarkan surat keterangan selesai/pengakhiran
pekerjaan.
35. Pedoman Pengoperasian dan Perawatan/Pemeliharaan
35.1. Penyedia diwajibkan menyediakan petunjuk kepada PPK tentang
pedoman pengoperasian dan perawatan/pemeliharaan, PPK berhak
menahan uang retensi atau jaminan pemeliharaan.
35.2. Apabila penyedia tdak memberikan pedoman pengoperasian dan
perawatan/pemeliharaan, PPK berhak menahan uang retensi atau
jaminan pemeliharaan.
.4 Adendum
36. Perubahan Kontrak
36.1. Kontrak hanya dapat diubah melalui adendum kontrak.
36.2. Perubahan kontrak dapat dilaksanakan apabila disetujui oleh para
pihak, meliputi :
a. Perubahan pekerjaan disebabkan oleh sesuatu hal yang dilakukan
oleh para pihak dalam kontrak sehingga mengubah lingkup
pekerjaan dalam kontrak.
b. Perubahan harga kontrak akibat adanya perubahan pekerjaan
dan/atau karena perubahan pelaksanaan pekerjaan.
c. Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan akibat

adanya

perubahan pekerjaan.

29

d. Perubahan harga kontrak akibat adanya penyesuaian harga


(eskalasi/de-eskalasi).
36.3. Untuk kepentingan perubahan kontrak, PPK menggunakan panitia
peneliti pelaksanaan kontrak.

37. Perubahan Lingkup Pekerjaan


37.1. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lokasi
pekerjaan pada saat pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi yang
ditentukan dalam dokumen kontrak, maka PPK bersama penyedia
dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi antara lain :
a. Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum

b.
c.
d.

dalam kontrak.
Menambah atau mengurangi jenis pekerjaan.
Mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan lokasi pekerjaan;dan/atau.
Melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam
kontrak yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan

sesuai lingkup kontrak awal.


37.2. Pekerjaan tambah harus mempertimbangkan tersedianya anggaran
dan paling tinggi 10% (sepuluh perseratus) dari nilai kontrak awal.
37.3. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh PPK secara tertulis
kepada penyedia kemudian dilanjutkan dengan negosiasi teknis dan
harga dengan tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam
kontrak awal.
37.4. Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam berita acara sebagai
dasar penyusunan adendum kontrak.
38. Perubahan Kuantitas dan Harga
38.1. Harga satuan dalam daftar kuantitas dan harga digunakan untuk
membayar prestasi pekerjaan.
38.2. Apabila kuantitas pembayaran mata utama yang akan dilaksanakan
berubah lebih dari 10% (sepuluh perseratus) dari kuantitas awal,
maka pembayaran volume selanjutnya dengan menggunakan harga
satuan yang disesuaikan dengan negosiasi.

30

38.3. Apabila dari hasil evaluasi penawaran terdapat harga satuan


timpang, maka harga satuan timpang tersebut hanya berlaku untuk
kuantitas pekerjaan yang tercantum dalam dokumen pengadaan.
Untuk kuantitas pekerjaan tambahan digunakan harga satuan
berdasarkan hasil negosiasi.
38.4. Apabila ada daftar item pekerjaan yang masuk kategori harga
satuan timpang, maka dicantumkan dalam lampiran A SSKK.
38.5. Apabila diperlukan mata pembayaran baru, maka penyedia jasa
harus menyerahkan rincian harga satuannya kepada PPK. Penentuan
harga satuan mata pembayaran baru dilakukan dengan negosiasi.
39. Perubahan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
39.1. Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh PPK atas
pertimbangan yang layak dan wajar untuk hal-hal sebagai berikut :
a. Pekerjaan tambah.
b. Perubahan disain.
c. Keterlambatan yang disebabkan oleh PPK.
d. Masalah yang timbul diluar kendali penyedia dan/ atau
e. Keadaan kahar.
39.2.
Waktu penyelesaian pekerjaan dapat diperpanjang
sekurang-kurang sama dengan waktu terhentinya kontrak akibat
keadaan kahar atau waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaaan pada 39.1.
39.3.
PPK dapat menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan
atas kontrak setelah melakukan penelitian terhadap usulan tertulis
yang diajukan oleh penyedia.
39.4.
PPK dapat menugaskan panitia peneliti pelaksanaan kontrak
untuk meneliti kelayakan usulan perpanjangan waktu pelaksanaan .
39.5.
Persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan dituangkan
dalam adendum kontrak.
40. Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deeskalasi)
40.1. Ketentuan penggunaan rumusan penyesuaian

harga

(Price

Adjusment) adalah sebagai berikut:


a. Harga yang tercantum dalam kontrak dapat berubah akibat
adanya penyesuaian harga sesuai dengan peraturan yang berlaku.

31

b. Penyesuaian harga diberlakukan pada kontrak tahun jamak yang


masa pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan
diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan
pekerjaan.
c. Penyesuaian

harga

berlaku

bagi

seluruh

kegiatan/mata

pembayaran, kecuali mata pembayaran Lump Sump serta


pekerjaan dengan harga satuan timpang.
d. Penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh komponen harga
satuan (upah, bahan, peralatan, dan bahan bakar), tidak termasuk
komponen keuntungan dan biaya operasional sebagai mana
tercantum dalam penawaran.
e. Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan yang tercantum dalam

kontrak awal/adendum

kontrak.
f. Penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal
dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari
negara asal barang tersebut.
g. Jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat
adanya adendum kontrak dapat diberikan penyesuaian harga
mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak adendum kontrak tersebut
ditandatangani.
h. Jenis pekerjaan yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh
kesalahan penyedia diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan
indeks harga terendah antara indeks harga jadwal awal dengan
indeks harga jadwal pelaksanaan pekerjaan.
i. Jenis pekerjaan yang lebih cepat pelaksanaannya diberlakukan
penyesuaian

harga

berdasarkan

indeks

harga

pada

saat

pelaksanaan.
40.2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana diatur dalam SSKK.
.5 Keadaan Kahar
41. Keadaan Kahar

32

41.1. Suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak
dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban ditentukan
dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.
41.2. Yang digolongkan keadaan kahar dalam kontrak pengadaan
barang/jasa antara lain, tidak terbatas pada : bencana alam, bencana
non alam, bencana sosial, pemogokan, kebakaran, gangguan industri
lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama menteri
keuangan dan menteri teknis terkait.
41.3. Apabila terjadi keadaan kahar, maka penyedia memberitahukan
kepada PPK paling lambat 14 (empat belas) hari sejak terjadinya
keadaan kahar, dengan menyertakan pernyataan keadaan kahar dari
pejabat yang berwenang.
41.4. Jangka waktu yang ditetapkan dalam kontrak untuk pemenuhan
kewajiban pihak yang tertimpa keadaan kahar harus diperpanjang
sekurang-kurangnya sama dengan jangka waktu terhentinya kontrak
akibat keadaan kahar.
41.5. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaaan akibat keadaan kahar yang
dilaporkan paling lambat 14 (empat belas) hari sejak terjadinya
keadaan kahar, tidak dikenakan saanksi.
41.6. Pada saat terjadinya keadaan kahar, kontrak ini akan dihentikan
sementara hingga keadaan kahar berakhir dengan ketentuan,
penyedia berhak untuk menerima pembayaran sesuai prestasi atau
kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai. Jika selama
masa keadaan kahar PPK memerintahkan secara tertulis kepada
penyedia untuk meneruskan pekerjaan sedapat mungkin maka
penyedia

berhak

untuk

menerima

pembayaran

sebagaimana

ditentukan dalam kontrak dan mendapat penggantian biaya yang


wajar sesuai dengan yang telah dikeluarkan untuk bekerja dalam
situasi demikian. Penggantian biaya ini harus diatur dalam suatu
adendum kontrak.
.6 Penghentian dan Pemutusan Kontrak
42. Penghentian dn Pemutusan Kontrak

33

42.1. Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah


selesai atau terjadi keadaan kahar.
42.2. Dalam hal kontrak dihentikan, maka PPK wajib membayar kepada
penyedia sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai,
termasuk :
a. Biaya langsung pengadaan bahan dan perlengkapan untuk
pekerjaan ini. Bahan dan perlengkapan ini harus diserahkan oleh
penyedia kepada PPK, dan selanjutnya menjadi hak milik PPK.
b. Biaya langsung pembongkaran dan demobilisasi hasil pekerjaan
sementara dan peralatan.
c. Biaya langsung demobilisasi personil.
42.3. Pemutusan kontrak dapat dilakukan oleh pihak penyedia atau pihak
PPK.
42.4. Kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan hingga 50 hari
kalender dapat melampaui tahun anggaran.
42.5. Mengesampingkan pasal 1266 dan 1267 kitab undang-undang
hukum perdata, pemutusan kontrak melalui pemberitahuan tertulis
dapat dilakukan apabila :
a. Penyedia lalai/cedera janji dalam melaksanakan kewajibannya
dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang
telah ditetapkan.
b. Penyedia tanpa persetujuan pengawas pekerjaan, tidak memulai
pelaksanaan pekerjaan.
c. Penyedia menghentikan pekerjaan 28 (dua puluh delapan) hari
dan penghentian ini tidak tercantum dalam program mutu serta
tanpa persetujuan pengawas pekerjaan.
d. Penyedia berada dalam keadaan pailit.
e. Penyedia selama masa kontrak gagal memperbaiki cacat mutu
dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh PPK.
f. Penyedia tidak mempertahankan keberlakuan

jaminan

pelaksanaan.
g. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan
penyedia sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai
kontrak dan PPK menilai bahwa penyedia tidak akan sanggup
menyelesaikan sisa pekerjaan.

34

h. Pengawas pekerjaan memerintahkan penyedia untuk menunda


pelaksanaan atau kelanjutan pekerjaan dan perintah tersebut tidak
ditarik selama 28 (dua puluh delapan) hari.
i. PPK tidak menerbitkan SPP untuk pembayaran tagihan angsuran
sesuai dengan yang disepakati sebagaimana tercantum dalam
SSKK.
j. Berdasarkan
menyelesaikan

penelitian

PPK,

keseluruhan

penyedia

pekerjaan

tidak

walaupun

mampu
diberikan

kesempatan sampai dengan 50(lima puluh) hari kalender sejak


masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan.
k. Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau
pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh
instansi yang berwenang, dan/atau.
l. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN
dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan
pengadaan dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.
42.6. Dalam hal pemutusan kontrak pada masa pelaksanaan dilakukan
karena kesalahan penyedia, maka :
a. Jaminan pelaksanaan dicairkan.
b. Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia atau jaminan uang
muka dicairkan.
c. Penyedia membayar denda (apabila pelaksanaan pekerjaan
terlambat), dan
d. Penyedia dimasukkan kedalam daftar hitam.
42.7. Dalam hal dilakukan pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK
karena kesalahan penyedia sebagaimana dimaksudkan ayat 42.5, atas
dasar permohonan PPK kepada KPA, Pokja ULP dapat melakukan
penunjukkan kepada pemenang cadangan berikutnya pada paket
pekerjaan yang sama atau penyedia yang mampu dan memenuhi
syarat.
42.8. Dalam hal pemutusan kontrak pada masa pemeliharaan dilakukan
karena kesalahan penyedia, maka :
a. Jaminan
pemeliharaan
dicairkan

untuk

membiayai

perbaikkan/pemeliharaan dan,
b. Penyedia dimasukkan kedalam daftar hitam.

35

42.9. Dalam hal pemutusan kontrak dilakukan karena PPK terlibat


penyimpangan prosedur, melakukan KKN dan/atau pelanggaran
persaingan usaha didalam pelaksanaan pengadaan yang sudah
diputuskan oleh instansi berwenang, maka PPK dikenakan sanksi
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
43. Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan dan Kontrak Kritis.
43.1. Apabila penyedia terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal,
maka PPK harus memberikan peringatan secara tertulis atau
dikenakan ketentuan tentang kontrak kritis.
43.2. Kontrak dinyatakan kritis apabila :
a. Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% - 70% dari
kontrak), realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 10%
dari rencana.
b. Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari
kontrak), realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar 5% dari
rencana.
c. Rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak, realisasi
fisik pelaksanaan kurang dari 5% dari rencana dan akan
melampaui tahun anggaran berjalan.
43.3. Penanganan kontrak kritis.
a. Dalam hal keterlambatan pada 42.1 dan penanganan kontrak pada
42.2, penanganan kontrak kritis dilakukan dengan rapat
pembuktian (show cause meeting/SCM).
1. Pada saat kontrak dinyatakan kritis direksi pekerjaan
menerbitkan

surat

peringatan

kepada

penyedia

dan

selanjutnya menyelenggarakan SCM.


2. Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi teknis dan penyedia
membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang
harus dicapai oleh penyedia dalam periode waktu tertentu( uji
coba pertama) yang dituangkan dalam berita acara SCM
tingkat tahap I.
3. Apabila penyedia gagal pada uji coba pertama maka harus
diselenggarakan SCM tahap II yang membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh

36

penyedia dalam periode waktu tertentu (uji coba kedua) yang


dituangkan dalam berita acara SCM tahap II.
4. Apabila penyedia gagal dalam uji coba kedua, maka harus
diselenggarakan SCM tahap III yang membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh
penyedia dalam periode waktu tertentu (uji coba ketiga) yang
dituangkan dalam berita acara SCM tahap III.
5. Pada setiap uji coba yang gagal, PPK harus menerbitkan surat
peringatan kepada penyedia atas keterlambatan realisasi fisik
pelaksanaan pekerjaan.
b. Dalam hal terjadi keterlambatan dan akan melampaui tahun
anggaran

berjalan

akibat

kesalahan

penyedia

pekerjaan

konstruksi, sebelum dilakukan pemutusan kontrak penyedia


pekerjaan konstruksi dapat diberi kesempatan menyelesaikan
pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak
masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan dengan diberlakukan
denda sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai kontrak atau nilai
bagian kontrak apabila ditetapkan serah terima pekerjaan secara
parsial

untuk

setiap

hari

keterlambatan.

Kesempatan

menyelesaiakan pekerjaan selama 50 (lima puluh) hari tersebut


dapat melampaui tahun anggaran berjalan.
c. Dalam hal penyelesaiaan pekerjaan akibat keterlambatan
melampaui tahun anggaran berjalan, diterbitkan adendum untuk
mencantumkan sumber dana tahun anggaran berikutnya atas sisa
pekerjaan yang akan diselesaikan dan memperpanjang masa
berlaku jaminan pelaksanaan.
d. Dalam hal keterlambatan pada 42.2 a atau 42.2 b setelah
dilakukan penanganan kontrak kritis sesuai 42.3 a, PPK dapat
langsung

memutuskan

kontrak

secara

sepihak

dengan

mengesampingkan pasal 1266 kitab undang-undang hukum


perdata.
PPK dapat memutuskan kontrak secara sepihak, apabila :

37

1. Kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas


berakhirnya kontrak.
2. Berdasarkan penelitian PPK, penyedia barang/jasa tidak akan
mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun
diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari
kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan
untuk menyelesaikan pekerjaan dan/atau.
3. Setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan
sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, penyedia barang/jasa
tidak dapat menyelesaikan pekerjaan.
44. Peninggalan
Semua bahan, perlengkapan, peralatan, hasil pekerjaan sementara
yang masih berada dilokasi kerja setelah pemutusan kontrak akibat
kelalaian atau kesalahan penyedia, dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh
PPK tanpa kewajiban perawatan/pemeliharaan. Penggambilan kembali
semua peninggalan tersebut oleh penyedia hanya dapat dilakukan setelah
mempertimbangkan kepentingan PPK.
C. Hak dan Kewajiban Para Pihak
45. Hak dan Kewajiban Para Pihak
Hak-hak yang dimiliki serta kewajiban-kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh PPK dan penyedia dalam melaksanakan kontrak,
meliputi :
45.1. Hak dan Kewajiban PPK :
a. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh
penyedia.
b. Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia.
c. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam
kontrak yang telah ditetapkan kepada penyedia, dan
d. Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang
dibutuhkan

oleh

penyedia

untuk

kelancaran

pelaksanaan

pekerjaan sesuai ketentuan kontrak.


38

45.2. Hak dan Kewajiban Penyedia :


a. Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan harga yang telah ditentukan dalam kontrak.
b. Berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan
prasarana dari PPK untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan
sesuai ketentuan kontrak.
c. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada PPK.
d. Melaporkan pelaksanaan penggunaan produksi dalam
negeri/TKDN secara periodik kepada PPK.
e. Melaksanakan dan menyelesaiakan pekerjaan sesuai dengan
jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam
kontrak.
f. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat,
akurat dan penuh tanggung jawab secara cermat, akurat dan
penuh tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahanbahan, peralatan, angkutan ke atau dari lapangan, dan segala
pekerjaan permanen maupun sementara yang diperlukan untuk
pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikkan pekerjaan yang rinci
dalam kontrak.
g. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk
pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan oleh PPK.
h. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan
pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak, dan
i. Mengambil langkah-langkah yang memadai dalam rangka
memberi perlindungan kepada setiap orang yang berada ditempat
kerja

maupun

masyarakat

dan lingkungan

sekitar

yang

berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan


peralatan kerja konstruksi dan produksi.
(Catatan : hak dan kewajiban kontraktor disesuaikan dengan
lingkup pekerjaan yang harus dilaksankan sesuai dengan
kontrak).
46. Penggunaan Dokumen Dokumen Kontrak dan Informasi
Penyedia tidak diperkenankan menggunakan dan menginformasikan
dokumen kotrak atau dokumen lainnya yang berhubungan dengan kontrak
39

untuk kepentingan pihak lain, misalnya spesifikasi teknis dan/atau gambargambar, kecuali dengan izin tertulis dari PPK sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
47. Hak Kekayaan Intelektual
Penyedia wajib melindungi PPK dari segala tuntutan atau klaim dari
pihak ketiga yang disebabkan pengguna atau atas Pelanggaran Hak
Kekayaan Intelektual (HAKI) oleh penyedia.
48. Penanggungan dan Resiko
48.1. Penyedia berkewajiban untuk melindungi, membebaskan, dan
menanggung tanpa batas PPK beserta instansinya terhadap semua
bentuk tuntutan, tanggung jawab, kewajiban, kehilangan, kerugian,
denda, gugatan, atau tuntutan hukum, proses pemeriksaan hukum,
dan biaya yang dikenakan terhadap PPK beserta instansinya (kecuali
kerugian yang mendasari tuntutan tersebut disebabkan kesalahan atau
kelalaian berat PPK, sehubung dengan klaim yang timbul dari hal-hal
berikut terhitung sejak tanggal mulai kerja sampai dengan tanggal
penandatanganan berita acara penyerahan akhir.
a. Kehilangan atau kerusakan peralatan dan harta benda penyedia,
subpenyedia (jika ada), dan personil.
b. Cidera tubuh, sakit atau kematian personil.
c. Kehilangan atau kerusakan harta benda, dan cidera tubuh, sakit
atau kematian pihak ketiga.
48.2. Terhitung sejak tanggal mulai kerja sampai dengan tanggal
penandatanganan berita acara penyerahan awal, semua resiko
kehilangan atau kerusakan hasil pekerjaan ini, bahan dan
perlengkapan merupakan resiko penyedia, kecuali kerugian atau
kerusakan tersebut diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian PPK.
48.3. Pertanggungan asuransi yang dimiliki oleh penyedia tidak
membatasi kewajiban penanggungan dalam pasal ini.
48.4. Kehilangan atau kerusakan terhadap hasil pekerjaan atau bahan
yang menyatu dengan hasil pekerjaan selama tanggal mulai kerja dan
batas akhir masa pemeliharaan harus diganti atau diperbaiki oleh

40

penyedia atas tanggungannya sendiri jika kehilangan atau kerusakan


tersebut terjadi akibat tindakan atau kelalaian penyedia.
49. Perlindungan Tenaga Kerja
49.1. Penyedia dan subpenyedia berkewajiban atas biaya sendiri untuk
mengikutsertakan personilnya pada program jaminan sosial tenaga
kerja (Jamsostek) sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan.
49.2. Penyedia berkewajiban untuk mematuhi dan memerintahkan
personilnya untuk mematuhi peraturan keselamatan kerja. Pada
waktu pelaksanaan pekerjaan, penyedia beserta personilnya dianggap
telah membaca dan memahami peraturan keselamatan kerja tersebut.
49.3. Penyedia berkewajiban atas biaya sendiri untuk menyediakan
kepada setiap personilnya (termasuk personil subpenyedia, jika ada)
perlengkapan keselamatan kerja yang sesuai dan memadai.
49.4. Tanpa

mengurangi

kewajiban

penyedia

untuk

melaporkan

kecelakan berdasarkan hukum yang berlaku, penyedia wajib


melaporkan kepada PPK mengenai setiap kecelakaan yang timbul
sehubung dengan pelaksanaan kontrak ini dalam waktu 24 (dua
puluh empat) jam setelah kejadian.
50. Pemeliharaan Lingkungan
Penyedia berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah yang
memadai untuk melindungi lingkungan baik didalam maupun diluar
tempat kerja dan membatasi gangguan lingkungan terhadap pihak ketiga
dan harta bendanya sehubungan dengan pelaksanaan kontrak ini.
51. Asuransi
51.1. Penyedia wajib menyediakan asuransi sejak SPMK sampai dengan
tanggal selesainya pemeliharaan untuk :
a. Semua barang dan peralatan yang mempunyai resiko tinggi
terjadinya kecelakaan, pelaksanaan pekerjaan, atas segala resiko
terhadap kecelakaan, kerusakan, kehilangan, serta resiko lain
yang tidak dapat diduga.
b. Pihak ketiga sebagai akibat kecelakaan ditempat kerjanya, dan

41

c. Perlindungan terhadap kegagalan bangunan.


51.2. Besarnya asuransi sudah diperhitungkan dalam penawaran dan
termasuk dalam nilai kontrak.
52. Tindakan Penyedia yang Mensyaratkan Persetujuan PPK atau
Pengawas Pekerjaan
52.1.
Penyedia berkewajiban untuk mendapatkan lebih dahulu
persetujuan tertulis PPK sebelum melakukan tindakan-tindakan
berikut:
a. Mensubkontrakkan sebagian pekerjaan dalam Lampiran A
SSKK;

b. Menunjuk

Personil Inti yang namanya tidak tercantum dalam

Lampiran A SSKK;

c. Mengubah atau memutakhirkan program mutu;


d. Tindakan lain yang diatur dalam SSKK.

52.2.

Penyedia berkewajiban untuk mendapatkan lebih dahulu

persetujuan tertulis Pengawas Pekerjaan sebelum melakukan


tindakan-tindakan berikut:
a. Menggunakan spesifikasi dan gambar dalam Pasal 15 SSUK;
b. Mengubah syarat dan ketentuan polis asuransi;
c. Mengubah Personil Inti dan/atau Peralatan;
d. Tindakan lain yang diatur dalam SSKK.
53. Laporan Hasil Pekerjaan
53.1. Pemeriksaan pekerjaan dilakukan selama pelaksanaan kontrak
untuk menetapkan volume pekerjaan atau kegiatan yang telah
dilaksanakan guna pembayaran hasil pekerjaan. Hasil pemeriksaan
pekerjaan dituangkan dalam laporan kemajuan hasil pekerjaan.
53.2. Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
pekerjaan, seluruh aktivitas kegiatan pekerjaan dilokasi pekerjaan
dicatat dalam buku harian sebagai bahan laporan harian pekerjaan
yang berisi rencana dan realisasi pekerjaan harian.
53.3. Laporan harian berisi:
a. Jenis dan kuantitas bahan yang berada di lokasi pekerjaan;
b. Penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya;
c. Jenis, jumlah dan kondisi peralatan;
42

d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;


e. Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya
yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan; dan
f. Catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.
53.4.
Laporan harian dibuat oleh penyedia, apabila diperlukan
diperiksa oleh konsultan, dan disetujui oleh wakil PPK.
53.5.
Laporan mingguan terdiri dari rangkuman laporan harian
dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu,
serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan.
53.6.
Laporan bulanan terdiri dari rangkuman laporan mingguan
dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan,
serta hal-hal penting yang perlu ditonjolkan.

53.7.

Untuk merekam kegiatan pelaksanaan pekerjaan konstruksi,

PPK dan penyedia membuat foto-foto dokumentasi dan video


pelaksanaan pekerjaan di lokasi pekerjaan sesuai kebutuhan.

54.

Kepemilikan Dokumen
Semua rancangan, gambar, spesifikasi, desain, laporan, dan

dokumen-dokumen lain serta piranti lunak yang dipersiapkan oleh


penyedia berdasarkan kontrak ini sepenuhnya merupakan hak milik PPK.
Penyedia paling lambat pada waktu pemutusan atau akhir masa kontrak
berkewajiban untuk menyerahkan semua dokumen dan piranti lunak
tersebut beserta daftar rinciannya kepada PPK. Penyedia dapat menyimpan
1 (satu) buah salinan tiap dokumen dan piranti lunak tersebut. Pembatasan
(jika ada) mengenai penggunaan dokumen dan piranti lunak tersebut di
atas di kemudian hari diatur dalam SSKK.

55.

Kerjasama Antara Penyedia dan Subpenyedia

55.1.

Penyedia

yang

mempunyai

harga

Kontrak

di

atas

Rp.25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) wajib bekerja

43

sama dengan penyedia Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi


Kecil, yaitu dengan mensubkontrakkan sebagian pekerjaan yang
bukan pekerjaan utama.

55.2.

Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan tersebut harus

diatur dalam kontrak dan disetujui terlebih dahulu oleh PPK.

55.3.

Penyedia tetap bertanggung jawab atas bagian pekerjaan

yang disubkontrakkan tersebut.

55.4.

Ketentuan-ketentuan dalam subkontrak harus mengacu

kepada kontrak serta menganut prinsip kesetaraan.

56.

Usaha Mikro Usaha Kecil dan Koperasi Kecil

56.1.

Apabila

penyedia

yang

ditunjuk

sebagai

pelaksana

konstruksi adalah penyedia Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi


Kecil, maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan sendiri oleh
penyedia

yang

ditunjuk

dan

dilarang

diserahkan

atau

disubkontrakkan kepada pihak lain.

56.2.

Apabila

penyedia

yang

ditunjuk

sebagai

pelaksana

konstruksi adalah penyedia bukan Usaha Mikro, Usaha Kecil dan


koperasi kecil, maka:

a. Penyedia wajib bekerja sama dengan penyedia Usaha Mikro,


Usaha

Kecil

dan

koperasi

kecil,

antara

lain

dengan

mensubkontrakkan sebagian pekerjaannya;

b.Dalam melaksanakan kewajiban di atas penyedia terpilih tetap


bertanggungjawab penuh atas keseluruhan pekerjaan tersebut;

c. Bentuk kerjasama tersebut hanya untuk sebagian pekerjaan yang


bukan pekerjaan utama; dan

d.Membuat laporan periodik mengenai pelaksanaan ketetapan di


atas.
56.3. Apabila ketentuan tersebut di atas dilanggar, maka penyedia
dikenakan sanksi yang diatur dalam SSKK.

44

57.

Penyedia Lain
Penyedia berkewajiban untuk bekerjasama dan menggunakan lokasi

kerja termasuk jalan akses bersama-sama dengan penyedia yang lain (jika
ada) dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan atas lokasi kerja. Jika
dipandang perlu, PPK dapat memberikan jadwal kerja penyedia yang lain
di lokasi kerja.

58.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Penyedia bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan semua

pihak di lokasi kerja. Penyedia setiap saat harus mengambil langkahlangkah yang patut diambil untuk menjaga keselamatan dan kesehatan
para personilnya. Penyedia harus memastikan bahwa staf kesehatan,
fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan, dan layanan ambulance
dapat disediakan setiap saat di lapangan bagi personil penyedia termasuk
subpenyedia maupun personil PPK dan telah dibuat perencanaan yang
sesuai dengan semua persyaratan kesehatan dan kebersihan untuk
mencegah timbulnya wabah penyakit. Penyedia harus menunjuk petugas
keselamatan kerja yang bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan
dan mencegah terjadinya kecelakaan. Petugas yang bersangkutan harus
memenuhi aturan dan persyaratan K3. Petugas K3 dipersyaratkan
berdasarkan tingkat risiko pekerjaan: Diperlukan ahli K3 untuk pekerjaan
berisiko tinggi dan diperlukan petugas K3 untuk pekerjaan berisiko sedang
atau kecil sebagaimana ditetapkan dalam SSKK.

59.

Pembayaran Denda
Penyedia berkewajiban untuk membayar sanksi finansial berupa

denda sebagai akibat wanprestasi atau cidera janji terhadap kewajibankewajiban penyedia dalam kontrak ini. PPK mengenakan Denda dengan

45

memotong angsuran pembayaran prestasi pekerjaan penyedia. Pembayaran


denda tidak mengurangi tanggung jawab kontraktual penyedia.
60. Jaminan

60.1.
Penggunaan jaminan :
a. Paket pekerjaan sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah) dapat menggunakan surat jaminan yang
dikeluarkan

oleh

Bank

Umum/

Perusahaan

Penjaminan/

Perusahaan Asuransi, bersifat mudah dicairkan dan tidak


bersyarat (unconditional), serta diserahkan oleh Penyedia
Barang/Jasa kepada Kelompok Kerja ULP; atau
b. Paket pekerjaan di atas Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah) harus menggunakan surat jaminan yang dikeluarkan oleh
Bank Umum, bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat
(unconditional), serta diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa

60.2.

kepada Kelompok Kerja ULP.


Jaminan Pelaksanaan diberikan kepada PPK setelah

diterbitkannya Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)


sebelum dilakukan penandatanganan kontrak dengan besaran/nilai:

a. 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak; atau


b.

5% (lima perseratus) dari nilai total Harga Perkiraan Sendiri


(HPS) bagi penawaran yang lebih kecil dari 80% (delapan puluh
perseratus) HPS.

60.3.

Masa berlakunya jaminan pelaksanaan sekurang-kurangnya

sejak tanggal penanda-tanganan kontrak sampai dengan serah terima


pertama pekerjaan (Provisional Hand Over/PHO).

60.4.

Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah pekerjaan

dinyatakan selesai 100% (seratus perseratus) dan diganti dengan


Jaminan Pemeliharaan atau dengan menahan uang retensi sebesar 5%
(lima perseratus) dari nilai kontrak;

60.5.

Jaminan Uang Muka diberikan kepada PPK dalam rangka

pengambilan uang muka sekurang-kurangnya sama dengan besarnya


uang muka;
46

60.6.

Nilai Jaminan Uang Muka dapat dikurangi secara

proporsional sesuai dengan pencapaian prestasi pekerjaan;

60.7.

Masa berlakunya Jaminan Uang Muka sekurang-kurangnya

sejak tanggal persetujuan pemberian uang muka sampai dengan


tanggal penyerahan pertama pekerjaan (PHO).

60.8.

Jaminan Pemeliharaan diberikan kepada PPK setelah

pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus perseratus).

60.9.

Pengembalian Jaminan Pemeliharan dilakukan paling

lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah masa pemeliharaan selesai


dan pekerjaan diterima dengan baik sesuai dengan ketentuan kontrak;

60.10.

Masa

berlakunya

Jaminan

Pemeliharaan

sekurang-

kurangnya sejak tanggal serah terima pertama pekerjaan (PHO)


sampai dengan tanggal penyerahan akhir pekerjaan (Final Hand
Over/FHO).

D.Personil Inti dan/atau Peralatan Penyedia


61.

Personil Inti dan/atau Peralatan

61.1.

Personil inti dan/atau peralatan yang ditempatkan harus

sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen penawaran.

61.2.

Penggantian personil inti dan/atau peralatan tidak boleh

dilakukan kecuali atas persetujuan tertulis PPK.

61.3.

Penggantian personil inti dilakukan oleh penyedia dengan

mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada PPK dengan


melampirkan riwayat hidup/pengalaman kerja personil inti yang
diusulkan beserta alasan penggantian.

61.4.

PPK dapat menilai dan menyetujui penempatan/penggantian

personil inti dan/atau peralatan menurut kualifikasi yang dibutuhkan.

61.5. Jika PPK menilai bahwa personil inti:


a. Tidak mampu atau tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik;
47

b. Berkelakuan tidak baik; atau


c. Mengabaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya, maka penyedia
berkewajiban untuk menyediakan pengganti dan menjamin
personil inti tersebut meninggalkan lokasi kerja dalam waktu 7
(tujuh) hari sejak diminta oleh PPK.

61.6.

Jika penggantian personil inti dan/atau peralatan perlu

dilakukan, maka penyedia berkewajiban untuk menyediakan


pengganti dengan kualifikasi yang setara atau lebih baik dari
personil inti dan/atau peralatan yang digantikan tanpa biaya
tambahan apapun.

61.7.

Personil inti berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan

pekerjaannya. Jika diperlukan oleh PPK, Personil inti dapat sewaktuwaktu disyaratkan untuk menjaga kerahasiaan pekerjaan di bawah
sumpah.

E.

Kewajiban PPK

62.

Fasilitas
PPK dapat memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana atau

kemudahan lainnya (jika ada) yang tercantum dalam SSKK untuk


kelancaran pelaksanaan pekerjaan ini.
63. Peristiwa Kompensasi
63.1.
Peristiwa Kompensasi yang dapat diberikan

kepada

penyedia yaitu :
a. PPK mengubah jadwal yang dapat mempengaruhi pelaksanaan

b.
c.
d.

pekerjaan;
Keterlambatan pembayaran kepada penyedia;
PPK tidak memberikan gambar-gambar, spesifikasi dan/atau
instruksi sesuai jadwal yang dibutuhkan;
Penyedia belum bisa masuk ke lokasi sesuai jadwal dalam
kontrak;
48

e.

PPK menginstruksikan kepada pihak penyedia untuk melakukan


pengujian tambahan yang setelah dilaksanakan pengujian

f.
g.

ternyata tidak ditemukan kerusakan/kegagalan/penyimpangan;


PPK memerintahkan penundaan pelaksanaan pekerjaan;
PPK memerintahkan untuk mengatasi kondisi tertentu yang tidak

dapat diduga sebelumnya dan disebabkan oleh PPK;


h. Ketentuan lain dalam SSKK.
63.2.
Jika Peristiwa Kompensasi mengakibatkan pengeluaran
tambahan dan/atau keterlambatan penyelesaian pekerjaan maka PPK
berkewajiban untuk membayar ganti rugi dan/atau memberikan
perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan.
63.3.
Ganti rugi hanya dapat dibayarkan jika berdasarkan data
penunjang dan perhitungan kompensasi yang diajukan oleh penyedia
kepada PPK, dapat dibuktikan kerugian nyata akibat peristiwa
kompensasi.
63.4.
Perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan hanya dapat
diberikan jika berdasarkan data penunjang dan perhitungan
kompensasi yang diajukan oleh penyedia kepada PPK, dapat
dibuktikan perlunya tambahan waktu akibat peristiwa kompensasi.

63.5.

Penyedia tidak berhak atas ganti rugi dan/atau perpanjangan

waktu penyelesaian pekerjaan jika penyedia gagal atau lalai untuk


memberikan peringatan dini dalam mengantisipasi atau mengatasi
dampak peristiwa kompensasi.

F.

Pembayaran Kepada Penyedia

64. Harga Kontrak


64.1.
PPK

membayar

kepada

penyedia

atas

pelaksanaan

pekerjaan dalam kontrak sebesar harga kontrak.


64.2.
Harga kontrak telah memperhitungkan keuntungan, beban
pajak dan biaya overhead termasuk penyelenggaraan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dan semua pajak, bea, retribusi, dan

49

pungutan lain serta biaya asuransi yang harus dibayar oleh penyedia
untuk pelaksanaan paket pekerjaan konstruksi.

64.3.

Rincian harga kontrak sesuai dengan rincian yang tercantum

dalam daftar kuantitas dan harga.

65. Pembayaran
65.1.
Uang muka

a.

Uang muka dibayar untuk membiayai mobilisasi peralatan,


personil,

pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok

b.

bahan/material dan persiapan teknis lain;


Untuk usaha kecil, uang muka dapat diberikan paling tinggi 30%

c.

(tiga puluh perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Barang/Jasa;


Untuk usaha non kecil, uang muka dapat diberikan paling tinggi
20% (dua puluh perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan

d.

Barang/Jasa;
Untuk Kontrak Tahun Jamak, uang muka dapat diberikan:

1.
2.
e.

20% (dua puluh perseratus) dari kontrak tahun pertama; atau


15% (lima belas perseratus) dari nilai kontrak.

Besaran uang muka ditentukan dalam SSKK dan dibayar setelah


penyedia menyerahkan jaminan uang muka senilai uang muka

f.

yang diterima;
Penyedia harus mengajukan permohonan pengambilan uang
muka secara tertulis kepada PPK disertai dengan rencana
penggunaan uang muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai

g.

kontrak;
PPK harus mengajukan surat permintaan pembayaran untuk
permohonan tersebut pada huruf c, paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja setelah jaminan uang muka diterima;

h. Jaminan

Uang Muka diterbitkan oleh bank umum, perusahaan

penjaminan, atau perusahaan asuransi umum yang memiliki izin


untuk menjual produk jaminan (suretyship) yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan;

50

i.

Pengembalian uang muka harus diperhitungkan berangsur-angsur


secara proporsional pada setiap pembayaran prestasi pekerjaan
dan paling lambat harus lunas pada saat pekerjaan mencapai
prestasi 100% (seratus perseratus).

65.2.

A.

Prestasi Pekerjaan
pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati

dilakukan oleh PPK, dengan ketentuan:

1. Penyedia telah mengajukan tagihan disertai laporan kemajuan


hasil pekerjaan;

2. Pembayaran dilakukan dengan sistem bulanan, sistem termin


atau pembayaran secara sekaligus, sesuai ketentuan dalam
SSKK;

3. Pembayaran dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang,


termasuk peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian
permanen dari hasil pekerjaan yang akan diserahterimakan,
sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam SSKK.
Peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian dari hasil
pekerjaan adalah:

a. Peralatan dan/atau bahan yang merupakan bagian dari


pekerjaan utama namun belum dilakukan uji fungsi
(commisioning) harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:

1. Berada

di lokasi pekerjaan sebagaimana tercantum

dalam kontrak dan perubahannya;

2. Memiliki sertifikat uji mutu dari pabrikan/produsen;


3. Bersertifikat garansi dari produsen/agen resmi yang
ditunjuk oleh produsen;

4. Disetujui oleh PPK sesuai dengan pencapaian fisik


yang diterima;

51

5. Dilarang

dipindahkan dari area lokasi pekerjaan

dan/atau dipindahtangankan oleh pihak manapun; dan

6. Keamanan

penyimpanan

dan

risiko

kerusakan

sebelum diserahterimakan secara satu kesatuan fungsi


merupakan tanggung jawab penyedia barang/jasa.
b. Sertifikat uji mutu dan sertifikat garansi tidak diperlukan
dalam hal peralatan dan/atau bahan dibuat/dirakit oleh
penyedia barang/jasa;
Besaran yang akan dibayarkan dari material on site (berkisar
antara 50% sampai dengan 70%). Besaran nilai pembayaran
dicantumkan di dalam SSKK;
i. Pembayaran harus memperhitungkan angsuran uang muka,
peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian permanen dari
hasil pekerjaan yang akan diserahterimakan (material on site)
yang sudah dibayar sebelumnya, denda (apabila ada), pajak
dan/atau uang retensi;
ii. Untuk kontrak yang mempunyai subkontrak, permintaan
pembayaran harus dilengkapi bukti pembayaran kepada
seluruh sub penyedia sesuai dengan prestasi pekerjaan.
Pembayaran kepada sub penyedia dilakukan sesuai prestasi
pekerjaan yang selesai dilaksanakan oleh sub penyedia tanpa
harus menunggu pembayaran terlebih dahulu dari PPK.

Pembayaran terakhir hanya dilakukan setelah pekerjaan


selesai 100% (seratus perseratus) dan Berita Acara

Penyerahan Pertama Pekerjaan diterbitkan;


PPK dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah
pengajuan permintaan pembayaran dari penyedia harus
sudah mengajukan surat permintaan pembayaran kepada
Pejabat

Penandatangan

Surat

Perintah

Membayar

(PPSPM);

52

Apabila terdapat ketidaksesuaian dalam perhitungan


angsuran, tidak akan menjadi alasan untuk menunda
pembayaran. PPK dapat meminta penyedia untuk
menyampaikan perhitungan prestasi sementara dengan
mengesampingkan

hal-hal

yang

sedang

menjadi

perselisihan.

65.3.

a.

Denda dan Ganti Rugi


Denda merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada
penyedia;

b. Ganti

rugi merupakan sanksi finansial yang dikenakan kepada

PPK karena terjadinya cidera janji/wanprestasi;

c.

Besarnya

denda

keterlambatan

yang

dikenakan

penyelesaian

kepada

pekerjaan

penyedia

untuk

setiap

atas
hari

keterlambatan adalah:

1. 1/1000 (satu perseribu) dari sisa harga bagian kontrak yang


belum dikerjakan (sebelum PPN), apabila bagian pekerjaan
yang sudah dilaksanakan dapat berfungsi; atau

2. 1/1000

(satu perseribu) dari harga kontrak (sebelum PPN),

apabila bagian pekerjaan yang sudah dilaksanakan belum


berfungsi; sesuai yang ditetapkan dalam SSKK;
d. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh PPK atas keterlambatan
pembayaran adalah sebesar bunga dari nilai tagihan yang
terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku
pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia, atau dapat
diberikan kompensasi;
e. Pembayaran denda dan/atau ganti rugi diperhitungkan dalam
pembayaran prestasi pekerjaan;
f. Ganti rugi dan kompensasi kepada peserta dituangkan dalam
adendum kontrak;

53

g. Pembayaran ganti rugi dan kompensasi dilakukan oleh PPK,


apabila penyedia telah mengajukan tagihan disertai perhitungan
dan data-data.

66. Hari Kerja

66.1.

Semua pekerja dibayar selama hari kerja dan datanya

disimpan oleh penyedia. Daftar pembayaran ditanda tangani oleh


masing-masing pekerja dan dapat diperiksa oleh PPK.
66.2.
Penyedia harus membayar upah hari kerja kepada tenaga
kerjanya setelah formulir upah ditandatangani.

66.3.

67.

Jam kerja dan waktu cuti untuk pekerja harus dilampirkan.

Perhitungan Akhir

67.1.

Pembayaran angsuran prestasi pekerjaan terakhir dilakukan

berdasarkan setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) dan


berita acara penyerahan awal telah ditandatangani oleh kedua belah
pihak berdasarkan Berita Acara Pekerjaan Selesai dari Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP).

67.2.

Sebelum

pembayaran

terakhir

dilakukan,

penyedia

berkewajiban untuk menyerahkan kepada pengawas pekerjaan


rincian perhitungan nilai tagihan terakhir yang jatuh tempo. PPK
berdasarkan hasil penelitian tagihan oleh pengawas pekerjaan
berkewajiban untuk menerbitkan SPP untuk pembayaran tagihan
angsuran terakhir selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja terhitung
sejak tagihan dan kelengkapan dokumen penunjang diterima oleh
pengawas pekerjaan.

68.

Penangguhan

68.1.

PPK dapat menangguhkan pembayaran setiap angsuran

prestasi pekerjaan jika penyedia gagal atau lalai memenuhi

54

kewajiban

kontraktualnya,

termasuk

penyerahan

setiap hasil

pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

68.2.

PPK secara tertulis memberitahukan kepada penyedia

tentang penangguhan hak pembayaran, disertai alasan-alasan yang


jelas mengenai penangguhan tersebut. Penyedia diberi kesempatan
untuk memperbaiki dalam jangka waktu tertentu.

68.3.

Pembayaran yang ditangguhkan harus disesuaikan dengan

proporsi kegagalan atau kelalaian penyedia.

68.4.
akibat

Jika dipandang perlu oleh PPK, penangguhan pembayaran


keterlambatan

penyerahan

pekerjaan

dapat

dilakukan

bersamaan dengan pengenaan denda kepada penyedia.

G.

Pengawasan Mutu

69.

Pengawasan dan Pemeriksaan


PPK berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap

pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia. Apabila


diperlukan, PPK dapat memerintahkan kepada pihak ketiga untuk
melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas semua pelaksanaan
pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia.
70. Penilaian Pekerjaan Sementara oleh PPK
70.1. PPK dalam masa pelaksanaan pekerjaan dapat melakukan penilaian
sementara atas hasil pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia.
70.2. Penilaian atas hasil pekerjaan dilakukan terhadap mutu dan
kemajuan fisik pekerjaan.
71. Cacat Mutu
PPK atau Pengawas Pekerjaan akan memeriksa setiap hasil pekerjaan
dan memberitahukan penyedia secara tertulis atas setiap cacat mutu yang
ditemukan. PPK atau Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan penyedia
untuk menemukan dan mengungkapkan cacat mutu, serta menguji hasil

55

pekerjaan yang dianggap oleh PPK atau Pengawas Pekerjaan mengandung


cacat mutu. Penyedia bertanggung jawab atas perbaikan cacat mutu selama
masa kontrak dan masa pemeliharaan.
72. Pengujian
Jika PPK atau Pengawas Pekerjaan memerintahkan penyedia untuk
melakukan pengujian cacat mutu yang tidak tercantum dalam Spesifikasi
Teknis dan Gambar, dan hasil uji coba menunjukkan adanya cacat mutu
maka penyedia berkewajiban untuk menanggung biaya pengujian tersebut.
Jika tidak ditemukan adanya cacat mutu maka uji coba tersebut dianggap
sebagai peristiwa kompensasi.

73. Perbaikkan Cacat Mutu


73.1. PPK atau Pengawas Pekerjaan akan menyampaikan pemberitahuan
cacat mutu kepada penyedia segera setelah ditemukan cacat mutu
tersebut. Penyedia bertanggung jawab atas cacat mutu selama masa
pelaksanaan dan masa pemeliharaan.
73.2.Terhadap pemberitahuan cacat mutu tersebut, penyedia berkewajiban
untuk memperbaiki cacat mutu dalam jangka waktu yang ditetapkan
dalam pemberitahuan.
73.3. Jika penyedia tidak memperbaiki cacat mutu dalam jangka waktu
yang ditentukan maka PPK, berdasarkan pertimbangan pengawas
pekerjaan, berhak untuk secara langsung atau melalui pihak ketiga
yang ditunjuk oleh PPK melakukan perbaikan tersebut. Penyedia
segera setelah menerima permintaan penggantian biaya/klaim dari
PPK secara tertulis berkewajiban untuk mengganti biaya perbaikan
tersebut. PPK dapat memperoleh penggantian biaya dengan
memotong pembayaran atas tagihan penyedia yang jatuh tempo (jika
ada) atau uang retensi atau pencairan Surat Jaminan Pemeliharaan
atau jika tidak ada maka biaya penggantian akan diperhitungkan
sebagai utang penyedia kepada PPK yang telah jatuh tempo.
73.4. PPK dapat mengenakan Denda Keterlambatan untuk setiap
keterlambatan perbaikan cacat mutu, dan mengenakan sanksi daftar

56

hitam kepada penyedia jika tidak melaksanakan perbaikan cacat


mutu. Besaran denda keterlambatan akibat cacat mutu ini ditentukan
dalam SSKK.
74. Kegagalan Konstruksi
74.1.
Apabila terjadi kegagalan konstruksi pada pelaksanaan
pekerjaan, maka PPK dan/atau penyedia bertanggung jawab atas
kegagalan konstruksi sesuai dengan kesalahan masing-masing.
74.2.
Apabila terjadi kegagalan bangunan maka PPK dan/atau
penyedia terhitung sejak tanggal penandatanganan berita acara
penyerahan akhir bertanggung jawab atas kegagalan bangunan sesuai
dengan kesalahan masing-masing selama umur konstruksi yang
tercantum dalam SSKK tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun,
dan dalam SSKK pada umur konstruksi agar dicantumkan lama
pertanggungan terhadap kegagalan bangunan yang ditetapkan apabila
rencana umur konstruksi kurang dari 10 (sepuluh) tahun.
74.3.
Penyedia berkewajiban untuk melindungi, membebaskan,
dan menanggung tanpa batas PPK beserta instansinya terhadap
semua bentuk tuntutan, tanggung jawab, kewajiban, kehilangan,
kerugian, denda, gugatan atau tuntutan hukum, proses pemeriksaan
hukum, dan biaya yang dikenakan terhadap PPK beserta instansinya
(kecuali kerugian yang mendasari tuntutan tersebut disebabkan
kesalahan atau kelalaian PPK) sehubungan dengan klaim kehilangan
atau kerusakan harta benda, dan cidera tubuh, sakit atau kematian
pihak ketiga yang timbul dari kegagalan konstruksi dan/atau
kegagalan bangunan.
74.4.
Pertanggungan asuransi yang dimiliki oleh penyedia tidak
membatasi kewajiban penanggungan penyedia dalam pasal ini.

74.5.

PPK maupun Penyedia berkewajiban untuk menyimpan dan

memelihara semua dokumen yang digunakan dan terkait dengan


pelaksanaan ini selama umur konstruksi yang tercantum dalam
SSKK tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun.

57

H. Penyelesaiaan Perselisihan
75. Penyelesaiaan Perselisihan

75.1.

Para Pihak berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh

menyelesaikan secara damai semua perselisihan yang timbul dari


atau berhubungan dengan kontrak ini atau interpretasinya selama
atau setelah pelaksanaan pekerjaan ini.

75.2.

Penyelesaian perselisihan atau sengketa antara para pihak

dalam kontrak dapat dilakukan melalui musyawarah, arbitrase,


mediasi, konsiliasi atau pengadilan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Penyelesaian perselisihan atau
sengketa yang dipilih ditetapkan dalam SSKK.

76.

Itikad Baik

76.1.

Para pihak bertindak berdasarkan asas saling percaya yang

disesuaikan dengan hak-hak yang terdapat dalam kontrak.

76.2.

Para pihak setuju untuk melaksanakan perjanjian dengan

jujur tanpa menonjolkan kepentingan masing-masing pihak. Apabila


selama kontrak, salah satu pihak merasa dirugikan, maka diupayakan
tindakan yang terbaik untuk mengatasi keadaan tersebut.
2.2 Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK)
A. Korespondesi
Alamat para pihak sebagai berikut :
Satuan kerja PKK

: PPK Pel Trisakti-Liang Anggang-Martapura + Jl


Dalam kota-Ds.Tungkap
Nama

: Ir. Yuni Syafriansyah, MT.

58

Alamat

: Jl. Yos Sudarso No. 37 Banjarmasin

70119 ,Telp.
(0511) 7473442
Website

: www.pu.go.id

E-mail

: [tidak ada keterangan]

Faksimili

: [tidak ada keterangan]

Penyedia
Nama
Alamat
E-mail

: PT. Hasrat Jaya Utama


: H.Tahmid
:
: [tidak ada keterangan]

Faksimili

: [tidak ada keterangan]

B. Wakil Sah Para Pihak


Wakil sah para pihak sebagai berikut :
Untuk PPK
: [tidak ada keterangan].
Untuk Penyedia

: [tidak ada keterangan].

C. Jenis Kontrak
Kontrak harga satuan.

D. Tanggal Berlaku Kontrak


Kontrak mulai berlaku sejak: [Tidak ada keterangan] s.d. [Tidak ada
keterangan], termasuk masa pemeliharaan.
E. Masa Pelaksanaan
Masa Pelaksanaan selama: 210 (dua ratus sepuluh) terhitung sejak tanggal
mulai kerja yang tercantum dalam SPMK.

F. Masa Pemeliharaan
Masa Pemeliharaan berlaku selama: 730 (Tujuh ratus tiga puluh) terhitung
sejak tanggal penyerahan pertama (PHO) pekerjaan; atau Masa
Pemeliharaan berlaku selama: 730 (Tujuh ratus tiga puluh) terhitung sejak
tanggal penyerahan pertama (PHO) bagian pekerjaan yang sudah bisa
berfungsi apabila ada serah terima parsial.

59

G. Perbaikan Cacat Mutu


Denda keterlambatan akibat cacat mutu untuk setiap hari keterlambatan
adalah sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari biaya perbaikan cacat mutu.
Jangka waktu perbaikan cacat mutu sesuai dengan perkiraan waktu yang
diperlukan untuk perbaikan dan ditetapkan oleh PPK.

H. Umur Konstruksi
a. Bangunan Hasil Pekerjaan memiliki umur konstruksi: [Tidak ada
keterangan] tahun sejak tanggal penanda-tanganan Berita Acara
penyerahan akhir.
Catatan: ketentuan umur konstruksi ini diisi apabila perencanaan
konstruksi yang ditetapkan diperkirakan hanya dapat mencapai umur
kurang dari 10 (sepuluh) tahun.
b. Pertanggungan terhadap kegagalan bangunan ditetapkan selama [Tidak
ada keterangan] tahun sejak tanggal penyerahan akhir.
[diisi sesuai dengan umur rencana pada huruf a untuk yang umur
konstruksinya tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun].

I. Pedoman Pengoperasian dan Perawatan/ Pemeliharaan


Gambar

As

built

dan/atau

pedoman

pengoperasian

dan

perawatan/pemeliharaan harus diserahkan selambat-lambatnya: [Tidak ada


keterangan] hari kalender/bulan/tahun setelah tanggal penanda-tanganan
Berita Acara penyerahan awal.
J. Pembayaran
Batas akhir waktu yang disepakati untuk penerbitan SPP oleh PPK untuk
pembayaran tagihan angsuran adalah [Tidak ada keterangan] hari
kalender terhitung sejak tagihan dan kelengkapan dokumen penunjang
yang tidak diperselisihkan diterima oleh PPK.
K. Pencairan Jaminan
Jaminan dicairkan dan disetorkan pada [Tidak ada keterangan].

60

L. Tindakan Penyedia yang Mensyaratkan Persetujuan PPK atau


Pengawas Pekerjaan
Tindakan lain oleh penyedia yang memerlukan persetujuan PPK adalah :
1. Mensubkontrakkan sebagian pekerjaan dalam Lampiran A SSKK;
2. Menunjuk Personil Inti yang namanya tidak tercantum dalam
Lampiran A SSKK;

3. Mengubah atau memutakhirkan program mutu;


Tindakan lain oleh Penyedia yang memerlukan persetujuan Pengawas
Pekerjaan adalah :

1. Menggunakan spesifikasi dan gambar dalam Pasal 15 SSUK;


2. Mengubah syarat dan ketentuan polis asuransi;
3. Mengubah Personil Inti dan/atau Peralatan;
M. Kepemilikan Dokumen
Penyedia diperbolehkan menggunakan salinan dokumen dan piranti lunak
yang dihasilkan dari pekerjaan konstruksi ini dengan pembatasan sebagai
berikut: [Tidak ada keterangan]

N. Fasilitas
PPK akan memberikan fasilitas berupa : [Tidak ada keterangan].

O. Peristiwa Kompensasi
Termasuk peristiwa kompensasi yang dapat diberikan ganti rugi adalah
[tidak ada keterangan], diisi apabila ada ketentuan lain dari 62.1 huruf h.
P. Sumber Pembiayaan
Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi ini dibiayai dari APBN TA
2015.
Q. Pembayaran Uang Muka
Uang muka diberikan sebesar [tidak ada keterangan] dari nilai kontrak.
R. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Personil K3 yang dipersyaratkan: Petugas K3 Konstruksi.

61

S. Pembayaran Prestasi Pekerjaan


Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan dengan cara bulanan yang diatur
dalam Spesifikasi Teknis Divisi I Seksi 1.6 Pembayaran Sertifikat
Bulanan. Dokumen penunjang yang disyaratkan untuk mengajukan
tagihan pembayaran prestasi pekerjaan:

[tidak ada keterangan].

[sebutkan dokumennya];
Penentuan dan besaran pembayaran untuk item peralatan dan/atau bahan
yang menjadi bagian permanen dari pekerjaan utama (Material On Site),
ditetapkan sebagai berikut:
1. Tidak ada keterangan [diisi item peralatan/bahan] dibayar [Tidak ada
keterangan] % dari harga Kontrak.
2. Tidak ada keterangan [diisi item peralatan/bahan] dibayar [Tidak ada
keterangan] % dari harga Kontrak .
3. Tidak ada keterangan.
[contoh peralatan: eskalator, lift, pompa air stationer, turbin, peralatan
elektromekanik; contoh bahan fabrikasi: sheet pile, geosintetik, konduktor,
tower, insulator; contoh bahan jadi: beton pracetak].
T. Serah Terima Sebagian Pekerjaan
Dalam kontrak ini diberlakukan serah terima pekerjaan sebagian atau
secara parsial untuk bagian sebagai berikut:
1.
Tidak ada keterangan.
2.
Tidak ada keterangan
3. Dst..
[diisi bagian pekerjaan yang berfungsi dan segera dimanfaatkan (apabila
ada)].

U. Penyesuaian Harga (Eskalasi/De-eskalasi)


Penyesuaian harga [Tidak ada keterangan] dalam hal diberikan maka
rumusannya sebagai berikut: Hn=Ho(a+b.Bn/Bo+c.Cn/Co+d.Dn/Do+.....)
Hn = Harga Satuan pada saat pekerjaan dilaksanakan;
Ho = Harga Satuan pada saat harga penawaran;
a = Koefisien tetap yang terdiri atas keuntungan dan overhead;
Dalam

hal

penawaran

tidak

mencantumkan

besaran

komponen

keuntungan dan overhead maka = 0,15.

62

b, c, d = Koefisien komponen kontrak seperti tenaga kerja,bahan,alat


kerja,dsb; Penjumlahan a+b+c+d+....dst adalah1,00.
Bn, Cn, Dn = Indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan
(mulai bulan ke-13 setelah penandatanganan kontrak).
Bo, Co, Do = Indeks harga komponen pada bulan ke-12 setelah penanda
tanganan kontrak.
Rumusan tersebut diatas memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penetapan koefisien bahan, tenaga kerja, alat kerja, bahan bakar, dan
sebagainya ditetapkan seperti contoh sebagai berikut:

Tabel 2.1 Koefisien Komponen


Pekerjaan
Timbunan
Galian
Galian dengan Alat

a
0,15
0,15
0,15

Beton
Beton Bertulang

0,15
0,15

Koefisien Komponen
C
D
a+b+c+d
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00

Sumber : Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi

b. Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan BPS.


c. Dalam hal indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS,
digunakan indeks harga yang dikeluarkan oleh instansi teknis.
d. Rumusan penyesuaian nilai kontrak ditetapkan sebagai berikut:
Pn = (Hn1xV1)+(Hn2xV2)+(Hn3xV3)+.... dst
Pn = Nilai Kontrak setelah dilakukan penyesuaian harga satuan;
Hn = Harga Satuan baru setiap jenis komponen pekerjaan setelah
dilakukan penyesuaian harga menggunakan rumusan penyesuaian
harga satuan;
V = Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang dilaksanakan.

63

e. Pembayaran penyesuaian harga dilakukan oleh PPK, apabila penyedia


telah mengajukan tagihan disertai perhitungan dan data-data;
f. Penyedia dapat mengajukan secara berkala selambat-lambatnya setiap
6 (enam) bulan.
V. Denda
1. Untuk pekerjaan ini besar denda keterlambatan untuk setiap hari
keterlambatan adalah 1/1000 (satu perseribu) dari [Tidak ada
wketerangan].
a. Total nilai kontrak, atau
b. Nilai bagian kontrak yang belum diserahterimakan bilamana
terdapat bagian kontrak yang dapat diserahterimakan secara parsial
yaitu memenuhi kriteria yang diatur dalam Surat Edaran Dirjen
Bina Marga.
c. Sanksi finansial terhadap realisasi pelaksanaan yang tidak sesuai

dengan nilai TKDN Penawaran dikenakan berdasarkan perbedaan


antara nilai TKDN Penawaran dengan nilai TKDN realisasi
pelaksanaan

dikalikan

dengan

Harga

Penawaran,

dengan

perbedaan nilai TKDN maksimal sebesar 15% (lima belas persen).


W. Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi Kecil
Sanksi kepada penyedia apabila melanggar

ketentuan

mengenai

subkontrak:
a. Apabila sebagai pelaksana konstruksi, Penyedia Usaha Mikro, Usaha
Kecil dan koperasi kecil mensubkontrakkan pekerjaan, maka akan
dikenakan denda [Tidak ada keterangan].[ketentuan ini untuk nilai
paket di bawah Rp 2.500.000.000, dengan mengisi didenda senilai
pekerjaan yang dikontrakkan kepada pihak lain atau sesuai ketentuan
peraturan yang berlaku, misalnya didenda senilai pekerjaan yang akan
disubkontrakkan yang dicantumkan dalam dokumen penawaran].
b. Apabila sebagai pelaksana konstruksi, Penyedia bukan Usaha Mikro,
Usaha Kecil dan koperasi kecil yang tidak mensubkontrakkan
pekerjaan, maka akan dikenakan denda [Tidak ada keterangan].
[ketentuan ini untuk nilai paket di atas Rp 25.000.000.000, dengan

64

mengisi di denda senilai pekerjaan yang akan disubkontrakkan yang


dicantumkan dalam dokumen penawaran atau sesuai ketentuan
peraturan yang berlaku, misalnya didenda senilai pekerjaan yang akan
disubkontrakkan yang dicantumkan dalam dokumen penawaran].
c. Apabila sebagai pelaksana konstruksi, Penyedia bukan Usaha Mikro,
Usaha Kecil dan koperasi kecil yang mensubkontrakkan pekerjaan
utama, maka akan dikenakan denda [Tidak ada keterangan].
[ketentuan ini untuk nilai paket di atas Rp 25.000.000.000, dengan
mengisi didenda senilai pekerjaan utama yang disubkontrakkan atau
sesuai ketentuan peraturan yang berlaku, misalnya didenda senilai
pekerjaan utama yang disubkontrakkan].
X. Penyelesaian Perselisihan /Sengketa
Dalam hal terjadi perselisihan/sengketa diantara para pihak, para pihak
terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut melalui musyawarah
untuk mufakat.
Dalam hal musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, maka para pihak
sepakat

menyelesaikan

perselisihan/sengketa

melalui

[Tidak

ada

keterangan].

65

Lampiran A Syarat-Syarat Khusus Kontrak


Daftar Harga Satuan Timpang, Subpenyedia, Personil Inti, dan Peralatan
-

Daftar jenis/item pekerjaan yang masuk kategori harga satuan timpang

[dicantumkan apabila ada].


Subpenyedia yang ditunjuk: [cantumkan nama Subpenyedia (jika ada)
berikut uraian personilnya seperti uraian detil tanggung jawab kerja,

minimum kualifikasi, dan jumlah orang bulan].


Personil Inti yang ditugaskan: [cantumkan nama, uraian detil tanggung

jawab kerja, minimum kualifikasi, dan jumlah orang bulan].


Peralatan khusus yang digunakan:[cantumkan jenis peralatan khusus
yang disyaratkan untuk pelaksanaan pekerja.

66

BAB III
MONITORING
3.1 Bahan
Bahan/material yang digunakan harus sesuai dengan RKS (Rencana
Kerja dan Syarat Syarat Teknis). Sebelum suatu proyek dilaksanakan
pastilah terlebih dahulu sudah diketahui bahan apa yang digunakan nanti dan
dimana tempat memperoleh bahan tersebut. Adapun pengamatan selama
waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) bahan yang digunakan
antara lain :
3.1.1 Lapis Pondasi Agregat Kelas A (LPA Kelas A)
1. Sumber Bahan Sumber Bahan
Bahan Lapis Pondasi Agregat Kelas A harus dipilih dari sumber
yang disetujui .
2. Kelas Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu
lapis pondasi atas untuk lapisan dibawah lapisan beraspal.
3. Fraksi Agregat Kasar Lapis PondasiAgregat Kelas A
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri
dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet.
Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan
tidak boleh digunakan.
4. Fraksi Agregat Halus Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari
partikel pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus
lainnya. Fraksi bahan yang lolos ayakan No. 200 tidak boleh
melampaui dua pertiga fraksi bahan yang lolos ayakan No. 40.

5. Sifat-Sifat Bahan Yang Disyaratkan

67

Seluruh Lapis Pondasi Agregat Kelas A harus bebas dari bahan


organik dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak
di kehendaki.

Gambar 3.1. Lapis Pondasi Agregat Kelas A

Tabel 3.1 Gradasi Lapis Pondasi Agregat


Ukuran Ayakan
ASTM
(mm)
2"
50
1"
37,5
1"
25
3/8"
9,5
No.4
4,75
No.10
2
No.40
0,425
No.200
0,075

Persen Berat Yang Lolos


Kelas A Kelas B Kelas S
100
100
88-95
100
79-85
70-85
77-89
44-58
30-65
41-66
29-44
25-55
26-54
17-30
15-40
15-42
7-17
8-20
7-26
2-8
2-8
4-16

Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3), Divisi 6

68

Tabel 3.2 Sifat-Sifat Lapis Pondasi Agregat


Sifat-sifat
Abrasi dari agregat kasar (SNI 2417 : 2008)
Butir pecah, tertahan ayakan 3/8" (SNI
7619 : 2012)
Batas Cair (SNI 1967 : 2008)
Indek Plastisitas (SNI 1966 : 2008)
Hasil kali indeks plastisitas dng % lolos
Ayakan No. 200
Gumpalan lempung dan butiran-butiran
Mudah pecah (SNI 03-4141-1996)
CBR rendaman (SNI 1744 : 2012)
Perbandingan peren lolos ayakan No. 200
dan No. 40

Kelas A
0 - 40%

Kelas B
0 - 40%

Kelas S
0 - 40%

95/90

55/50

55/50

0 25
06

0 35
0 10

0 35
Apr-15

Maks. 25

0 - 5%

0 - 5%

0 - 5%

Min. 90%

Min. 60%

Min. 50%

Maks. 2/3

Maks. 2/3

Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi3), Divisi 6

3.1.2

Lapis Resap Pengikat-Aspal Cair dan Lapis Perekat


1. Bahan Lapis Resap Pengikat
a. Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari
i.

berikut ini :
Aspal semen Pen. 80/100 atau Pen. 60/70, memenuhi
AASHTO M20, diencerkan dengan minyak tanah (Kerosen).
Proposi

minyak

diperintahkan

tanah

oleh

yang

direksi

digunakan
pekerjaan,

sebagaimana
perbandingan

pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus dari


80-85 bagian minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph
85 pph), kurang lebih ekivalen dengan viskositas aspal cair
hasil jenis MC-30).
b. Bilamana lalu lintas diijinkan lewat diatas lapis resap pengikat
maka harus digunakan bahan penyerap (Blotter Material) dari
hasil pengayakan kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiranbutiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau bahan organik.
Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan ASTM 3/8 (9,5

69

mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan ASTM No.
8 (2,36 mm).
2. Bahan Lapis Perekat
a. Aspal semen Pen. 60/70 atau 80/100 yang memenuhi ketentuan
AASHTO M20, diencerkan dengan 25-30 bagian minyak tanah
per 100 bagian aspal (25 pph 30 pph).
3.1.3

Laston Lapis Aus (AC-WC)


Lapis Aus (Wearing Course) adalah lapisan aspal yang digelar diatas

lapisan AC-BC dengan ketebalan 4 cm.


3.1.4

Laston Lapis Antara (ACBC)


Lapis Pengikat (Binder Course) adalah lapisan aspal yang digelar

diatas lapisan AC-BASE dengan ketebalan 6cm.


3.1.5

Laston Lapis Pondasi (AC-BASE)


Lapis Pondasi (Base Course) adalah lapisan aspal yang digelar diatas

Lapis Pondasi Agregat Kelas A dengan ketebalan 18 cm.


Lapis Pondasi (Base Course), yang merupakan elemen struktural utama
perkerasan, berfungsi sebagai :
1. Menyebarkan tekanan akibat beban-beban lalu lintas agar tanah dasar
(Subgrade) tidak mengalami tekanan-tekanan berlebihan.
2. Sebagai dasar peletakan lapis permukaan.
Bahan yang digunakan pada perkerasan aspal harus memenuhi syarat
spesifikasi antara lain :
1) Agregat Umum
a. Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian
rupa agar campuran beraspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan
rumusan campuran kerja (Pasal 6.3.3).
b. Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu
oleh Direksi Pekerjaan.
c. Sebelum memulai pekerjaan penyedia jasa harus sudah menumpuk
setiap fraksi agregat pecah dan pasir untuk campuran beraspal,
paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan
70

persediaan harus dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan


campuran beraspal satu bulan berikutnya.
d. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%.
e. Berat jenis (Spesific Gravity), agregat kasar dan halus tidak boleh
berada dari 0,2.
2) Agregat Kasar
a. Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan
ayakan No. 4 (4,75 mm), yang dilakukan secara basah dan harus
bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak
dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
tabel 3.1 .
b. Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan
dalam ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang
direncanakan seperti ditunjukkan pada tabel 3.4.
c. Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan
dalam tabel 3.3.
d. Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi

pencampur

aspal

dengan

menggunakan

pemasok

penampung dingin (Cold Bin Feeds) sedemikian rupa sehingga


gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan dengan baik.

Tabel 3.3 Ketentuan Agregat Kasar


Pengujian
Kekekalan bentuk
Natrium sulfat
Magnesium
agregat

Standar
SNI 3407:2008

Nilai
Maks. 12%
Maks. 18%

71

terhadap larutan
sulfat
Campuran
AC
500
Abrasi
Modifikasi
putaran
Semua jenis
100
dengan
putaran
mesin Los campuran
1)
aspal
Angeles
500
bergradasi
putaran
lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal
Butir Pecah pada Agregat Kasar
Partikel Pipih dan Lonjong
Material lolos Ayakan No.200

Maks. 6%
Maks. 30%
SNI 2417:2008

Maks. 8%
Maks. 40%

SNI 2439:2011
SNI 7619:2012
ASTM D4791
Perbandingan 1
:5
SNI 03-41421996

Min. 95%
95/90 *)
Maks. 10%
Maks. 2%

Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3), Divisi 6


Catatan :
1.

95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang


pecah satu atau lebih dari 90% agregat kasar mempunyai muka bidang
cepah dua atau lebih.

Tabel 3.4 Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin untuk


Campuran Aspal

Jenis Campuran
Lataston Lapis Aus
Lataston Lapis Pondasi
Laston Lapis Aus
Laston Lapis Antara
Laston Lapis Pondasi

Ukuran nominal agregat kasar


penampung dingin(Cold Bin)
minimum yang diperoleh (mm)
5 10 10 14
14 22
22 30
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya

Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3), Divisi 6

3. Agregat Halus

72

a. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir
atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos
ayakan No.4 (4,75 mm).
b. Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan
terpisah dari agregat kasar.
c. Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus
dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok
penampung dingin (Cold Bin Feeds) yang terpisah sehingga gradasi
gabungan dan presentase pasir didalam campuran dapat dikendalikan
dengan baik.
d. Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas
yang tidak melampaui 15% terhadap berat total campuran.
Agregat halus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus
harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal
6.3.2.(1).
Untuk memperoleh agregat halus yang memenuhi ketentuan diatas :
i)

Bahan baku untuk agregat halus dicuci terlebih dahulu secara


mekanis sebelum dimasukkan kedalam mesin pemecah batu.
ii)

Digunakan scalping screen dengan proses berikut ini :


-

Fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu


tahap pertama (Primary Crusher) tidak boleh langsung
digunakan.

Agregat yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap


pertama (Primary Crusher) harus dipisahkan dengan vibro
scalping screen yang dipasang diantara primary crusher dan
secondary crusher.

Material tertahan vibro scalping screen akan dipecah oleh


secondary crusher, hasil pengayakannya dapat digunakan
sebagai agregat halus.

73

Material lolos vibro scalping screen hanya boleh digunakan


sebagai komponen material lapis pondasi agregat.

e. Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan


pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Ketentuan Agregat Halus
Pengujian
Nilai Setara Pasir
Angularitas dengan Uji Kadar

Standar
SNI 03-4428-1997
SNI 03-6877-2002

Nilai
Min 60%
Min. 45

Rongga
Gumpalan Lempung dan Butir-butir

SNI 03-4141-1996

Maks 1%

SNI ASTM

Maks.

C117:2012

10%

Mudah Pecah dalam Agregat


Agregat Lolos Ayakan No. 20

Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3), Divisi 6

4. Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Beraspal


a. Bahan pengisi yang ditambahkan (Filler Added) terdiri atas debu
batu kapur (limestone Dust, Calsium Carbonate, CaCO3), atau debu
debu kapur padam yang sesuai dengan AASHTO M303-89(2006),
semen atau mineral yang berasal dari Asbuton yang sumbernya
disetujui oleh direksi pekerjaan.
b. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI
03-4142-1996 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No. 200
(75 micron) tidak kurang dari 75% terhadap beratnya kecuali untuk
mineral Asbuton. Mineral Asbuton harus mengandung bahan yang
lolos ayakan No.100 (150 micron) tidak kurang dari 95% terhadap
beratnya.
c. Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan
sebagai bahan pengisi yang ditambahkan maka proporsi maksimum
yang diijinkan adalah 1,0% dari berat total campuran beraspal.
Kapur yang seluruhnya terhidrasi yang dihasilkan dari pabrik yang

74

disetujui dan memenuhi persyaratan yang disebutkan pada pasal


6.3.2. (2b) diatas, dapat digunakan maksimum 2% terhadap berat
total agregat.
d. Semua campuran beraspal harus megandung bahan pengisi yang
ditambahkan (Filler Added) min. 1% dari berat total agregat.
5. Gradasi Agregat Gabungan
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam
persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batasbatas yang diberikan dalam tabel 3.6. Rancangan dan perbandingan
campuran untuk gradasi agregat gabungan harus mempunyai jarak
terhadap batas-batas yang diberikan dalam table 3.6.

75

Tabel 3.6 Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal


% Berat Yang Lolos Terhadap Total Agregat Dalam Campuran
Ukuran
Ayakan
(mm)

Latasir (SS)

Lataston (HRS)
Gradasi Senjang

Kelas A

Kelas B

WC

Base

Laston (AC)

Gradasi Semi Senjang


WC

Base

Gradasi Halus
WC

BC

37,5
100

100

12,5
9,5

WC

BC

90 100

2,36

75 100

90 - 100

100

100

90 - 100

76 - 90

100

90 - 100

73 - 90

90 100

90 100

87 100

90 100

90 100

75 - 90

60 78

90 - 100

71 - 90

55 - 76

75 85

65 90

55 88

55 70

77 90

66 - 82

52 - 71

72 - 90

58 - 80

45 - 66

53 69

46 - 64

35 54

43 - 63

37 - 56

28 - 39,5

33 53

30 - 49

23 -40

28 - 39,1

23 - 34,6

19 - 26,8

21 40

18 - 38

13 30

19 - 25,6

15 - 22,3

12 - 18,1

50 - 72

35 - 55
15 35

0,300

50 62

32 44

20 45

15 35

14 30

12 - 28

10 - 22

13 - 19,1

10 - 16,7

7 - 13,6

15 35

5 35

9 22

7 - 20

6 15

9 - 15,5

7 - 13,7

5 - 11,4

6 15

5 - 13

4 10

6 - 13

5 - 11

4,5 9

48

4-8

37

4 - 10

4 -8

37

0,150
8 13

100

100

35 60

10 15

90 - 100

100

100

1,18
0,600

100

Base

100

4,75

0,075

Base
100

25
19

Gradasi Kasar

6 10

29

6 10

48

Sumber : Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3), Divis 6

76

Catatan :
1.

Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar-benar senjang, paling sedikit 80% agregat lolos ayakan No.8 (2.36 mm) harus lolos ayakan No.30
(0,0600 mm). Lihat table 3.7 sebagai contoh batas-batas Bahan Bergradasi Senjang di mana bahan yang lolos No.8 (2,36 mm) dan tertahan pada

2.
3.

ayakan No.30 (0,600 mm).


Untuk semua jenis campuran, rujuk Tabel 3.4 untuk ukuran agregat nominal maksimum pada tumpukan bahan pemasok dingin.
Apabila tidak ditetapkan dalam gambar, penggunaan pemilihan gradasi sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan dengan mengacu pada panduan
Seksi 6.3 ini.

Tabel 3.7 Contoh Batas-Batas Bahan Bergradasi Senjang


Ukuran
Ayakan
% lolos No.8
% lolos No.30

Alternatif 1

Alternatif 2

Alternatif 3

Alternatif 4

40
paling sedikit

50
paling sedikit

60
paling sedikit

70
paling sedikit

32
8 atau kurang

40
10 atau

48
12 atau

56
14 atau

kurang

kurang

kurang

kesenjangan

Sumber : Sepesifikasi Umum 2010 (Revisi 3), Divisi 6

77

6. Bahan Aspal Untuk Campuran Beraspal


a) Bahan aspal berikut yang sesuai dengan tabel 3.8 dapat digunakan.
Bahan pengikat ini dicampur dengan agregat sehingga menghasilkan
campuran beraspal sebagaimana mestinya sesuai dengan yang
disyaratkan dalam tabel 6.3.3.(1a), 3.11(1b), 3.11 dan 6.3.3.(1d)
mana yang relevan, sebagaimana yang disebutkan dalam Gambar
atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengambilan contoh
bahan aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI 06-6399-2000
dan pengujian semua sifat-sifat (Properties) yang disyaratkan dalam
Tabel 3.8 harus dilakukan. Bilamana jenis aspal modifikasi tidak
disebutkan dalam gambar maka Penyedia Jasa dapat memilih Aspal
Tipe II dalam tabel 3.8 dibawah ini.

78

Tabel 3.8 Ketentuan-Ketentuan Untuk Aspal Keras

No

Jenis Pengujian

1.

Penetrasi pada 25oC (0,1 mm)


Viskositas Dinamis

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

60oC(Pa.s)
Viskositas Kinematis 135oC
(cSt)
Titik Lembek (oC)
Duktilitas pada 25oC, (cm)
Titik Nyala (oC)
Kelarutan dalam
trichloroehylene (%)
Berat Jenis
Stabilitas penyimpanan :
Perbedaan Titik Lembek (oC)
Partikel yang lebih halus dari

Tipe II Aspal yang


Dimodifikasi
A(1)
B
Ashuton yg Elastomer
diproses
Sintetis
Min 50
Min 40

Metoda
Pengujian

Tipe I
Aspal
Pen.6070

SNI 06-2456-1991

60-70

SNI 06-6441-2000

160-240

240-360

320-480

SNI 06-6441-2000

> 300

385-2000

< 3000

SNI 2434-2011
SNI 2432:2011
SNI2433:2011

> 48
> 100
> 232

> 53
> 100
> 232

> 54
> 100
> 232

AASHTO T44-03

> 99

> 90

> 99

SNI2441:2011

> 1,0

> 1,0

> 1,0

ASTM D 5976 part 6.1

< 2,2

< 2,2

Min 90
150 micron (m) (%)
Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RTFOT (SNI-06-6835-2002)
Berat yang Hilang (%)
SNI 06-2441-1991
< 0,8
< 0.8
< 0.8
Viskasitas Dinamis 60oC
SNI 03-6441-2000
< 400
< 1200
< 1600
(Pa.s)
Penetrasi pada 25oC (%)
SNI 06-2456-1991
> 54
> 54
> 54
o
Daktilitas pada 25 C (cm)
SNI 2432:2011
> 100
> 50
> 25
Keelastisan setelah
AASHTOT 301-98
> 60
pengembalian (%)
Sumber : Sepesifikasi Umum 2010 (Revisi 3), Divisi 6

Catatan :
1. Hasil pengujian adalah untuk bahan pengikat (Bitumen) yang
diekstraksi dengan menggunakan metoda SNI 2490 : 2008.
Sedangkan untuk pengujian kelarutan dan gradasi mineral
dilaksanakan pada seluruh bahan pengikat termasuk kandungan
mineralnya.

79

2. Pabrik pembuat bahan pengikat Tipe II dapat mengajukan


metoda pengujian alternatif untuk viskositas bilamana sifat-sifat
elastomerik atau lainnya didapati berpengaruh terhadap akurasi
pengujian penetrasi, titik lembek atau standar lainnya.
3. Viscositas di uji juga pada temperatur 100 oC dan 160oC untuk
tipe I, untuk tipe II pada temperatur 100oC dan 170oC.
4. Jika untuk pengujian viskositas tidak dilakukan sesuai dengan
AASHTO T201-03 maka hasil pengujian harus dikonversikan ke
satuan cSt.
b) Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan
cara SNI 03-3640-1994 (Metoda Soklet) atau SNI 03-6894-2002
(Metoda Sentrifus) atau AASHTO T 164 06 (Metoda Tungku
Pengapian). Jika metoda sentrifitus digunakan, setelah konsentrasi
larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm, partikel mineral
yang terkandung harus dipindahkan dalam suatu alat sentrifugal.
Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam
bahan aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1% (dengan
pengapian). Jika bahan aspal diperlukan untuk pengujian lebih lanjut
maka bahan aspal itu harus diperoleh kembali dari larutan sesuai
dengan prosedur SNI 03-6894-2002.
c) Aspal Tipe I dan Tipe II harus diuji pada setiap kedatangan dan
sebelum dituangkan ke tangki penyimpan AMP untuk penetrasi pada
25 oC (SNI 06-2456-1991) Tipe II juga harus diuji untuk stabilitas
penyimpanan sesuai dengan ASTM D5976 part 6.1 dan dapat
ditempatkan dalam tangki sementara sampai hasil pengujian tersebut
diketahui. Tidak ada aspal yang boleh digunakan sampai aspal
tersebut telah diuji dan disetujui.
7. Bahan Anti Pengelupasan

80

Bahan anti pengelupasan hanya digunakan jika stabilitas marshal sisa


(IRS Indekx of Retained Stability) atau nilai indirect tensile strength
ratio (ITSR) campuran beraspal sebelum ditambahkan bahan anti
pengelupasan lebih besar dari yang disyaratkan. Stabilitas Bahan anti
pengelupasan (Anti Striping Agent) harus ditambahkan dalam bentuk
cairan ditimbangan aspal AMP dengan menggunakan pompa penakar
(Dozing Pump) sesaat sebelum dilakukan proses pencampuran basah di
pugmil. Penambahan bahan anti pengelupasan ke dalam ketel aspal
hanya diperkenankan atas persetujuan Direksi Pekerjaan. Kuantitas
pemakaian aditif anti striping dalam rentang 0,2% - 0,4% terhadap berat
aspal. Bahan anti pengelupasan harus digunakan untuk semua jenis aspal
tetapi tidak boleh digunakan pada aspal modifikasi yang bermuatan
positif. Persyaratan bahan anti pengelupasan haruslah memenuhi Tabel
3.9 dan kompabilitas dengan aspal disyaratkan dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.9 Ketentuan Bahan Anti Pengelupasan Mengandung Amine
N

Jenis Pengujian

Standar

Nilai

o
1

Titik Nyala (Claveland Open Cup), oC

SNI 2433:2011

min.180

Viskositas, pada 25oC (Saybolt Furol),

SNI 03-6721-2002

> 200

3
4
5

detik
Berat Jenis, pada 25oC
SNI 2441:2011
0,92 1,06
Bilangan asam (acid value),
SNI 04-7182-2006
< 10
mL KOH/g
Total bilangan amine (amine value),
ASTM D2073-07
150 350
mL HCl/g
Tabel 3.10 Kompatibilitas Bahan Anti Pengelupasan dengan Aspal

Sumber : Sepesifikasi Umum 2010 (Revisi 3), Divisi 6

Jenis Pengujian

o
1

Uji pengelupasan dengan air

mendidih (boiling water test). %


Stabilitas penyimpanan campuran
aspal dan bahan anti

Standar

Nilai

ASTM D3625
(2005)

min.803)

SNI

maks 2,22)

2434:2011

81

Jenis Pengujian

Standar

Nilai

ASTM D362-

min.70

o
3

pengelupasan, oC
Stabilitas pemanasan (Heat
stability). Pengondisian 72 jam,
% permukaan terselimuti aspal

96
Modification

Sumber : Sepesifikasi Umum 2010 (Revisi 3), Divisi 6

Catatan :
1) Modifikasi prosedur pengujian tentang persiapan benda uji
meliputi ukuran dan jenis agregat, kadar aspal dan temperatur
pencampuran antara aspal, agregat dan bahan anti pengelupasan.
2) Perbedaan nilai titik lembek (SNI 2434:2011).
3) Persyaratan berlaku untuk pengujian menggunakan agregat silika.

Tabel 3.11 Ketentuan Sifta-sifat Campuran Laston (AC)


Laston
Sifat-sifat Campuran
Jumlah tumbukan perbidang
Rasio partikel lolos ayakan 0,075 mm
dengan kadar aspal efektif

Lapis Aus

Lapis Antara

112

75
Min
Maks.

Lapis Pondasi

1
1,4

82

Rongga dalam campuran (%)


Rongga dalam agregat (VMA) (%)
Rongga terisi aspal (%)
Stabilitas marshall (Kg)
Pelelehan (mm)
Stabilitas marshall sisa (%) setelah
perendaman selama 24 jam, 60C
Rongga dalam campuran (%) pada
kepadatan membal (refusal)

Min
Maks.
Min.
Min.
Min.
Min.
Maks.

3,0
5,0
14
65

15
65
800
2
4

Min

90

Min.

13
65
1800
3
6

Sumber :Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3), Divisi 6

3.2 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada pekerjaan Pelebaran Jalan Trisakti
Liang anggang 2 antara lain :
3.2.1

Perkerasan Berbutir
a. Dump Truk
Dump Truk adalah sebuah alat pengangkut yang digunakan
untuk mengangkut material Lapis Pondasi Agregat Kelas A (LPA
Kelas A) dari suatu tempat ke lokasi pekerjaan

baik dari jarak

sedang hingga jauh dengan kapasitas 5 7 m3.

83

Gambar 3.2. Dump Truck

b. Motor Grader
Motor Grader merupakan alat perata yang mempunyai
bermacam-macam kegunaan dan fungsi dengan kapasitas > 100 HP.
Adapun fungsi motor grader antara lain :
1. Menghampar dan membagikan material Lapis Pondasi Agregat Kelas A
(LPA Kelas A) sesuai dengan ketebalan yang diinginkan.
2. Meratakan dan membentuk kemiringan permukaan jalan.

Gambar 3.3 Motor Grader

c. Vibratory Roller

84

Vibrator Roller adalah peralatan yang digunakan untuk


pekerjaan pemadatan Lapis Pondasi Agregat Kelas A (LPA Kelas A)
dengan memanfaatkan tekanan dan getaran. Dengan adanya getaran
maka partikel yang lebih kecil dapat mengisi rongga diantara
partikel-partikel yang lebih besar dengan kapasitas 8 Ton.

Gambar 3.4 . Vibrator Roller

a. Water Tanker
Water Tanker berfungsi untuk menyirami agregat Lapis Pondasi
Agregat Kelas A baik setelah penghamparan maupun selama proses
pemadatan berlangsung. Pemadatan dilakukan berulang kali agar
mendapatkan kepadatan yang maksimal dengan kapasitas 5000 Liter.

3.2.2

Perkerasan AspalGambar 3.5 Water Tanker


85

a. Air Compressor
Air Compressor merupakan peralatan yang digunakan untuk
membersihkan tempat yang akan disemprot dengan lapis perekat
baik dari debu maupun sampah ringan yang dapat mengurangi daya
lekat antara Lapis Pondasi Agregat Kelas A dengan lapis aspal
(Prime Coats), maupun lapis aspal dengan lapis aspal (Tack Coat)
dengan kapasitas 5000 Liter.

Gambar 3.6 Compressor

b. Aspahlt Sprayer
Aspahlt Sprayer adalah suatu unit mesin atau peralatan yang
digunakan untuk menyemprotkan lapis perekat yang berkomposisi
aspal yang bercampur air (Emolsi). Penggunaan asphalt sprayer
dimaksudkan untuk menyemprotkan lapisan perekat diatas Lapis
Pondasi Agregat Kelas A (Prime Coat) dan lapisan perekat diatas
aspal (Tack Coat) dengan kapasitas 850 Liter.

86

Gambar 3.7 Asphalt Sprayer

c. Asphalt Mixing Plant


Asphalt Mixing Plant/AMP (unit produksi campuran beraspal)
adalah seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat
dipanaskan, dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk
menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi persyaratan
tertentu dengan kapasitas 40 Ton/jam.

Gambar 3.8 Asphalt Mixing Plant

d. Asphalt finisher
Asphalt

finisher

adalah

alat

yang

digunakan

untuk

menghamparkan campuran aspal yang dihasilkan dari alat produksi


aspal dengan kapasitas 10 Ton.
87

Gambar 3.9 Asphalt Finisher

e. Tandem Roller
Tandem Roller adalah peralatan yang digunakan untuk
memadatkan hamparan aspal dengan melintasi diatasnya baik untuk
pemadatan awal maupun pemadatan akhir dengan kapasitas 8 Ton.

Gambar 3.10 Tandem Roller

f. Pneumatic Tire Roller (PTR)


Pneumatic Tire Roller/PTR adalah suatu unit mesin atau
peralatan yang cocok digunakan pada pekerjaan penggilasan bahan
granular, juga naik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix
sebagaipenggilas antara dengan kapasitas 8 10 Ton.

88

Gambar 3.11 Pneumatic Tire Roller

g. Trailer
Trailer digunakan untuk memobilisasi alat belat sejenis
excavator, bulldozer dan sejenisnya dari satu lokasi kerja ke lokasi
kerja yang lain.

Gambar 3.12 Trailer

h. Sekop
Sekop berfungsi untuk mengisi bagian permukaan disekitar
bangunan yang tidak mungkin terisi secara sempurna oleh mesin
penghampar.

89

Gambar 3.13 Sekrop

i. Penggaruk Perata
Penggaruk

perata

berfungsi

untuk

menyingkiran

serta

meratakan butir-butir agregat yang berlebihan dan dipandang terlalu


besar dari campuran aspal.

Gambar 3.14 Penggaruk Perata

j. Batang Penusuk
Batang penusuk berfungsi untuk mengukur ketebalan lapisan
agregat gembur yang terhampar dilapangan.

90

Gambar 3.15 Batang Penusuk

k. Termometer Logam
Termometer Logam berfungsi untuk mengukur suhu material
hot mix yang terhampar di lapangan.

Gambar 3.16 Termometer Logam

3.3 Metode Kerja


Setelah kontrak ditanda tangani dan SPMK/SPL diterbitkan, dilakukan
langkah-langkah

persiapan

seperti

membuat

program

kerja

yang

berpedoman pada jadwal waktu pelaksanaan.

91

Adapun tahap pelaksanaan dan persiapan pekerjaan yang diikuti pada


Proyek Pelebaran Jalan Pelabuhan Trisakti Liang Anggang 2 yang meliputi
:
3.1.1 Tahap Persiapan
1) Mempersiapkan material/bahan-bahan yang diperlukan untuk
menjelaskan pekerjaan seperti material tanah timbunan, batu
pecah untuk agregat dan aspal. Batu pecah untuk agregat dan
aspal dipersiapkan lebih awal yakni dengan mensuplai batu pecah
dan quarry ke base camp dan kemudian diproduksi melalui stone
crusher.
2) Penyiapan material aspal.
Keperluan aspal untuk pekerjaaan pengaspalan AC-BASE, ACBC dan AC-WC adalah sebesar 909 Ton.
3) Penyiapan material - material lain .
Material aditif, geotekstile, besi beton, semen, pasir, batu pecah,
kayu bekisting, rambu jalan dan kerb beton.
4) Uraian pekerjaan mobilisai.
a. Mobilisasi tenaga kerja
- Tenaga surveyor
- Pelaksana/Pengawas
- Pekerja/Mandor
- Operator
- Sopir
- Petugas K3
b. Mobilisasi peralatan
- Excavator
- Motor Grader
- Vibrator Roller
- Dump Truck
- Mobil Pick Up
-

Alat ukur surveyor, waterpass, theodolit, bak ukur, rambu


dll.

3.1.2 Tahap Pelaksanaan


Pada tahap awal dilakukan survey bersama antara pihak direksi
pekerjaan/pengawas proyek, konsultan dan penyedia jasa untuk menentukan
titik awal rencana pekerjaan

dan titik akhir pekerjaan, melakukan

92

pengukuran panjang dan lebar, menentukan elevasi rencana timbunan pada


setiap titik sepanjang ruas jalan sesuai dengan gambar desain. Hasil
pengukuran elevasi mendapatkan volume timbunan biasa dan timbunan
pilihan, volume Lapisan Pondasi Agregat Kelas A dan perhitungan volume
lapisan aspal.
1) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
a. Pekerjaan penimbunaan badan jalan (keluar masuk mobil angkutan
b.
c.
d.
e.

material).
Pekerjaan pelapisan Lapis Pondasi Agregat Kelas A.
Pekerjaan galian tanah untuk saluran/selokan.
Pekerjaan pengaspalan.
Pekerjaan pasangan kerb beton dan marka jalan.

f. Antisipasi bahaya kecelakaan kerja dan pemasangan rambu-rambu


keselamatan kerja.
2) Pengamanan Lingkungan
Pengamanan lingkungan dilaksanakan sepanjang periode pelaksanaan
pekerjaan, melakukan pengamanan lingkungan kerja terutama pada saat
jam kerja dan pada malam hari, langkah-langkah yang dilakukan adalah
menempatkan beberapa orang petugas keamanan yang bertugas selama
24 jam secara bergantian, hal ini untuk mengantisipasi terjadinya
gangguan keamanan baik dari dalam lingkungan kerja maupun dari luar
lingkungan kerja.

3) Manajemen Mutu
Manajemen

Mutu

dilaksanakan

sepanjang

periode

pelaksanaan

pekerjaan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam manajemen


mutu adalah :
-

Melakukan pengujian dan pengetesan material di laboratorium


seperti bahan timbunan biasa dan timbunan pilihan dan membuat
design mix formula (DMF).

93

Melakukan pengujian dan pengetesan material di laboratorium


seperti bahan Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan membuat design

mix formula (DMF).


Melakukan pengujian dan pengetesan material di laboratorium
seperti bahan untuk pelapisan aspal AC-Base, AC-BC, dan AC-WC

dan membuat design mix formula (DMF).


Melakukan pengujian kepadatan tanah timbunan dan lapisan agregat
dengan sand cone.

Melakukan core drill, marshall test, density untuk pekerjaan aspal.

4) Penyiapan Badan Jalan


Pekerjaan penyiapan bahan dilaksanakan diatas permukaan badan jalan
lama, pada paket pekerjaan tahun anggaran 2015 ini dilaksanakan
sepanjang 2. 000 meter, pekerjaan adalah mengupas dan mengupas dan
membersihkan rumput dan semak dengan menggunakan motor grader,
hasil kupasan baik tanah maupun rumput dibuang keluar lokasi
pekerjaan dengan menggunakan dump truk.
5) Lapis Pondasi Agregat Kelas A (LPA Kelas A)
Lapis pondasi atas atau disebut agregat lapis pondasi kelas
A adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi bawah dan
lapisan permukaan. Fungsi dari lapis pondasi ini antara lain yaitu:
a. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan yang menahan gaya
lintang dari beban roda.
b. Sebagai lapisan peresapan untuk pondasi bawah.
c. Memberikan bantalan terhadap lapisan permukaan.
Adapun proses pelaksanaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A (LPA
Kelas A) antara lain :
1) Penghamparan Lapis Pondasi Agregat Kelas A (LPA Kelas A)
Penghamparan material adalah suatu proses meratakan agregat
lapis pondasi setelah proses angkut menggunakan dump truk dari base
camp. Penghamparan material agregat tidak boleh di lakukan apabila

94

cuaca tidak mendukung seperti pada waktu hujan karena kadar air terlalu
tinggi. Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di
atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang
ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum (Modified) yang ditentukan
oleh spesifikasi SNI. Alat untuk menghamparkan material agregat lapis
pondasi menggunakan motor grader. Setelah material sudah rata sesuai
elevasi dan ketebalan yang di tentukan proses selanjutnya yaitu di
padatkan menggunakan alat pemadat vibratory roller.
2) Pemadatan adalah suatu peristiwa bertambahnya berat volume kering
oleh beban dinamis, akibat beban dinamis butir-butir agregat seperti
krikil dan pasir merapat satu sama lain yang saling mengunci sebagai
akibat berkurangnya rongga udara. Tujuan pemadatan dapat tercapai
dengan pemilihan bahan agregat, cara pemadatan, pemilihan mesin
pemadat, dan jumlah lintasan atau passing yang sesuai. Pada pekerjaan
pemadatan lapis pondasi agregat di pakai alat pemadat vibratory
roller merk Hamm dengan berat 20 ton. Yang perlu di perhatikan dalam
pekerjaan pemadatan yaitu penghamparan yang agak berlubang atau
kurang rata perlu di tambahkan agregat material secara manual agar
mendapat hasil yang padat dan merata.
Proses pekerjaan pemadatan di lapangan yang pertama kali setelah
material di hamparkan secara merata yaitu di padatkan dengan
compactor setelah agak merata kemudian di siram air secara merata
dengan menggunakan water tank dengan kapasitas 5000 liter. Setelah air
merata di permukaan agregat yang sudah di padatkan kemudian agregat
lapis pondasi di padatkan lagi dengan vibratory roller sampi merata dan
padat. Fungsi penyiraman ini untuk pemadatan, karena dengan adanya
penyiraman air ini rongga-rongga antara agregat akan terpadatkan
dengan sendirinya dan saling mengunci sehingga tidak ada rongga udara
di dalamnya.

95

6) Proses Pencampuran Aspal Dengan AMP


a. Langkah pertama adalaah pemasokan dan penimbunan agregat
dilokasi

(Stock

Pile).

Masalah

(Segregasi)

selama

proses

penimbunan atau pemasokan agregat sangat perlu diperhatikan.


Tempat pemasok untuk masing-masing fraksi agregat diberi jarak
kurang lebih 3 5 meter agar tidak mungkin tercampur.
b. Kemudian agregat dari tempat penimbunan dimasukkan kedalam bak
dingin dengan menggunakan loader. Bak dingin adalah tempat
meletakkan agregat langsung dari tempat penimbunan.
c. Agregat dialirkan sesuai proporsi dari masing-masing bagian bak
dingin melalui cold elevator masuk kedalam pengering. Pengeringan
agregat dilakukan agar pencampuran dan pengikatan agregat oleh
aspal dapat berlangsung dangan baik. Alat pengering (Dryer atau
Blower) berputar mengeringkan dan memanaskan agregat yang
berada didalamnya.
d. Agregat panas diangkat oleh (Hot Elevator) untuk disaring. Agregat
yang terlalu besar dan melebihi kapasitas dibuang. Agregat panas
yang lolos saringan ditempatkan sesuai dengan ukurannya didalam
masing-masing bagian bak panas atau hot bin.
e. Debu yang dihasilkan akibat pemanasan dikumpulkan ditempat
tertentu untuk dipergunakan secukupnya atau dibuang.
f. Agregat ditimbang melalui kotak penimbang sesuai (Job Mix
Formula), dicampur dengan aspal yang telah berbentuk cair karena
dipanaskan, jika dibutuhkan dapat ditambah bahan pengisi atau
bahan tambahan didalam unit pencampuran (Pugmill) sehingga
menjadi campuran panas yang homogen.
g. Campuran aspal panas yang homogen dituangkan langsung kedalam
truk pengangkut untuk dibawa kelokasi penghamparan.
h. Temperatur aspal harus dijaga pada temperatur yang tepat, biasanya
diantara 145 C - 165 C, ketika mau dihampar suhu aspal tidak boleh
kurang dari 110 C.
7) Pekerjaan Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)

96

Lapis Resap Pengikat Aspal Cair dilaksanakan diatas permukaan Lapis


Pondasi Agregat Kelas A. Alat yang digunakan adalah asphalt sprayer
untuk menyemprotkan aspal yang sudah dicampur dengan kerosen atau
minyak tanah dan dipanaskan dengan suhu tertentu di asphalt sprayer.
a. Langkah Kerja
1) Permukaan Lapis Pondasi Agregat yang akan dilapisi dibersihkan
dari debu dan kotoran yang dapat mengurangi daya lekat prime
coat dengan air compressor.
2) Campuran aspal dan minyak flux (Minyak Tanah) disemprotkan
dengan asphalt sprayer ke atas permukaan yang akan dilapisi.

Gambar 3.17 Penyemprotan Lapis Resap Pengikat (Prime Coats)

8) Bahan Anti Pengelupasan


Bahan Anti Pengelupasan (Bahan Anti Stripping Agent) dilaksanakan
bersamaan dengan pekerjaan aspal, bahan ini dicampurkan kedalam
campuran aspal dengan komposisi sesuai dengan takaran yang telah
ditentukan.
9) Pekerjaan Laston Lapis Pondasi (AC-BASE)
a. Langkah Kerja

97

1) Campuran aspal panas AC-BASE yang sudah dicampur di AMP,


diangkut langsung dengan dump truk kelokasi pekerjaan dan
dimuat kedalam bak asphalt finisher.

Gambar 3.18 Proses Pemuatan Campuran Aspal AC-BASE kedalam Bak Asphalt
Finisher

2) Campuran aspal panas AC-BASE dihampar dengan asphalt


finisher dan selama penghamparan para pekerja akan merapikan
tepi hamparan dengan menggunakan alat bantu penggaruk perata
manual.

Gambar 3.19 Proses Penghamparan dan Perapian Bagian Tepi Aspal AC-BASE

3) Kemudian dipadatkan dengan tandem roller (awal 3 kali passing


dan akhir 3 kali passing) dengan suhu pemadatan 110 C dan
98

pneumatic tire roller (antara 12 kali passing) dengan suhu


pemadatan 110C.

Gambar 3.20 Proses Pemadatan Aspal AC-BASE dengan Tandem Roller

Gambar 3.21 Proses Pemadatan Aspal AC-BASE dengan PTR

10) Pekerjaan Lapis Pengikat (Tack Coat)


Lapis Perekat Aspal Cair dilaksanakan diatas permukaan lapis aspal
AC-BASE, AC-BC dan AC-WC. Alat yang digunakan adalah asphalt
sprayer untuk menyemprotkan aspal yang sudah dicampur dengan
kerosen atau minyak tanah dan dipanaskan dengan suhu tertentu di
asphalt sprayer.
a. Langkah Kerja

99

1) Permukaan AC-WC yang akan dilapisi dibersihkan dari debu dan


kotoran yang dapat mengurangi daya lekat prime coat dengan
menggunakan air compressor.
2) Campuran aspal cair disemprotkan dengan asphalt sprayer keatas
permukaan yang akan dilapisi.

Gambar 3.22 Proses Penyemprotan Lapis Pengikat (Tack Coats)

11) Pekerjaan Laston Lapis Antara (AC-BC)


a. Langkah Kerja
1) Campuran aspal panas AC-BC yang sudah dicampur di AMP,
diangkut langsung dengan dump truk kelokasi pekerjaan dan
dimuat kedalam bak asphalt finisher.

Gambar 3.23 Proses Pemuatan Campuran Aspal AC-BC kedalam Bak Asphalt Finisher

100

2) Campuran aspal panas AC-BC dihampar dengan asphalt finisher


dan selama penghamparan para pekerja akan merapikan tepi
hamparan dengan menggunakan alat bantu penggaruk perata
manual.

Gambar 3.24 Proses Penghamparan dan Perapian Bagian Tepi Aspal AC-BC

3) Kemudian dipadatkan dengan tandem roller (awal 3 kali passing


dan akhir 3 kali passing) dengan suhu pemadatan 110 C dan
pneumatic tire roller (antara 12 kali passing) dengan suhu
pemadatan 110 C.

Gambar 3.25 Proses Pemadatan Aspal AC-BC dengan Tandem Roller

101

Gambar 3.26 Proses Pemadatan Aspal AC-BC dengan PTR

12) Pekerjaan Laston Lapis Aus (AC-WC)


a. Langkah Kerja
1) Campuran aspal panas AC-WC yang sudah dicampur di AMP,
diangkut langsung dengan dump truk kelokasi pekerjaan dan
dimuat kedalam bak asphalt finisher.
2) Campuran aspal panas AC-WC dihampar dengan asphalt finisher
dan selama penghamparan para pekerja akan merapikan tepi
hamparan dengan menggunakan alat bantu penggaruk perata
manual.
3) Kemudian dipadatkan dengan tandem roller (awal 3 kali passing
dan akhir 3 kali passing) dengan suhu pemadatan 110 C dan
pneumatic tire roller (antara 12 kali passing) dengan suhu
pemadatan 110 C.
13) Quality Controlle
Quality Controlle bertujuan sebagai control terhadap material atau
bahan yang digunakan dilapangan agar tidak jauh berbeda dengan
gambar kerja dan standar yang ditentukan, sehingga bobot progress hasil
kegiatan dapat memenuhi target yang ditentukan. Quality control terbagi
menjadi dua yaitu :

102

1. Test Laboratorium
a. Test Marshall
b. Ekstraksi
2. Test Lapangan
Adapun test yang dilakukan di lapangan antara lain:
a. Perkerasan Berbutir (Lapis Pondasi Agregat Kelas A)
-

Test Pit
Test Pit merupakan salah satu jenis pengujian yang berfungsi
untuk menentukan ketebalan agregat yang terhampar dilapangan.

Gambar 3.27 Test Pit

Sand Cone Test


Sand Cone Test merupakan salah satu pengujian yang dilakukan
di lapangan umtuk menentukan berat isi kering (Kepadatan
Agregat) asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan.

103

Gambar 3.28 Sand Cone Test

b. Perkerasan Aspal (Laston AC-WC, AC-BC, dan AC-BASE)


-

Paper Test
Paper Test salah satu pengujian yang dilakukan dilapangan yang
berfungsi untuk mengetahui persen kadar aspal yang terkandung
didalam prime coat maupun tack coat yang terhampar
dilapangan.

Gambar 3.29 Paper Test

Core Drill
Tujuan

dari

pengujian

core

drill

yaitu

untuk

menentukan/mengambil sample perkerasan di lapangan sehingga

104

bisa diketahui tebal perkerasannya serta untuk mengetahui


karakteristik campuran perkerasan.

Gambar 3.30 Core Drill Test

3.4 Tenaga Kerja


Tenaga kerja adalah orang yang terlibat langsung dilapangan dalam
pelaksanaan pekerjaan dalam suatu proyek dan harus memiliki kemampuan,
keahlian, dan skil yang berbeda. Tenaga kerja yang dikelompokkan menurut
beberapa tinjauan yaitu :
1. Berdasarkan Jenisnya
a. Tenaga Kerja Tetap
Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang memiliki perusahaan dan
ditugaskan kelokasi proyek. Tenaga kerja tetap dipakai oleh
perusahaan selama proyek berlangsung atau selama proyek berakhir
ataupun ketika sedang tidak ada proyek.
b. Tenaga Kerja Kontrak
Tenaga kerja kontrak adalah tenaga kerja yang diangkat oleh
perusahaan untuk bekerja sesuai dengan kebutuhan dilapangan
proyek, dengan masa kerja terbatas (Kontrak).
2. Berdasarkan Pengalaman dan Keahlian
a. Tenaga Ahli

105

Tenaga ahli adalah tenaga yang mampu untuk mengkoordinir


pelaksanaan dalam proyek.
-

Tenaga Teknik
Tenaga teknik adalah tenaga kerja yang langsung mengkoordinir
pelaksanaan lapangan.
Mandor
Mandor adalah tenaga kerja yang mengkoordinir beberapa
kelompok

orang

untuk

melaksanakan

pekerjaan

yang

diperintahkan tim pelaksana. Mandor berkewajiban menegur


pekerja apabila melakukan kesalahan dalam melaksanakan
-

pekerjaan.
Kuli / Tenaga Kerja Kasar
Kuli atau tenaga kasar adalah tenaga kerja yang tidak dibekali
keahlian

atau

keterampilan

tertentu,

sehingga

hanya

mengandalkan tenaga atau kekuatan fisik.


3. Waktu Kerja
Adapun waktu kerja yang ditetapkan oleh perusahaan untuk
pekerja dilapangan antara lain :
a. Hari senin sampai dengan jumat waktu kerja mulai dari pukul 08:00
sampai 17:00.
b. Hari sabtu waktu kerja mulai dari pukul 08:00 sampai 16:00.
c. Waktu istirahat mulai dari pukul 12:00 sampai 01:00.
d. Waktu lembur mulai pukul 17:00 sampai 22.00.
4. Jumlah Tenaga Kerja
Adapun jumlah tenaga kerja yang kami amati pada pelaksanaan PKL
antara lain :
a. Perkerasan Berbutir (Lapis Pondasi Agregat Kelas A)
Pengawas Lapangan
= 1 orang
Mandor
= 1 orang
Pekerja
= 1 orang

106

Operator

= 3 orang

b. Perkerasan Aspal (LASTON AC-WC, AC-BC, dan AC-BASE)


Pengawas Lapangan = 1 orang
Mandor
= 1 orang
Pekerja
= 11 orang
Operator

= 4 orang (Operator Finisher, Tandem


Roller, PTR, dan Operator Secret).

3.5 Produksi
a. Perhitungan Volume Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Diketahui

: Panjang jalan
= 800 m
:

jalan

Lebar
= 11 m

: Tebal LPA = 0,30 m


Volume

= Pxlxt
= 800 x 11 x 0,30
= 2640 m

Volume LPA yang dipadatkan


Volume

= V. LPA x Faktor Pemadatan


= 2640 x 1,2
= 3168 m

Jumlah LPA dalam 1 armada


= 5 m
Dump Truk yang diperlukan

107

=
Volume yang dipadatkan
3168 m3
=
=633,600 634 Unit
Jumlah LPA dalam1 armada
5 m3
Menghitung jarak hamparan per truk
Jarak Penghamparan (m) =

Jumlah LPA dalam 1 armada(m 3)


Lebar Jalan ( m ) x Tebal Rencana( m)
3

5m
=1,515 m
11 m x 0,30 m

b. Perhitungan Volume LASTON AC-BASE


Diketahui

: Panjang jalan
= 800 m
:

jalan

= 8,25 m
: Tebal AC-BASE = 0,18 m
: Berat jenis aspal = 2,23 t/ m
: Faktor pemadat = 1,25
: Jumlah aspal dalam 1 armada

Volume

Lebar

= 8 Ton.

= (P x l x t) x Berat jenis
= (800 x 8,25 x 0,18 m) x 2,23 t/ m
= (1188 m) x 2,23 t/ m
= 2649,240 Ton.

Volume yang dipadatkan


= Volume x Faktor pemadat
= 2649,24 x 1,25
= 3311,550 Ton
Dump Truk yang diperlukan

108

=
Volume
3311,550 Ton
=
=413,944 414 Unit
Jumlah aspal dalam1 armada
8Ton
Menghitung jarak hamparan per truk
Jarak
Penghamparan

(m)

Jumlah aspal dalam 1armada(Ton )


Lebar Jalan ( m ) x Tebal Rencana ( m ) x B . j(Ton / m )

8 Ton
( 8,25m x 0,18 m ) x 2,23 Ton/ m

8 Ton
3,312 Ton /m

8 Ton
( 1,485 m ) x 2,23 Ton/m

= 2,415 m

c. Perhitungan Volume LPA


Diketahui

: Panjang jalan
= 800 m
:

jalan

= 8,25 m
: Tebal AC-BC = 0,06 m
: Berat jenis aspal = 2,23 t/ m
: Faktor pemadat = 1,25
: Jumlah aspal dalam 1 armada

Volume

Lebar

= 8 Ton.

= (P x l x t) x Berat jenis
= (800 x 8,25 x 0,06) x 2,23
= (396 m) x 2,23 t/ m

109

= 883,080 Ton.
Volume yang dipadatkan
= Volume x Faktor pemadat
= 883,080 x 1,25
= 1103,850 Ton
Dump Truk yang diperlukan
=
Volume
1103,850 Ton
=
=137,981 138Unit
Jumlah aspal dalam1 armada
8 Ton
Menghitung jarak hamparan per truk
Jarak
Penghamparan

(m)

Jumlah aspal dalam 1armada(Ton )


Lebar Jalan ( m ) x Tebal Rencana ( m ) x B . j(Ton / m )
=

8 Ton
( 8,25m x 0,06 m ) x 2,23 Ton/ m

8 Ton
1,104 Ton /m

8 Ton
( 0,495m ) x 2,23 Ton /m

= 7,246 m

d. Perhitungan Volume LASTON AC-WC


Diketahui

: Panjang jalan
= 800 m
:

jalan

Lebar

= 8,25 m
: Tebal LASTON = 0,04 m
: Berat jenis aspal = 2,23 t/ m
: Faktor pemadat = 1,25

110

: Jumlah aspal dalam 1 armada


Volume

= 8 Ton.

= (P x l x t) x Berat jenis
= (800 x 8,25 x 0,04) x 2,23
= (264 m) x 2,23 t/ m
= 588,720 Ton.

Volume yang dipadatkan


= Volume x Faktor pemadat
= 588,720 x 1,25
= 735,900 Ton
Dump Truk yang diperlukan
=
Volume
735,900Ton
=
=91,988 92 Unit
Jumlah aspal dalam1 armada
8 Ton
Menghitung jarak hamparan per truk
Jarak
Penghamparan

(m)

Jumlah aspal dalam 1armada(Ton )


Lebar Jalan ( m ) x Tebal Rencana ( m ) x B . j(Ton / m )
=

8 Ton
( 8,25m x 0,04 m ) x 2,23 Ton / m

8 Ton
( 0,330m ) x 2,23 Ton/ m

8 Ton
0,736Ton /m

= 10,870 m

3.6 Cuaca
Cuaca

sangat

berperan

penting

dalam

pelaksanaan

pekerjaan

dikarenakan bisa memperlambat atau mengganggu pekerjaan sehingga tidak

111

sesuai dengan time schedule yang direncanakan. Saat pelaksanaan Praktek


Kerja Lapangan pada proyek Pelebaran Jalan Pelabuhan Trisakti Liang
Anggang 2 cuacanya cerah, curah hujan yang turun hanya sedikit karena
praktek kerja lapangan dilaksanakan pada musim kemarau/kering yakni dari
bulan Agustus hingga September, sehingga pekerjaan perkerasan berbutir
dan perkerasan aspal tidak terganggu sesuai dengan time schedule rencana
yang ada.
3.7 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Setiap pelaksanaan pekerjaan baik itu konstruksi bangunan ataupun
jalan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangatlah penting agar terhindar
dari kecelakaan saat bekerja dilapangan. Selain menggunaka safety helm dan
safety boot kesehatan fisik pekerja pun harus diperhatikan agar siap bekerja
dengan baik sesuai kesepakatan kerja. Dalam setiap pelaksanaan proyek
manajemen menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja
lingkungan (K3L) sebagai bagian dari kegiatan yang terintegrasi dalam
semua kegiatan proyek yang sedang dikerjakan.
1. Rencana Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
A. Pokok Perhatian K3
Perlu di waspadai kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di proyek,
seperti:
a.
b.
c.
d.
e.

Kejatuhan benda dari atas


Tergelincir
Terpental
Terkena paku
Tergencet alat

f. Kebakaran pada
Perlu perhatian pada lingkungan sekitarnya, mengenai :
a. Kebersihan lokasi proyek.
b. Kebersihan jalan umum dari material proyek maupun kayu.
c. Kertersediaan air bersih

..

112

Maka perlu alat pelindung diri dan alat penunjang lainnya, sesuai
dengan lingkup pekerjaan seperti :
1) Pembelian Alat Pelindung Diri
a. Helm pengaman
b. Sepatu safety
c. Sarung tangan
d. Lampu senter
e. Masker debu
2) Perlengkapan K-3, seperti:
a. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
b. Rambu-rambu K-3
c. Pemadam kebakaran
d. Air minum
e. Pompa air
f. Lokasi pembersihan
g. Bedeng kerja
h. Papan pengumuman
3) Alat-alat penunjang K-3, seperti:
a. Jaringan pengamanan
b. Pagar pengaman
c. Tempat sampah
d. Drum air
e. Tiang lampu, kabel lampu, lampu penerangan
f. Panel listrik
g. Lampu rotary
2. Langkah Pengendelian K3
A. Pengendalian awal
Bertujuan untuk nmeningkatkan pemahaman terhadap resiko
potensial bahaya yang mungkin muncul dari suatu pekerjaan .
a.

Rencana

pembuatan

pedoman/

prosedur/

petunjuk

kerja

pelaksanaan K3 atau tindakan pencegahan kecelakaan diproyek,


seperti:
1) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).
2) Penanganan korban kecelakaan yang meninggal.
3) Penanganan korban kecelakaan yang tidak meninggal.
4) Petunjuk K3 untuk masing-masing jenis pekerjaan.

113

b.

Pembinaan dan Pengarahan


Melalui Rapat Harian, Rapat Mingguan K3 serta merencanakan
pembinaan, penyulihan dan implementasi hal-hal yang berkaitan
dengan K3 untuk mengembangkan kerja sama dan partisipasi
efektif dalam topik permasalahan, seperti :
1). Pengadaan dan pemasangan ganset.
2). Pembangunan rumah ganset.
3). Instalasi listrik / ganset.

c.

Program penyuluhan dengan instalasi terkait.

d.

Penyediaan saran pendukung K3, seperti :


1). Rambu-rambu K3.
2). Bendera dan baliho Jamsostek.
3). Papan sisa waktu pelaksanaan pekerjaan.
4). Papan untuk menempel peraturan/UU, pengumuman yang
terkait dengan K3.
5). Pengurus Jamsostek.
6). Koordinasi pelaksanaan sistem menejemen K3 dengan
instansi terkait.
7). Penyediaan Satuan Pengaman Proyek.

e.

Pemasangan rambu-rambu peringantan pada lokasi yang


membahayakan.

f.

Inspeksi K3 oleh petugas K3.

g.

Pengarahan sebelum dimulainya K3 (Safety Talk).


B. Pengendalian saat kontak dengan pekerja
Pengendalian ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
bila tidak dihindari lagi kemungkinan kontak/berhubungan dengan
potensial bahaya dari suatu pekerjaan. Selain itu, pengendalian ini
dapat mencegah terjadinya suatu kecelakaan tetapi hasilnya kurang
maksimal dan konsekuensi/akibat lenih baru.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk pengendalian saat kontak dengan
pekerjaan antara lain :
a. Penyedian alat pelindung diri:
1). Sepatu boot
114

2). Helm
3). Sarung tangan
b. Pemasangan pelindung pada setiap mesin yang menggunakan
roda gigi, seperti:
1). Bar cutter.
2). Genset.
3). Pompa air.
4). Mesin untuk beton molen.
c. Pemasangan barikade atau penghalang pada lokasi pekerjaan
yang mengandung resiko bahaya jatuh.
C. Pengendalian Sesudah Kontak Dengan Pekerja
Pengendaaliaan ini adalah langkah terakhir yang dipersiapkan bila
langkah-langkah sebelumnya gagal atau tidak berhasil dan bertujuan
untuk meminimalkan akibat atau kerugian yang ditanggung pekerja
karena melakukan suatu pekerajaan tetapi tidak mencegah terjadinya
kecelakaan, seperti :
a. Penyediaan sarana penanggulangan darurat akibat kecelakaan
kerja penyediaan obat-obatan darurat (P3K).
b. Penyediaan tandu kecelakaan
c. Penyediaan alat pemadam kebakaran (Fire Extinguisher)
d. Penyediaan data alamat dan telepon serta nama petugas yang
dapat dihubungi dari instansi terkait, seperti :
1). Babinsa
2). Polsek
3). Koramil
4). Kecamatan
5). Kelurahan
6). Pemadam kebakaran
7). Rumah sakit atau poliklinik.
e. Penyediaan kendaraan untuk mengangkut korban kecelakaan ,
dapat dilakukan denga cara :
1). Bila akibat kecelakaan tidak parah dan korban sadar, dapat
berjalan sendiri maka diantar dengan kendaraan proyek untuk
menuju Rumah Sakit atau Poliklinik terdekat.

115

2). Untuk kasus dengan korban yang membutuhkan pertolongan


serius dipanggilkan ambulance untuk diantar ke Rumah Sakit
terdekat.
3.8 Administrasi Proyek
3.8.1

Laporan Harian
Laporan harian ini berisi tentang pekerjaan apa saja yang di lakukan

pada hari tersebut. Selain itu di laporkan harian juga terdapat jumlah tenaga
kerja yang bekerja pada hari tersebut, material yang datang, peralatan yang
di pakai serta cuaca juga dapat di ketahui dari laporan harian yang di buat
berdasarkan pelaksanaan di lapangan.
3.8.2

Laporan Mingguan
Laporan mingguan adalah laporan yang berisi tentang kemajuan fisik

proyek yang berupa bobot pekerjaan selama satu minggu. Dari laporan
mingguan tersebut juga dapat di ketahui progres yang di peroleh, apabila
kurang dari progres rencana maka artinya proyek tersebut mengalami
keterlambatan sehingga harus dipercepat pada bagian pekerjaan lainnya.
Hasil laporan mingguan ini berupa persentasi volume pekerjaan yang sudah
dikerjakan.
3.8.3

Laporan Bulanan
Laporan bulanan adalah laporan yang di buat setiap bulan berdsarkan

pelaksanaan di lapangan dan berpedoman pada laporan harian dan


mingguan. Laporan harian, mingguan, dan bulanan dijadikan satu untuk
mengetahui kemajuan setiap tahap pekerjaan setiap bulannya.
Adapun laporan lain yang terkait dengan pelaksanaan proyek antara
lain :
1) Shop Drawing
Berisi gambar rencana yang dibuat oleh kontraktor setelah meninjau
lapangan.
2) Time Schedule

116

Time Shcedule adalah pengaturan dan pembagian waktu pekerjaan


dalam proyek. Time schedule terdiri dari time schedule rencana dan time
schedule pelaksanaan (realisasi). Time schedule rencana dibuat oleh
kontraktor dan disetujui oleh pengelola kegiatan serta harus diketahui oleh
konsultan pengawas. Sedangkan time schedule pelaksanaan adalah bobot
persentasi yang didapat dari realisasi volume pekerjaan yang telah dicapai.
3) Request For Work
Izin untuk melaksankan pekerjaan yang dibuat oleh kontraktor.
4) Addendum Kontrak
Berita acara yang diajukan oleh kontraktor mengenai penyesuaian
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan perencanaan.
5) Quantity Ad Quality
a. Back Up Quantity
Berisi perhitungan volume pekerjaan yang dilaksanakan sesuai
dengan perkembangan di lapangan sehingga dapat disimpulkan untuk
melihat besaran bobot atau persentase yang telah dilaksanakan.
b. Back Up Quality
Hasil monotoring tentang kualitas material yang telah di uji di
laboratorium untuk kemudian dibandingkan apakah sesuai dengan
spesifikasi yang telah direncakan.
6) Monthly Certificate (MC)
Sertifikat bulanan yang berisi laporan kemajuan fisik pekerjaan yang
telah dilaksanakan setiap bulan.
7) Professional Hand Over( PHO)
Berita acara serah terima pekerjaan dari kontraktor kepada pemilik
proyek. Pihak pemilik proyek membentuk panitia yang akan mengevaluasi
hasil pekerjaan dan jika telah sesuai dengan spesifikasi maka akan
diterbitkan berita acara serah terima.
8) Finally Hand Over (FHO)
117

Merupakan berita acara serah terima pekerjaan akhir dari pihak


kontraktor kepada pihak pemilik proyek. Berita ini biasanya dibuat setelah
masa pemeliharaan berakhir atau kegiatan selesai dilaksanakan.
3.8.4

Sistem Pembayaran

Adapun sistem pembayaran yang di tetapkan oleh perusahaan antara lain :

A. Pembayaran
1. Uang muka

a.

Uang muka dibayar untuk membiayai mobilisasi peralatan,


personil,

b.

bahan/material dan persiapan teknis lain;


Untuk usaha kecil, uang muka dapat diberikan paling tinggi 30%
(Tiga

c.

pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok

puluh

perseratus)

dari

nilai

Kontrak

Pengadaan

Barang/Jasa;
Untuk usaha non kecil, uang muka dapat diberikan paling tinggi
20% (Dua puluh perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan

d.

Barang/Jasa;
Untuk Kontrak Tahun Jamak, uang muka dapat diberikan:

2.
3.
j.

20% (Dua puluh perseratus) dari kontrak tahun pertama; atau


15% (Lima belas perseratus) dari nilai kontrak.

Besaran uang muka ditentukan dalam SSKK dan dibayar setelah


penyedia menyerahkan jaminan uang muka senilai uang muka

k.

yang diterima;
Penyedia harus mengajukan permohonan pengambilan uang
muka secara tertulis kepada PPK disertai dengan rencana
penggunaan uang muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai

l.

kontrak;
PPK harus mengajukan surat permintaan pembayaran untuk
permohonan tersebut pada huruf c, paling lambat 7 (Tujuh) hari
kerja setelah jaminan uang muka diterima;

m.

Jaminan Uang Muka diterbitkan oleh bank umum,

perusahaan penjaminan, atau perusahaan asuransi umum yang

118

memiliki izin untuk menjual produk jaminan (Suretyship) yang


ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

n. Pengembalian uang muka harus diperhitungkan berangsur-angsur


secara proporsional pada setiap pembayaran prestasi pekerjaan
dan paling lambat harus lunas pada saat pekerjaan mencapai
prestasi 100% (Seratus perseratus).
3.8.5 Tata Cara Serah Terima
Adapun tata cara serah terima yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
terkait dalam proyek pekerjaan antara lain :
A. Setelah pekerjaan

selesai 100% (Seratus perseratus), penyedia

mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan


pekerjaan.
B. Dalam rangka hasil penilaian hasil pekerjaan, PPK menugaskan panitia
penerima hasil pekerjaan. Apabila memerlukan keahlian teknis khusus
dapat dibantu oleh tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas
pantia penerima hasil pekerjaan.
C. Panitia penerima hasil pekerjaan melakukan penilaian terhadap hasil
pekerjaan yang telah diselesaikan oleh penyedia. Apabila terdapat
kekurangan-kekurangan dan / atau cacat hasil pekerjaan, penyedia wajib
memperbaiki / menyelesaikannya, atas perintah PPK.
D. PPK menerima penyerahan pertama pekerjaan setelah seluruh hasil
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak sejak tanggal
berita acara penyerahan pekerjaan dan telah diterima oleh panitia
penerima hasil pekerjaan.
E. Pembayaran dilakukan sebesar 95% (Sembilan puluh lima perseratus)
dari nilai kontrak, sedangkan yang 5% (Lima perseratus) merupakan
retensi selama masa pemeliharaan, atau pembayaran dilakukan sebesar
100% (Seratus perseratus) dari nilai kontrak dan penyedia harus
menyerahkan jaminan pemeliharaan sebesar 5% (Lima perseratus) dari
nilai kontrak.
F. Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan
sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan.

119

G. Setelah masa pemeliharaan berakhir, penyedia mengajukan permintaan


secara tertulis kepada PPK untuk menyerahkan akhir pekerjaan.
H. PPK menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah penyedia
melaksankan semua kewajibannya selama masa pemeliharaan dengan
baik, PPK wajib melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang belum
dibayar atau mengembalikan jaminan pemeliharaan.
I. Apabila penyedia tidak melaksanakan kewajiban

pemeliharaan

sebagaimana mestinya, maka PPK berhak menggunakan uang retensi


untuk membiayai perbaikkan/pemeliharaan atau mencairkan jaminan
pemeliharaan.
J. Serah terima pekerjaan dapat dilakukan perbagian pekerjaan (Secara
parsial) yang ketentuannya ditetapkan dalam SSKK.
K. Dalam hal dilakukan serah terima pekerjaan secara parsial, maka cara
pembayaran dan kewajiban pemeliharaan tersebut diatas disesuaikan.
L. Kewajiban pemeliharaan diperhitungkan setelah penyerahan bagian
pekerjaan tersebut dilaksankan pertama kali.
M. Umur konstruksi bangunan hasil dari pelaksanaan pekerjaan ditetapkan
dalam SSKK.

BAB IV
EVALUASI
1

Kemajuan Fisik Pekerjaan


Kemajuan fisik pekerjaan setiap minggu untuk Proyek Pelebaran Jalan
Trisakti Liang Anggang 2 dari tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan 27
September 2015 akan kami uraian dalam bentuk tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Kemajuan Fisik Pekerjaan dalam Periode Mingguan
MINGGU

RENCANA

RENCANA

REALISASI

REALISASI

120

PERMINGGU
(%)

KOMULATIF
(%)

PERMINGGU
(%)

KOMULATIF
(%)

11
27 juli 2015 - 01 Agustus 2015

3,94

29,06

3,01

28,13

12
03 Agustus 2015 - 08 Agustus 2015

3,89

32,96

5,09

33,22

13
10 Agustus 2015 - 15 Agustus 2015

3,61

36,57

5,64

38,87

14
17 Agustus 2015 - 22 Agustus 2015

8,44

45,01

11,75

50,61

15
24 Agustus 2015 - 29 Agustus 2015

8,44

53,45

4,76

55,38

16
31 Agustus 2015 - 05 September 2015

8,44

61,89

5,33

60,71

17
07 September 2015 - 12 September 2015

8,44

70,33

5,15

65,86

18
14 September 2015 - 19 September 2015

5,69

76,01

0,34

66,20

19
21 September 2015 -26 September 2015

1,35

77,36

0,79

66,99

Sumber : Hasil Perhitungan Laporan Harian dan Mingguan

Kemajuan pekerjaan dalam periode mingguan :


1

Minggu ke-11 (27 juli 01 Agustus 2015), kemajuan realisasi sebesar


3,01% yang diperoleh dari pekerjaan galian untuk selokan drainase &
saluran air sebesar 0,02%, pekerjaan pasangan batu dengan mortar
sebesar 0,28%, pekerjaan timbunan pilihan dari sumber galian sebesar

2,70%.
Minggu ke-12 (03 Agustus 2015 08 Agustus 2015), kemajuan realisasi
sebesar 5,09% yang diperoleh dari pekerjaan galian untuk selokan
drainase & saluran air sebesar 0,02%, pekerjaan pasangan batu dengan
mortar sebesar 0,34%, pekerjaan timbunan pilihan dari sumber galian

121

sebesar 2,28%, lapis pondasi agregat kelas A sebesar 2,44%, dan


3

pekerjaan pondasi cerucuk, pengadaan & pemasangan sebesar 0,01%.


Minggu ke-13 (10 Agustus 2015 15 Agustus 2015), kemajuan realisasi
sebesar 5,64% yang diperoleh dari pekerjaan pasangan batu dengan
mortar sebesar 0,34%, pekerjaan timbunan pilihan dari sumber galian
sebesar 2,28%, timbunan biasa dari sumber galian sebesar 1,25%,
pekerjaan timbunan pilihan dari sumber galian sebesar 1,62%, dan lapis

pondasi agregat kelas A sebesar 2,44%.


Minggu ke-14 (17 Agustus 2015 22 Agustus 2015), kemajuan realisasi
sebesar 11,75% yang diperoleh dari pekerjaan galian untuk selokan
drainase & saluran air sebesar 0,05%, pasangan batu dengan mortar
sebesar 0,28%, pekerjaan timbunan pilihan dari sumber galian sebesar
2,32%, Laston Lapis Pondasi (AC-Base) sebesar 9,07%, dan pekerjaan

pondasi cerucuk, pengadaan & pemasangan sebesar 0,01%.


Minggu ke-15 (24 Agustus 2015 29 Agustus 2015), kemajuan realisasi
sebesar 4,76% yang diperoleh dari pekerjaan galian untuk selokan
drainase & saluran air sebesar 0,08%, pekerjaan pasangan batu dengan
mortar sebesar 0,34%, pekerjaan timbunan pilihan dari sumber galian
sebesar 1,33%, Laston Lapis Pondasi (AC-Base) sebesar 3,02%, dan

pekerjaan pondasi cerucuk, pengadaan & pemasangan sebesar 0,01%.


Minggu ke-16 (31 Agustus 2015 06 September 2015), kemajuan
realisasi sebesar 5,33% yang diperoleh dari pekerjaan galian untuk
selokan drainase & saluran air sebesar 0,29%, pekerjaan pasangan batu
dengan mortar sebesar 0,34% dan Laston Lapis Antara (AC-BC) sebesar

4,71%.
Minggu ke-17 (07 September 2015 12 September 2015), kemajuan
realisasi sebesar 5,15% yang diperoleh dari pekerjaan galian untuk
selokan drainase & saluran air sebesar 0,02 %, pekerjaan pasangan batu
dengan mortar sebesar 0,34% dan Laston Lapis Aus (AC-WC) sebesar

4,79%.
Minggu ke-18 (14 September 2015 19 September 2015), kemajuan
realisasi sebesar 0,34% yang diperoleh dari pekerjaan pasangan batu
dengan mortar sebesar 0,34%.

122

Minggu ke-19 (21 September 2015 26 September 2015), kemajuan


realisasi sebesar 0,79% yang diperoleh dari pekerjaan pasangan batu
dengan mortar sebesar 0,17% dan lapis pondasi agregat kelas S sebesar
0,62%.

Kendala Pekerjaan
Adapun kendala-kendala yang terjadi pada saat pelaksanaan PKL
antara lain :
1

Kurangnya supply air sehingga menyebabkan beberapa item pekerjaan


terlambat seperti ; Terhambatnya proses pemadatan LPA, terhambatnya
proses pemasangan batu gunung (Drainase), dan terhambatnya proses
pemadatan aspal.
Solusi untuk permasalahan ini adalah pengawas lapangan perlu
menambahkan jumlah armada water tanker yang mulanya 1 armada

yang beroperasi menjadi 2 atau 3 armada yang beroperasi.


Operator alat berat kesulitan dalam menentukan tebal Lapis Pondasi
Agregat (LPA)disebabkan patok acuan sering lepas dari tempatnya.
Patok berperan penting dalam menentukan ukuran ketebalan dan lebar
hamparan agregat, operator grader menggunakan acuan patok dalam
menentukan ketebalan dan proses great saat membentuk kemirinagn
jalan. Apabila patok lepas dari posisi awal maka patok tidak akurat lagi
untuk jadi acuan di karenakan ukuran untuk tebal atau lebar hamparan
sudah berubah.
Solusi untuk permasalahan ini adalah pengawas lapangan harus lebih
memperhatikan dan mengontrol patok yang sudah terpasang setiap
waktu, surveyor juga perlu mengevaluasi setiap minggu untuk

penempatan dan ukuran patok.


Tinggi untuk pasangan batu tidak rata disebabkan jarak antara
bouwplank terlalu jauh.
Bowplank adalah acuan untuk menentukan tinggi dan ratanya pasangan
batu. Saat di lapangan ada beberapa bowplank yang jarak nya di pasang
terlalu jauh, ukuran panjang bowplank yang di sarankan oleh surveyor
adalah 25 meter. Apabila jarak bowplank terlalu jauh maka akan terjadi

123

lendutan benang di tengah sehingga mengakibatkan pasangan batu tidak


rata atau terlihat lebih rendah di tengah-tengah.
Solusi untuk permasalahan ini adalah pengawas lapangan perlu memberi
arahan kepada setiap kepala tukang agar dalam pemasangan jarak antar
bouwplank dipasang per 25 m untuk mencegah tidak terjadinya lendutan
pada bagian tengah pasangan batu. Setelah bowplank terpasang
surveyor perlu
4

mensurvey kembali untuk ketinggian benang

dan

panjang bowplank.
Pengawas lapangan perlu berkoordinasi yang baik terhadap pihak
konsultan apabila ada perubahan rencana.
Adanya perubahan rencana yang di tentukan oleh Dinas Pekerjaan
Umum , maka pihak kontraktor dan konsultan akan di berikan informasi
dan gambar rencananya, namun dalam realisasi atau pengerjaannya
terkadang tidak sesuai dengan metode perencana, perlunya kordinasi
antara konsultan dan pengawas lapangan agar pengerjaannya dapat
sesuai dengan rencana seperti pada pekerjaan pengaspalan yang mulamula lebar aspal rencana 7,5 m menjadi 8,28 m.
Solusi untuk permasalahan ini adalah pihak kontraktor harus
berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak konsultan apabila terjadi
perubahan gambar rencana agar sebelum pekerjaan dilaksanakan pihak
konsultan dapat memberikan arahan terhadap pihak kontraktor atau
pengawas lapangan.

Gambar 4.1 Patok Acuan Yang Hapir Lepas

124

Gambar 4.2 Tinggi Pasangan Batu Yang Tidak Rata

Deviasi Pekerjaan dalam Periode Mingguan


Pada Praktek Kerja Lapangan yang kami lakukan pada Proyek
Pelebaran Jalan Trisakti Liang Anggang 2 dari tanggal 27 Juli 2015
sampai dengan 27 September 2015 ada beberapa item pekerjaan yang
mengalami kemajuan dan keterlambatan.
Adapun item pekerjaan yang mengalami kemajuan dan keterlambatan
akan kami uraiakan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2 Deviasi Pekerjaan dalam Periode Mingguan

MINGGU

RENCANA

REALISASI

KOMULATIF

KOMULATIF

DEVIASI
(%)

(%)

(%)

11
27 juli 2015 - 01 Agustus 2015

29,06

28,13

-0,94

12
03 Agustus 2015 - 08 Agustus 2015

32,96

33,22

0,26

13
10 Agustus 2015 - 15 Agustus 2015

36,57

38,87

2,29

14
17 Agustus 2015 - 22 Agustus 2015

45,01

50,61

5,60

KETERANGA
N

Mengalami
Kemajuan
Pekerjaan dengan
Deviasi (+)

125

15
24 Agustus 2015 - 29 Agustus 2015

53,45

55,38

1,93

16
31 Agustus 2015 - 05 September
2015

61,89

60,71

-1,19

17
07 September 2015 - 12 September
2015

70,33

65,86

-4,48

18
14 September 2015 - 19 September
2015

76,01

66,20

-9,82

19
21 September 2015 -26 September
2015

77,36

66,99

-10,38

Sumber : Hasil Perhitungan Laporan Harian dan Mingguan

Keterangan :
1

Minggu ke-16 mengalami keterlambatan pekerjaan dengan deviasi


sebesar -1,19%. Hal ini disebabkan pekerjaan tidak sesuai dengan time

schedule rencana.
Minggu ke-17 mengalami keterlambatan pekerjaan dengan deviasi
sebesar -4,48%. Hal ini disebabkan pekerjaan tidak sesuai dengan time

schedule rencana.
Minggu ke-18 mengalami keterlambatan pekerjaan dengan deviasi
sebesar -9,82%. Hal ini disebabkan pekerjaan tidak sesuai dengan time

schedule rencana.
Minggu ke-19 mengalami keterlambatan pekerjaan dengan deviasi
sebesar -10,38%. Hal ini disebabkan pekerjaan tidak sesuai dengan time
schedule rencana serta banyaknya hari-hari libur.

126

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami uraiankan selama melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada proyek Pelebaran Jalan Trisakti
Liang Anggang 2 dari tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan 27 September
2015 antara lain :
1. Kapasitas produksi untuk pekerjaan perkerasan berbutir (Lapis Pondasi
Agregat Kelas A) dan perkerasan aspal Laston Lapis Pondasi (AC-Base).
a. Kapasitas produksi untuk pekerjaan perkerasan berbutir (Lapis
Pondasi Agregat Kelas A) pada tanggal 04 Agustus 2015 s.d 15
Agustus 2015 diperoleh produksi pekerjaan harian maksimum pada
tanggal 11 Agustus 2015 dalam minggu ke-13 sebesar 725 m3/hari,
produksi pekerjaan harian minimum pada tanggal 14 Agustus 2015
dalam minggu ke-13 sebesar 100 m3/hari dan produksi pekerjaan
harian rata-rata sebesar 388 m3/hari.
b. Kapasitas produksi untuk pekerjaan perkerasan Aspal Laston Lapis
Pondasi (AC-Base) pada tanggal 18 Agustus 2015 s.d 26 Agustus
2015 diperoleh produksi pekerjaan harian maksimum pada tanggal
20 Agustus 2015 dalam minggu ke-14 sebesar 400 Ton/hari, produksi
pekerjaan harian minimum pada tanggal 26 Agustus 2015 dalam

127

minggu ke-15 sebesar 192 Ton/hari dan produksi pekerjaan harian


rata-rata sebesar 322 Ton/hari.
2. Dari data yang diperoleh pada time schedule, pekerjaan mingguan
sebesar 24,640 % dan kemajuan pekerjaan bulanan sebesar 53,13 % dari
bulan lalu.
3. Kendala-kendala yang terjadi dilapangan yaitu :
a. Kurangnya supply air sehingga menyebabkan beberapa item
pekerjaan terlambat.
Solusi : Pengawas lapangan perlu menambahkan jumlah armada
water tanker yang mulanya 1 armada yang beroperasi menjadi 2 atau
3 armada yang beroperasi.
b. Operator alat berat kesulitan dalam menentukan tebal Lapis Pondasi
Agregat (LPA) disebabkan patok acuan sering lepas dari tempatnya.
Solusi : Pengawas lapangan harus lebih memperhatikan dan
mengontrol patok yang sudah terpasang setiap waktu.
c. Tinggi untuk pasangan batu tidak rata disebabkan jarak antara
bouwplank terlalu jauh.
Solusi : Pengawas lapangan perlu memberi arahan kepada setiap
kepala tukang dalam pemasangan jarak antar bouwplank.
d. Pengawas lapangan perlu berkoordinasi yang baik terhadap pihak
konsultan apabila ada perubahan rencana.
Solusi : Pihak kontraktor harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan
pihak konsultan apabila terjadi perubahan gambar rencana agar.
4. Kemunduran pekerjaan paling besar terjadi pada minggu ke-19
(realisasi) terhadap rencana masih bisa ditoleransi. Hal ini disebabkan
banyaknya hari-hari libur.
5. Kerja sama tim dalam pelaksanaan proyek ini sangat baik, kinerja dan
tugas sesuai dengan keahlian atau kemampuan pekerja sehingga pekerja
dapat bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing.
128

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan selama melaksanakan PKL
pada proyek Pelebaran Jalan Trisakti Liang Anggang 2 dari tanggal 27 Juli
2015 sampai dengan 27 September 2015 antara lain :
1. Koordinasi antara pihak pelaksana (Kontraktor) dengan konsultan, pihak
pelaksana (kontraktor) dengan pekerja maupun pihak-pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan perlu di tingkatkan lagi agar
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dapat berjalan sesuai dengan time
schedule yang di rencanakan.
2. Diperlukan pencatatan semua data, kejadian atau peristiwa yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan dilapangan, baik dari
kekurangan maupun kelebihan, sehinga hal tersebut nantinya akan dapat
dipakai sebagai informasi maupun tolak ukur perencanaan untuk
kegiatan serupa dimasa yang akan datang.
3. Keterlambatan pekerjaan dapat dihindari dengan menambahan jumlah
tenaga kerja maupun penambahan jam kerja.

129

130

Anda mungkin juga menyukai