Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Gaky
Gangguan akibat kekurangan yodium adalah rangkaian efek kekurangan
yodium pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari
gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh
gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak
dan orang dewasa. (Supariasa, 2002).
Adapun pengertian dari gondok, endemik dan kretin adalah :
1. Gondok
Gondok/goiter adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan
pembesaran kelenjar thyroid (Djokomoeljanto, 1985).
2. Gondok Endemik
Gondok endemik bukan penyakit melainkan suatu istilah kesehatan dalam
konsep kesehatan masyarakat yaitu apabila dalam masyarakat terdapat
prevalensi gondok / atau penderita gondok di masyarakat itu lebih dari 10
% dari jumlah penduduk setempat, maka daerah tersebut disebut daerah
gondok endemik (Dir. Bina Gizi Masyarakat, 1992).
3. Kretin Endemik
Seseorang disebut kretin endemik apabila lahir di daerah gondok endemik.
Kelainan kretin terjadi pada waktu bayi dalam usia kandungan atau tidak
lama setelah dilahirkan dan terdiri atas kerusakan pada saraf pusat dan
hipotiroidisme.
Secara klinis kerusakan saraf pusat bermanifestasi dengan :
a. Retardasi mental
b. Gangguan pendengaran sampai bisu tuli.
c. Gangguan neuromotor seperti gangguan bicara, cara berjalan yang
aneh.
d. Hipotiroidi dengan gejala :

1. Miksedema pada hipotisodisme berat.


2. Tinggi badan yang kurang, cebol (Stunted Growth) dan osifikasi yang
terlambat.
3. Pada pemeriksaan darah ditemukan kadar hormon tiroid yang rendah
(Pudjiadi, 2000).
B. Etiologi Gondok
Kekurangan yodium merupakan penyebab utama gondok endemik dan
terdapat di daerah-daerah dimana tanahnya tidak mengandung banyak yodium,
hingga produk yang dihasilkannya juga miskin akan yodium. Kekurangan
yodium menyebabkan hiperplasia tiroid sebagai adaptasi terhadap kekurangan
tersebut. Zat goitrogen seperti yang ditemukan pada kubis dapat menyebabkan
pembesaran kelenjar gondok, begitu pula dengan beberapa bahan makanan
lain misalnya kacang tanah, kacang kedele, singkong, bawang merah, bawang
putih.
Flour dan kalsium menghambat penggunaan yodium oleh tiroid hingga
merupakan goitrogen juga. Air minum yang kotor diduga terdapat zat
goitrogen yang dapat dihilangkan jika dimasak. Faktor keturunan dapat
mengurangi kapasitas fungsi tiroid atau gangguan pada reabsorbsi iodium oleh
tubulus ginjal (Pudjiadi, 2002).
C. Akibat Kekurangan Zat Iodium
1. Dampak Gaky
Pada kekurangan yodium, konsentrasi hormon tiroid menurun dan hormon
perangsang tiroid / TSH (Thyroid Stimulating
Hormone)

meningkat

agar

kelenjar

tiroid

mampu menyerap lebih banyak yodium bila


kekurangan berlanjut sehingga sel kelenjar tiroid
membesar

dalam

usaha

meningkatkan

pengambilan yodium oleh kelenjar tersebut. Bila


pembesaran ini menampak dinamakan gondok

sederhana, bila terdapat secara meluas di suatu


daerah dinamakan gondok endemik.
Gondok dapat menampakkan dari dalam bentuk gejala yang sangat luas, yaitu
dalam bentuk kretinisme (cebol) di satu sisi dan
pembesaran kelenjar tiroid pada sisi lain. Gejala
kekurangan yodium adalah malas dan lamban,
kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam
keadaan cacat mental yang permanen serta
hambatan pertumbuhan yang dikenal sebagai
kretinisme.

Seorang anak yang

menderita

kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal


dan IQ sekitar 20. Kekurangan yodium pada
anak-anak menyebabkan kemampuan belajar
yang rendah (Almatsier, 2002).
2. Usaha Penanggulangan Gaky
Mengingat masalah Gaky terutama disebabkan karena lingkungan
yang miskin sumber yodium, maka upaya penanggulangan ditekankan
pada suplementasi yodium baik secara oral, melalui garam beryodium
maupun

secara parentral

melalui preparat yodium dosis

(Kresnawan, 1993). Kegiatan Gaky

tinggi

yang dilaksanakan antara lain

meliputi :
a. Upaya Jangka Pendek
Pemberian kapsul minyak beryodium kepada penduduk wanita umur
0 35 tahun, pria 0 20 tahun sesuai dengan dosis yang telah ditentukan,
pemberian ini terutama kepada penduduk di daerah endemik berat dan
sedang.
b. Upaya Jangka Panjang
Iodisasi garam merupakan kegiatan penanggulangan Gaky jangka panjang.
Program untuk meyodisasi garam konsumsi dimulai tahun 1975, dan

pelaksanaan program mulai tahun 1980 dikelola oleh perindustrian. Tujuan


dari program ini adalah semua garam yang dikonsumsi oleh masyarakat
baik yang menderita maupun yang tidak dan garam beryodium tersedia
diseluruh wilayah Indonesia. (Departemen Perindustrian, 1983).
D. Garam beryodium
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3
yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam
beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung KIO3 sebesar 30 80 ppm.
Konsumsi garam yang dianjurkan untuk setiap orang sekitar 6 gram
atau satu sendok teh setiap hari. Dalam kondisi tertentu, dimana keringat
keluar berlebihan dianjurkan untuk mengkonsumsi garam beryodium dua
sendok teh sehari. Cara mengkonsumi garam biasanya digunakan sebagai
garam meja dan penambahan dalam pemasakan, pengaruh pemasakan
terhadap penurunan KIO3 membuktikan bahwa sayuran yang dimasak dengan
cara dikukus, pembubuhan garam dilakukan saat sayuran matang dan wadah
ditutup setelah diberi garam, maka kehilangan iod dengan cara tersebut
disebabkan oleh panas mengingat salah satu sifat iod mudah rusak oleh panas
( Irawati, 1993 ).
Garam beryodium yang baik dapat diketahui dengan cara membaca
pada label kemasan garam beryodium. Garam beryodium dikemas dalam
plastik, tertutup rapat, tidak bocor dan pada kemasan harus tertera tulisan
garam beryodium. Cara penyimpanan garam beryodium dalam wadah yang
tertutup rapat dan kering, diletakkan di tempat yang sejuk, jauh dari panas api
dan sinar matahari langsung (Depkes RI, 1999).
Mutu garam beryodium dapat diketahui dengan Yodina Test
singkong parut.
1. Yodina test, dengan cara :
a. Siapkan garam yang bertuliskan garam beryodium.
b. Siapkan cairan uji yodina.

dan

c. Ambil setengah sendok teh garam yang akan diuji dan letakkan
dipiring.
d. Teteskan cairan uji yodina sebanyak 2-3 tetes pada garam tersebut.
e. Tunggu dan perhatikan apakah garamnya berubah warna, kalau
garam tetap putih berarti garam tersebut tidak beryodium (0 ppm).
f. Bila berwarna ungu berarti garam mengandung yodium sesuai
persyaratan (30 ppm).

2. Singkong parut, dengan cara :


a. Kupas singkong yang masih segar, kemudian diparut.
b. Tuangkan 1 sendok perasan singkong parut tanpa ditambah air
kedalam tempat yang bersih.
c. Tambahkan 4-6 sendok teh munjung garam yang akan diperiksa.
d. Tambahkan 2 sendok teh cuka biang, aduk sampai rata, biarkan
beberapa menit. Bila timbul warna biru keunguan, berarti garam
tersebut mengandung yodium (Depkes RI, 1999).
E. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pembinaan tingkah laku sehingga di
dalam masyarakat pendidikan harus membimbing kearah kesadaran serta
kepercayaan yang memberikan dorongan motivasi yang sesuai dengan
kecakapan yang diperlukan serta kesempatan untuk berlatih. Pendidikan
mempunyai tiga aspek yaitu : pembentukan kepribadian, pengembangan ilmu
pengetahuan dan penerapan ilmu pengetahuan (Sayogyo, 1989).
Menurut Apriadji (1986) seorang yang tamat SD belum tentu kurang
mampu menyusun menu yang memenuhi persyaratan gizi dibanding dengan
orang lain yang berpendidikan lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan
rendah kalau orang tersebut rajin mendengarkan siaran pedesaan dan selalu
turut serta dalam penyuluhan gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan
lebih baik. Hanya saja perlu diperhatikan dan dipertimbangkan bahwa faktor
tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan gizi yang diperolehnya.
Pengaruh

pendidikan

seseorang

menentukan

perbedaan

dalam

menghadapi masalah. Semakin tinggi pendidikan formal yang pernah


ditempuh seseorang maka semakin mudah menyerap informasi informasi
baru ( karo karo, 1984 ). Pendidikan formal dapat digolongkan menurut
jenjangnya yaitu :
a. Pendidikan dasar atau SD
b. Pendidikan lanjutan tingkat pertama SLTP
c. Pendidikan menengah atau SLTA (IKIP,1989).

F. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan berkaitan erat dengan perilaku manusia, yaitu sebagai
bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkunganya, khususnya
menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakanya yang
berhubungan dengan kesehatan ( Sarwono, 1993 ).
Pengetahuan gizi sangat penting dengan didasari pada tiga kenyataan
yaitu : (1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan, (2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makan yang
dimakannya

mampu

menyediakan

zat

gizi

yang

diperlukan

untuk

pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi, (3) Ilmu gizi
memberikan fakta fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar
menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi ( Suhardjo, 1996).
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku
petunjuk atau kerabat dekat. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan
tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai kenyataan tersebut ( Yuwono,
1990).
Pengetahuan tentang garam beryodium sangat perlu diberikan kepada
masyarakat melalui kegiatan penyuluhan secara rutin oleh petugas kesehatan,
karena inilah yang kemudian hari akan meningkatkan pengertian dan
kesadaran masyarakat akan kegunaan dan keuntungan garam beryodium
(Kardjati, 1985 ).
Kategori pengetahuan bisa dibagi 3 kelompok yaitu baik, sedang, dan
kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut of point
sebagai berikut: Baik >80%, sedang 60-80%, kurang <60%. Reliabilitas yang
diharapkan adalah konsistensi antar butir soal pengetahuan, bila butir soal
tersebut mengukur dampak pembelajaran yang sama. Validitas ialah
kesesuaian antara skor yang diperoleh dalam suatu tes dengan maksud atau
tujuan dari tes tersebut (Khomsan, 2001).

G. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka maka dapat dibuat kerangka teori sebagai
berikut:
Faktor Predisposisi
* Karakteristik masyarakat :
- Pendidikan
- Kepercayaan
- Sikap

Faktor Pendukung :
* Sarana pelayanan kesehatan
* Tersediaanya garam beryodium
* Georafis

Pengetahuan
gaky
dan
beryodium.

tentang
garam

Faktor Pendorong :

* Penyuluhan dan pembinaan


dari petugas kesehatan
* Tokoh masyarakat

Sumber : Notoatmodjo, 2002.


GAMBAR 1
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN
TENTANG GAKY DAN GARAM BERYODIUM

H. Kerangka Konsep

Tingkat pendidikan ibu

Pengetahuan ibu tentang gaky dan


garam beryodium

GAMBAR 2
KERANGKA KONSEP HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN
PENGETAHUAN IBU TENTANG GAKY DAN GARAM BERYODIUM

I.

Hipotesa
Ada hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu rumah tangga
tentang Gaky dan garam beryodium.

Anda mungkin juga menyukai