Skenario 1
Blok KedKom
Sasbel & Pembahasan :
1. MM Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan yang Berisiko Pada Masa Pubertas
a. Definisi Pubertas
Beberapa pengertian mengenai pubertas yaitu:
1. Menurut Prawirohardjo (1999: 127) pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak dan masa dewasa.
2. Menurut Soetjiningsih (2004: 134) pubertas adalah suatu periode perubahan dari tidak
matang menjadi matang.
3. Menurut Monks (2002: 263) pubertas adalah berasal dari kata puber yaitu pubescere yang
artinya mendapat pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang
menunjukkan perkembangan seksual.
4. Menurut Root dalam Hurlock (2004) Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan
dimana terjadi kematangan alatalat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi
Pubertas : periode terjadinya perubahan fisik,fisiologis serta kematangan seksual secara pesat
terutama pada masa awal remaja. Terjadi pada usia 11/12 dan 15/16 tahun.
Definisi Remaja berdasarkan usia :
Remaja : adolescence ; tumbuh menjadi dewasa (to grow into maturity) dan didahului oleh fase
pubertas.
Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja adalah sekitar 22% yang
terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan. Masa remaja, yakni usia
antara usia 11 20 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan
sering disebut masa peralihan
b. Tahapan Perkembangan Masa Remaja
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua
remaja akan melewati tahapan berikut :
1. Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 13 tahun.
1
Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan
lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
1. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 16 tahun.
Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal
tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
2. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 20 tahun.
Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,
mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan
diri.
Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap
tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh
kembang berjalan secara berkesinambungan.
Identitas diri: adalah pikiran pikiran dan perasaan yang dimiliki mengenai diri (Gardner,
1992); bagaimana remaja mendeskripsi diri secara terorganisir, merupakan ekspansi dari
Perkembangan sosial
Pengaruh teman sebaya sangat kuat
Terbentuknya pengelompokan sosial
Tugas perkembangan masa remaja dan pubertas :
Mencari relasi yang lebih matang dengan teman seusia (laki-perempuan)
Mencapai peran sosial feminim atau maskulin
Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggungjawab secara sosial
Mencapai kemandirian secara emosional
Mempersiapkan untuk karir ekonomi
Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga
Memperoleh set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
4. Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum waktunya.
Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori aborsi provokatus atau
pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang keguguran
terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain
karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD umumnya tertekan secara
psikologis, karena secara psikososial ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi
psikologis yang tidak sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak
menunjang untuk melangsungkan kehamilan.
1. MM Resiko tinggi kehamilan/Kehamilan resiko tinggi (RESTI)
a. Faktor Risiko Tinggi Kehamilan
Faktor risiko kehamilan adalah sebuah keadaan dimana seorang wanita hamil di perkirakan
akan mengalami gangguan yang akan menganggu kehamilannya dan berdampak pada wanita
hamil tersebut ataupun bayi yang sedang di kandungnya.
Kehamilan Risiko Rendah
Ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak memiliki faktor-faktor risiko
berdasarkan klasifikasi risiko sedang dan risiko tinggi, baik dirinya maupun janin yang
dikandungnya. Contohnya adalah primipara tanpa komplikasi, multipara tanpa komplikasi, dan
persalinan spontan dengan kehamilan prematur dan bayi hidup.
Kehamilan Risiko Sedang
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko tingkat sedang, contohnya adalah
ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm,
jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun), jumlah anak terlalu banyak (> 4 anak), kehamilan
lebih bulan, dan persalinan yang lama. Faktor ini dianggap nantinya akan mempengaruhi
kondisi ibu dan janin, serta memungkinkan terjadinya penyulit pada waktu persalinan.
Kehamilan Risiko Tinggi
Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor risiko tinggi, antara lain adanya
anemia pada ibu hamil, pernah gagal kehamilan (keguguran), kehamilan kembar, kehamilan
dengan kelainan letak, pendarahan, dan penyakit pada ibu hamil (malaria, TB Paru, penyakit
jantung, DM, infeksi menular seksual pada kehamilan, eklampsia, pre eklampsia,). Faktor
risiko ini dianggap akan menimbulkan komplikasi dan mengancam keselamatan ibu dan janin
baik pada saat hamil maupun persalinan nanti.
Bahaya Kehamilan Berisiko
Bahaya yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan risiko adalah bayi lahir belum cukup
bulan, bayi lahir dengan BBLR, keguguran (abortus), partus macet, perdarahan ante partum dan
post partum, IUFD, keracunan dalam kehamilan, kejang (Prawirohardjo, 2008)
b. Faktor Penyebab Risiko Tinggi Kehamilan
7
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, 80 % karena komplikasi obstetri dan 20 % oleh
sebab lainnya. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah 3 Terlambat dan 4 Terlalu.
3 faktor terlambat :
Terlambat dalam mengambil keputusan
Terlambat sampai ke tempat rujukan
Terlambat dalam mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan
4 faktor terlalu :
Terlalu muda saat melahirkan (< 20 tahun)
Terlalu tua saat melahirkan (> 35 tahun)
Terlalu banyak anak (> 4 anak)
Terlalu dekat jarak melahirkan (< 2 tahun)
c. Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan dan AKI yang Tinggi
Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat
difasilitas kesehatan. Kehamilan dengan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan
sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan, antara lain: Sering
memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur, minimal 4x kunjungan selama masa
kehamilan yaitu: (a) Satu kali kunjungan pada triwulan pertama (tiga bulan pertama). (b) Satu
kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan keempat sampai bulan keenam). (c) Dua kali
kunjungan pada triwulan ketiga (bulan ketujuh sampai bulan kesembilan).
Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama kehamilan dengan jarak satu
bulan, untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir. Bila ditemukan risiko tinggi,
pemeriksaan kehamilan harus lebih sering dan intensif. Makan makanan yang bergizi Asupan
gizi seimbang pada ibu hamil dapat meningkatkan kesehatan ibu dan menghindarinya dari
penyakit- penyakit yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi. Menghindari hal-hal yang
dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil: (a) Berdekatan dengan penderita penyakit
menular. (b) Asap rokok dan jangan merokok. (c) Makanan dan minuman beralkohol. (d)
Pekerjaan berat. (e) Penggunaan obat-obatan tanpa petunjuk dokter/bidan. (f) Pemijatan/urut
perut selama hamil. (g) Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil. Mengenal tandatanda kehamilan dengan risiko tinggi dan mewaspadai penyakit apa saja pada ibu hamil. Segera
periksa bila ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi. Pemeriksaan kehamilan
dapat dilakukan di Polindes/bidan. desa, Puskesmas/Puskesmas pembantu, rumah bersalin,
rumah sakit pemerintah atau swasta.
Program, perencanaan, persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
Suatu Kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di Desa dalam rangka peningkatan peran aktif
suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan Persalinan yang aman dan persiapan
menghadapi komplikasi pada ibu hamil, termasuk perencanaan pemakaian alat kontrasepsi
8
pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran untuk
meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir KB.
Orientasi P4K dengan Stiker untuk pengelola program dan stakeholder terkait di tingkat
Propinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas.
Sosialisasi di tingkat desa kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK serta
lintas sektor di tingkat desa.
Pertemuan bulanan di tingkat desa (Forum Desa Siaga, Forum KIA, Pokja Posyandu ,dll)
yang melibatkan Kades,Toma, Toga, Kader dengan difasilitasi oleh BdD, yang dipimpin
oleh kades.
Mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa (setiap bulan)
Membahas dan menyepakati calon donor darah, tranportasi dan pembiayaan ( Jamkesmas,
Tabulin )
Membahas tentang pembiayaan pemberdayaan masyarakat (ADD, PNPM, GSI, Pokjanal
Posyandu, dll)
BdD bersama dengan kader atau dukun melakukan kontak dengan ibu hamil, suami dan
keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker termasuk pemakaian KB pasca persalinan
BdD bersama kader Mengisi dan menempel Stiker di rumah ibu hamil.
BdD Memberikan Konseling pada ibu hamil, suami dan keluarga tentang P4K terutama
dalam menyepakati isi dalam stiker sampai dengan KB pasca persalinan yang harus tercatat
dalam Amanah Persalinan yang dilakukan secara bertahap yang di pegang oleh petugas
kesehatan dan Buku KIA yang di pegang langsung oleh ibu hamil, dll.
BdD Memberikan Pelayanan saat itu juga sesuai dengan standar ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium (Hb, Urine, bila endemis malaria lakukan pemeriksaan apus darah
tebal, PMTCT, dll)
Setelah melayani , BdD merekap hasil pelayanan ke dalam
ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong Persalinan, termasuk kematian ibu , bayi lahir
dan mati di wilayah desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta di desa tsb)
Melaporkan hasil tersebut setiap bulan ke Puskesmas
Pemantauan Intensif dilakukan terus pada ibu hamil, bersalin dan nifas.
Stiker dilepaskan sampai 40 hari pasca persalinan dimana ibu dan bayi yang dilahirkan
aman dan selamat
Peran Masyarakat/Kader/Dukun
Membantu bidan dalam mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa binaan.
Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu (Tanda Bahaya
Kehamilan, Persalinan dan sesudah melahirkan)
Membantu Bidan dalam memfasilitasi keluarga untuk menyepakati isi Stiker, termasuk KB
Pasca melahirkan.
Bersama dengan Kades, Toma membahas tentang masalah calon donor darah, transportasi
dan pembiayaan untuk membantu dalam menghadapi kegawatdaruratan pada waktu hamil,
bersalin dan sesudah melahirkan.
Menganjurkan suami untuk mendampingi pada saat pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan
sesudah melahirkan
Menganjurkan Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan
10
2)
3)
4)
5)
6)
3. MM AKI/IMR
Definisi
Banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena
sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Yang dimaksud dengan
Kematian Ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian
dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang
lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan
karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab
lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985)
Rumusan
Kegunaan
Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan
program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan
12
dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy
safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga
kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi
kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong
kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu
dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Interpretasi
Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal
Mortality Ratio (MMR) di Indonesia untuk periode tahun 1998 - 2002, adalah
sebesar 307. Artinya terdapat 307 kematian ibu yang disebabkan karena
kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan pada periode
tersebut per 100.000 kelahiran hidup.
4. MM Hubungan suami istri di luar nikah/zina & aborsi dalam Islam
Pengertian zina
Zina (bahasa Arab : , bahasa Ibrani : zanah ) adalah perbuatan
bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh
hubungan pernikahan (perkawinan). Secara umum, zina bukan hanya di saat
manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala aktivitas-aktivitas
seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan
zina.
Sedangkan zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina
dalam pengertian istilah adalah hubungan kelamin di antara seorang lelaki
dengan seorang perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam
hubungan perkawinan
Dalam setiap agama, perzinahan merupakan sesuatu yang paling dibenci
dan dilarang. Konteksnya pada agama Islam, hal tersebut dapat dibuktikan
pada
surat surat Al quran tentang perzinahan atau melakukan hubungan seksual
diluar nikah diantaranya adalah:
Surat Yusuf ayat 24
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud ( melakukan perbuatan itu )
dengan Yusuf, dan yusuf pun bermaksud (melakukan pula ) dengan wanita
itu andai kata dia tidak melihat tanda ( dari ) Tuhannya. Demikanlah, agar
kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan Kekejian.
Surat An Nur ayat 2 :
Perempuan yang berzina dan laki laki yang berzina, maka deralah tiap
tiap seorang dari keduanya seratus kali dera dan janganlah belas kasihan
13
14
Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti
mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya
mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang
dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat
dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau
digagalkannya. (HR Bukhari).
Adapun macam-macam zina yang akan kita pelajari, diantara :
Zina al-lamam
Zina ain (zina mata) yaitu memandang lawan jenis dengan perasaan
senang.
Di dalam Islam ada jenis maksiat yang disebut dengan zina mata (lahadhat
atau zina ain). Lahadhat itu, pandangan kepada hal-hal, yang menuju
kemaksiatan. Lahadhat bukan hanya sekadar memandang, tetapi diikuti
dengan pandangan selanjutnya. Pandangan mata adalah sumber itijah
(orientasi) kemuliaan, juga sekaligus duta nafsu syahwat. Seseorang yang
menjaga pandangan berarti ia menjaga kemaluan. Barangsiapa yang
mengumbar pandangannya, maka manusia itu akan masuk kepada hal-hal
yang membinasakannya.
Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, pernah menasihati Ali :
Jangan kamu ikuti pandangan pertamamu dengan pandangan kedua dan
selanjutnya. Milik kamu adalah pandangan yang pertama, tapi yang kedua
bukan.
Dalam musnad Ahmad, disebutkan, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam,
bersabda
Pandangan adalah panah beracun dari panah-pandah Iblis. Barangsiapa
yang menundukkan pandangannya dari keelokkan wanita yang cantik karena
Allah, maka Allah akan mewariskan dalam hatinya manisnya iman sampai
hari kiamat
Yang tergolong zina mata (berzina dengan mata) adalah melihat dengan
syahwat. Misalnya: memandangi foto porno, mengintip cewek mandi, dsb.
Zina qolbi (zina hati) yaitu memikirkan atau menghayalkan lawan jenis
dengan perasaan senag kepadanya.
Zina hati adalah mengharap-harap kesempatan untuk berzina atau
memelihara hasrat untuk berzina. Dari kata-kata ukhti, saya tidak melihat
adanya zina hati pada diri ukhti. Ataukah ukhti mengira bahwa
kecondongan hati terhadap si dia merupakan zina hati? Ketahuilah
bahwa kecondongan hati itu merupakan rasa cinta, sedangkan rasa cinta itu
halal dan bukan tergolong zina hati.
15
pelaku satu kali, namun menurut imam abu hanifah dan imam ahmad
pengakuan harus diulang-ulang sampai empat kali, setelah itu baru dijatuhi
hukuman.
Hukuman yang didapat untuk para pezina
Di dalam Islam, pelaku perzinaan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina
muhshan dan ghayru muhshan. Pezina muhshan adalah pezina yang sudah
memiliki pasangan sah (menikah). Sedangkan pezina ghayru muhshan
adalah pelaku yang belum pernah menikah dan tidak memiliki pasangan sah.
Di bawah hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam
agama Islam, hubungan seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah
dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk
perzinaan. Dalam Al-Quran, dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya
bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah.
Tentang perzinaan di dalam Al-Quran disebutkan di dalam ayat-ayat berikut;
Al Israa 17:32, Al Araaf 7:33, An Nuur 24:26. Dalam hukum Islam, zina akan
dikenakan hukum rajam.
Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:
* Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela
(tidak dipaksa, tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam,
berdasarkan perbuatan Ali bin Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera
dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh Muhammad, Abu Bakar ashShiddiq, dan Umar bin Khatthab.
* Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali.
Kemudian diasingkan selama setahun.
Sebagai konsekuensi atau larangan zina allah berfirman dalam surah an-Nurr
(24) ayat 4 dan 5 sebagai berikut:
Artinya: orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka
(yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang
fasik. Kecuali orang-orang yang berdaulat sesudah itu dan mmemperbaiki
(dirinya) maka sesungguhnya allah maha pengampun lagi maha penyayang.
Dalam kitabnya Abdul Qodir Audah dijelaskan:
:.[ 4]. : :
( )
{ } ,
.
17
[5]. :
,
, .
Jadi ketika perempuan atau laki-laki berbuat zina maka dihukum dengan
hukuman, yang pertama yaitu jilid, dan kedua adalah pengasingan.
Pertama, yaitu hukuman jilid, ketika gadis/perawan berzina maka dihukum
jilid 100 kali jilidan berdasarkan surat an-Nur ayat 2.
Hukuman jilid adalah dihad, yaitu hukuman yang ditetapkan, dan tidak boleh
bagi hakim (qodli) mengurangi atau menambahnya karena beberapa sebab.
Kedua, yaitu pengasingan, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini,
menurut Imam Syafii dan Imam Ahmad adalah pengasingan dari daerah
yang dijadikan untuk zina ke daerah lain. Sedangkan menurut Imam Malik
dan Abu Hanifah tahgrib adalah menahan.
Syarat-syarat pezina mendapatkan hukuman
Hukuman yang ditetapkan atas diri seseorang
dilaksanakan dengan syaarat-syarat sebagai berikut:
yang
berzina
dapat
18
Pendapat Pertama :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan
sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan
obat. ( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 )
Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan
Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang
tuanya,( Syareh Fathul Qadir : 2/495 )
Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan bahwa
sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum
sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika
sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram.
Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak
boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi
untuk kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab
Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab SyafiI .
( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 )
Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya
bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan
ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini
adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam
Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof :
1/386)
Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah
dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun
disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam
fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak
sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu
jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah
satu bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk
kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori
Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang
bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah
dijelaskan di atas.
Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
22
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah
peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah
berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu
Masud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara
otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram
untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa
ada sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya
akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama
berbeda pendapat:
Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya
tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan
membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut
oleh Mayoritas Ulama.
Dalilnya adalah firman Allah swt :
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al
Israa: 33 )
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang
keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai
dengan kaidah fiqhiyah : Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh
dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu., yaitu tidak boleh
membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang
pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan
sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 1/602 ).
Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan
tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika
sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak
dibolehkan.
Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya,
jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari
kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada
menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara
yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya terakhir.
( Mausuah Fiqhiyah : 2/57 )
23
Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu
kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu Alam.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat
bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang
menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu
alasan syarI hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh
jiwa yang diharamkan Allah swt.
Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus
Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan
jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.
Daftar Pustaka
1. http://www.psychologymania.com/2012/08/kehamilan-resiko-tinggi.html
2. http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/12/Pedoman-AMP.pdf
3. http://katri-kyky.blogspot.com/2012/05/audit-maternal-perinatal.html
4. http://mega-purnama-sari.blogspot.com/2012/05/satuan-acarapenyuluhan.html
5. http://triajengayu.blogspot.com/2012/11/amp-audit-maternal-perinatal.html
6. http://gudangsim.com/blog/?p=88
7. http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=80
8. www.facebook.com/notes/aku-orang...perilaku.../259897243259
9. http://zenyqq.wordpress.com/2012/12/28/hukum-perzinahan-menurutpandangan-islam/
10. http://sahabatsejatimayah.blogspot.com/2012/07/aborsi-menurutpandangan-islam_08.html
11. http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/
24