Ketentuan lain yang perlu diperhatikan pada penulisan etiket obat ialah
keterangan tambahan untuk obat dengan cara penggunaan khusus, seperti pada
mata, telinga, rektal, vagina, dan sebagainya. Hal ini penting terutama untuk
bentuk sediaan yang belum banyak diketahui oleh pasien, seperti bentuk
supositoria dan ovula yang tidak ditelan.
Informasi mengenai volume sediaan obat bentuk cair juga membantu pasien
mendapatkan takaran yang tepat. Dengan menyertakan tulisan 5ml untuk obat
yang perlu menggunakan sendok teh (Cth = cochleare teae) akan mendorong
pasien tidak menggunakan sendok teh yang tersedia di rumah oleh karena
volumenya yang tidak diketahui dengan tepat.
Aturan penggunaan obat seperti Gunakan bila perlu perlu dihindari karena
tidak cukup membuat pasien paham aturan yang sebenarnya. Informasi semacam
ini hanya bisa digunakan jika pasien telah mendapatkan informasi lisan baik dari
dokter maupun apoteker. Meskipun demikian, karena informasi lisan lebih sulit
diingat dibandingkan informasi tertulis, keterangan yang jelas dan lengkap
mengenai aturan penggunaan obat harus dituliskan pada etiket.
Salah satu cara untuk menghindarkan kesalahan penggunaan obat, terutama
antara obat pemakaian dalam dan obat pemakaian luar, maka etiket dicetak pada
kertas dengan warna berbeda. Obat pemakaian dalam, ialah obat yang ditelan
untuk masuk saluran cerna, diberikan dengan etiket berwarna putih, sedangkan
obat pemakaian luar diserahkan dengan etiket warna biru. Pada etiket warna biru
harus tertulis OBAT LUAR dibagian bawah etiket.
Gambar etiket
mempermudah
tab
tab
Apabila apoteker menyiapkan obat racikan dari obat jadi produksi industry
farmasi, maka batas waktu penggunaan obat tidak lagi dapat mengacu pada
tanggal kadaluarsa yang tertera pada kemasan obat. Setelah obat dikeluarkan dari
kemasan untuk kemudian diracik, obat tidak lagi terlindung dari kemasan yang
disiapkan untuk menjaga kondisi obat selama penyimpanan. Dengan demikian, agar
obat yang digunakan pasien tetap terjaga sesuai dengan ketentuan monografi
farmakope, apoteker yang menyiapkan obat racikan perlumenyertakan batas waktu
penggunaan obat pada etiket obat. Batas waktu penggunaan tersebut tentu saja
lebih pendek daripada tanggal kadaluarsa yang ditetapkan industri farmasi seperti
tertera pada kemasan obat (Thompson, 2004).
Terdapat beberapa factor yang menentukan batas waktu penggunaan obat.
factor pertama adalah karakteristik setiap bahan penyusun. Perhatian perlu
diberikan untuk bahan yang mudah terurai seperti asetosal. Karakteristik kombinasi
bahan juga berperan dalam menentukan batas waktu penggunaan obat.
Karena pada umumnya bahan obat tidak stabil jika berada dlaam kondisi
terlarut (adanya kandungan air, misalnya larutan) dibandingkan dalam keadaan
kering seperti serbuk dan kapsul, maka bentuk sediaan yang dikehendaki
mempengaruhi batasan penggunaan obat. Metode peracikan juga berpengaruh,
misal ada atau tidaknya panas saat peracikan.
Selain faktor bahan dan metode, karakteristik wadah yang digunakan dan
kondisi penyimpanan obat sangat berpengaruh pada stabilitas obat. beberapa
bahan membutuhkan kondisi penyimpanan dalam wadah dengan ketentuan khusus.
Apabila persyaratan ini tidak tercapai, maka obat tidak lagi memiliki aktivitas yang
terjamin sebagaimana yang ditetapkan dalam monografi farmakope.
Meskipun banyak factor yang memengaruhi batas waktu penggunaan obat,
USP menetapkan bahwa penentuan waktu dapat didasarkan pada hal berikut
(Thompson, 2004).
Untuk obat disiapkan dalam bentuk padat dan kering, batas waktu yang
ditetapkan tidak lebih dari 25% dari tanggal kadaluarsa atau 6 bulan,
tergantung periode yang tercapai terlebih dahulu.
Untuk obat yang disiapkan dalam bentuk padat dan kering tetapi dari
bahan baku obat, misal serbuk parasetamol, batas waktu penggunaan
obat 6 bulan sejak tanggal peracikan obat. jika serbuk bahan obat
tersebut memiliki batas kadaluarsa lebih pendek dari 6 bulan, misal 4
bulan, maka batas penggunaan obat ditetapkan 1-2bulan.
Untuk obat yang disiapkan dalam bentuk cairan mengandung air, batas
waktu penggunaan obat adalah 14 hari sejak tanggal peracikan dan obat
harus disimpan pada suhu dingin.
Untuk obat yang disiapkan alam bentuk yang diasumsikan relative stabil
dalam penyimpanan yang sesuai, batas waktu penggunaan obat dapat
mencapai 30 hari sejak tanggal peracikan selama obat tersebut disimpan
pada kondisi yang sesuai.
i. Identitas Penulis Resep