Anda di halaman 1dari 10

8 Tips Jitu Untuk Menstimulasi Anak Agar Gemar Belajar

Diposting oleh: Dwi Krisdianto

Bakat Anak Apa yang bisa kita lakukan sebagai orangtua agar anak gemar
belajar?
Sebelumnya, kita sudah mengenal bagaimana efek Zeigarnik bisa memotivasi anak menekuni
bakatnya saat semangat belajarnya turun. Kita tentu sadar bahwa baik anak maupun orang
dewasa seperti Ayah Ibu, pasti mengalami fase naik-turun, baik dalam belajar,
mengembangkan bakat, dan berkarier. Nah, bagaimana kita bisa menstimulasi anak agar
mereka dapat mengelola diri dan tetap gemar belajar?

Tentu strategi tiap orangtua berbeda-beda dalam menghadapi anaknya bahkan tiap anak
bisa mendapatkan perlakuan berbeda, tergantung keunikannya. Guru, penulis, dan pemerhati
pendidikan, Joanne Foster, berbagi delapan tips yang bisa dipraktikkan Ayah Ibu untuk
menstimulasi anak agar gemar belajar dan berkarya! Kita simak sama-sama, yuk!

1. Perkaya hidup anak dengan bahasa, musik, dan aktivitas fisik


Sejalan dengan teori kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh psikolog perkembangan,
Howard Gardner, Joanne Foster berpendapat bahwa anak tidak hanya
berkembang dengan belajar di sekolah yang menstimulasi kecerdasan logika saja. Anak

perlu belajar mengembangkan bagian kecerdasan majemuk yang lain, melalui musik, puisi,
olahraga apapun yang memanfaatkan indera anak.
Kecerdasan majemuk yang dikelola dengan baik akan menjadikan anak seorang pembelajar
yang paham bagaimana cara belajar terbaik sesuai keunikannya. Dengan demikian, anak
lebih terpacu untuk gemar belajar.

2. Picu rasa ingin tahu anak


Keingintahuan membuat anak semangat belajar, sebaliknya ketidaktertarikan membuat anak
bosan belajar. Ayah Ibu bisa memicu rasa ingin tahu anak dengan mengajukan pertanyaan
yang menarik, dan tantang anak untuk membuat pertanyaannya sendiri sesuai minatnya.
Kemampuan bertanya membuat anak belajar lebih banyak ketimbang anak-anak lain
yang hanya belajar menghapalkan jawaban. Dan anak yang gemar bertanya, pasti gemar
belajar dan mencari tahu.

3. Berikan kesempatan berefleksi


Belajar saja tidak cukup anak perlu memahami dirinya sendiri yang sedang belajar
untuk mengetahui sejauh mana ia berkembang dalam bidang bakat yang ditekuninya.
Ayah Ibu dapat mengajak anak mengobrol tentang kegemaran dan minatnya saat ini, dan
bagaimana anak ingin mengembangkan apa yang digemarinya sekarang di kemudian hari.
Jika anak kesulitan menjawab, Anda bisa memberi waktu anak untuk berpikir.

4. Jangan terlalu serius


Jangan terlalu menekan anak untuk mencapai prestasi tertentu. Tekanan justru
seringkali membuat anak berhenti gemar belajar. Apapun capaian anak dalam pengembangan
bakatnya, coba bergembiralah bersama anak. Apresiasi usaha mereka, berikan pelukan
hangat, dan tertawalah bersama.

5. Jadilah teladan
Seringkali kita menuntut anak gemar belajar, namun saat pulang kerja kita
mengeluhkan beban pekerjaan kita di depan anak-anak. Kita justru tidak menunjukkan
orangtua yang mampu menjalani kariernya secara positif, terlepas dari berbagai tantangan
yang ada.
Tugas Anda sekarang sederhana (tapi rumit): menjadi teladan yang menekuni karier kepada
anak. Ayah Ibu bisa bercerita bagaimana Anda berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan
lainnya untuk menemukan di mana arah karier Anda yang sebenarnya. Ini sekaligus
menjelaskan pada anak bahwa pengembangan bakat (dan karier nantinya) tidak
berjalan linier. Lagipula, karier bukan tanda titik, bukan perhentian akhir manusia.

6. Berikan umpan balik sesegera mungkin


Mengapa sih anak-anak suka bermain game? Salah satu elemen dalam game yang menarik
adalah umpan balik sesegera mungkin. Saat anak menggerakkan karakter, ia bisa melihat
langsung apakah usahanya berhasil atau tidak. Anak jadi cepat tahu di mana

kesalahannya, dan dengan cara apa ia bisa memperbaikinya. Inilah yang membuat anak
gemar bermain game: karena anak bisa melihat dirinya berkembang dari waktu ke waktu.
Dalam belajar dan mengembangkan bakat anak, kita bisa memberikan umpan balik sesegera
mungkin pada usaha anak. Seperti halnya bermain game, belajar jadi lebih seru saat
anak dengan segera menyadari perkembangan diri di bidang bakat yang ditekuninya.
Masak harus menunggu UTS, UAS, dan Ujian Nasional? Tenggang waktunya terlalu
lama untuk membuat anak gemar belajar, hehehe.

7. Bahas target belajar anak


Salah satu hal yang membuat anak kehilangan semangat untuk belajar adalah karena dibebani
target belajar yang terlalu tinggi. Atau sebaliknya, target belajar yang terlalu rendah membuat
anak tidak tertantang untuk belajar.
Untuk mengembalikan gemar belajar dalam diri anak, Anda dapat membahas target
belajar bersama anak. Mungkin anak perlu membuat target belajar yang lebih mudah
dicapai, semisal memainkan 5 lagu klasik ketimbang 10 lagu klasik dalam 3 bulan. Atau
sebaliknya, anak perlu membuat target belajar yang membuatnya tertantang, semisal menulis
blog dua kali dalam seminggu.
Intinya, jangan sampai anak tertekan atau lesu karena tidak lagi tertantang untuk belajar.

8. Tumbuhkan sikap apresiatif dalam keluarga


Saat Ayah Ibu biasa mengapresiasi usaha anak dalam belajar dan berkarya, anak pun
dengan mudah akan melakukannya juga pada diri mereka sendiri. Anak tidak lagi
melihat diri mereka sebagai orang yang sepenuhnya gagal saat tidak berhasil memenangkan
perlombaan, namun bersyukur bahwa dirinya telah berusaha semaksimal mungkin, sesuai
kapasitasnya sebagai seorang pembelajar. Dengan demikian, anak tidak mudah berhenti
gemar belajar saat menghadapi kegagalan atau saat target belajarnya tidak tercapai.

3 alasan mengapa orangtua perlu belajar dari anak-anak

Di satu sisi, sewajarnya anak-anak belajar mengembangkan dirinya agar bisa berkarya dan
berkontribusi dalam masyarakat. Di sisi lain, kita sebagai orangtua, mungkin belum bisa
menjadi teladan yang baik bagi mereka. Itulah sebabnya, kelapangan dada untuk belajar dari
anak-anak menjadi hal yang berharga buat orang dewasa seperti kita. Setidaknya, terdapat
tiga alasan mengapa Ayah Ibu perlu belajar dari anak-anak:
1. Anak-anak tidak takut bermimpi
Hal ini sempat disinggung Adora, tentang bagaimana orang dewasa seringkali punya
terlalu banyak pertimbangan, termasuk memikirkan biaya dan risiko kegagalan, yang
membuat mereka sukar membuat kemajuan. Sedangkan anak-anak tidak pernah takut
bermimpi. Bagi anak-anak, apapun yang terjadi nanti, yang penting bermimpi terlebih
dahulu. Mungkin tampak utopis bagi orang dewasa, namun keberanian untuk bermimpi
adalah alasan pertama mengapa kita perlu belajar dari anak-anak.
Keberanian untuk bermimpi adalah saat ketika kita mampu melihat titik terang di antara
suramnya kenyataan di sekeliling kita.
2. Anak-anak bersikap apa adanya
Kebanyakan orang dewasa, mungkin termasuk saya dan Anda, selalu berpikir apa kata orang
lain tentang diri kita. Saat sebuah tindakan mungkin dinilai negatif oleh kebanyakan orang,
kita akan urung melakukannya. Pada akhirnya, hidup kita lebih banyak ditentukan oleh
pendapat orang lain ketimbang keyakinan kita sendiri. Misalnya, banyak orang
menempuh jalan karier yang dianggap bagus oleh banyak orang, meskipun dalam hati mereka
tidak cocok dengan karier yang sedang ditempuh.
Anak-anak bersikap sebaliknya; dengan hati dan pikiran yang masih polos, anak-anak
bersikap apa adanya, serta yakin dengan pilihannya. Mereka tidak takut gagal maupun
dianggap buruk oleh orang-orang di sekitarnya. Kita mungkin menganggap hal ini konyol
atau kekanak-kanakan, namun keyakinan anak-anak bisa menjadi pelajaran berharga bagi
orang dewasa. Bersikap apa adanya adalah alasan kedua mengapa kita perlu belajar
dari anak-anak.
Bersikap apa adanya membantu kita terbuka pada sekeliling tentang keyakinan kita.
3. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa
Kita, orang dewasa yang menganggap bahwa sudah terlalu rumit untuk
diperhatikan, seringkali meluputkan banyak hal yang ternyata diminati oleh anak-anak.
Kesibukan membuat kita sukar takjub pada hal-hal kecil yang membuat anak-anak
takjub, semisal saat melihat bunga mekar, atau saat melihat matahari terbenam.
Sebaliknya, anak-anak punya rasa ingin tahu yang luar biasa, yang membuat mereka bertanya
banyak hal termasuk hal-hal yang sudah dianggap biasa dan memang begitu adanya oleh

orang dewasa. Pertanyaan anak-anak yang begitu banyak mungkin membuat kita gusar
karena merepotkan, padahal sebagai manusia, kita tidak boleh kehilangan rasa ingin tahu kita.
Rasa ingin tahu adalah alasan ketiga mengapa kita perlu belajar dari anak-anak.
Rasa ingin tahu membuat kita tidak menelan informasi begitu saja, namun terus menyelidiki
sampai merasa yakin.

Trik Memotivasi Anak Menekuni Bakat Saat Semangat


Belajarnya Turun
Diposting oleh: Dwi Krisdianto

Bakat Anak Apa yang anak butuhkan saat mereka sedang enggan menekuni
bakat?
Selalu ada saat-saat di mana anak mengalami kebosanan atau kesulitan dalam menekuni
bakatnya. Anda tidak perlu heran, karena bahkan untuk belajar hal yang anak memang suka,
ada waktu di mana semangat belajar anak turun. Trik apa yang bisa kita lakukan sebagai
orangtua dalam menghadapi situasi tersebut dan terus mendorong anak menekuni
bakat?

Efek Zeigarnik, apa itu?


Seorang psikolog asal Rusia, Bluma Zeigarnik, mengamati pemandangan menarik saat
memesan makanan di sebuah restoran di tahun 1927. Sang psikolog melihat bahwa para
pramusaji punya ingatan yang sangat kuat tentang pesanan para pengunjung. Namun begitu
makanan disajikan, para pramusaji dengan mudah melupakan apa yang baru saja diingat
mereka.
Bluma Zeigarnik kemudian melakukan serangkaian eksperimen yang kemudian menunjukkan
bahwa orang lebih mudah mengingat pekerjaan yang sudah mereka mulai namun
belum diselesaikan, ketimbang pekerjaan yang sudah selesai. Hal ini kemudian dikenal
sebagai tentu saja efek Zeigarnik.

Dorongan menyelesaikan tugas yang belum tuntas


Ternyata, efek Zeigarnik tak hanya bicara soal mengingat pekerjaan yang belum tuntas.
Peneliti dari Texas Christian University dan University of Rochester menyingkap sebuah
bentuk lain dari efek Zeigarnik: anak akan lebih terdorong untuk menyelesaikan tugas
yang tidak bisa mereka langsung selesaikan.
Dalam penelitian yang dilakukan, anak-anak diminta untuk menyusun delapan kubus ke
dalam lima bentuk puzzle yang berbeda, secepat mungkin. Dua bentuk pertama haruslah
diselesaikan dalam tiga menit sebagai latihan, sedangkan tiga bentuk sisanya harus

diselesaikan dalam lima menit berikutnya. Para peneliti memberikan tingkat kesulitan yang
tinggi di bentuk puzzle kedua, yang bisa dibilang tidak mungkin diselesaikan dalam waktu
yang disediakan. Dan benar saja, hanya 6 dari 39 anak yang dapat menyelesaikan puzzle sulit
tersebut.
Setelah waktu habis, anak-anak diberikan 8 menit waktu bebas untuk melakukan apa saja
para peneliti bahkan menyediakan televisi, majalah, dan hiburan lain yang bisa menarik
perhatian anak. Namun saat peneliti meninggalkan ruangan, 28 dari 39 anak malah memilih
untuk menyelesaikan puzzle yang belum tuntas.
Lebih menariknya lagi, dari 6 anak yang berhasil menyelesaikan puzzle sulit, sebagian besar
memilih untuk tidak menyelesaikan sisa puzzle yang ada. Hanya satu anak (17%) yang
memilih mengutak-atik puzzle yang belum selesai, dan menghabiskan waktu sekitar 1 menit
18 detik.
Sebaliknya, dari 33 anak yang gagal menyelesaikan puzzle sulit, 27 anak (82%) memilih
terus mencoba menyelesaikan puzzle tersebut. Ditambah, mereka menghabiskan rata-rata
waktu lebih lama untuk mengutak-atik puzzle, yakni 3 menit 20 detik. Kesimpulannya
sederhana: saat anak tidak bisa langsung menyelesaikan tugas yang diberikan, mereka
akan terdorong untuk melanjutkan tugas tersebut, bahkan dalam waktu yang lebih
lama.

Saat semangat anak turun


Bagaimana menerapkan bentuk efek Zeigarnik yang telah dipaparkan dalam penelitian di atas
dalam pengembangan bakat anak? Triknya sederhana, yakni dengan menunda kegiatan
belajar atau berlatih anak untuk sementara waktu, sebelum anak kembali belajar atau
berlatih. Dalam menekuni bakat, semangat anak bisa jadi turun, namun dengan trik ini,
anak tidak perlu berhenti belajar terlalu lama.
Ketimbang meminta anak untuk berlatih atau belajar 2 jam non-stop, atau menulis 3 cerpen
sekaligus, ajak anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan kecil terkait bidang bakatnya.
Misalnya, menyanyikan reff sebuah lagu saja, jika anak menekuni olah vokal, atau
menulis satu paragraf saja, jika anak gemar menulis.
Saat anak mulai menunjukkan minat, Anda dapat meminta anak untuk mengambil waktu
istirahat sejenak dan melakukan hal-hal lain, sebelum melanjutkan aktivitas di bidang
bakatnya kembali. Seperti anak-anak yang belum tuntas menyelesaikan puzzlenya, anak
Anda akan lebih bersemangat untuk menyelesaikan kegiatan terkait bidang bakat yang
belum tuntas mereka lakukan. Menarik, kan, efek Zeigarnik ini?
Jadi, Ayah Ibu tak perlu menuntut anak untuk belajar atau berlatih sepanjang waktu dalam
menekuni bakat, karena bahkan untuk hal yang diminati anak, ada masanya
saat semangat anak turun. Triknya adalah menunda kegiatan belajar atau berlatih anak
untuk sementara waktu. Karena istirahat sejenak ternyata bisa membawa semangat
baru. Selamat mencoba!

16 Aktivitas Kecerdasan Majemuk untuk Mengenal Bakat


Anak Anda
Diposting oleh: Dwi Krisdianto

Bakat Anak Apa langkah pertama yang harus orangtua lakukan dalam
mengenal bakat anak?
Saat kita mendapati bahwa anak belum menemukan bakatnya, justru ini bukan saatnya untuk
gegabah. Anda tak perlu langsung mengeleskan anak, atau membawanya untuk menjalani
serangkaian tes untuk menentukan pada bidang apa anak berbakat. Kali ini, kita akan belajar
langkah pertama untuk mengenal bakat anak, yakni melakukan eksplorasi yang memadai!

Berkenalan dengan kecerdasan majemuk


Tiap anak terlahir secara unik dan istimewa, sehingga anak bukanlah kertas kosong.
Mereka punya konfigurasi kecerdasan yang berbeda yang telah dianugerahkan oleh Tuhan.
Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan, menerjemahkan fenomena ini sebagai
kecerdasan majemuk.
Terdapat delapan kecerdasan majemuk dan tiap anak memilikinya dengan kadar yang
berbeda-beda. Beberapa anak terlihat menonjol di satu kecerdasan majemuk saja, seperti
Einstein, fisikawan. Anak lain bisa memiliki beberapa kecerdasan yang cukup menonjol, dan
saling terkait untuk profesinya, misalnya pengusaha sekaligus penemu, Elon Musk.
Ayah Ibu tidak perlu, semisal, membandingkan Einstein dan Elon Musk untuk melihat siapa
yang lebih cerdas. Setiap anak cerdas di bidangnya masing-masing, tinggal bagaimana
orangtua mau mengembangkan bakat anak. Upaya mengenal bakat anak kemudian
menjadi berarti, dan Anda dapat melakukannya di rumah, bahkan tanpa sepeser biaya pun.
Mengenal bakat anak dapat dimulai dengan mengenali apa saja kecerdasan majemuk anak
yang menonjol. Karena ada delapan kecerdasan majemuk, berarti anak harus
merasakan berbagai jenis aktivitas agar keluarga bisa mengamati bagaimana respon anak
terhadap aktivitas tersebut inilah yang disebut eksplorasi yang memadai buat anak. Nah,
apa saja aktivitas terkait kecerdasan majemuk yang bisa dilakukan untuk mengenal bakat
anak Anda? Yuk kita tengok satu per satu!

16 aktivitas kecerdasan majemuk untuk mengenal bakat anak Anda


Kecerdasan imaji
1. Menggambar bebas. Ajak anak untuk menyaksikan sebuah benda atau pemandangan, lalu
minta anak menggambarkannya sesuai versi mereka. Atau, coba tantang anak

menggambarkan konsep yang lebih abstrak (jika anak sudah mengenalnya) seperti kasih
sayang, persahabatan, kerja sama, dan sebagainya.
2. Memahami rute. Coba ajak anak mengenal arah dengan memahami rute yang sederhana,
seperti dari kamar tidurnya menuju kamar mandi lima langkah ke depan, belok kiri, lalu
belok kanan. Jika anak sudah paham, coba yang sedikit lebih jauh, semisal dari rumah ke
warung terdekat.
Kecerdasan diri
3. Membuat jadwal harian. Ajak anak untuk mengatur jadwal dan rencana kegiatannya
selama sehari penuh. Tantang anak untuk memikirkan mana kegiatan yang penting dan
kurang penting, maupun yang disukai dan kurang disukai. Ingat, anak yang membuat
jadwalnya, bukan Anda, jadi alih-alih mendikte, ajukan saja pertanyaan.
4. Merefleksikan pengalaman. Ajak anak merefleksikan keberhasilan maupun kegagalan
yang dialami. Tidak harus muluk-muluk, melainkan Anda bisa mulai dari yang paling
sederhana, misalnya ketika anak belajar bersepeda. Tanyakan apa yang dirasakan anak,
bagaimana kejadiannya, dan bagaimana jika anak melakukan kegiatan serupa di lain hari.
Mudah, bukan, cara mengenal bakat anak Anda?
Kecerdasan relasi
5. Berkenalan dengan teman baru. Ini bisa dilakukan secara insidental atau terencana.
Misal, pada hari pertama sekolah, Anda dapat meminta anak bercerita tentang teman
baru yang duduk satu bangku bersama anak. Atau, saat main di taman, Anda dapat meminta
anak untuk mendatangi anak yang tidak dikenal untuk mengobrol. Lalu minta anak
menceritakan kenalan barunya tersebut.
6. Membaca buku cerita anak. Carilah buku cerita anak bergambar untuk dibaca bersama
dengan anak. Lalu saat sedang membaca, Anda dapat menunjuk sebuah gambar dan meminta
anak menebak emosi yang dirasakan tokoh dalam gambar tersebut.
Kecerdasan musik
7. Menggunakan sebuah benda sebagai alat musik. Ajak anak untuk memainkan sebuah
benda sebagai instrumen musik, seperti ember, gelas, sendok, dan sebagainya. Cara ini bisa
melatih anak membuat komposisi musik yang sederhana, dengan bunyi-bunyian yang ia buat.
Bermusik dengan cara sederhana sembari mengenal bakat anak, mengapa tidak?
8. Membiasakan bernyanyi. Jadikan bernyanyi sebagai kegiatan yang biasa dilakukan di
rumah, baik orangtua maupun anak. Anda dapat mencontohkan, seperti bersenandung
sembari memasak, atau bernyanyi sembari menyapu rumah. Ini bisa melatih kepekaan anak
terhadap nada dan irama.
Kecerdasan alam
9. Membuat buku koleksi. Ajak anak untuk mengoleksi benda-benda alam di sekitar
rumahnya, seperti daun, bunga, maupun biji-bijian. Jika anak semakin tertarik, Anda dapat

menantangnya untuk membuat buku koleksi, di mana anak dapat menjelaskan koleksinya dari
nama, kategori, dan ciri-cirinya.
10. Berkebun. Jika Anda memiliki kebun sendiri di rumah, Anda dapat mengajak anak untuk
terlibat dalam kegiatan berkebun, seperti menyiram tanaman, membersihkan gulma, dan
sebagainya. Jika tidak, Anda bisa mengajak anak menanam sebuah tanaman dalam pot kecil
untuk dirawat anak. Minta anak menceritakan perkembangan tanamannya tersebut.
Kecerdasan tubuh
11. Berolahraga. Beri teladan dan ajak anak untuk berolahraga bersama, entah setiap pagi
atau setiap akhir pekan. Tantang anak untuk meniru gerakan tubuh Anda. (Tiga orang pertama
yang mengirim email ke info@idcerita.org berisi Saya ingin mengembangkan bakat anak
akan mendapat buku Anak Bukan Kertas Kosong) Anda juga dapat melakukan permainan
bersama anak di rumah, seperti lempar-tangkap bola, atau bulu tangkis.
12. Memperbaiki. Anda bisa mengajak anak memperbaiki barang yang rusak di rumah
dengan menggunakan perkakas. Kegiatan menggunakan perkakas menjadikan gerak tubuh
anak menjadi lebih bermanfaat, sehingga selain menstimulasi kecerdasan tubuh, anak bisa
mengerti cara memperbaiki barang. Kegiatan mengenal bakat anak ternyata bisa punya
beragam manfaat, ya?
Kecerdasan logika
13. Menyusun puzzle. Puzzle dan permainan sejenis dapat digunakan untuk menstimulasi
kecerdasan logika anak, selain beberapa kecerdasan lainnya. Tantang anak untuk menyusun
puzzle jigsaw dari yang kepingannya sedikit sampai banyak, atau jika anak ingin tantangan
yang lebih wah, bermain rubik.
14. Membuat grafik atau bagan. Anda bisa mencontohkan, lalu meminta anak untuk
membuat bagan atau grafik mengenai, semisal, koleksi buku atau mainannya, atau
penggunaan waktu dalam satu hari untuk belajar dan bermain.
Kecerdasan aksara
15. Bercerita secara rutin. Ambil waktu bersama untuk bercerita kepada anak, baik dari
dongeng, karangan, maupun pengalaman Anda sendiri. Minta anak menyebutkan kata atau
kalimat yang tidak ia mengerti. Jelaskan kata atau kalimat tersebut pada anak. Kegiatan
mengenal bakat anak bisa dilakukan selagi mempererat hubungan dengan anak kita, lho.
16. Bermain ABC. Permainan sederhana ini bisa menstimulasi kecerdasan aksara anak. Anda
bisa bermain tebak-tebakan bersama anak dengan menggunakan suatu abjad yang ditentukan
dalam permainan ABC. Gunakan kategori yang sederhana, semisal menebak benda-benda
yang ada di rumah berdasarkan abjad awalnya. Misal P untuk pensil, penggaris, dan
seterusnya.

Apakah ayah ibu mempunyai aktivitas lain untuk mengeksplorasi bakat anak?

CARA AGAR SISWA SEMANGAT BELAJAR


Pertama, seorang guru hendaklah mampu memberikan senyuman pada saat pembelajaran,
karena tersenyum menjadikan seorang guru yang ceria, semangat dan enerjik, sehingga akan
menjadi kesan terbaik terhadap siswa sehingga dapat membuat siswa bahagia, senang, dan
juga senyum itu akan membangkitkan semangat siswa dalam menerima pembelajaran.
Sekarang senyum sangat mahal, bagi seorang guru, masuk kelas guru tak pernah senyum,
dengan wajah tanpa ekspresi guru mulai mengajar yang mengakibatkan siswa dengan muka
tegang menerima pembelajaran.
Kedua, berikan kepercayaan kepada siswa, karena untuk membina suatu hubungan adalah
dengan landasan kepercayaan, seorang guru harus percaya dengan muridnya dan sebaliknya,
siswa harus mampu percaya dengan dirinya, apabila kedua belah pihak sudah masing-masing
percaya maka timbullah keyakinan seorang siswa bahwa saya mampu menerima dan
menjalankan pembelajaran hari ini.
Ketiga, berikan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan siswa, tanggung jawab identik
dengan beban, beban yang ditanggung siswa adalah mampu ia laksananakan bukan beban
yang terasa disiswa menjadi siksaan sehingga itulah yang menjadikan kata malas. Apabila
siswa bertanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran tanpa beban maka akan
timbullah semangat belajar.
Keempat, berikan siswa kesempatan untuk berbuat, kesempatan merupakan salah satu faktor
yang harus diberikan kepada siswa dengan diberikan kesempatan siswa mampu
mengembangkan kemampuan diri. Tanpa kesempatan yang diberikan tidak mungkin siswa
semangat dalam mengikuti pembelajaran, oleh karena itu bila kesempatan belum muncul
dalam diri siswa seorang guru harus mampu membimbing siswa dalam menciptakan
kesempatan, bahkan dalam kesulitan apapun siswa harus diberikan kesempatan untuk
menciptakan semangat belajar.

Anda mungkin juga menyukai